Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap guru mempunyai tugas untuk melakukan penilaian hasil belajar peserta didik. Untuk dapat melakukan penilaian, seorang guru harus melakukan pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa Purwanti, 2008:4. Sebelum melakukan pengukuran terhadap hasil belajar peserta didik, seorang guru membutuhkan suatu instrumen. Instrumen terbagi menjadi dua yaitu instrumen tes dan instrumen non-tes. Keduanya sama-sama menggunakan soal untuk mengukur hasil belajar peserta didik. Untuk mendapatkan penilaian yang akurat, soal-soal yang digunakan sebagai alat ukur harus mempunyai kualitas yang baik. Soal-soal yang digunakan harus valid dan reliabel. Akan tetapi, untuk mendapatkan soal yang berkualitas, perlu melakukan beberapa tahapan yang memerlukan banyak waktu. Soal-soal yang akan digunakan harus melalui uji validitas soal dan uji reliabilitas soal. Untuk mendapatkan kualitas tes hasil belajar yang baik, instrumen tes harus dikembangkan melalui prosedur yang benar. Adapun prosedur yang harus dilakukan guru dalam menyusun instrumen tes menurut Nana 2014:10 adalah: 1 guru harus menelaah kurikulum dan buku mata pelajaran, 2 guru harus merumuskan tujuan instruksional khusus instrumen tes, sehingga ranah yang akan diukur jelas, 3 guru harus membuat kisi-kisi 2 instrumen tes yang di dalamnya terdapat informasi-informasi mengenai lingkup materi yang akan diujikan disertai dengan proporsinya, serta informasi mengenai kriteria soal yang akan diujikan, serta waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal, 4 guru harus menulis dan menyusun soal-soal yang akan diujikan sesuai dengan kriteria pada kisi-kisi, dan terakhir, 5 guru harus membuat kunci jawaban dari soal-soal yang telah disusun sebelumnya. Mengingat banyaknya tahapan yang harus dilalui dalam membuat instrumen tes yang baik, banyak guru yang mengalami kendala dalam membuat instrumen tes. Oleh karena itu, guru sering kali membuka soal-soal sebelumnya sebagai referensi, atau untuk mendaur ulang soal-soal untuk digunakan kembali di dalam instrumen tes penilaian hasil belajar selanjutnya. Di SMK Muhammadiyah 1 Bantul, setiap kali guru akan mengadakan penilaian hasil belajar, guru-guru SMK Muhammadiyah 1 Bantul membutuhkan waktu yang lama untuk membuat instrumen tes. Oleh karena itu, para guru sering kali melihat soal-soal sebelumnya sebagai bahan referensi untuk membuat soal atau mengambil soal-soal sebelumnya untuk digunakan kembali dalam penyusunan instrumen tes. Akan tetapi, guru sering mengalami kesulitan saat penelusuran data soal karena data soal yang dimiliki oleh guru kurang terdokumentasikan secara terstruktur. Selama ini, dokumen soal ujian akhir semester dan soal ujian nasional yang dimiliki sekolah, hanya disimpan dalam bentuk dokumen kertas oleh masing-masing guru mata pelajaran di almari sehingga rawan rusak. Sedangkan soal-soal yang dibuat oleh guru mata pelajaran juga kurang terdokumentasikan 3 dengan rapi. Selama ini, soal-soal yang dibuat oleh guru tidak dikelompokan berdasarkan standar kompetensi tertentu atau berdasarkan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran sehingga jika guru akan mempergunakan kembali soal yang pernah dibuat sebelumnya, guru akan mengalami kesulitan dalam pencarian soal. Bandingkan saja jika soal-soal yang pernah dibuat oleh guru tersimpan di satu tempat yang khusus dan ditata berdasarkan pengelompokan yang jelas, pasti kesulitan dalam pencarian soal akan teratasi sehingga guru dapat menggunakan soal-soal sebelumnya untuk membantu guru dalam menyusunan instrumen tes sesuai dengan kriteria materi pelajaran yang akan diukur. