Dampak Kenaikan Harga Bbm Terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Di Kota Bogor (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor)

(1)

(STUDI KASUS RUMAH TANGGA PENGOJEG PENGGUNA KREDIT MOTOR)

OLEH

ANADIA RAHMADINI H14103075

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(2)

Pengojeg Pengguna Kredit Motor) (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI).

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam baik yang terdapat didaratan maupun dilautan. Kekayaan alam yang melimpah terutama hasil tambang berupa minyak bumi telah mengikut sertakan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). Pada tahun 1973-1974 telah terjadi krisis energi pertama, yang mengakibatkan harga minyak dunia meningkat tiga kali lipat dari US$ 4 per barrel menjadi US$ 12 per barrel. Hal serupapun terjadi pada tahun 1978-1979, kenaikan harga minyak dari US$ 14 per barrel menjadi US$ 26 per barrel. Krisis energi pertama dan kedua memberikan keuntungan yang melimpah kepada negara-negara penghasil minyak, salah satunya Indonesia. Penerimaan yang besar dari penjualan minyak mendorong pemerintah untuk memberikan subsidi BBM dan Tarif listrik.

Krisis energi keempat yang terjadi pada tahun 2005 telah meningkatkan harga minyak dunia hingga US$ 60,63 per barrel. Peningkatan kali ini tidak memberikan keuntungan kepada Indonesia melainkan mengakibatkan beban subsidi BBM yang harus ditanggung oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena Indonesia mulai berubah status dari negara eksportir menjadi negara net-importir. Seiring bertambahnya jumlah penduduk konsumsi BBM semakin meningkat sedangkan produksi BBM semakin menurun. Atas pertimbangan tersebut pemerintah menaikan harga BBM dalam negeri pada 1 Oktober 2005.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg, serta pengaruhnya terhadap daya bayar cicilan kredit motor. Analisis data dilakukan setelah data primer berhasil dikumpulkan dari kegiatan penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalm bentuk tabel dan uraian. Analisa data dilakukan secara kualitatif dan dijabarkan dalam pendeskripsian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya kenaikan harga BBM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga pengojeg motor. Sementara itu, kenaikan harga BBM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg motor.


(3)

Oleh

ANADIA RAHMADINI H14103075

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(4)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh; Nama Mahasiswa : Anadia Rahmadini Nomor Register Pokok : H14103075 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbingan,

Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. NIP. 131 404 217

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872


(5)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2004

Anadia Rahmadini

H14103075


(6)

Penulis bernama Anadia Rahmadini lahir pada 24 Mei 1985 di Kota Bogor, yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak tunggal, dari pasangan Ayahanda Adang Hery Koswara dan Ibunda Jasmi. Penulis mengawali pendidikannya dari sekolah dasar. Pada tahun 1997 penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Polisi II Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri 5 Bogor. Mulai caturwulan ke 2 penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Bogor, hingga lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagi kepanitiaan, salah satunya Dies Natalis FEM ke-3.


(7)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Kota Bogor (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor)”. Kenaikan harga BBM merupakan topik yang sangat menarik karena dalam kenaikan harga BBM terdapat pihak yang pro dan kontra. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Kota Bogor. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sadar bahwa pencapaian ini bukan karya yang luar biasa, namun melalui karya ini penulis berharap agar dalam proses penyusunan hingga hasil yang dicapai dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis sendiri maupun pembaca.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti.

2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M. Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan.

3. Widyastutik, S.E., M.Si., selaku dosen komisi pendidikan yang memberikan masukan tata cara penulisan agar lebih baik.

4. Dosen-dosen Ilmu Ekonomi, serta petugas TU IE, dan TU FEM.

5. Orang Tua yang dengan sabar, tabah, dan ikhlas mendidik dan menguatkan jiwa dan raga.


(8)

Depe, Asih, Tanti, dan Echa).

8. Teman seperjuangan (Eka Sari Ningsih, Rizki Amelia, dan Halida Fatimah).

9. Teman-teman IE angkatan 40 dan 41 (Ipul dan Heri).

10.Guru-guru SMK Negeri 2 Bogor jurusan teknik elektronika khususnya kepada Bapak Yuniarto Triadi.

11.Guru-guru SMU Negeri 1 Bogor yang telah membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis.

12.Keluarga besar tercinta di Bukittinggi dan Malaysia yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

Bogor, September 2007

Anadia Rahmadini H14103075


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……….. iii

DAFTAR GAMBAR……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN……….. v

I. PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Perumusan Masalah……….. 7

1.3. Tujuan Penelitian……….. 10

1.4. Manfaat Penelitian……… 11

1.5. Ruang Lingkup Penelitian……… 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN……… 12

2.1. Tinjauan Teori………... 12

2.1.1. Kondisi Umum Kehidupan Masyarakat Miskin di Indonesia……….. 12

2.1.2. Kenaikan Harga BBM dan Subsidi BBM………... 13

2.1.3. Definisi Transportasi……….. 18

2.1.4. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga…………. 19

2.1.5. Kredit Perorangan……… 21

2.2. Penelitian Terdahulu………. 24

2.3. Kerangka Pemikiran………. 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 28

3.1. Wilayah Penelitian……… 28

3.2. Jenis dan Sumber Data………. 28

3.3. Metode Pengambilan Sampel……….. 29

3.4. Metode Analisis Data……….. 30

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH………. 31

4.1. Kondisi Geografis Kota Bogor……… 31


(10)

4.3. Perekonomian Kota Bogor……….... 34

4.4. Sarana dan Prasarana Transportasi……… 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN………. 40

5.1. Profil Pengojeg Sepeda Motor……….. 40

5.1.1. Gender……….. 40

5.1.2. Usia………..……… 40

5.1.3. Pendidikan……… 42

5.1.4. Masa Kerja………... 43

5.1.5. Jam Kerja Per Hari………... 44

5.1.6. Kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM)…………. 44

5.2. Kenaikan Tarif Ojeg, dan Perubahan Penerimaan Pengojeg Motor……… 45

5.3. Perubahan Pengeluaran Biaya Operasional Pengojeg Motor.. 47

5.4. Penerimaan Bersih dan Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor ……… 50

5.5. Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor………... 56

5.6. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor……… 59

5.7. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor……… 60

5.8. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Daya Bayar Kredit Motor Pengojeg…..………..……….... 61

VI. KESIMPULAN DAN SARAN……….….… 62

DAFTAR PUSTAKA………..… 64


(11)

(STUDI KASUS RUMAH TANGGA PENGOJEG PENGGUNA KREDIT MOTOR)

OLEH

ANADIA RAHMADINI H14103075

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(12)

Pengojeg Pengguna Kredit Motor) (dibimbing oleh DIDIN S. DAMANHURI).

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam baik yang terdapat didaratan maupun dilautan. Kekayaan alam yang melimpah terutama hasil tambang berupa minyak bumi telah mengikut sertakan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). Pada tahun 1973-1974 telah terjadi krisis energi pertama, yang mengakibatkan harga minyak dunia meningkat tiga kali lipat dari US$ 4 per barrel menjadi US$ 12 per barrel. Hal serupapun terjadi pada tahun 1978-1979, kenaikan harga minyak dari US$ 14 per barrel menjadi US$ 26 per barrel. Krisis energi pertama dan kedua memberikan keuntungan yang melimpah kepada negara-negara penghasil minyak, salah satunya Indonesia. Penerimaan yang besar dari penjualan minyak mendorong pemerintah untuk memberikan subsidi BBM dan Tarif listrik.

Krisis energi keempat yang terjadi pada tahun 2005 telah meningkatkan harga minyak dunia hingga US$ 60,63 per barrel. Peningkatan kali ini tidak memberikan keuntungan kepada Indonesia melainkan mengakibatkan beban subsidi BBM yang harus ditanggung oleh pemerintah. Hal ini terjadi karena Indonesia mulai berubah status dari negara eksportir menjadi negara net-importir. Seiring bertambahnya jumlah penduduk konsumsi BBM semakin meningkat sedangkan produksi BBM semakin menurun. Atas pertimbangan tersebut pemerintah menaikan harga BBM dalam negeri pada 1 Oktober 2005.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg, serta pengaruhnya terhadap daya bayar cicilan kredit motor. Analisis data dilakukan setelah data primer berhasil dikumpulkan dari kegiatan penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya disajikan dalm bentuk tabel dan uraian. Analisa data dilakukan secara kualitatif dan dijabarkan dalam pendeskripsian.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa adanya kenaikan harga BBM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan rumah tangga pengojeg motor. Sementara itu, kenaikan harga BBM berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg motor.


(13)

Oleh

ANADIA RAHMADINI H14103075

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007


(14)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh; Nama Mahasiswa : Anadia Rahmadini Nomor Register Pokok : H14103075 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor)

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbingan,

Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A. NIP. 131 404 217

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872


(15)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2004

Anadia Rahmadini

H14103075


(16)

Penulis bernama Anadia Rahmadini lahir pada 24 Mei 1985 di Kota Bogor, yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak tunggal, dari pasangan Ayahanda Adang Hery Koswara dan Ibunda Jasmi. Penulis mengawali pendidikannya dari sekolah dasar. Pada tahun 1997 penulis menamatkan sekolah dasar pada SD Negeri Polisi II Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri 5 Bogor. Mulai caturwulan ke 2 penulis melanjutkan pendidikannya di SMU Negeri 1 Bogor, hingga lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis diterima pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di berbagi kepanitiaan, salah satunya Dies Natalis FEM ke-3.


(17)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Kota Bogor (Studi Kasus Rumah Tangga Pengojeg Pengguna Kredit Motor)”. Kenaikan harga BBM merupakan topik yang sangat menarik karena dalam kenaikan harga BBM terdapat pihak yang pro dan kontra. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah Kota Bogor. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sadar bahwa pencapaian ini bukan karya yang luar biasa, namun melalui karya ini penulis berharap agar dalam proses penyusunan hingga hasil yang dicapai dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis sendiri maupun pembaca.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Didin S. Damanhuri, S.E., M.S., D.E.A., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang sangat berarti.

2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M. Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan.

