PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP PENGELUARAN MAKAN SIANG : STUDI KASUS UNIVERSITAS LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

THE INFLUENCE OF HOUSEHOLD INCOME OVER EXPENDITURE LUNCH : A CASE STUDY UNIVERSITY EMPLOYEES LAMPUNG

Oleh

Hasni Novi Jannati

The growth of woman employees has been increasing since 1980. Consequently, they do not have time for preparing food in their households. Mean while, food stalls selling lunch for employees in office areas have been growing rapidly. These conditions causes many employees easier to find out the plans to eat lunch outside. The research questions are how much money that employees spent for buying lunch outside and what factors affect it. Other this study aims to answer these questions. There are 94 sampels who are employees of the university of lampung. The data are analyzed by the multiple regression. One of the result was that the average expenditure of eating lunch outside was Rp95,500/month/person. This result showed factors that influenced on the expenditure of lunch outside were empoyees income and the number of household members.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGADAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP PENGELUARAN MAKAN SIANG DI LUAR RUMAH: STUDI KASUS

PADA KARYAWAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

Hasni Novi Jannati

Pertumbuhan angkatan kerja wanita mengalami peningkatan sejak 1980. Hal ini mengakibatkan, mereka tidak memiliki waktu untuk menyiapkan makan di rumah tangga, sementara itu, warung makan menjual makanan siang untuk karyawan di area kantor mengalami pertumbuhan pesat. Kondisi ini mendorong banyak karyawan memilih makan siang di luar rumah menjadi pertanyaan adalah berapa besar pengeluaran para karyawan untuk makan siang di luar dan apakah faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja di Universitas Lampung. Terdapat 94 sampel yang merupakan karyawan Universitas Lampung yang diambil dengan cara acak perfakultas. Data dianalisis menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran karyawan untuk makan siang di luar sebesar Rp95.500/bulan/orang. Pendapatan karyawan berpengaruh terhadap pengeluaran makan siang di luar rumah. Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap pengeluaran makan siang di luar rumah adalah jumlah anggota rumah tangga.


(3)

PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP PENGELUARAN MAKAN SIANG DI LUAR RUMAH: STUDI KASUS

PADA KARYAWAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Oleh

Hasni Novi Jannati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH PENDAPATAN RUMAH TANGGA TERHADAP PENGELUARAN MAKAN SIANG DI LUAR RUMAH: STUDI KASUS

PADA KARYAWAN UNIVERSITAS LAMPUNG (Skripsi)

Hasni Novi Jannati

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kurva Indifference………... 13

2. Garis Anggaran…….………... 14

3. Kurva anggaran dan perubahan anggaran………. 14

4. Kurva Indefference Tingkat Kepuasan yang Sama... 15

5. Barang Normal………. 15

6. Kurva BarangInferior……….. 16

7. Bagan Penelitian……….. 23


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah... 2

C. Tujuan Penelitian……... 2

D. Manfaat Penelitian………. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 4

A. Pengertian Kuliner... 4

B. Kuliner di Indonesia…... 4

C. Teori Konsumsi………. 7

D. Kajian Terdahulu………... 17

E. Kerangka Pemikiran……….. 21

F. Hipotesis……… 24

III. METODE PENELITIAN... 25

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional... 25

B. Lokasi, Waktu, dan Pengumpulan Data Penelitian... 26

C. Prosedur Penelitian………... 29

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data... 30

E. Metode Analisis Data……… 30


(7)

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian………..…. 36 B. Karakteristik Responden………. 38 C. Pengeluaran Makan Siang Di Luar Rumah………

D. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran makan Siang di Luar Rumah………..

45 46

V. KESIMPULAN……….

DAFTAR PUSTAKA...

52


(8)

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah karyawan Universitas Lampung………. 27 2. Hasil Sampel 3 karyawan Universitas Lampung………. 28 3. Sebaran responden menurut golongan dan fakultas di Universitas

Lampung……… 37 4. Sebaran responden menurut karakteristik ……… 40 5. Pendapatan responden dan keluarga…..………... 41 6. Sebaran Responden Menurut golongan, jarak rumah dan asisten rumah tangga pada karyawan Universitas Lampung………...……….. 43 7. Pengeluaran makan siang di luar……….………..……….. 44 8. Jumlah frekuensi makan siang di luar……..……….. 45 9. Hasil regresi analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan siang di


(10)

(11)

(12)

PERSEMBAHAN

Dengan Memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah Swt Atas Semua

Anugerah Yang Telah Diberikan Padaku, Kartya Tulis Ini

Kupersembahkan Kepada Kedua Orang Tuaku, Keluargaku Dan

Orang-Orang Yang Telah Membantuku Segenap Hati Serta Ketulusan

Almamaterku Fakultas Pertanian, Jurusan Agribisnis Angkatan 2010


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 18 November 1991, sebagai anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati dari Bapak Suhaili dan Ibu Hinduwati, A.Ma. Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah: (1) Taman Kanak-Kanak (TK) DWI Tunggal Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1998, (2) Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Gunung Sulah Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004, (3) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007, dan (4) Sekolah Menengah Atas (SMA) YP UNILA Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010 penulis diterima di Jurusan/Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PTPN VII Way Berulu pesawaran, dan pada tahun 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Sendang Rejo Lampung Tengah. Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan keorganisasian kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEPERTA) sebagai anggota bidang IV (Kewirausahaan) periode 2011/2012,


(14)

SANWACANA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Proyeksi Produksi dan Konsumsi Telur Ayam Ras di Provinsi Lampung”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Agus Hudoyo, M. Sc. dan Dr. Ir, Yaktiworo Indriani, M. Sc. selaku pembimbing pertama dan kedua yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu, bimbingan, dukungan dan semangat kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi ini.

2. Ir. Eka Kasymir, M. Si selaku pembahas yang telah memberikan kritik, nasehat dan saran demi perbaikan skripsi.

3. Dr. Ir. Muhammad Irfan Affandi M.Si. selaku Pembimbing Akademik atas motivasi dan dukungannya selama kuliah dan dalam penulisan skripsi. 4. Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M. P. selaku Ketua Jurusan atas motivasi,

Bantuan dan dukungannya selama menulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan karyawan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, dan Universitas Lampung atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.


(15)

6. Pemimpin dan staf Fakultas Pertanian dan Universitas Lampung atas semua bantuan dan beasiswa yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.

7. Keluarga tercinta, Bapak Suhaili dan Mamak Hinduwati, A.Ma sebagai orang tua yang senantiasa dengan kesabaran telah membesarkan, mendidik,

memberikan kasih sayang, doa, motivasi, dan dukungan, baik moril maupun materil kepada penulis selama ini. Kakak-kakakku tercinta Syahri Laili dan Qodri Ismail S.T serta Adikku tercinta Legika Firmansyah yang juga turut memberi dukungan moral dan tenaga.

