Alasan Memilih Judul PENDAHULUAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id orang yang biasa sedangkan akal dan filsafat adalah jalan untuk orang yang luar biasa, dan karena kebanyakan orang tidaklah luar biasa, maka mereka harus diisi dengan iman. 17 Kierkegaard mengajarkan bahwa etika adalah keterlibatan manusia dalam Tuhan, itulah kehidupannya di hadapan Tuhan. Akan tetapi, hidup di hadapan Tuhan membawa manusia kepada kesadaran atas kelemahan dan kegagalannya. Ia menjadi sadar akan dosa-dosanya karena aturan etika yang tidak bisa ia penuhi. Di situlah manusia tidak mampu berbuat apapun terhadap hal itu. Namun menurut agama Kristen mengatakan ada seorang Juru Selamat dan itu adalah Kristus, Tuhan-manusia. Ketika Kierkegaard menganalisis pandangan kontemporernya, ia yakin para pendeta telah terpengaruh oleh pemikiran Hegel, seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa iman adalah untuk manusia biasa sementara filsafat adalah untuk manusia yang memiliki pandangan intelektual yang tajam. Dengan menekankan pada absurditas iman, Kierkegaard menyatakan bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda dari filsafat. Filsafat dikuasai oleh akal sedangkan iman dianggap berada di luar akal, absurd, dan oleh karenanya kedua hal itu tidak mungkin bertemu. Maka di sini dalam pemikirannya, Kierkegaard juga membagi 3 tahap tingkatan eksistensi seseorang diantaranya: 17 Concluding Unscientific Postscript, 31. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 1. Tahap estetis, di mana individu diombang-ambing oleh dorongan indrawi dan emosinya. Akibatnya, dalam tahap ini individu tidak mencapai sesuatu kesatuan batiniah yang terungkap dalam satu pendirian dan kematangan pribadi. 2. Tahap etis, dalam tahap ini individu mulai sadar memperhitungkan atau memilih dengan menggunakan kategori yang baik dan yang jahat dalam bertindak. Tahapan ini juga membuat individu menguasai dan mengenali dirinya. 3. Tahap religius, tahapan ini merupakan tahap tertinggi. Dikatakan demikian karena pengakun individu akan Tuhan sebagai realitas yang absolut dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan dari Tuhan.

H. Telaah Pustaka

Sejauh ini belum pernah ada karya tulis yang membahas mengenai “Transfomasi Sosial Studi Kasus Perempuan Urban Bercadar Perspektif Perubahan Eksistensialisme Søren Kierkegaard.” Dengan adanya pengkajian pustaka ini menghindari terjadinya penulisan ulang sehingga tidak terjadi kesamaan dengan penulisan karya-karya lain. Terdapat beberapa karya lain membahas permasalahan dalam ruang lingkup yang sama, di antaranya: Anita Nurul Hidayah, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Aqidah Filsafat, Tahun 2012, UIN Sunan Ampel Surbaya, tentang “Eksistensi Untuk Perempuan Stusi Komparasi Simon De Beauvoir dan Nawal el Saadawi”. Skripsi ini menjelaskan tentang perbedaan upaya-upaya perempuan untuk memperoleh eksistensinya menurut Simon De Beauvoir dan Nawal el Saadawi. Dalam pandangan Beauvoir, perempuan