3. Widyastutik, S.E., M.Si., selaku dosen komisi pendidikan yang memberikan masukan tata cara penulisan agar lebih baik.

4. Dosen-dosen Ilmu Ekonomi, serta petugas TU IE, dan TU FEM.

5. Orang Tua yang dengan sabar, tabah, dan ikhlas mendidik dan menguatkan jiwa dan raga.


(18)

Depe, Asih, Tanti, dan Echa).

8. Teman seperjuangan (Eka Sari Ningsih, Rizki Amelia, dan Halida Fatimah).

9. Teman-teman IE angkatan 40 dan 41 (Ipul dan Heri).

10.Guru-guru SMK Negeri 2 Bogor jurusan teknik elektronika khususnya kepada Bapak Yuniarto Triadi.

11.Guru-guru SMU Negeri 1 Bogor yang telah membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis.

12.Keluarga besar tercinta di Bukittinggi dan Malaysia yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

Bogor, September 2007

Anadia Rahmadini H14103075


(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL……….. iii

DAFTAR GAMBAR……….. iv

DAFTAR LAMPIRAN……….. v

I. PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang……….. 1

1.2. Perumusan Masalah……….. 7

1.3. Tujuan Penelitian……….. 10

1.4. Manfaat Penelitian……… 11

1.5. Ruang Lingkup Penelitian……… 11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN……… 12

2.1. Tinjauan Teori………... 12

2.1.1. Kondisi Umum Kehidupan Masyarakat Miskin di Indonesia……….. 12

2.1.2. Kenaikan Harga BBM dan Subsidi BBM………... 13

2.1.3. Definisi Transportasi……….. 18

2.1.4. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga…………. 19

2.1.5. Kredit Perorangan……… 21

2.2. Penelitian Terdahulu………. 24

2.3. Kerangka Pemikiran………. 25

III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 28

3.1. Wilayah Penelitian……… 28

3.2. Jenis dan Sumber Data………. 28

3.3. Metode Pengambilan Sampel……….. 29

3.4. Metode Analisis Data……….. 30

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH………. 31

4.1. Kondisi Geografis Kota Bogor……… 31


(20)

4.3. Perekonomian Kota Bogor……….... 34

4.4. Sarana dan Prasarana Transportasi……… 36

V. HASIL DAN PEMBAHASAN………. 40

5.1. Profil Pengojeg Sepeda Motor……….. 40

5.1.1. Gender……….. 40

5.1.2. Usia………..……… 40

5.1.3. Pendidikan……… 42

5.1.4. Masa Kerja………... 43

5.1.5. Jam Kerja Per Hari………... 44

5.1.6. Kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM)…………. 44

5.2. Kenaikan Tarif Ojeg, dan Perubahan Penerimaan Pengojeg Motor……… 45

5.3. Perubahan Pengeluaran Biaya Operasional Pengojeg Motor.. 47

5.4. Penerimaan Bersih dan Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor ……… 50

5.5. Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor………... 56

5.6. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor……… 59

5.7. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pengeluaran Rumah Tangga Pengojeg Motor……… 60

5.8. Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Daya Bayar Kredit Motor Pengojeg…..………..……….... 61

VI. KESIMPULAN DAN SARAN……….….… 62

DAFTAR PUSTAKA………..… 64


(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Kondisi Perminyakan Indonesia (Ribu Barrel)………. 4

2.1. Harga BBM Per 1 Oktober 2005……….. 5

2.2. Skema Tingkat Efektivitas Kompensasi Harga BBM (Persen)…… 17

3.1. Responden Penelitian……… 29

4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun 1987-2005… 33 4.2. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota Bogor Tahun 2005……….. 34

4.3. PDRB Kota Bogor Tahun 2001-2005………... 35

4.4. Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun 2005... 35

4.5. Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalanan di Kota Bogor Tahun 2005……….………. 36

4.6. Jumlah Kendaraan di Kota Bogor Tahun 2001-2006……….. 37

4.7. Tingkat Kecelakaan Kota Bogor……….. 39

4.8. Perkembangan Kriminalitas Kota Bogor………. 39

5.1. Kepemilikan SIM………. 45

5.2. Perubahan Tarif, dan Penerimaan Kotor Per Hari……….... 47

5.3. Rata-rata Pengeluaran Pengojeg Motor Per Hari………. 48

5.4. Rata-rata Penerimaan Bersih Pengojeg Motor Per Hari Kerja…... 50

5.5. Pendapatan dan Penghasilan Tambahan Pengojeg Motor Per Bulan Sebelum Kenaikan Harga BBM (Rupiah) ……… 52

5.6. Pendapatan dan Penghasilan Tambahan Pengojeg Motor Per Bulan Setelah Kenaikan Harga BBM (Rupiah) ………. 55


(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Laju Penjualan Sepeda Motor Anggota AISI Kuartal I (2005-2006) 8 1.2. Perbandingan Harga Premium di Berbagai Negara…………..…. 15 2.1. Kerangka Analisis Penelitian……….. 27 5.1. Frekuensi Pengojeg Berdasarkan Usia………....… 41 5.2. Frekeunsi Pengojeg Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga… 42 5.3. Frekuensi Pengojeg Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan….... 43 5.4. Frekuensi Pengojeg Berdasarkan Masa Kerja……….…… 43 5.5. Persentase Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Sebelum

KenaikanHarga BBM……….…… 51

5.6. Persentase Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Setelah

Kenaikan Harga BBM………..……….…. 53 5.7. Persentase Net Balance Rumah Tangga Pengojeg Setelah

Kenaikan Harga BBM... 58


(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor Per Bulan

Sebelum Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor……….…….. 66 2. Pendapatan Rumah Tangga Pengojeg Motor Per Bulan

Setelah Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor………..…….. 68 3. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengojeg Motor

Per Bulan Sebelum Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor…….……. 70 4. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengojeg Motor

Per Bulan Setelah Kenaikan Harga BBM di Kota Bogor………. 72 5. Data dasar Pengolahan Uji t ……… 74 6. Hasil Uji t untuk Pendapatan……….……….. 76 7. Hasil Uji t untuk Pengeluaran……….. 76 8. Ringkasan Hasil Uji t untuk Pendapatan………. 77 9. Ringkasan Hasil Uji t untuk Pengeluaran……… 78 10.Kuisioner Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan


(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik yang terdapat di daratan maupun di lautan. Kekayaan alam yang dimiliki berupa hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan dan pertambangan. Kekayaan alam yang melimpah terutama hasil tambang berupa minyak bumi telah mengikutsertakan Indonesia sebagai salah satu anggota dari OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries). OPEC merupakan organisasi yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak bumi. Menurut Pamungkas dan Hidayat OPEC bertujuan “mempertahankan harga minyak atau menentukan harga sehingga menguntungkan negara produsen, dan mengatur hubungan dengan perusahan-perusahaan minyak asing atau pemerintah negara-negara konsumen”.Peranan OPEC sangat besar ketika terjadi perang Yom Kipur antara 1 Arab dan Israel pada tahun 1973-1974 yang mengakibatkan negara-negara Arab memboikot untuk mengirim minyak ke Amerika dan Eropa. Perang tersebut menyebabkan krisis energi pertama sehingga harga minyak dunia naik tiga kali lipat dari US$ 4 per barrel menjadi US$ 12 per bar rel. Hal yang serupapun terjadi pada tahun 1978-1979 ketika terjadi revolusi Iran yang berakibat penghentian produksi minyak oleh Iran ke negara-negara Barat. Krisis energi kedua ini menyebabkan kenaikan harga minyak dunia

1 Pamungkas dan Syamsul Hidayat. 1998. Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap. Surabaya :


(25)

hingga dua kali lipat dari US$ 14 menjadi US$ 26. Kedua krisis energi tersebut membuat negara-negara yang tergabung di dalam OPEC mendapat keuntungan yang berlipat akibat melambunganya harga minyak dunia.

Indonesia yang menjadi salah satu negara anggota OPEC ikut merasakan keuntungan yang berlipat akibat krisis energi pertama dan kedua, yang terkenal dengan Oil Boom. Penerimaan yang besar dari hasil penjualan minyak bumi telah mendorong pemerintah untuk memberikan subsidi kepada masyarakat berupa subsidi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan subsidi Tarif Dasar Listrik (TDL). Pemberian subsidi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pembangunan, menarik para investor asing agar menanamkan modal di Indonesia, dan membantu orang-orang miskin yang ada di Indonesia. Pemberian subsidi tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bersama negara Malaysia dan Thailand, Indonesia mendapat julukan sebagai “Macan Asia”. Selain mendapat julukan tersebut Indonesia juga mendapat julukan sebagai NICs (New Industrial CountriesPemberian subsidi yang bertujuan untuk membantu orang-orang ). miskin, pada kenyataannya sebagian besar yang menikmati subsidi tersebut adalah golongan masyarakat menengah ke atas, dan bukan golongan masyarakat miskin. Padahal, beban subsidi yang diberikan pemerintah telah memberatkan APBN Indonesia.

Perekonomian Indonesia yang belum pulih benar akibat krisis ekonomi, kembali dihadapkan pada krisis energi keempat. Krisis energi tersebut menyebabkan harga minyak dunia meningkat hingga 60,63 US$ per


(26)

barel.2 Peningkatan harga minyak tersebut membuat beban subsidi energi bertambah besar, Prihandana mengatakan “subsidi meningkat lagi dengan pesat pada tahun 2004, menjadi tidak kurang dari 80 triliun rupiah, karena harga minyak internasional meningkat sampai tiga kali lipat. Tahun 2005, subsidi ditetapkan Rp 89 triliun”.3

Kenaikan harga minyak dunia kali ini tidak memberikan keuntungan terhadap Indonesia. Peningkatan konsumsi dan penurunan produksi BBM dalam negeri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Indonesia mulai berubah status menjadi negara net importir. Adanya subsidi energi menyebabkan harga BBM di Indonesia menjadi murah, hal ini menimbulkan pola konsumsi BBM yang cenderung konsumtif, selain itu tingginya perbedaan harga BBM dalam negeri dengan luar negeri menyebabkan terjadi penyelundupan BBM. Dari sisi produksi BBM mengalami penurunan, dikarenakan sumur-sumur minyak yang ada sudah tua, teknologi yang digunakan sudah ketinggalan zaman, dan ditambah dengan iklim investasi di sektor pertambangan minyak yang kurang kondusif. Tingginya tingkat konsumsi yang tidak diimbangi oleh peningkatan produksi BBM menyebabkan defisit BBM, sehingga untuk mencukupi kebutuhan minyak dalam negeri, dilakukan dengan cara mengimpor.