8. Terima kasih juga M Jisqi Sinaya yang telah memeberikan semangat dan motivasi selama penulis menulis skripsi, terima kasih juga keluarga SINAYA. Mohammad Husin S.E, Erhaya S.E, Tensia Sinaya yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

9. Sahabat-sahabatku tersayang:Astri Iliyin Saputri, Ellisa Restiana. Terimakasih atas kerjasama, bantuan, dukungan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

10. Teman seperjuangan: Tri Yunita Sari S.P dan Asih Mityas Lestari S.P. Terimakasih atas bantuan, saran, kritik dan dukungan moril kepada penulis. 11. Teman-teman angkatan 2010, Adelia S.P, Tania S.P, Tri Yunita S.P, Fitri S.P,

Marcel, Maulina S.P,Ervina, Reza,Kholis S.P,Danny Imam,danny P, Dhimas S.P,Wida S.P, Septa, Aya S.P,Tiyas S.P,Hanny, Sinta S.P, Dwi Rizky S.P, RIzki P, Rizki Ramdhan S.P ,Lindi,yoan S.P,Deby, Iwayan S.P, Seta,. Iqbal S.P, Ludi S.P, Meita, Neno S.P, Nita S.P, Novita S.P, Ova, Rhamat, Riyando, Vega S.P, Vanessa S.P


(16)

12. Karyawan–karyawan Universitas lampung yang telah membantu penulis dalam menyeesaikan data skripsi.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

Semoga ALLAH SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin.

Bandar Lampung, September 2015


(17)

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut hasil sensus penduduk Indonesia tahun 1980 tenaga kerja wanita mencapai sekitar 33 persen. Jumlah ini mengalami kenaikan pada tahun 1990 menjadi 34,5 persen dan pada tahun 2000 mencapai 40 persen. Jumlah ini mengalami sedikit penurunan pada tahun 2010 menjadi 39,5 persen. Pada umumnya wanita yang bekerja adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga selain kebutuhan aktualisasi dirinya.(BPS 2013; Henny 2008).

Jumlah tenaga kerja wanita meningkat yang mengindikasikan banyak wanita yang menghabiskan waktu makan siang di luar rumah. Rumah tangga sekarang banyak yang memiliki istri bekerja sehingga banyak yang melakukan makan siang di luar rumah. Makan di luar bukan lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan, namun sebagai gaya hidup. Oleh sebab itu, saat ini makan di luar rumah menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat perkotaan yang sibuk dengan aktivitasnya sehingga tidak

sempat memasak. Kondisi ini menyebabkan semakin banyak usaha restoran yang menawarkan untuk membuka warung makan di are perkantoran.


(18)

2

Usaha restoran, dewasa ini menunjukkan perkembangan yang relatif pesat terbukti semakin banyaknya restoran yang siap saji merambah di Kota Bandar Lampung. Hal tersebut mengidikasikan pekerja menjadi banyak pilihan untuk makan siang di luar saat jam kerja.

Fenomena ini yang menarik untuk dikaji adalah pengeluaran makan siang di luar rumah termasuk mengidentifikasi tempat-tempat makan siang di luar rumah. Selain itu, menarik pula untuk diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar rumah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan difokuskan sebagai berikut.

1. untuk mengetahui pengeluaran makan siang di luar rumah

2. faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar rumah

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. untuk mengetahui pengeluaran makan siang di luar rumah

2. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar rumah

D. Manfaat Penelitian


(19)

3

1. sebagai pertimbangan bagi para pembisnis terutama dibidang makanan terkait pengembangan suatu rumah makan di area kampus Universitas Lampung, dan

2. memberikan tambahan pengalaman penelitian kepada peneliti dan karyawan Universitas Lampung yang terlibat dalam penelitian serta tambahan informasi dalam pengembangan keilmuan.


(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

A. Pengertian Kuliner

Dari berbagai buku termasuk buku Larousse Gastronomique The World’s Greatest Cookerry Encyclopedia, tidak ditemukan arti Culinaire atau Culinary secara tepat. Kuliner disebut juga sebagai the art of cuisine. Buku-buku textbook mengenai kuliner dimanfaatkan oleh para professional supaya bias mengendalikan dapur restoran dalam hal teknik memasak. Teori dasar terampilan memasak mencakup manajemennya, pemilihan bahan, persiapan bahan sebelum diolah, penyimpanan bahan, pengaturan menu, pengolahan makanan, pemanfaatan sisa makanan, pemanfaatan alat masak, tata

penampilan makanan, dan pengaturan tenaga kerja (Soenardi, 2013)

B. Kuliner di Indonesia

Seperti juga Negara-negara lain yang mempunyai sejarah dan tradisi budaya kuliner yang tetap dipertahankan dan dikembangkan sebagai kebanggaan Indonesia pun demikian yaitu ingin mempertahankan warisan dan budaya makanan serta mengangkat makanan dari berbagai daerah yang ada di

Indonesia. Mengingat makanan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia sangat banyak jenis dan ragamnya sesuai dengan kondisi dan hasil pangan daerahnya, maka yang perlu ditangani adalah memperkenalkan makanan dari


(21)

5

berbagai daerah ke daerah lain. Dalam kurun waktu beberapa tahun dan upaya memperkenalkan makanan tradisional maka sekarang di berbagai daerah sudah banyak yang membuka usaha makanan dari berbagai daerah lain. Sebelumnya setiap daerah hanya menampilkan makanan daerahnya saja seperti Padang. Contohnya sebelum makanan daerah membaur ke berbagai daerah, di Padang tidak ada yang namanya restoran Padang karena semua restoran hanya menjual makanan padang. Sekarang sudah berubah sehingga para wisatawan yang tinggal lama di satu daerah seperti di Padang kalau bosan dengan makanan padang, ada juga makanan daerah lain ( Soenardi, 2013)

Demikian pula di Bali, sekarang sudah menjamur makanan dari berbagai daerah meskipun dominannya adalah makanan Bali. Sebetulnya makanan tradisional Indonesia ini perlu digali dari sisi kuliner seperti apa budaya makanan di daerah itu, bagaimana memadu bumbu, sehingga terjadi satu resep dengan nama masakan yang diunggulkan, contohnya nama masakan untuk pepes semua daerah mempunyai Resep pepes meskipun dari bahan dan bumbu yang berbeda, bagaimana sejarah dari pepes dibawa dari asal daerah mana meskipun kadang-kadang bumbu mirip atau berbeda dan memberi rasa yang berbeda. Ini yang memberi unik makanan tradisional Indonesia ( Soenardi, 2013)

Demikian juga nama hidangan yang sama dari berbagai daerah, tetapi resepnya disesuaikan dengan selera berbagai daerah, seperti gulai dari


(22)