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan alternatif lain yaitu pengembangan sistem bank soal berbasis web. Di dalam buku karangan Sumardyono dan Wiworo 2011:9, dinyatakan bahwa Ward 2004 menyatakan bahwa bank soal adalah koleksi butir-butir soal yang mudah untuk digunakandalam menyiapkan sebuah penilaian. Menurut BNSP 2010:50, “Bank soal bukan hanya bank pertanyaan, pool soal, kumpulan soal, gudang soal, atau perpustakaan soal Millman and Arter, 1984: 315; melainkan bank yang butir-butir soal terkalibrasi Wright and Bell, 1984: 331 dan disusun secara sistematis agar memudahkan penggunaan kembali dan manfaat soalnya”. Menurut Sumardyono dan Wiworo 2011: 10-12, ada tiga karakteristik bank soal. Pertama, setiap butir soal pada bank soal merupakan butir-butir soal yang terkalibrasi. Kedua, setiap butir soal dilengkapi berbagai informasi yang berguna. Informasi-informasi yang disertakan pada setiap soal 4 bermanfaat dalam penyusunan sebuah instrumen penilaian. Beberapa informasi yang perlu disertakan antara lain materi pembelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar, tingkat kelas, jenis atau tipe soal dan tingkat kesukaran soal. Ketiga, soal-soal pada sebuah bank soal dibangun secara terstruktur. Jadi, setiap butir soal yang terdapat pada bank soal disusun secara sistematis sehingga soal yang satu dengan soal yang lain memiliki hubungan berdasarkan komponen spesifikasi yang sama. Dengan demikian, ketika seorang guru menghendaki beberapa butir soal yang dapat mengukur suatu kompetensi dasar tertentu, maka pencarian terhadap butir soal mudah dilakukan. Saat ini sudah ada beberapa penelitian yang membahas tentang sistem bank soal. Namun, sistem yang ada belum sesuai dengan karakteristik bank soal. Sistem yang ada hanya menyediakan menu untuk mengunggah soal- soal yang sudah berbentuk instrumen tes seperti soal Akhir Semester dan soal Ujian Nasional. Hal ini berarti bahwa butir-butir soal yang terdapat pada bank soal yang telah ada tidak disertai dengan informasi yang berguna dan tidak disusun secara sistematis berdasarkan komponen spesifikasi yang sama. Dengan demikian, jika guru akan menggunakan bank soal, guru akan mengalami kesulitan dalam mencari soal yang terdapat pada bank soal tersebut. Selain itu, sistem bank soal yang ada tidak menyertakan informasi mengenai tingkat kesukaran butir soal. Padahal, tingkat kesukaran butir soal sangat berguna dalam penyusunan instrumen tes. Misalnya, dalam beberapa kasus diperlukan soal-soal dengan tingkat kesukaran yang bervariasi tergantung kebutuhan guru. Ada guru yang menghadapi siswa 5 berkemampuan tinggi, tetapi ada pula guru yang menghadapi siswa berkemampuan rendah. Berdasarkan permasalah-permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu sistem bank soal berbasis web yang dapat digunakan guru untuk mempermudah penyusunan instrumen tes. Dengan adanya sistem bank soal, soal-soal yang tersimpan di dalam bank soal menjadi lebih terstruktur, sehingga memudahkan guru dalam penelusuran soal. Apabila sewaktu-waktu guru akan mengadakan penilaian hasil belajar, guru tinggal mengambil soal- soal dari bank soal tersebut untuk digunakan sebagai instrumen tes sesuai dengan kriteria soal yang guru kehendaki. Selain mempersingkat penggunaan waktu dalam pembuatan instrumen tes, diharapkan kualitas instrumen yang dihasilkan juga lebih terjamin, mengingat butir-butir soal yang tersimpan di bank soal sudah terkalibrasi atau teruji.

B. Identifikasi Masalah