Tabel 1.1. Kondisi Perminyakan Indonesia (Ribu Barrel)

2 Teguh Dartanto. BBM, Kebijakan Energi, Subsidi, dan Kemiskinan di Indonesia.

http://www.oi.ppi-jepang.org.artcle.php?id=102 [1 Oktober 2005].

3 Rama Prihandana. 2006. Dari Energi Fosil Menuju Enegi Hijau. Jakarta: Proklamasi


(27)

Kondisi Perminyakan Indonesia

2000 2001 2002 2003 2004

Produksi minyak 1272.5 1214.2 1125.4 1139.6 1094.4 Konsumsi minyak 996.4 1026.0 1075.4 1112.9 11143.7 Impor minyak mentah 219.1 326.0 327.7 306.7 330.1 Ekspor minyak mentah 622.5 599.2 639.9 433.0 412.7 Kapasitas pengilangan 1057.0 1057.0 1057.0 1057.0 1055.5 Output pengilangan 968.2 1006.1 1002.4 944.4 1011.6 Cadangan minyak

(MB)*

5123.0 5095.0 4722.0 4320.0 4301.0

Sumber: Dartanto (2005)

Volume impor yang semakin meningkat dan biaya untuk subsidi yang semakin bertambah, sedangkan penerimaan dari ekspor yang semakin menurun, mengakibatkan biaya pengadaan BBM menjadi tinggi. Ketika harga minyak dunia melonjak di luar kewajaran dari anggaran pemerintah, hal tersebut dapat menimbulkan permasalahan defisit anggaran. Prihandana mengatakan : Terdapat beberapa pertimbangan mengapa pemberian subsidi BBM harus dikurangi. Pertama, pemberian subsidi BBM membuat pemberian subsidi untuk pendidikan, pangan, kesehatan, dan perumahan berkurang. Kedua, BBM yang di subsidi sebenarnya hanya menimbulkan disparitas harga, yang pada akhirnya akan mendorong penyelundupan. Ketiga, subsidi BBM yang jumlahnya sangat besar itu ternyata kebanyakan dinikmati oleh kelompok orang yang mampu.4

Atas beberapa pertimbangan tersebut pemerintah mencabut subsidi BBM dengan menaikkan harga minyak dalam negeri mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Sehingga pada 1 Oktober 2005 harga BBM dalam negeri naik hingga mencapai rata-rata 100 persen. Hal ini tercantum dalam Peraturan Presiden No. 5 tahun 2005 mengenai kenaikan harga BBM bersubsidi.

4 Ibid. hal 14.


(28)

Tabel 1.2. Harga BBM Per 1 Oktober 2005 Jenis BBM Keterangan

Harga lama per liter

(Rp)

Harga baru per liter

(Rp)

Perubahan (%) Pertamax

Plus

- 5.900 5.900

-Pertamax - 5.700

-Harga eceran 2.400 4.500 87,5

Premium

Harga industri

5.160 5.160

-Harga eceran 700 185,7

Minyak

Tanah Harga

industri

2.200 2.000 -10,0

Harga eceran 2.100 4.300 104,8

Minyak

Solar Harga

industri

5.350 5.350

-Harga eceran 2.300 123,0

Minyak

Diesel Harga

industri

5.130 5.130

-Harga eceran 2.600 21,2

Minyak

Bakar Harga

industri

3.150 3.150

-Sumber: Pertamina (2006)

Dari Tabel 1.2 dapat dilihat untuk BBM jenis premium mengalami kenaikan sebesar 87,5 persen, untuk jenis minyak tanah mengalami kenaikan harga sebesar 185,7 persen, minyak solar mengalami kenaikan harga sebesar 104,8 persen, minyak diesel mengalami kenaikan harga sebesar 123 persen dan minyak bakar mengalami kenaikan harga sebesar 21,2 persen. Pencabutan subsidi BBM oleh pemerintah dialihkan dalam program kompensasi kenaikan harga BBM, berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT). BLT merupakan bantuan langsung yang diberikan pemerintah kepada masyarakat miskin sebesar Rp. 100.000 per bulan per keluarga. Pemberian BLT ini bertujuan agar subsidi yang diberikan pemerintah dapat langsung menyentuh masyarakat miskin, sehingga subsidi tidak salah sasaran.

Peristiwa kenaikan harga BBM selalu menjadi sorotan tajam dari berbagai kalangan. Peristiwa tersebut sering kali disambut oleh masyarakat


(29)

dengan aksi-aksi demonstrasi dan sering berakhir dengan kericuhan dari para pendemo dengan aparat hukum. Menurut Hasan penolakan kenaikan harga BBM yang dilakukan kalangan masyarakat berdasarkan alasan :

Pertama, masyarakat belum yakin benar pemerintah dapat mengendalikan dampak dari kebijakan ini terhadap kenaikkan berbagai kebutuhan hidup. Kedua, masyarakat belum yakin bahwa program kompensasi BBM akan dapat mereka nikmati sebagaimana pemerintah janjikan. Ketiga, masyarakat belum dapat membeli alasan keadilan yang melatar belakangi kenaikkan harga BBM sebagaimana yang disampaikan pereintah.5

Program kompensasi BBM yang ada selama ini disinyalir sebagai pembagian rezeki kepada instansi-instansi pemerintah yang menjadi pelaksana dan penanggung jawab program tersebut, sehingga tingkat keefektivitasan program tersebut kecil dirasakan oleh masyarakat.

Kenaikan harga BBM yang mencapai rata-rata 100 persen akan memberikan dampak terhadap kehidupan masyarakat. Akibat dari kenaikan harga BBM tersebut telah menimbulkan inflasi yang tercermin dari naiknya harga sejumlah komponen kebutuhan pokok masyarakat berupa barang dan jasa. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi meningkat setelah kenaikan harga BBM sebesar 17,11 persen. Dampak kenaikan harga BBM juga dirasakan oleh perusahaan-perusahaan, karena telah menyebabkan biaya produksi meningkat, hal inipun ditambah dengan permintaan kenaikan upah dari para pekerja akibat meningkatnya biaya hidup. Dampaknya banyak perusahaan yang gulung tikar dan merumahkan atau melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

5 M. Fadhil Hasan. Kenapa Kenaikan Harga BBM di Tolak ?


(30)

Di tengah kehidupan sosial ekonomi yang terhimpit krisis, kebutuhan hidup masyarakat semakin melambung, yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun, karena dari segi pendapatan yang diterima belum tentu mengalami peningkatan. Kondisi ini akan menurunkan daya tahan ekonomi masyarakat serta kualitas hidup msyarakat yang akan mengalami penurunan, terutama kelompok masyarakat kelas menengah ke bawah, seperti pedagang kecil, pengojeg motor dan sopir. Penurunan kesejahteraan masyarakat akan menimbulkan masyarakat miskin di Indonesia yang akan meningkat jumlahnya akibat kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005. “Dikatakan jumlah penduduk miskin bertambah drastis, hingga maret 2006, jumlahnya meningkat 50 persen dibandingkan tahun 2004, dari 36,1 juta jiwa menjadi 50 juta jiwa”.6

1.2. Perumusan Masalah

Kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen, telah mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. Karena secara tidak langsung kenaikan tersebut akan meningkatkan biaya produksi barang dan jasa dan menambah beban hidup masyarakat. Bertambahnya beban hidup masyarakat yang tidak diimbangi bertambahnya pendapatan dapat menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Adanya penurunan daya beli masyarakat akan mempengaruhi pasar dan kinerja suatu perusahaan. Salah satu industri yang terkena dampak dari kenaikan harga BBM adalah industri otomotif, salah satunya industri sepeda motor. Kenaikan

6 Anonim. 2006. Orang Miskin Naik 50 Persen Paling Banyak Bekasi [Kompas Online].


(31)

harga BBM telah mempengaruhi pasar sepeda motor dari segi penjualan. Penurunan daya beli masyarakat terhadap sepeda motor tercermin dari hasil penjualan pada kuartal pertama tahun 2006.

Dari data penjualan sepeda motor pada kuartal pertama di tahun 2006 yang dibandingkan dengan penjualan pada kuartal pertama di tahun 2005 dapat dilihat dari Gambar 1.1, menunjukan tren penjualan sepeda motor yang mengalami penurunan. Penurunan sebesar 31 persen terjadi di bulan Januari, penurunan 9 sebesar persen di bulan Februari dan penurunan sebesar 34 persen terjadi di bulan Maret.

387,083

364,406 400,72

266,618

330,767

264,615

Januari Februari Maret

Penjualan Sepeda Motor Kuartal I 2005 Penjualan Sepeda Motor Kuartal I 2006

Sumber : AISI dalam Warta Ekonomi (2006)

Gambar 1.1. Laju Penjualan Sepeda Motor Anggota AISI Kuartal I (2005 - 2006)

Penurunan penjualan berdampak terhadap penurunan pertumbuhan industri sepeda motor. Tingginya tingkat suku bunga dan inflasi telah membuat pasar motor tidak bergerak dan menggeser prioritas barang yang hendak dibeli oleh masyarakat, karena sebagian besar penjualan sepeda motor dilakukan dengan sistem kredit. Dikatakan “sampai saat ini hampir


(32)

90 persen pasar sepeda motor di Indonesia itu adalah konsumen dengan sistem kredit”.7 Dalam keadaan seperti ini permintaan akan sepeda motor tidak akan bertambah, akibatnya pabrik-pabrik yang harus menyesuaikan produksinya dengan permintaan pasar. Kenaikan harga BBM tidak hanya berpengaruh terhadap pasar sepeda motor namun memberikan dampak terhadap potensi terjadinya kredit macet. Mengingat sebagian besar dari konsumen motor adalah masyarakat golongan menengah ke bawah, yang melakukan pembelian secara kredit. Adanya kenyataan kenaikan harga barang dan jasa yang meningkatkan biaya hidup, sedangkan pendapatan yang diterima belum tentu meningkat. Berakibat terhadap ketidakseimbangan antara tingkat pengeluaran dan pendapatan rumahtangga yang melakukan kredit sepeda motor. Ketidakseimbangan tersebut akan mempengaruhi penurunan daya bayar cicilan kredit. Penurunan daya bayar yang dialami dapat berpotensi terhadap timbulnya kredit macet.