6

Sumatera bagian utara sangat kental rasa santan dan bumbunya, namun makin keselatan makin lebih encer dan ringan sampai ke Pulau Jawa, mirip tapi rasanya lebih ringan. Hal-hal ini sangat unik kalau bisa diteliti, demikian juga contoh lain, misalnya kue di Jawa ada yang bernama Iwel-iwel dibuat dari bahan tepung ketan dan kelapa parut, diisi gula merah, dibungkus daun pisang, kue yang sama bahannya dimanado disebut Koyabu, hanya

bungkusannya daun pandan. Juga di Banjarmasin, Kalimantan, kue yang sama bentuk dan membungkusnya berbeda dari bungkus daun pisang disebut Gagauk. Hal ini pasti ada riwayatnya, kue-kue tradisional hampir mirip di berbagai daerah namun ada beberapa kue yang khas daerah tersebut. Bila dikumpulkan banyak sekali jenisnya bahkan ada beberapa jenis mirip kue yang ada di Thailand ( Soenardi, 2013)

Sumber karbohiderat arang selain beras seperti singkong, ubi, ganyong, sukun, tales, dan jagung dengan perkembangan tekologi telah dibuat sebagai tepung dengan proses teknologi moderen oleh para ahli. Hal ini membuat bertambahnya jenis pangan baru yang bisa diandalkan sebagai tambahan pangan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan masyarakat kita. Bersama dengan peningkatan jenis pangan lokal perlu dilakukan sosialisasi resep melalui gizi dan kuliner untuk bisa memasyarakatkan produk industri pangan lokal ini. Telah diupayakan membuat buku panduan resep-resep untuk masyarakat melalui gizi kuliner yang diharapkan melalui PKK bisa disosialisasikan agar bisa dimanfaatkan dan dikenal masyarakat.( Susanto, 2006)


(23)

7

Kuliner Indonesia sudah mulai disosialisasikan ke manca Negara. Semoga terus berkembang seperti kuliner Thailand yang sudah mendapat tempat di manca Negara untuk bisa diminati oleh segala bangsa. Perkembangan kuliner Indonesia terus diupayakan agar bisa menjadi tuan rumah di Negara sendiri dan bisa melangkah maju ke ajang kuliner internasional dengan

meningkatkan profesionalisme di bidang kulinernya (Soenardi, 2013)

C. Teori Konsumsi

Dalam ekonomi mikro manfaat(utility)yang diterima konsumen dari

mengkonsumsi barang dan jasa disepakati akan memberikan kepuasan kepada konsumen tersebut. Oleh sebab itu kepuasan konsumen dapat dikatakan merupakan fungsi dari barang dan jasa yang dikonsumsi. Pola perubahan jumlah suatu jenis barang dan jasa yang dikonsumsi dengan perubahan kepuasaan konsumen mengikuti hukum pertambahan manfaat yang semakin berkurang(the law of diminishing of marginal utility). Hukum ini

menyatakan bahwa jika sesuatu barang dan jasa dikonsumsi secara berlebihan, maka tambahan manfaat yang diperoleh dari barang dan jasa tersebut akan semakin berkurang bisa mencapai nol bahkan negative. Secara grafik hukum pertambahan manfaat yang semakin berkurang (Soekirno, 2005)

1. Faktor - Faktor Penentu Tingkat Konsumsi

a. Pendapatan rumah tangga(Household income), semakin besar pendapatan, semakin besar pula pengeluaran untuk konsumsi.


(24)

8

b. Kekayaan rumah tangga(Household wealth),semakin besar kekayaan, tingkat konsumsi juga akan menjadi semakin tinggi. Kekayaan

misalnya berupa saham, deposito berjangka, dan kendaraan bermotor. c. Prakiran masa depan(Household expectations), bila masyarakat

memperkirakan harga barang-barang akan mengalami kenaikan, maka mereka akan lebih banyak membeli atau belanja barang-barang. d. Tingkat bunga(Interest rate), bila tingkat bunga tabungan tinggi atau

naik, maka masyarakat merasa lebih untung jika uangnya ditabung daripada dibelanjakan. berarti antara tingkat bunga dengan tingkat konsumsi memepunyai korelasi negatif.

e. Pajak(Taxation), pengenaan pajak akan menurunkan pendapatan disposable yang diterima masyarakat, akibatnya akan menurunkan konsumsinya.

f. Jumlah dan Konsunsi penduduk, jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar pengeluaran konsumsi. Sedangkan komposisi penduduk yang didominasi penduduk usia produktif atau usia kerja (15-64 tahun) akan memperbesar tingkat konsumsi.

g. Faktor sosial budaya, misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih moderen. Contohnya adalah berubahnya kebiasaan orang Indonesia berbelanja dari pasar tradisional ke pasar swalayan(super market).

2. Kurva Indefferent


(25)

9

Teori kurva indeferensi dikembangkan oleh Francis Ysidro

Edgeworth, Vilfredo Pareto, dan kawan-kawan di awal abad ke-20. Teori ini diturunkan dari teori utilitas ordinal, yang mengasumsikan bahwa setiap orang selalu dapat mengurutkan preferensinya dengan kata lain, seseorang selalu dapat menentukan bahwa ia lebih menyukai barang A dibanding barang B, dan lebih suka barang B dibanding barang C, lebih suka barang C daripada barang D dan seterusnya (Gorman, 2009)

b. Asumsi

1. a, b dan c menjadi kumpulan dari barang, seperti kombinasi (x, y) di atas, di mana kemungkinan adanya perbedaan jumlah dari tiap barang dalam kumpulan yang berbeda. Asumsi pertama adalah kebutuhan untuk sebuah presentasi yang dibuat dengan baik dari selera stabil untuk para konsumen sebagai agen ekonomi, asumsi kedua disesuaikan.

2. Rasionalitas (dalam hubungannya dalam konteks matematik yang umum): Keterselesaian + transtifitas. Untuk rangking pemberian prefrensi, konsumen bisa memilih kumpulan yang terbaik antara a, b dan c dari terbawah ke tertinggi.

3. Kontinuitas: Ini berarti bisa memilih untuk mengonsumsi berapapun jumlah barang. Contohnya, saya bisa minum 11 mL soda, atau 12mL, atau 132 mL. Saya tidak dipaksa untuk


(26)

10

meminum dua liter atau tidak sama sekali, lihat juga fungsi kontinuitas dalam matematik.

c. Peta dan ciri dari kurva indiferensi

Sebuah grafik dari kurva indiferensi untuk seorang konsumen dihubungkan dengan tingkat utilitas atau kepuasan berbeda disebut dengan peta indiferensi. Titik kembalinya tingkat kepuasan yang berbeda setiap unitnya dihubungkan dengan kurva indiferensi yang berbeda satu sama lain. Sebuah kurva indiferensi menjabarkan sebuah himpunan preferensi pribadi dan bisa berbeda pada orang satu dan lainnya.

Kurva indiferensi biasanya dijelaskan menjadi (Gorman, 2009) 1. Dijabarkan hanya pada kuadran positif (+, +) dari komoditas

berdasarkan kuantitas.

2. Melengkung secara negatif. Sebagai Kuantitas yang dikonsumsi dari satu barang (x) meningkat, kepuasan total akan naik jika tidak di kompensasikan oleh sebuah penurunan dalam kuantitas yang dikonsumsi pada barang lain (y). Sama dengan kekenyangan, dimana lebih dari barang (atau keduanya) sama derajatnya di prefrensikan untuk tidak ditingkatkan, tidak diikut sertakan. (jika utilitas U=f(x, y), U, dalam dimensi ke tiga, tidak memiliki sebuah maksimum lokal untuk semua x dan y.)

3. Lengkap, seperti semua titik dalam kurva indiferen dirangking sama besar dalam hal selera dan dirangking baik lebih atau kurang di sukai dibandingkan titik lainnya yang tidak ada dalam kurva.


(27)

11

Jadi, dengan (2), tidak ada dua kurva yang akan bersilangan (selain non-satiasi akan dilanggar).

4. Transitif dengan hubungan ke titik dalam kurva indiferen yang berbeda. Itu terjadi, jika tiap titik dalam I2 adalah selera (yang terbatas) pada tiap titik dalam I1, dan tiap titik

dalam I3 dihubungkan ke tiap titik dalam I2, tiap titik

dalam I3 dihubungkan ke tiap titik dalam I1. Sebuah lengkungan negatif dan transitifitas tidak dimasukan persilangan kurva indiferen, karena garis lurus dari kedua sisi tersebut bersilangan akan memberi rangking yang tidak satu sisi dan intransitive 5. (secara terbatas) convex (dijatuhkan dari bawah). Dengan

(2), preferensi convex menyebabkan sebuah pemunculan dari asal kurva indiferen. Sebagai konsumen menurunkan konsumsi dari satu barang dalam unit suksesif, jumlah besar dari barang lainnya akan dibutuhkan untuk mempertahankan kepuasan tidak berubah, efek substitusi.

d. Sifat-sifat Kurva Indiferensi

1. Semakin jauh kurva indiferensi dan titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya.Kumpulan kurva indiferensi hanya

mengatakan makin kekanan atas tingkat kepuasannya makin tinggi tapi tidak dapat menyatakan berapa kali lipat.

2. Kurva indiferensi menurun dari kiri atas kekanan bawah. Berarti mempunyai lereng yang negatif, mempunyai makna supaya konsumen memperoleh kepuasan yang sama seperti semula. Maka


(28)

12

berkurangnya jumlah konsumsi suatu barang harus diimbangi dengan bertambahnya konsumsi barang lain.

3. Kurva indiferensi cembung terhadap titik origin. Bahwa sebagai akibat tingkat substitusi marjinal dan barang X2 Untuk barang X1 terus menurun dengan meningkatnya konsumsi barang X1

4. Kurva indiferensi tidak saling berpotongan dan merupakan fungsi kontinu. Meskipun kurva indiferensi tidak perlu sejajar satu dengan yang lainnya, akan tetapi kurva indiferensi tidak

5. Kegunaan Kurva indiferens dapat digunakan setiap saat jika Anda mencoba untuk menganalisis pilihan antara dua barang. Dengan memberi batasan bahwa suatu barang adalah “segala sesuatu”, maka cara ini dapat diterapkan di dalam permasalahan pilihan konsumen yang sangat luas. Misalnya jika Anda menghadapi

suatupermasalahan: “Analisis Pengaruh Program XXX Terhadap Konsumsi Barang Y,” Anda seyogyanya memperhatikan penerapan kurva indiferens ini


(29)

13

3. Garis Anggaran (Budget Line)

Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu,pada tingkat harga tertentu.Konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau sebelah kiri garis anggaran.Titik-titik pada sebelah kiri garis anggaran tersebut menunjukan tingkat pengeluaran yang lebih rendah.

Garis anggaran ini ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2. Kurva Garis anggaran (Aris, 1987)

Dengan U sebagai fungsi linier terhadap T, intercept sebesar A/Pu dan kemiringannya adalah -PT/Pu. Daerah di bawah garis anggaran, menunjukkan kombinasi produk T dan U yaagdapat diraih oleh seorang konsumen; seperti titik V. Berbagai kombinasi T dan U di atas garis anggaran menunjukkan kombinasi yang tidak bisa diraih oleh konsumen dengan anggaran yang tersedia, misalnya titik W Garis anggaran dan pilihan tersedia A/Pu dan ini menjadi titik potong garis anggaran

dengan sumbu horisontal. Jika konsumen ini menghabiskan seluruh, anggarannya untuk produk U, maka jumlah maksimum U


(30)

14

yang dapat dibeli adalah U=A/P, dan ini menjadi titik potong garis anggaran dengan sumbu vertikal. Kemiringan garis anggaran – PT / PUmenunjukkan tingkat institusi pasar (TSP) antara produk T dengan

produk U.

Kurva Anggaran dan Perubahan Anggaran

Gambar 3. kurva anggaran dan perubahan anggaran (Aris, 1987)

Pilihan konsumen diantara sejumlah konsumsi akan dijelaskan melalui kurva indiferen.Kurva indiferen memperlihatkan berbagai kemungkinan kombinasi yang memberikan tingkat kepuasan yang sama. Konsumen akan memperoleh kepuasan yang sama kalau ia menikmati beberapa kombinasi konsumsi yang misalkan dilambangkan oleh beberapa titik, karena semua titik tersebut berada pada kurva indiferen yang sama.


(31)

15

Kurva 4 Kurva Indiferen tingkat kepuasaan yang sama (Aris, 1987) 4. Barang Normal

Dalam ilmu ekonomi,barang normaladalah semua barang yang

permintaannya akan bertambah ketika pendapatan masyarakat bertambah yang juga berarti bahwa barang tersebut memiliki elastisitas permintaan positif. Istilahnormaltidak merujuk pada kualitas barang tersebut.

Gambar 5. Kurva Barang Normal (Aris, 1987)

Menurut kurva indiferensi, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah, berkurang, atau tetap ketika pendapatan


(32)

16

5. Barang Inferior

Barang inferior adalah barang yang jumlah permintaannya akan turun seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Salah satu contoh barang inferior adalah sandal jepit. Ketika tingkat pendapatan masyarakat rendah, tingkat permintaan terhadap barang tersebut akan tinggi. Namun ketika tingkat pendapat masyarakat meningkat, permintaan atas barang tersebut akan turun karena masyarakat meninggalkannya dan memilih untuk membeli sandal lain yang lebih berkualitas meskipun dengan harga yang lebih mahal.

Gambar 6. Kurva Barang Inferior (Aris, 1987)

Menurut kurva indifferen, jumlah permintaan suatu barang bisa bertambah, berkurang, atau tetap ketika pendapatan masyarakat bertambah.

Digambarkan dalam diagram di bawah: barang Y adalah barang normal karena jumlah barang yang diminta meningkat dari Y1 ke Y2 seiring dengan kenaikan pendapatan (BC1 ke BC2). Barang X adalahbarang


(33)

17

inferiorkarena jumlah barang yang diminta turun dari X1 ke X2 ketika pendapatan masyarakat bertambah.