Bagi sebagian orang sepeda motor tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi tetapi juga sebagai sumber mata pencaharian. Salah satu profesi yang dapat ditekuni dengan menggunakan motor adalah mengojeg motor. Para pengojeg motor pada umumnya adalah masyarakat kecil, yang berpendapatan rendah dan menggantungkan hidup keluarganya pada mata pencaharian tersebut. Para pengojeg merupakan bagian dari angkatan kerja yang kurang beruntung dalam mendapatkan kesempatan kerja, karena tingkat keahlian

7Anonim. 2006. Keras, Persaingan Sepeda Motor di Tahun 2007.


(33)

yang dimiliki terbatas. Selain keterbatasan keahlian para pengojeg juga memiliki keterbatasan dalam hal keuangan. Sehingga untuk memiliki sebuah sepeda motor baru, jalan yang ditempuh para pengojeg adalah dengan mengkredit sepeda motor tersebut. Namun adanya kenaikan harga BBM telah mempengaruhi tingkat pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg, yang berpengaruh terhadap kemampuan daya bayar cicilan kredit motor.

Berdasarkan latar belakang yang telah diketahui, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan rumah tangga pengojeg motor ?

2. Bagaimanakah dampak kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran rumah tangga pengojeg, baik kebutuhan makanan dan nonmakanan ?

3. Bagaimanakah pengaruh kenaikan harga BBM terhadap daya bayar kredit pengojeg motor ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap tingkat pendapatan rumah tangga pengojeg motor.

2. Menganalisis dampak kenaikan harga BBM terhadap tingkat pengeluaran rumah tangga pengojeg.


(34)

3. Mengetahui pengaruh kenaikan harga BBM terhadap daya bayar cicilan kredit motor.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran umum terhadap kehidupan ekonomi pengojeg motor.

2. Bagi pembuat kebijakan, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuat kebijakan yang dapat membawa dampak bagi kehidupan orang banyak.

3. Bagi masyarakat, diharapkan memberikan gambaran umum terkait masalah penerimaan dan pengeluaran setelah kenaikan harga BBM.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah para pengojeg yang melakukan pembelian motor secara kredit. Untuk melihat dampak dari kenaikan harga BBM terhadap rumah tangga pengojeg. Responden dalam penelitian ini adalah para pengojeg yang melakukan pembelian motor secara kredit, dengan pembayaran kredit yang dilakukan pada masa sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM, serta pengojeg yang mengalami persaingan usaha karena pertambahan jumlah pengojeg.


(35)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Kondisi Umum Kehidupan Masyarakat Miskin di Indonesia

Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia mempunyai perhatian yang cukup besar terhadap pengentasan kemiskinan. Besarnya perhatian tersebut tercantum dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945, melalui program pembangunan bertujuan menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sehingga menciptakan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah kemiskinan sampai saat ini masih menjadi masalah yang berkepanjangan. Penduduk miskin dari tahun 1976-1996 berdasarkan data BPS, menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia. Pada tahun 1976, penduduk miskin yang ada di Indonesia sebesar 54,2 juta jiwa atau sekitar 40,1 persen dan berkurang menjadi 22,5 juta jiwa atau sebesar 11,3 persen pada tahun 1996. Hal ini membuktikan program-program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah berpengaruh terhadap penurunan jumlah penduduk miskin yang ada di Indonesia.

Jumlah masyarakat miskin di Indonesia yang mulai menurun, harus dihadapkan dengan kenyataan krisis ekonomi pada tahun 1997 yang menyebabkan jumlah penduduk miskin bertambah. Tahun 1998 jumlah


(36)

penduduk miskin yang ada di Indonesia menjadi 49,5 juta jiwa atau sebesar 24,2 persen. Peningkatan tersebut membuat pemerintah mengeluarkan program-program penanggulangan kemiskinan secara besar-besaran diantaranya program Jaring Pengaman Sosial (JPS). Usaha yang dilakukan oleh pemerintah memberikan hasil, berdasarkan data BPS jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun dengan jumlah 35,1 juta jiwa atau sebesar 15,97 persen di tahun 2005. Tahun 2006 jumlah masyarakat miskin bertambah jumlahnya menjadi 39,3 juta atau sebesar 17,75 persen di tahun 2006.8

Pertambahan jumlah masyarakat miskin dikarenakan beban biaya kebutuhan hidup sehari-hari yang meningkat, akibat kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen. Peningkatan pengeluaran yang tidak diimbangi peningkatan pendapatan rumah tangga akan menambah beban ekonomi dan menurunkan daya tahan ekonomi serta kualitas hidup masyarakat. Dilain pihak perusahaan mengalami hal yang sama, dimana peningkatan harga barang dan jasa lainnya telah meningkatkan biaya produksi perusahaan. Peningkatan biaya produksi yang tidak diikuti peningkatan penjualan, akibat menurunnya daya beli masyarakat, akan menurunkan kinerja perusahaan, dan pada akhirnya perusahaan melakukan PHK terhadap karyawannya. Kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen dapat

8Aryo Adi Prabowo. 2007. Jumlah Penduduk Miskin Indonesia. http://www.liputan6.com/news/?id


(37)

mempengaruhi pertambahan jumlah masyarakat miskin dan pengangguran di Indonesia.

2.1.2. Kenaikan Harga BBM dan Subsidi BBM

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, yang dalam pengolahan dan penyalurannya dikuasai oleh negara. Hal ini sesuai dengan pasal 33 ayat (2) UUD 1945 yang menyatakan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

BBM adalah sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui, yang berasal dari endapan sisa-sisa jasad hidup yang halus dan mengandung minyak. BBM merupakan energi sekunder yang dihasilkan dari proses transformasi minyak bumi. Menurut pasal 3 Undang-undang No. 4 Perpu tahun 1960, bahan galian minyak dan gas bumi adalah kekayaan nasional, dikuasai oleh negara sedangkan usaha pertambangan dilaksanakan oleh perusahaan negara. Pasal tersebut menjelaskan dalam pengolahan minyak mentah dan BBM dikuasai sepenuhnya oleh negara yang penguasaannya diwakili oleh pemerintah.

Penguasaan yang dilakukan tersebut dijalankan oleh Pertamina, selaku Badan Usaha Milik Negara. Menurut Undang-undang No.8 tahun 1971 Pertamina mempunyai tugas meliputi kegiatan ekplorasi, eksploitasi, pemurnian, dan pengolahan. Dalam kenyataannya Pertamina belum mampu melaksanakan sendiri kegiatan tersebut. Sehingga dalam memproduksi BBM pihak pertamina melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam bentuk


(38)

(Contrak Production Sharing) atau yang lebih dikenal dengan KPK. Dari kerjasama tersebut hasil produksi minyak Indonesia dibagi dengan KPK, dengan hasil yang lebih menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Kerjasama antara Pertamina dan pihak ketiga tersebut dibenarkan dalam pasal 12 UU No.8 tahun 1971.

Menurut UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi dinyatakan bahwa migas merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh negara dan pemerintah yang ditetapkan sebagai pemegang kuasa pertambangan. Dikatakan pula bahwa harga BBM dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar. Dikeluarkannya UU tersebut untuk memperbaiki kondisi yang ada selama ini, agar pengelolaan migas lebih mengacu kepada mekanisme pasar.

Tingginya harga minyak dunia akibat krisis energi keempat yang lalu membuat pemerintah kesulitan menutupi besarnya subsidi BBM yang semakin meningkat seiring peningkatan harga minyak dunia. Subsidi BBM yang diberikan pemerintah membuat harga domestik menjadi murah, hal ini mendorong tingkat konsumsi yang sangat tinggi. Tingginya penggunaan BBM di Indonesia tidak hanya dikarenakan peningkatan konsumsi BBM tetapi didukung oleh maraknya penyelundupan BBM ke luar negeri.


(39)

Sumber : Dartanto (2005)

Gambar 2.1. Perbandingan Harga Premium di Berbagai Negara

Dari Gambar 2.1 terlihat perbandingan harga BBM Indonesia yang rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya seperti India. Harga jual BBM di Indonesia tergolong lebih murah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, adanya tingkat perbedaan harga ini memunculkan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Oknum-oknum tersebut mencari keuntungan lebih dengan menjual BBM ke negara lain, karena harga jual yang lebih tinggi sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar. Dalam hal ini pemerintah menjadi pihak yang dirugikan, karena nilai subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan meningkat yang menyebabkan defisit APBN. Tujuan pemberian subsidi BBM untuk membantu orang-orang miskin di Indonesia, ternyata telah salah sasaran. Pada kenyataannya penikmat terbesar subsidi BBM yang diberikan pemerintah adalah kelompok orang mampu. Karena pemberian subsidi BBM tidak membeda-bedakan golongan masyarakat. Alasan keadilan terhadap masyarakat miskin dan defisit anggaran membuat pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk

Germany UK

Japan India Brazil

Rusia

China

Nigeria

Indonesia Egypt

USA

0 50 100 150

Harga Premium (Euro sen per liter)


(40)

mengurangi subsidi BBM, dengan cara menaikan harga BBM dalam negeri, pada 1 Oktober 2005 dengan kenaikan BBM yang mencapai rata-rata 100 persen.

Pengurangan subsidi BBM tersebut kemudian dialihkan ke sektor lain berupa program kompensasi kenaikan harga BBM. Program ini bertujuan agar subsidi tepat sasaran kepada masyarakat miskin. Program yang baru diluncurkan oleh pemerintah adalah berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp. 100.000 per bulan per keluarga miskin.

Namun bila dilihat dari Tabel 2.1 mengenai program kompensasi BBM yang sudah ada, tingkat efektivitasnya amat rendah, untuk program kartu sehat tingkat efektivitasnya mencapai 26,53 persen, program raskin tingkat efektivitasnya hanya mencapai 25,93 persen, program beasiswa tingkat efektivitasnya cukup tinggi dari program lainya yang mencapai 37,99 persen, sedangkan dana bergulir tingkat efektivitasnya paling rendah yaitu 9,89 persen. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa program kompensasi yang selama ini berjalan tidak efektif dan tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disinyalir karena terjadinya penyalahgunaan dana kompensasi oleh oknum terkait, karena salah satu faktor penyebabnya terkait dengan tingkat Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di Indonesia yang masih tinggi.

Tabel 2.1. Skema Tingkat Efektivitas Kompensasi Harga BBM (Persen) Tingkat Efektivitas Kompensasi

Harga BBM Program Bantuan

2002 2003 2004

Kartu Sehat 28,07 27,14 26,53

Raskin (Beras Miskin) 27,55 26,97 25,93

Beasiswa 38,59 39,46 37,99


(41)

Sumber : Prihandana (2006).

Tujuan pemerintah untuk menyentuh secara langsung masyarakat miskin melalui program BLT mendapat kritikan. Karena uang sebesar Rp. 100.000 yang diberikan per bulan hanya dalam tempo yang singkat akan habis, setelah itu masyarakat miskin tersebut akan kembali menjadi miskin. Pemberian subsidi seperti ini dapat menimbulkan mental miskin terhadap sebagian masyarakat, mereka akan berebut dikatakan miskin agar mendapat bantuan. Pemerintah seharusnya membangun mental masyarakat untuk maju, kreatif, mandiri dan inovatif dengan menciptakan berbagai iklim kerja yang kondusif. Sehingga program kompensasi BBM dapat membawa masyarakat miskin keluar dari kemiskinannya.

2.1.3. Transportasi

Transportasi merupakan hal yang penting di dalam kehidupan manusia dan sebagai mobilitas manusia dan barang sehari-hari. Perkembangan dan kemajuan pembangunan suatu daerah bergantung terhadap peran transportasi. Maka diperlukanlah suatu sistem yang dapat memberikan pelayanan yang cukup, baik kepada masyarakat secara umum maupun secara pribadi, sehingga rasa aman, nyaman, cepat, dan dapat diandalkan oleh para penggunanya. Definisi trasportasi menurut Simbolon adalah : Transportasi berasal dari kata transportation, dalam bahasa Inggris yang memiliki arti angkutan, yang menggunakan suatu alat untuk melakukan pekerjaan tersebut atau dapat pula berarti suatu proses pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan suatu alat bantu kendaraan darat, laut, maupun udara, baik


(42)

umum maupun pribadi dengan menggunakan mesin atau tidak menggunakan mesin.9

BPS membedakan alat transportasi darat menjadi beberapa alat yaitu : 10

1. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu, biasanya digunakan untuk angkutan orang atau barang di jalan, selain kendaraan yang berjalan di atas rel. Kendaraan bermotor yang dicatat adalah semua kendaraan bermotor kecuali kendaraan bermotor Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan Korps Diplomatik.

2. Mobil Penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk sebanyak-banyaknya delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi atau tidak dilengkapi dengan bagasi.

3. Mobil bis adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi dengan tempat duduk untuk lebih dari delapan orang, tidak termasuk tempat duduk untuk pengemudi, baik dilengkapi atau tidak dilengkapi dengan bagasi.

4. Mobil beban adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan untuk angkutan barang, selain mobil penumpang, mobil bis dan kendaraan bermotor roda dua.

5. Sepeda motor adalah setiap kendaraan bermotor yang beroda dua.

6. Kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak (listrik, diesel, atau tenaga uap) baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan atau sedang bergerak di jalan rel, yang meliputi kereta penumpang dan kereta barang.

9 Maringan Masry Simbolon. 2003. Ekonomi Transportasi. Jakarta: Ghalia Indah. hal 1.

10Badan Pusat Statistik. Konsep dan Definisi Transportasi.


(43)

2.1.4. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga

Salah satu indikator yang menunjukkan peningkatan kesejahteraan adalah perubahan pola konsumsi penduduk. Terkait hubungan antara pendapatan dan konsumsi rumah tangga telah dipelajari oleh salah satu pakar ekonomi Ernest Engel (1821-1896). Hukum Ernest Engel mengemukakan bahwa “bagian pendapatan yang digunakan untuk belanja makanan cenderung menurun jika pendapatannya meningkat”.11 Artinya, semakin meningkat kesejahteraan seseorang atau kelompok masyarakat, maka semakin berkurang persentase pengeluaran untuk makanan. Berdasarkan hukum Engel dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan kesejahteraan, terlihat dari pola konsumsi penduduk terhadap makanan yang menunjukkan penurunan, dari 69,5 persen tahun 1980, 56,86 persen tahun1993Saefudin dan Marisa dalam penelitian yang dilakukan oleh Inayati 12, menjadi 53,86 persen pada tahun 2005.13 tahun 2006 mengemukakan definisi rumah tangga, pendapatan dan pendapatan rumah tangga : 14

1. Rumah tangga adalah semua anggota keluarga yang termasuk satu unit anggaran belanja keluarga (satu dapur), termasuk anak yang sedang sekolah di kota atas biaya keluarga dan orang lain yang ikut

11 Walter Nicholson. 2002. Mikro Intermediate dan Aplikasinya. Jakarta: Erlangga. hal 94. 12 BPS.1993. Statistik Indonesia Tahun 1993.hal 525.

13 BPS. 2006. Statistik Indonesia Tahun 2005/2006. hal 485.

14 Saefudin dan Marisa dalam Hani Inayati. 2006. Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap

Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Sopir Angkot serta Keuntungan Usaha

Angkot di Kota Bogor (Studi Kasus Trayek 03 Jurusan Baranangsiang-Bubulak) [skripsi].


(44)

makan secara teratur, meskipun tidak tidur di rumah, tetapi tidak termasuk orang yang tinggal di rumah tetapi tidak makan.

2. Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang atau natura. Secara garis besar pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

a. Gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh seseorang setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain, perusahaan swasta atau pemerintah (di pasar tenaga kerja).

b. Pendapatan dari usaha sendiri, yaitu nilai total hasil produksi dikurangi biaya yang dibayar (baik dalam bentuk uang atau natura).

c. Pendapatan dari sumber lain, yaitu pendapatan yang diperoleh tanpa pencurahan tenaga kerja, antara lain hasil dari menyewakan aset (ternak, rumah dan barang lain), bunga uang, sumbangan dari pihak lain atau pension.

3. Pendapatan rumah tangga, yaitu total pendapatan dari setiap anggota rumah tangga dalam bentuk uang atau natura, yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah, usaha rumah tangga atau sumber lain.

2.1.5. Kredit Perorangan

Definisi kredit berdasarkan Undang-undang No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank


(45)

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit perorangan merupakan kredit untuk membiayai kebutuhan barang dan jasa yang bersifat konsumtif. Perkembangan kredit perorangan dalam suatu negara berhubungan erat dengan perkembangan pendapatan penduduk yang memiliki pekerjaan tetap, terutama bagi masyarakat yang tergolong kelas menengah, selain itu dipengaruhi pula oleh kecanggihan pola konsumsi masyarakatnya. Semakin tinggi pendapatan dan pola konsumsinya maka akan semakin banyak muncul kebutuhan barang dan jasa mewah yang diingginkan. Sutojo mengatakan :

Semakin bertambah pendapatan masyarakat suatu negara akan semakin banyak muncul jenis kebutuhan barang konsumtif tahan lama atau barang konsumsi rumah tangga dengan nilai tinggi (misalnya; rumah tinggal, villa, kendaraan bermotor, alat-alat elektronik, pakaian dan perhiasan mewah). Demikian pula dengan semakin canggihnya pola konsumsi masyarakat, akan semakin banyak timbul kebutuhan akan barang dan jasa mewah yang lainnya (misalnya; tamasya atau studi ke luar negeri, tamasya dalam negeri, dan berbelanja di berbagai pusat perbelanjaan, dan rumah makan kelas atas).15

Sehingga bila jumlah penduduk yang berpenghasilan cukup di suatu negara meningkat, maka akan semakin banyak jumlah kredit yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif tersebut.

Kredit perorangan ditawarkan dalam berbagai macam bentuk secara umum, kredit perorangan dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu :

1. Kredit dengan pembayaran kembali secara mencicil (installment loans),

15 Siswanto Sutojo. 1997. Analisa Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik. Jakarta: Pustaka


(46)

2. Kredit dengan penarikan dan pembayaran kembali sekaligus (single payment loans) dan,

3. Kredit dengan plafon (over draft checking lines).

Nilai kredit dengan pembayaran kembali secara mencicil, merupakan bagian terbesar dari seluruh jumlah kredit perorangan yang terjadi. Hal ini dikarenakan pembayaran kembali kredit perorangan secara mencicil dirasakan lebih ringan oleh pihak peminjam.

Kredit perorangan juga dapat dibagi menjadi dua yaitu kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan. Pihak bank dan lembaga lainnya akan memberikan kredit kepada debitur tanpa jaminan, bila pihak peminjam perorangan dapat membuktikan bahwa secara finansial mereka cukup kuat, antara lain dengan membuktikan bahwa mereka bekerja pada atau mengusahakan sebuah badan usaha yang kuat dengan penghasilan yang cukup. Tidak lancarnya pembayaran cicilan kredit perorangan oleh pihak peminjam akan menyebabkan kredit macet atau Noan Performing Loan (NPL). Kredit yang bermasalah ini menurut Sutojo dapat disebabkan oleh “tidak dipatuhinya standar persyaratan pemberian kredit, lemahnya usaha koleksi cicilan, dan menurunnya kondisi ekonomi setempat”.16

Tidak dipatuhinya standar persyaratan pemberian kredit, dapat terjadi karena ketidakcermatan dalam melakukan analisis kredit. Dimana berdasarkan analisis kredit pihak peminjam yang diperbolehkan diberi pinjaman, bila pendapatan tetap bulanan harus lebih besar dari pengeluaran

16Ibid. hal 172.


(47)

tetap perbulan, yang termasuk pengeluaran tetap perbulan adalah biaya rumah tangga seperti sewa rumah, uang sekolah, biaya kesehatan, dan sebagainya. Selain karena ketidakcermatan dalam analisis, hal ini dapat terjadi karena moral Hazard, dari petugas yang diberi tugas mensurvei ke rumah calon peminjam.

Lemahnya usaha koleksi cicilan diakibatkan karena kepatuhan pihak peminjam yang dipengaruhi watak yang dimilikinya. Banyak pihak peminjam yang sukarela membayar cicilannya sesuai dengan jadwal, tetapi tidak sedikit yang perlu diberi peringatan dahulu untuk membayar cicilannya.