D. Kajian Terdahulu

Mufidah (2006) pola konsumsi masyarakat perkotaan: pemanfaatan food court oleh Keluarga, menyatakan bahwa masa sekarang ini dengan kesibukan yang luar biasa pada masing-masing anggota keluarganya terutama yang memiliki ibu pekerja, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi yaitu: gensi, gaya hidup, sensasi kesenangan, pandangan, penilaian, perasaan, lingkungan, asisten pengurus rumah tangga. Alasan yang mendasari mengapa orang datang berkunjung ke foodcourtTunjungan Plaza walaupun hanya sekedar untuk nongkrong adalah fasilitas yang lengkap sepertifreeWiFi dan tempat yang luas serta nyaman dibandingkanfoodcourtdi tempat lain serta banyaknya variasi menu yang ditawarkan. Selain itu, bagi para orang tua datang di sana bisa dijadikan sebagai tempat berkumpulnya teman kerja maupun relasi kerja baik untuk membicarakan masalah pekerjaan atau hanya sekedar arisan. Sambil makan dan ngobrol mereka bisa mengawasi anaknya yang sedang bermain di arena wahanastinger’syang lokasinya berdekatan dengan foodcourt.

Murwani (2010) meneliti tentang Eating out’makanan khas daerah: komoditas gaya hidup masyarakat urban, menyatakan faktor-faktor yang


(34)

18

mempengaruhi kegiataneating outmakanan khas daerah dan strategi dengan merekonstruksi kekhasan rasa, penyajian, suasana dan tempat yang unik dengan pengalaman konsumen .

Andrarini (2004) melakukan penelitian dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi tiwul di pedesaan dan perkotaan di kabupaten gunung kidul provinsi daerah ibukota Yogyakarta, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen tiwul. Faktor-faktor-faktor yang diteliti adalah besar keluarga, pendidikan, dan pengetahuan gizi, pendapatan, dan kebiasaan makan. Hasil analisis secara kualitatif, faktor budaya meliputi pemilihan bahan pangan pokok apabila pendapatan meningkat, untuk tamu, untuk pesta, ternyata sangat memberikan pengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan tiwul masyarakat. Pada contoh didesa, tidak ditemukan hubungan antara faktor sosial ekonomi, pengetahuan gizi dengan konsumsi tiwul. Hasil analisis regresi terhadap contoh di kota menunjukkan bahwa jenjang pendidikan ibu berpengaruh negatif dan pendapatan per kapita memberikan pengaruh negative terhadap konsumsi tiwul.

Widyasari (2007) menguji tentang perilaku konsumen rumah tangga dalam mengkonsumsi sarden kaleng di Kota Bandar Lampung. Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 rumah tangga. Analisis yang digunakan adalah analisis conjoin, analisis deskriptif. Kombinasi stimuli atribut yang cukup disukai responden adalah sarden kaleng dengan harga murah, rasa saus


(35)

19

tomat dan cabe, aroma amis tidak tajam, bentuk ikan utuh, kemasan yang lumayan besar. Sebanyak 32 responden membeli sarden 4 sampai 5 kali dalam satu bulan. Merek yang paling banyak dikonsumsi oleh rumah tangga sampel adalah Gaga.

Gwan (2002) meneliti tentang analisis demografi konsumenfast fooddi Yogyakarta. Jumlah sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 120 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penentuan sampel dengan cara sampel acak sederhana (simple random sampling). Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara diskriptif tentang segmen pasarfast fooddi Yogyakarta secara demografis. Kemudian unsur-unsur apa saja yang memotivasi konsumen untuk makan di restoran fast food. Pengukuran variabel dilakukan dengan analisis indeks sikap dan

analisischi squareterhadap variabel-variabel dalam faktor demografi dan psikografi konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari jumlah sampel yang dipergunakan, dominan pasarfast fooddi Yogyakarta tersegmentasi pada kelompok remaja dan dewasa. Minat atau dorongan untuk mengkonsumsifast fooddominan disebabkan karena pengaruh keputusan emosional yang didasarkan atas preferensi kerabat dekat.

Marsidin (2002) meneliti tentang determinan pengeluaran konsumsi rumah tangga berstatus buruh atau karyawan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengeluaran konsumsi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel ekonomi (gaji


(36)

20

atau upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik demografi, pendidikan dan kesehatan). Berdasarkan analisis inferensial dengan model regresi double logdiketahui bahwa elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi tergantung kepada tingkat pendidikan, usia dan tempat tinggal.

Pratiwi (2010) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi masyarakat di Indonesia dengan menggunakan metode ECM (Error Corection Model). Hasil analisis dari penelitian ini menyebutkan bahwa dalam jangka pendek pengeluaran konsumsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan nasional, penerimaan pajak, inflasi dan suku bunga deposito, sedangkan jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap pengeluaran konsumsi di Indonesia pada tahun penelitian.

Siregar (2009) menganalisis determinan konsumsi masyarakat

di Indonesia dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis dari penelitian menyebutkan bahwa variabel pendapatan nasional, suku bunga deposito dan inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap konsumsi masyarakat di Indonesia, sedangkan jumlah uang kuasi memiliki efek multikolinieritas dengan pendapatan nasional sehingga tidak diikut sertakan ke dalam model penelitian.


(37)

21

E. Kerangka Pemikiran

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan di luar bagi rumah tangga yaitu : pendapatan rumah tangga, sumber pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga .

Pada hakikatnya semakin tinggi pendapatan seseorang maka konsumsi terhadap barang dan jasa pun meningkat. Pendapatan berpengaruh terhadap pola makan di luar. Bagi rumah tangga golongan menengah ke atas semakin tinggi pendapatan maka semakain tinggi pula pola makan di luar. Akan tetapi mungkin bagi rumah tangga golongan menengah ke bawah, semakin rendah pendapatan yang diperoleh maka semakin berkurang untuk makan di luar.

Sumber pendapatan dengan pola makan di luar memiliki hubungan yang positif, semakin banyak yang bekerja makan pendapatan yang diperoleh semakin tinggi untuk memperkuat pola makan di luar.

Jumlah anggota rumah tangga yang banyak sangat mempengaruhi pola makan di luar dimana jika anggota rumah tangga lebih banyak pengeluaran makan di luar juga akan lebih banyak yang sangat mempengaruhi persen pengeluaran makan di luar terhadap pendaptan yang didapat setiap bulannya.


(38)

22

Seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mempunyai pendapatan yang lebih tinggi. Pendidikan yang rendah mempengaruhi pendapatan yang rendah juga. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pendapatan seseorang yang akan diperoleh setiap bulan.