Adanya resesi ekonomi dapat mengakibatkan terjadinya penurunan pendpatan, bahkan mengakibatkan terjadinya PHK. Kondisi yang tidak menguntungkan seperti itu dapat mengganggu stabilitas sumber dana pembayaran cicilan kepada pihak bank dan lembaga lainnya. Bila keadaan ini semakin parah maka kemungkinan besar dapat terjadi kredit macet.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Nugroho (2005) yang berjudul “Analisis Pengaruh Harga Bahan Bakar Minyak Terhadap Tingkat Inflasi Di Indonesia”, menganalisis pengaruh harga BBM terhadap tingkat inflasi di Indonesia selama periode 1990 sampai 2004 dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square). Penelitian ini menyimpulkan bahwa selama perode 1990 sampai 2004 harga BBM berkolerasi positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Kenaikan harga BBM sebesar 1 persen akan menyebabkan inflasi sebesar 0,11 persen.


(48)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Inayati (2006) yang berjudul “Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Sopir Angkot serta Keuntungan Usaha Angkot di Kota Bogor” menyimpulkan bahwa kenaikan harga BBM mempunyai pengaruh terhadap pendapatan rumah tangga sopir angkot, yang diakibatkan oleh naiknya pengeluaran biaya operasional seperti biaya bahan bakar, cuci kendaraan, upah calo dan makan siang. Pengeluaran konsumsi makanan dan nonmakanan juga meningkat seiring dengan kenaikan harga BBM. Untuk melihat seberapa besar kenaikan harga BBM mempengaruhi jumlah masyarakat miskin di Indonesia, Kajian Institute of Economics and Finance (INDEF) pada tahun 2005 dalam Hasan, tentang dampak kenaikan harga BBM terhadap masyarakat miskin dengan menggunakan metode VAR (Vector Auto Regressive) membuktikan kenaikan harga BBM (semua jenis BBM) sebesar 5 persen, akan meningkatkan jumlah masyarakat miskin di desa menjadi 1,3 persen, sedangkan jumlah masyarakat miskin di kota akan bertambah sebesar 2,76 persen. Secara umum penelitian tersebut mengisyaratkan bahwa rumah tangga yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi meningkat jumlahnya setelah kenaikan harga BBM.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada fokus penelitian yang menitikberatkan pada dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg motor, yang melakukan pembelian motor dengan sistem kredit, serta melihat dampak


(49)

kenaikan BBM terhadap daya bayar kredit motor. Penelitian ini meneliti rumah tangga pengojeg motor yang berada di Kota Bogor.

2.3. Kerangka Pemikiran

Alur pemikiran konseptual dalam penelitian ini berawal dari krisis energi keempat yang melanda dunia yang berdampak pada kenaikan harga minyak dunia. Untuk mengantisipasi defisit APBN yang semakin besar, maka dikeluarkan kebijakan untuk menaikan harga BBM dalam negeri mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga BBM di Indonesia terjadi beberapa kali, namun kenaikan yang paling memukul masyarakat adalah kenaikan harga BBM pada 1 Oktober 2005 yang mencapai rata-rata 100 persen. Pengaruh dari kenaikan harga BBM tersebut adalah kenaikan harga-harga baik barang maupun jasa sehingga meningkatkan biaya kebutuhan hidup sehari-hari. Pada bidang transportasi, biaya produksi jasa angkutan seperti ojeg motor mengalami peningkatan, sehingga mengurangi pendapatan pengojeg. Bagi para pengojeg yang menggantungkan hidup keluarganya dari hasil mengojeg, adanya kenaikan biaya kebutuhan hidup yang tidak disertai kenaikan pendapatan akan menambah beban hidup para pengojeg. Terlebih lagi terhadap para pengojeg yang menggunakan sepeda motor kredit, adanya kewajiban membayar cicilan kredit per bulan menambah jumlah pengeluaran rumah tangga pengojeg. Beban kehidupan yang dirasa oleh para pengojeg menjadi bertambah berat. Keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg harus dilakukan. Bila ketidakseimbangan terjadi antara


(50)

pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg terjadi, maka akan mempengaruhi terhadap daya bayar cicilan motor. Dalam penelitian ini, hal-hal yang dianalisis adalah dampak kenaikan harga BBM terhadap perubahan pendapatan rumah tangga pengojeg, perubahan pengeluaran kebutuhan konsumsi rumah tangga baik kebutuhan makanan dan nonmakanan, dan melihat pengaruh kenaikan harga BBM terhadap daya bayar cicilan sepeda motor oleh para pengojeg. Untuk melihat besarnya dampak kenaikan harga BBM terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga pengojeg dilakukan analisis statistik, yakni uji t.

Harga BBM domestik meningkat

Pengurangan subsidi Harga BBM

internasional meningkat

Defisit anggaran pemerintah


(51)

Keterangan: Hal yang dianalisis Hal yang tidak dianalisis Hal yang terjadi

Gambar 2.2. Kerangka Analisis Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Wilayah Penelitian

Biaya produksi jasa ojeg meningkat

Kenaikan tarif ojeg

Perubahan permintaan jasa

ojeg

Perubahan penerimaan

pengojeg

Biaya hidup meningkat

Perubahan pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg Perubahan

pendapatan pengojeg

Analisa Deskriptif

Perubahan daya bayar cicilan kredit

Uji t sebelum dan sesudah kenaikan


(52)

Penelitian dilakukan di Kota Bogor, propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan letak Kota Bogor yang strategis dan mudah dijangkau. Kota Bogor memiliki jasa transportasi yang beraneka ragam, salah satunya adalah ojeg sepeda motor. Letak Kota Bogor yang strategis membuat pertumbuhan ojeg sepeda motor bertambah setiap tahunnya, sehingga pengojeg sepeda motor dapat dengan mudah di temui. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga bulan Juni 2007.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuisioner dan dilakukan terhadap responden yang berprofesi sebagai pengojeg motor, dimana sepeda motor yang digunakan adalah sepeda motor kredit dalam tahap pelunasan.

Data sekunder diperoleh dari pihak-pihak yang terkait antara lain : Polresta Kota Bogor, Samsat Kota Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS), artikel-artikel dan referensi lain yang relevan.

3.3. Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengojeg sepeda motor yang beroperasi di Kota Bogor, dan menggunakan sepeda motor kredit. Masa


(53)

mengkredit sepeda motor dalam jangka waktu sebelum dan sesudah harga BBM naik pada 1 Oktober 2005.

Metode pengambilan sampel data primer untuk penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel berdasarkan spontanitas (Accidental Sampling) yang termasuk ke dalam teknik penarikan contoh bukan berpeluang (Non Probability Sampling). Pemilihan teknik ini terpilih karena tidak semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi responden. Dalam hal ini siapa saja pengojeg motor yang ditemui dan bersedia di wawancara maka orang tersebut menjadi sampel (responden).

Tabel 3.1. Responden Penelitian Kecamatan

Kota Bogor Wilayah

Jumlah Responden (Orang)

Bogor Barat Bubulak, Cifor 25

Tanah Sareal Kedung Badak 14

Bogor Utara Cibuluh, Tanah Baru 21

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat dilihat jumlah responden dalam penelitian ini terdiri dari 60 orang pengojeg yang berlokasi di Kota Bogor. Pengambilan responden 60 orang berdasarkan asumsi kenormalan jumlah data lebih dari sama dengan 30 responden. Santoso mengatakan “berdasarkan prosedur asumsi kenormalan jumlah data sekitar 30 data atau lebih”.17

3.4. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah data berhasil dikumpulkan dari kegiatan penelitian. Untuk melihat dampak kenaikan harga BBM terhadap

17 Singgih Santoso. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT Elex Media


(54)

perubahan pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga pengojeg, dilakukan uji statistik berupa uji t terhadap pendapatan dan pengeluaran sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM. Dengan rumus uji t sebagai berikut :18

t =

n s

d d

d

μ

dengan : d = nilai tengah sampel dari selisih pendapatan / pengeluaran rumah tangga pengojeg sebelum dan sesudah kenaikan BBM sd = ragam sampel dari selisih pendapatan / pengeluaran rumah tangga pengojeg sebelum dan sesudah kenaikan BBM

μd = nilai tengah dari selisih pendapatan / pengeluaran rumah tangga pengojeg sebelum dan sesudah kenaikan BBM

n = ukuran sampel, yakni 60 rumah tangga pengojeg

Analisis data kemudian dilakukan secara kualitatif dan dijabarkan dalam pendeskripsian. Analisis deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran penerimaan kotor dan bersih yang diperoleh dari hasil mengojeg, serta pengeluaran rumah tangga pengojeg motor yang meliputi berbagai biaya kebutuhan hidup rumah tangga tersebut. Penelitian ini juga melihat besarnya pengaruh sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 terhadap daya bayar kredit pengojeg motor.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

18 Ahmad Ansori Mattjik dan Made Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi


(55)

4.1. Kondisi Geografis Kota Bogor

Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada di bawah wilayah adminisrasi Propinsi Jawa Barat dan hanya berjarak kurang lebih 60 km dari Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan Indonesia. Kota Bogor memiliki luas 11.850 Ha yang dihuni lebih dari 820.707 jiwa dan tersebar di enam kecamatan, 68 kelurahan, dibatasi oleh Kabupaten Bogor.

Kota Bogor terletak pada ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata 4000 mm per tahun. Curah hujan bulanan berkisar antar 250-335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sekitar 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi pada bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 260 C, temperatur tertinggi sekitar 30,40 C dengan kelembaban udara rata-rata lebih kurang 70 persen. Tingginya curah hujan di Kota Bogor menjadikan Kota Bogor sebagai Kota Hujan, julukan Kota Hujan tersebut sering disalah artikan sebagai daerah “pengirim” banjir ke Jakarta melalui dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Pada umumnya kedua sungai sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Terdapatnya beberapa mata air di Kota Bogor juga dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan air bersih sehari-hari.

Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan sekaligus menjadi pusat pertumbuhan Bogor Raya dan secara geografis dikelilingi oleh pegunungan, mulai dari Pegunungan Pancar, Megamendung,


(56)

Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak serta Gunung Halimun yang membentuk seperti huruf U.

Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian yang bervariasi antara 190 sampai dengan 350 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng berkisar 0-2 persen kemiringan datar dengan luas 1.763,94 Ha, 4-15 persen kemiringan landai dengan luas 764,96 Ha dan lebih besar dari 40 persen kemiringan sangat curam seluas 119,94 Ha. Kedudukan topografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor serta lokasi yang dekat dengan ibukota Negara merupakan potensi yang strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi. Batas wilayah Kota Bogor adalah sebagai berikut :

Sebelah Selatan :Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor

Sebelah Timur :Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor

Sebelah Utara :Wilayah kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor

Sebelah Barat :Wilayah Kecamatan Dramaga dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor


(57)

Data penduduk merupakan data yang sangat diperlukan dalam berbagai perencanaan dan evaluasi pembangunan, terutama dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi tumpuan dan tujuan pembangunan.

Jumlah penduduk Kota Bogor terus meningkat dari tahun-tahun. Kenaikan ini diduga akibat banyaknya fasilitas sosial yang mudah diperoleh di Kota Bogor, selain itu Kota Bogor merupakan kota penyangga ibukota negara, sehingga menarik para pendatang untuk tinggal dan mencoba peruntungannya di Kota Bogor yang pada akhirnya meningkatkan jumlah dan kepadatan penduduk kota ini.

Tabel 4.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kota Bogor Tahun 1987-2005 Tahun Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

Pertumbuhan Penduduk

(Persen)

1987 536.086 4.475,56 0,00

1988 536.671 4.523,53 0,11

1989 542.658 4.573,99 1,12

1990 587.448 4.951,52 8,25

1991 595.467 5.019,11 1,37

1992 623.145 5.252,40 4,65

1993 628.789 5.299,98 0,91

1994 647.190 5.455,07 2,93

1995 666.273 5.615,92 2,95

1996 670.620 5.652,56 0,65

1997 675.174 5.690,94 0,68

1998 680.514 5.743,00 0,79

1999 697.496 5.886,00 2,50

2000 714.712 6.031,00 2,47

2001 760.329 6.416,00 6,38

2002 789.423 6.662,00 3,83

2003 820.707 6.926,00 3,96

2004 831.571 7.017,00 1,32

2005 855.571 7.216,00 2,75

Sumber: BPS (2006).

Pada Tahun 1987, jumlah penduduk Kota Bogor sebesar 535.086 jiwa dengan kepadatan 1.175,56 jiwa/km2. Jumlah ini terus meningkat dari tahun


(58)

ke tahun. Pada tahun 2005, jumlah penduduk di kota Bogor menjadi sebesar 855.085 jiwa dengan kepadatan 7.216 jiwa/km2.

Kecamatan Bogor Barat merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 190.421 jiwa. Hal ini sebanding karena luas wilayah Bogor Barat adalah wilayah terbesar yaitu 32,62 km. Jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bogor Timur sebanyak 86.978 jiwa. Sedangkan untuk tingkat kepadatan, Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan terpadat, yaitu 12.691 jiwa/km2, hal ini disebabkan karena pusat pemerintahan dan kegiatan ekonomi banyak berada di Kecamatan Bogor Tengah.

Tabel 4.2. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk di Kota Bogor Tahun 2005

Kecamatan Jumlah Rumah Tangga (Unit) Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah

(Km2)

Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sereal 39.050 18.594 35.187 24.256 41.753 35.517 166.745 86.978 149.578 103.176 190.421 158.187 30,81 10,15 17,72 8,13 32,85 18,84 5.412 8.569 8.441 12.691 5.797 8.396

Kota Bogor 194.357 855.085 118,50 7.216

Sumber: BAPEDA (2006).

4.3. Perekonomian Kota Bogor

Indikator makro perekonomian diukur dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa PDRB Kota Bogor untuk tahun 2001 harga konstan dari harga berlaku sebesar Rp. 2.994.826,20 mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga tahun 2005 PDRB Kota


(59)

Bogor atas dasar tahun berlaku sebesar Rp. 6.836.918,89 dan harga konstan sebesar Rp. 3.567.230,91.

Tabel 4.3. PDRB Kota Bogor Tahun 2001-2005

Tahun PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku (Juta Rp) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Persen) Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

2001 2.994.826,20 2.823.430,21 12,10 5,68

2002 3.454.398,26 2.986.837,37 15,15 5,79

2003 4.165.569,12 3.168.185,54 20,41 6,07

2004 5.245.746,83 3.361.483,93 25,93 6,10

2005 6.836.918,89 3.567.230,91 30,33 6,12

Sumber: BAPEDA (2006).

Kontribusi setiap sektor terhadap PDRB Kota Bogor berbeda-beda. Pada tahun 2005, Kota Bogor memiliki sektor-sektor kegiatan perekonomian dominan dalam rangka memberikan kontribusi terhadap PDRB. Kontribusi 9 sektor lapangan usaha ini sangat menentukan laju pertubuhan ekonomi Kota Bogor.

Tabel 4.4. Kontribusi Sektor dalam Perekonomian Kota Bogor Tahun 2005

No Sektor PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku (Persen) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen) 1 Perdagangan, hotel dan

restoran

47,42 30,03

2 Inustri pengolah 21,37 28,10

3 Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan 12,70

13,72

4 Pengangkutan dan komunikasi 10,68 9,66

5 Bangunan 8,61 7,46

6 Jasa-jasa 7,16 7,52

7 Listrik, gas dan air bersih 3,12 3,15

8 Pertanian, peternakan,

kehutanan dan perikanan 0,40

0,36

9 Pertambangan 0,00 0,00

PDRB 100,00 100,00


(60)

4.4. Sarana dan Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi darat berupa jalan di Kota Bogor yang meliputi jalan negara, jalan propinsi, jalan kota dan jalan lingkungan (Tabel 4.5).

Tabel 4.5. Panjang Jalan Menurut Keadaan dan Status Jalanan di Kota Bogor Tahun 2005 Status Jalan Keadaan Jalan Negara (Km) Jalan Propinsi (Km) Jalan Kota (Km) Jumlah Jalan (Km)

I. Jenis Permukaan

a. Diaspal 33,810 10,120 490,112 534,042

b.Kerikil - - 20,125 20,125

c.Tanah - - 9,070 9,070

d.Beton/comblock - - 39,072 39,072

e. Tidak dirinci - - 18,286 18,286

Jumlah 33,810 10,120 576,665 620,595

II. Kondisi Jalan

a. Baik 11,661 - 73,514 85,175

b.Sedang 14,778 10,120 245,347 270,245

c.Rusak 7,371 - 179,327 186,698

d.Rusak Berat - - 78,477 78,477

Jumlah 33,810 10,120 576,665 620,595

III. Kelas Jalan

a. Kelas I - - -

-b. Kelas II 33,810 10,120 13,028 56,958

c. Kelas III - 147,675 147,675

d. Kelas III A - - 54,144 54,144

e. Kelas III B - - 158,124 158,124

f. Kelas III C - - 167,800 167,800

g. Kelas tidak dirinci

- - 35,894 35,894

Jumlah 33,810 10,120 576,665 620,505

Sumber: BPS (2006)

Jalan negara di Kota Bogor dengan ruas jalan sepanjag 33,810 km dan panjang jalan tersebut kondisinya pada tahun 2005 adalah baik 11,661 km, sedang 14,778 km, dan rusak 7,371 km, jalan Propinsi dengan ruas jalan sepanjang 10,120 km dan jalan tersebut 10,120 km dalam kondisi sedang dan


(61)

jalan Kota dengan ruas jalan sepanjang 576,665 km, dengan kondisi baik 73,514 km, sedang 245,347 km, rusak 179,327 km dan rusak 78,477 km.

Berdasarkan data dari DLLAJ dan Samsat Kota Bogor terdapat kendaraan yang ada di Kota Bogor sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2006, dimana setiap tahunnya jumlah kendaraan cenderung meningkat. Tabel 4.6. Jumlah Kendaraan di Kota Bogor Tahun 2001-2006

Jumlah Kendaraan di Kota Bogor ( Tahun) No Uraian

2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Jumlah Sepeda

Motor

28.057 28.169 42.390 53.576 73.145 90.851 2 Jumlah mobil

penumpang pribadi

22.456 21.679 23.917 25.486 28.388 30.512 3 Jumlah mobil

barang

7.315 7.315 7.173 8.062 8.943 9.734 4 Jumlah mobil

penumpang umum

a. Angkutan kota 2.422 2.422 3.189 3.271 3.316 3.385 b. Angkutan

perkotaan

-Asli domisili kota 1.846 1.926 1.926

-Asli domisili di luar kota

2.981 2.901 2.901 5 Jumlah mobil

penumpang umum tidak dalam trayek

11 23 23 23 23 62

6 Jumlah

kendaraan tidak bermotor

-Becak 1.441 1.441 1.441 1.441 1.456 934

-Andong/dokar Sumber: DLLAJ Kota Bogor (2006)

Berdasarkan data diatas pertambahan jumlah kendaraan di Kota Bogor yang tertinggi adalah sepeda motor bila dibandingkan jenis kendaraan lainnya. Jumlah sepeda motor di tahun 2006 mencapai 90.851 unit. Pertambahan tersebut dikarenakan sepeda motor merupakan kendaraan yang mudah didapat dan murah, kemudahan kredit


(62)

meringankan masyarakat dalam hal mencicil, bila dibandingkan dengan kendaraan bermotor lainnya sepeda motor merupakan kendaraan yang murah, sehingga konsumen terbesarnya adalah golongan masyarakat menengah ke bawah.