(39)

Gambar 7. Kerangka Pemikiran

Sumber Pendapatan

-

Single/ tunggal

-

Double/ ganda

Pendapatan Rumah

Tangga

Makan Di Rumah

Non Pangan

Pengeluaran Total Rumah

Kondisi Rumah Tangga

Lainnya

- Jumlah Anggota

Rumah Tangga

- Tingkat Pendidikan

Pangan

Pengeluaran Rumah Tangga Untuk


(40)

24

F. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah diduga bahwa pendapatan rumah tangga, sumber pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, tingkat pendidikan, pangan dan non pangan mempengaruhi pola makan siang di luar rumah pada karyawan di Universitas Lampung


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

Variabel-variabel penelitian ini didefinisikan dan diukur sebagai berikut : Pendapatan Rumah Tangga adalah jumlah uang yang diterima oleh rumah tangga responden dalam satu bulan, yang terdiri dari pendapatan suami ditambah pendapatan istri jika istri bekerja (Rp/bulan).

Sumber pendapatan adalah pendapatan yang didapat setiap bulannya baik dari suami atau istri dan kedua-duanya.

Jumlah anggota rumah tangga adalah jumlah anggota dalam rumah tangga yang menjadi satu tanggungan. Besarnya anggota rumah tangga diukur dalam satuan jiwa.

Pola makan adalah gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan atau nonmakanan yang dikonsumsi merupakan ciri khas pada suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan dalam penelitian ini di antaranya adalah makan di luar dan makan di rumah Pengeluaran rumah tangga adalah jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan


(42)

6

rumah tangga yang terdiri dari makan di luar dan makan di rumah, yang diukur dalam satuan rupiah per bulan

Makan di luar adalah suatu kebiasaan seseorang atau kelompok masyarakat dalam mengkonsumsi makanan yang siap saji.

Makan siang adalah waktu untuk makan di tengah hari, banyak warung makan di daerah area kampus yang dijadikan tempat makan siang karyawan

Rumah tangga adalah pegawai universitas lampung yang sering makan di luar rumah baik bersama keluarga atau teman. Karyawan Universitas Lampung yang termasuk dalam responden penelitian ini adalah karyawan golongan I,II,III,IV dan tenaga honorer.

Karyawan Universitas Lampung adalah orang yang bekerja dibawah naungan Universitas Lampung yang terdiri dari golongan I, II, III ,IV dan Honorer

B. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Pengambilan Data Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan secara sengaja (purposive) yaitu di

Universitas Lampung. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi survei,wawancara dan

pemberian kuisioner yang berkaitan dengan pola makan siang di luar rumah,pengolahan data, analisis data hingga penulisan laporan penelitian


(43)

27

dalam bentuk akhir berupa skripsi. Pengambilan rasponden ini dilakukan dengan metode surveil.

Dengan Rumus :

n =

+ . Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

E = Tingkat kepercayaan (90 %)

Berdasarkan Rumus tersebut didapat hasil sampel adalah : n =

+ ( . )

n = 96

Sampel. Dari hasil tersebut diambil 100 sampel 4 untuk cadangan

Tabel 1.Jumlah karyawan Universitas Lampung

No Nama Fakultas Gol. 1 Jumlah

dan 2

Gol.3

dan 4 Honorer

1 Fakultas Ekonomi 29 20 34 83

2 FISIP 12 10 19 41

3 FKIP 35 30 3 68

4 Fakultas

Kedokteran 10 8 19 37 5 Fakultas Teknik 58 23 7 88 6 Fakultas Pertanian 32 30 36 98 7 Fakultas MIPA 29 25 4 58

Jumlah 205 146 122 473

Sumber : Data Kepegawaian dan Honorer Universitas Lampung

Untuk menentukan jumlah sampel setiap fakultas yaitu dengan rumus sebagai berikut


(44)

28

Keterangan :

A = Jumlah Sampel

B = Jumlah Pegawai Setiap Fakultas C = Jumlah Sampel Yang Akan diteliti N = Jumlah Populasi

Berdasarkan rumus tersebut didapat jumlah sampel 100 sampel dengan rumus proposional sampling

Proposional sampling adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan menyeleksi setiap unit sampling yang sesuai dengan unit sampling.

Tabel 2. Hasil sampel karyawan Universitas Lampung

No Nama Fakultas

Jumlah

Jumlah Gol. 1 dan

2

Gol.3 dan

4 Honorer

1 Fakultas Ekonomi 6 5 7 18

2 FISIP 3 2 4 9

3 FKIP 7 6 1 14

4 Fakultas

Kedokteran 2 2 4 8

5 Fakultas Teknik 12 5 2 19 6 Fakultas Pertanian 7 6 7 20 7 Fakultas MIPA 6 5 1 12

Jumlah 43 31 26 100

Keuntungannya ialah aspek representatifnya lebih meyakinkan sesuai

dengan sifat-sifat yang membentuk dasar unit-unit yang mengklasifikasinya, sehingga mengurangi keanekaragamannya. Karakteristik masing-masing stara dapat diestimasikan sehingga dapat dibuat perbandingan. Kerugiannya ialah membutuhkan informasi yang akurat pada proporsi populasi untuk masing-masing stara. Jika hal diabaikan maka kesalahan akan muncul


(45)

29

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada dasarnya sama dengan penelitian lainnya, yaitu memilih dan merumuskan masalah, memilih subyek dan instrument pengukuran, memilih desain penelitian, melaksanakan prosedur,

menganalisis data, dan merumuskan kesimpulan. Adapun diagram prosedur penelitian yaitu :

Gambar 8. Prosedur penelitian Meregresi hasil dari data turun lapang

Menentukan teknik sampling

Membuat kerangka sampel

Menghitung jumlah sampel

Melakukan random sampling

Menghitung hasil persentase dari makan siang di luar

Menginput data


(46)

30

D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data

Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer berupa data yang didapat dari hasil wawancara dan pemberian kuisioner kepada para pegawai Universitas Lampung sebagai kepala keluarga yang bertujuan untuk mengetahui pola makan di luar. Selain itu, data pelengkap yang dibutuhkan dalam penelitian menggunakan data sekunder yaitu berupa data yang berasal dari Badan Pusat Statistika Indonesia, Badan Pusat Statistika Kota Bandar Lampung.

E. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam analisis data penelitian ini adalah metode ekonometrika. data pola makan siang di luar yang akan dianalisis secara kuantitatif.

Menurut Riat, (2009) Ekonometrika merupakan salah satu bidang ilmu ekonomi yang bersangkutan dengan masalah-masalah pengukuran hubungan ekonomi. Ekonometrika adalah ilmu yang mencakup teori ekonomi, matematika, dan statistika dalam satu kesatuan yang system yang bulat, sehingga ekonometri merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Dalam konsep ekonometrika tidak hanya dipelajari bagaimana menentukan dan menghitung suatu persamaan, akan tetapi lebih ditekankan pada pemberian alasan penggunaan metode kuantitatif, asumsi-asumsi yang digunakan, serta interpretasi yang digunakan secara ekonomis.