Secara umum pertumbuhan kendaraan bermotor di Kota Bogor sangat tinggi setiap tahunnya, hal ini mengakibatkan populasi kendaraan bermotor yang meningkat, dimana tahun 2000 jumlah kendaraan bermotor mencapai 48.502 unit, dan telah mencapai 140.305 unit di tahun 2006, dapat dibayangkan permasalahan yang ditimbulkan dari pertumbuhan kendaraan bermotor yang sangat tinggi. Masalah yang paling sering ditemukan di Kota Bogor adalah kemacetan, hampir diruas-ruas jalan Kota Bogor mengalami kemacetan. Jumlah kendaraan yang semakin bertambah membuat tinggi tingkat kecelakaan yang terjadi di Kota Bogor. Terlebih lagi bagi sepeda motor yang jumlahnya sangat banyak, sehingga sering kali kecelakaan yang terjadi mengikutsertakan sepeda motor sebagai salah satu korbannya. Berdasarkan Tabel 4.7 pada tahun 2005 telah terjadi 168 kejadian, dimana sebanyak 93 kejadian melibatkan sepeda motor dalam kecelakaan tersebut. Tingginya angka kejadian kecelakaan tentunya membuat aparat kepolisian merasa terpanggil dengan menertibkan kendaraan bermotor yang ada sehingga angka kecelakaan di Kota Bogor menurun. Jumlah kejadian adalah 99 dan sebanyak 72 kecelakaan melibatkan sepeda motor. Sepeda motor merupakan kendaraan yang rentan terhadap kecelakaan, karena struktur kendaraan yang tidak memiliki kabin pelindung seperti halnya mobil, sehingga setiap


(63)

kecelakaan yang melibatkan sepeda motor, maka korban kecelakaan yang parah adalah pengguna motor.

Tabel 4.7. Tingkat Kecelakaan Kota Bogor

Kecelakaan yang melibatkan Sepeda Motor

No Tahun Jumlah Kecelakaan (Kejadian)

Jumlah Persen

1 2005 168 93 55,4

2 2006 99 72 72,0

Sumber: Polresta Kota Bogor (2006)

Pertambahan sepeda motor diikuti oleh tindak kriminalitas pencurian yang semakin meningkat setiap tahunnya. Tindak kriminalitas pencurian untuk sepeda motor pada tahun 2002 mencapai 276 kejadian, jumlah tersebut meningkat menjadi 378 kejadian di tahun 2006. Tindak kriminal yang menimpa sepeda motor lebih banyak daripada kendaraan roda 4. Sepeda motor merupakan kendaraan yang rawan terhadap tindak kriminalitas pencurian, karena tingkat pengamanan yang rendah, selain itu minat masyarakat terhadap sepeda motor yang tinggi, memudahkan barang

curian tersebut untuk dijual kembali.

Tabel 4.8. Perkembangan Kriminalitas Kota Bogor

Sumber: Polresta Kota Bogor (2006)

Sarana transportasi darat lainnya yang dimiliki oleh Kota Bogor adalah kereta api. Setiap harinya kereta api mampu mengangkut penumpang baik yang pergi dan datang ke Bogor dengan rata-rata 49.364

Perkembangan Kriminalitas No Jenis Kejadian

2002 2003 2004 2005 2006

1 Curanmor roda 2 276 262 232 284 378


(1)

Inayati, H. 2006.

Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap Pendapatan dan

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Sopir Angkot serta Keuntungan

Usaha Angkot di Kota Bogor (Studi Kasus Trayek 03 Jurusan

Branangsiang-Bubulak)

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Mattjit, A. A, dan M. Sumertaya. 2002.

Perancangan Percobaan dengan Aplikasi

SAS dan Minitab Jilid 2

. IPB Press, Bogor.

Nicholson, Walter. 2000.

Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya

. B.

Mahendra dan A. Aziz [penerjemah]. Erlangga, Jakarta.

Nugroho, C. W. 2005.

Analisis Pengaruh Harga Bahan Bakar Minyak terhadap

Tingkat Inflasi di Indonesia

[skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Polisi Resor Kota Bogor. 2006.

Data Tingkat Kecelakaan Tahun 2005-2006 di

Lingkungan Polresta Kota Bogor

. Polresta Kota Bogor, Bogor.

. 2006.

Data Perkembangan Kriminalitas Kota Bogor

Tahun 2002-2006 di Lingkungan Polresta Kota Bogor

. Polresta Kota

Bogor, Bogor.

Pamungkas dan S. Hidayat. 1998.

Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap

.

Apollo, Surabaya.

Prabowo, A. A. 2007. “Jumlah Penduduk Miskin Indonesia”.

http://www.liputan6.com/news/?id [16 Agustus 2007].

Prihandana, R. 2006.

Dari Energi Fosil Menuju Energi Hijau

. Proklamasi

Publishing House, Jakarta.

Simbolon , M. M. 2003.

Ekonomi Transportasi

. Ghalia Indah, Jakarta.

Sutojo, S. 1997.

Analisa Kredit Bank Umum Konsep dan Teknik

. PT. Pustaka

Binaman Presindo, Jakarta.


(2)

Lampiran 6. Hasil Uji t untuk Pendapatan

One-Sample T: Pendapatan

Test of mu = 0 vs not = 0

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P ss 60 -481417 297572 38416 (-558288, -404546) -12.53 0.000

Lampiran 7. Hasil Uji t untuk Pengeluaran

One-Sample T: Pengeluaran

Test of mu = 0 vs not = 0

Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P sspeng 60 46283.3 136589.0 17633.6 (10998.7, 81568.0) 2.62 0.011


(3)

Lampiran 8. Ringkasan Hasil Uji t untuk Pendapatan

2400000 2000000 1600000 1200000 800000 Median Mean 1550000 1500000 1450000 1400000 1350000 1300000 1250000

A nderson-D arling Normality Test

V ariance 1.27276E+ 11

Skew ness 0.740878

Kurtosis 0.394323

N 60

M inimum 870000

A -Squared

1st Q uartile 1200000

M edian 1405000

3rd Q uartile 1650000

M axim um 2480000

95% C onfidence I nterv al for Mean 1351840

0.98

1536160 95% Confidence I nterv al for Median

1230000 1531387

95% C onfidence I nterv al for StD ev

302400 435124

P-V alue 0.013

M ean 1444000

StD ev 356758

9 5 % Conf ide nce I nt e r v a ls

Summary for Pe ndapatan Se belum Ke naikan BBM

1800000 1500000 1200000 900000 600000 Median Mean 1050000 1000000 950000 900000 850000 800000

A nderson-D arling Normality Test

V ariance 1.39422E+ 11

Skew ness 0.860125

Kurtosis 0.289877

N 60

M inimum 450000

A -Squared

1st Q uartile 720000

M edian 900000

3rd Q uartile 1207500

M axim um 1920000

95% C onfidence I nterv al for Mean 866126

1.09

1059041 95% Confidence I nterv al for Median

777920 1022080

95% C onfidence I nterv al for StD ev

316500 455412

P-V alue 0.007

M ean 962583

StD ev 373392

9 5 % Conf ide nce I nt e r v a ls


(4)

Lampiran 9. Ringkasan Hasil Uji t untuk Pengeluaran

1400000 1200000 1000000 800000 Median Mean 1020000 1000000 980000 960000 940000 920000 900000

A nderson-D arling Normality Test

V ariance 30578457345

Skew ness 0.512687

Kurtosis -0.303458

N 60

M inimum 650000

A -Squared

1st Q uartile 861000

M edian 938000

3rd Q uartile 1108500

M axim um 1410000

95% C onfidence I nterv al for Mean 938810

0.82

1029156 95% Confidence I nterv al for Median

896000 1024763

95% C onfidence I nterv al for StD ev

148223 213279

P-V alue 0.032

M ean 983983

StD ev 174867

9 5 % Conf ide nce I nt e r v a ls

Summary for Pe nge luaran Se belum Kenaikan BBM

1400000 1200000 1000000 800000 600000 Median Mean 1100000 1075000 1050000 1025000 1000000 975000 950000

A nderson-D arling Normality Test

V ariance 43312198870

Skew ness 0.330061

Kurtosis -0.154063

N 60

M inimum 600000

A -Squared

1st Q uartile 881250

M edian 1030500

3rd Q uartile 1159250

M axim um 1512000

95% C onfidence I nterv al for Mean 976505

0.27

1084029 95% Confidence I nterv al for Median

957445 1090069

95% C onfidence I nterv al for StD ev

176406 253831

P-V alue 0.663

M ean 1030267

StD ev 208116

9 5 % Conf ide nce I nt e r v a ls


(5)

KUISIONER DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP

PENDAPATAN DAN PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA

PENGOJEG

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1.

Nama :………..

2.

Usia :………

3.

Jumlah anggota keluarga inti :…………..

4.

Jumlah anggota keluarga di luar inti :…...

5.

Tingkat pendidikan terakhir :…………...

6.

Lama bekerja / hari :……….

7.

Telah menekuni profesi :………..

8.

Kepemilikan SIM :………

II. BIAYA OPERASIONAL

Keterangan

Sebelum Kenaikan BBM

Sesudah Kenaikan BBM

Penerimaan kotor mengojeg

/ hari

Biaya bahan bakar

(premium) / hari

Biaya makan siang, minum

dan rokok / hari

Iuran organisasi / hari

Penerimaan bersih / hari

III. PENERIMAAN RUMAH TANGGA PENGOJEG

Keterangan

Sebelum kenaikan BBM

Setelah kenaikan BBM

Apakah bapak memiliki

pekerjaan tambahan?

a. Ya

b. Tidak

Jika Ya, sebutkan

Besarnya pendapatan Rp

a. Ya

b. Tidak

Jika Ya, sebutkan

Besarnya pendapatan Rp

Apakah ada anggota

keluarga yang

membantu pemenuhan

biaya kebutuhan rumah

tangga?

a. Ya

b. Tidak

Jika Ya, pekerjaanya

Besarnya pendapatan Rp

a. Ya

b. Tidak

Jika Ya, pekerjaanya

Besarnya pendapatan Rp

Apakah keluarga bapak

mendapat Dana

kompensasi BBM?


(6)

IV. PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PENGOJEG

Keterangan

Sebelum kenaikan BBM

Setelah kenaikan BBM

Konsumsi bahan makanan / hari

Perumahan :

-

Pengeluaran untuk air /

bulan

-

Pengeluaran untuk listrik

/ bulan

Pengeluaran untuk kesehatan /

bulan

Pengeluaran untuk pendidikan

anak / bulan

Besarnya cicilan kredit sepeda

motor / bulan

Biaya lainnya

Dari besarnya pendapatan yang diterima terhadap pengeluaran rumah tangga, apakah

keluarga bapak memiliki sejumlah tabungan ?...

SPESIFIKASI SEPEDA MOTOR

1.

Tahun sepeda motor……….

2.

Merek/jenis motor………

3.

Sejak kapan memulai kredit motor………..

4.

Sudah berapa lama mengkredit motor……….

5.

Besarnya uang muka pada saat pembelian sepeda motor………

6.

Pernakah bapak mengalami tunggakan cicilan motor sebelum