(47)

31

Metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pendapatan rumah tangga terhadap total pengeluaran makan siang adalah pengeluaran makan di luar dikalikan frekuensi makan di luar di bagi pendapatan setiap

bulannya.

1. pengeluaran untuk makan siang di luar rumah

Berdasarkan hasil penelitian didapat rumus sebagai berikut :

Pengeluaran makan siang di luar rumah =Frekuensi x Biaya yang dikeluarkan dalam satu kali makan siang di luar rumah

Porsi Pengeluaran = makan siang di luar / pendapatan rumah tangga X 100

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan di luar adalah metode regresi sederhana. Metode ini untuk melakukan peramalan ataupun prediksi tentang karakteristik kualitas maupun Kuantitas Pola makan di luar.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan siang di luar rumah

Pola makan di luar secara umum memiliki banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti : pendapatan, sumber pendapatan, pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, pangan dan non pangan serta variabel dependen yang dibutuhkan hanya variable pola makan di luar terhadap total pengeluaran konsumsi. Untuk memudahkan mengetahui pengaruh


(48)

32

pendapatan rumah tangga terhadap pengeluaran makan siang dapat dituliskan persamaan sebagai berikut :

Ln PML

=

a

+ β

1

x

1

+ β

2

x

2

+ β

3

x

3

+

β

4

X

4

+ β

5

D

1

+ β

6

D

2

+ ei

Keterangan :

PML = total pengeluaran makan siang di luar rumah a = Konstanta

β1– β6 = Koefisien Regresi

X1 = Pendapatan adalah didapat dari pendapatan suami

dan istri atau salah satunya D1 = Sumber Pendapatan

= 0 : Jika Singel/ Tunggal =1 : Jika Double / Ganda D2 = Asisten Rumah Tangga

= 0 : mempunyai Asisten = 1 : Tidak Mempunyai Asisten X2 = Pendidikan Kepala Rumah Tangga

X3 =∑ Anggota Rumah Tangga ( Jiwa )

X4 = Jarak Rumah

ei = standard eror (kesalahan prediksi)

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengeluaran makan siang di luar rumah terhadap total pengeluaran makan siang adalah metode regresi sederhana. Metode ini untuk melakukan peramalan ataupun

prediksi tentang karakteristik kualitas maupun Kuantitas Pola makan siang di luar rumah

Konsep dasar tersebut mengidentifikasi bahwa fungsi permintaan konsumsi merupakan suatu sistem dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya atau makan di luar dengan makan dirumah mempunyai keterkaitan yang erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Keterkaitan tersebut akan membentuk


(49)

33

suatu pola perilaku konsumen dalam rumah tangga yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ekonomi meliputi (selera harga barang itu sendiri, harga barang lainnya dan pendapatan), sosial, topologi maupun karakteristik dari rumah tangga itu sendiri (Nurfarma, 2005)

Variabel pendapatan (X1) dimasukan sesuai dengan teori ekonomi yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yaitu, selera,harga barang itu sendiri, harga barang lain dan pendapatan. Dimana harga barang tidak dapat dimasukan karena harga barang tidak dapat diteliti.

Variabel jarak rumah (D1) dimasukkan yaitu mengikuti penelitian terdahulu menurut Marsidin, (2002) meneliti tentang determinan pengeluaran

konsumsi rumah tangga berstatus buruh atau karyawan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengeluaran konsumsi dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu variabel ekonomi (gaji atau upah) dan variabel non ekonomi (karakteristik

demografi, pendidikan dan kesehatan). Berdasarkan analisis inferensial dengan model regresidouble logdiketahui bahwa elastisitas pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi tergantung kepada tingkat pendidikan, usia dan tempat tinggal.

Pengaruh variabel Asisten rumah tangga yang dimasukkan menjadi variabel yaitu mengikuti penelitian terdahulu yang sangat berpengaruh pada pola konsumsi menurut Mufidah (2006) pola konsumsi masyarakat perkotaan:


(50)

34

pemanfaatan food court oleh Keluarga, menyatakan bahwa masa sekarang ini dengan kesibukan yang luar biasa pada masing-masing anggota

keluarganya terutama yang memiliki ibu pekerja, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi yaitu: gensi, gaya hidup, sensasi kesenangan, pandangan, penilaian, perasaan, lingkungan, asisten pengurus rumah tangga. Alasan yang mendasari mengapa orang datang berkunjung kefoodcourtTunjungan Plaza walaupun hanya sekedar untuk nongkrong adalah fasilitas yang lengkap sepertifreeWiFi dan tempat yang luas serta nyaman dibandingkanfoodcourtdi tempat lain serta banyaknya variasi menu yang ditawarkan. Selain itu, bagi para orang tua datang di sana bisa dijadikan sebagai tempat berkumpulnya teman kerja maupun relasi kerja baik untuk membicarakan masalah pekerjaan atau hanya sekedar arisan. Sambil makan dan ngobrol mereka bisa mengawasi anaknya yang sedang bermain di arena wahanastinger’syang lokasinya berdekatan dengan foodcourt.

Pada penelitian ini terdapat 6 responden yang dihilangkan saat meregresikan model. Hal itu karena kondisi rumah tangga responden tersebut bertolak belakang dengan rumah tangga responden pada umumnya. Sebagai contoh responden yang dihilangkan memiliki pendapatan tinggi tetapi tidak pernah makan di luar. Sebaliknya terdapat responden yang berpendapatan rendah tetapi lebih sering makan di luar. Oleh karena itu, data ke 6 responden dihilangkan agar hasil regresi model lebih baik lagi antara pengaruh


(51)

35

pengeluaran makan siang di luar rumah terhadap total pendapatan rumah tangga.


(52)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut :

1. Selama satu bulan terakhir responden karyawan Universitas Lampung rata-rata total pengeluaran makan siang karyawan menggeluarkan Rp95.500/bulan

2. Faktorfaktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar rumah pada karyawan Universitas Lampun, pertama yaitu pendapatan yang terdiri dari pendapatan keluarga, ke dua yaitu jumlah anggota rumah tangga kedua variabel ini sangat berpengaruh terhadap pengeluaran makan siang di luar rumah.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris. 1987. Landasan Ekonometrika. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2013. Lampung Dalam Angka Tahun 2013. BPS. Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistika Indonesia 2013. Indonesia Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.

Henny et al. 2008. Pengalaman perempuan bekerja dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga di wilayah Jakarta,bogor,tanggerang,bekasi. Jurnal keperawatan Indonesia

Karim, A. A. (2003). Ekonomi Mikro Islam . Jakarta: The International Institute Of Islamic Thought Indonesia dan Karim Business Consultant.

Lazuardi Saga, Lintan (2008) “Lifestyle pola makan dalam individu & keluarga, Makalah, Surabaya:

Mankiw, GN. 1999. Teori Makroekonomi. Edisi ke-4. PT. Erlangga. Jakarta

Mufidah, L.N.2006. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan : Deskriptif Pemanfaatan Food Court Oleh Keluarga. Jurnal FISIP. Universitas Sri Langka.


(54)

✁ ✂

Murwani, E. 2013. Eating Out Makanan Khas Daerah : Komuditas Gaya Hidup Masyarakat Urban. Jurnal Agribisnis. Universitas Multimedia Nusantara

Nanga, M. 2001. Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Novitasari, E. 2012. Perbandingan Model Pengeluaran Rumah Tangga Di Batam Dan Karimun Menggunakan Regresi Dengan Dummy Variabel. Jurnal Ekonomi. BPS Provinsi Kepulauan Riau.

Safitri, A. 2013. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Niat Mengkonsumsi Daging Halal Studi Pada Konsumen Muslim Semarang. Jurnal Manajemen. Universitas Semarang

Samuelson, P. A. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. P T Media Global Edukasi. New York

Soekirno, S. 2005. Mikro Ekonomi : Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soenardi, T. 2013. Teori Dasar Kuliner. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Buikling

Suliyanto. 2011. Ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss.andi.yogyakarta

Susanto, M . 2006. Kontribusi Pola Konsumsi Makan, Pendidikan Ibu Dan Tanggapan Pada Media Massa Terhadap Status Gizi Balita Di Surakarta. Skripsi . Jurusan MIPA. Universitas Sebelas Maret.


(55)

✄ ☎

Yunawati, D. 2008. Analisis Pendapatan Dan System Pembagian Hasil Nelayan Bermotor < 5 GT Dan 5-9 GT Di Kecamatan Datuk Bandar Dan Kecamatan Teluk Nibung Kota Madya Tanjung Balai. Provinsi Sumatera Utara. Skripsi . Jurusan Social Ekonomi Pertanian . Universitas Sumatera Utara.


(1)

34

pemanfaatan food court oleh Keluarga, menyatakan bahwa masa sekarang ini dengan kesibukan yang luar biasa pada masing-masing anggota

keluarganya terutama yang memiliki ibu pekerja, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pola konsumsi yaitu: gensi, gaya hidup, sensasi kesenangan, pandangan, penilaian, perasaan, lingkungan, asisten pengurus rumah tangga. Alasan yang mendasari mengapa orang datang berkunjung kefoodcourtTunjungan Plaza walaupun hanya sekedar untuk nongkrong adalah fasilitas yang lengkap sepertifreeWiFi dan tempat yang luas serta nyaman dibandingkanfoodcourtdi tempat lain serta banyaknya variasi menu yang ditawarkan. Selain itu, bagi para orang tua datang di sana bisa dijadikan sebagai tempat berkumpulnya teman kerja maupun relasi kerja baik untuk membicarakan masalah pekerjaan atau hanya sekedar arisan. Sambil makan dan ngobrol mereka bisa mengawasi anaknya yang sedang bermain di arena wahanastinger’syang lokasinya berdekatan dengan foodcourt.

Pada penelitian ini terdapat 6 responden yang dihilangkan saat meregresikan model. Hal itu karena kondisi rumah tangga responden tersebut bertolak belakang dengan rumah tangga responden pada umumnya. Sebagai contoh responden yang dihilangkan memiliki pendapatan tinggi tetapi tidak pernah makan di luar. Sebaliknya terdapat responden yang berpendapatan rendah tetapi lebih sering makan di luar. Oleh karena itu, data ke 6 responden dihilangkan agar hasil regresi model lebih baik lagi antara pengaruh


(2)

35

pengeluaran makan siang di luar rumah terhadap total pendapatan rumah tangga.


(3)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan sebagai berikut :

1. Selama satu bulan terakhir responden karyawan Universitas Lampung rata-rata total pengeluaran makan siang karyawan menggeluarkan Rp95.500/bulan

2. Faktorfaktor yang mempengaruhi pengeluaran makan siang di luar rumah pada karyawan Universitas Lampun, pertama yaitu pendapatan yang terdiri dari pendapatan keluarga, ke dua yaitu jumlah anggota rumah tangga kedua variabel ini sangat berpengaruh terhadap pengeluaran makan siang di luar rumah.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, Aris. 1987. Landasan Ekonometrika. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung 2013. Lampung Dalam Angka Tahun 2013. BPS. Provinsi Lampung. Bandar Lampung.

Badan Pusat Statistika Indonesia 2013. Indonesia Dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat Statistik Indonesia. Jakarta.

Henny et al. 2008. Pengalaman perempuan bekerja dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga di wilayah Jakarta,bogor,tanggerang,bekasi. Jurnal keperawatan Indonesia

Karim, A. A. (2003). Ekonomi Mikro Islam . Jakarta: The International Institute Of Islamic Thought Indonesia dan Karim Business Consultant.

Lazuardi Saga, Lintan (2008) “Lifestyle pola makan dalam individu & keluarga, Makalah, Surabaya:

Mankiw, GN. 1999. Teori Makroekonomi. Edisi ke-4. PT. Erlangga. Jakarta

Mufidah, L.N.2006. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan : Deskriptif Pemanfaatan Food Court Oleh Keluarga. Jurnal FISIP. Universitas Sri Langka.


(5)

✁ ✂

Murwani, E. 2013. Eating Out Makanan Khas Daerah : Komuditas Gaya Hidup Masyarakat Urban. Jurnal Agribisnis. Universitas Multimedia Nusantara

Nanga, M. 2001. Makro Ekonomi Teori Masalah dan Kebijakan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta

Novitasari, E. 2012. Perbandingan Model Pengeluaran Rumah Tangga Di Batam Dan Karimun Menggunakan Regresi Dengan Dummy Variabel. Jurnal Ekonomi. BPS Provinsi Kepulauan Riau.

Safitri, A. 2013. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Niat Mengkonsumsi Daging Halal Studi Pada Konsumen Muslim Semarang. Jurnal Manajemen. Universitas Semarang

Samuelson, P. A. 2003. Ilmu Mikro Ekonomi. P T Media Global Edukasi. New York

Soekirno, S. 2005. Mikro Ekonomi : Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Soenardi, T. 2013. Teori Dasar Kuliner. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama Kompas Gramedia Buikling

Suliyanto. 2011. Ekonometrika terapan teori dan aplikasi dengan spss.andi.yogyakarta

Susanto, M . 2006. Kontribusi Pola Konsumsi Makan, Pendidikan Ibu Dan Tanggapan Pada Media Massa Terhadap Status Gizi Balita Di Surakarta. Skripsi . Jurusan MIPA. Universitas Sebelas Maret.


(6)

✄ ☎

Yunawati, D. 2008. Analisis Pendapatan Dan System Pembagian Hasil Nelayan Bermotor < 5 GT Dan 5-9 GT Di Kecamatan Datuk Bandar Dan Kecamatan Teluk Nibung Kota Madya Tanjung Balai. Provinsi Sumatera Utara. Skripsi . Jurusan Social Ekonomi Pertanian . Universitas Sumatera Utara.