Proses Belajar-Mengajar sebagai Proses Komunikasi

Untuk mengatasi hambatan yang timbul karena keterbatasan latar belakang pengalaman dan bahasa seperti tersebut di atas dan untuk mencegah timbulnya pemahaman yang keliru, pemanfaatan media sangat membantu. Media, karena mempunyai kelebihan kemampuan teknis, mampu menyajikan suatu peristiwa secara terpadu atau menyajikan konsep secara utuh dan benar. Media pengajaran terutama yang mengandung unsur suara dan gerak mampu membuat siswa berasa berinteraksi dengan peristiwa yang dilihatnya dan turut merasakan apa yang dialami tokoh-tokohnya. Media seperti chart dapat membantu siswa melihat hubungan antarkonsep, peristiwa dan tokoh yang ada dalam pelajaran. Dengan bantuan media seperti chart, siswa lebih mudah melihat hubungan antar berbagai komponen suatu teori atau isi suatu pelajaran. Dengan bantuan berbagai jenis media guru lebih mudah mengajarkan keterampilan menulis, membaca dan berhitung dalam konteks yang bermakna dan lebih mudah mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu perhatian siswa di kelas.

3. Proses Belajar-Mengajar sebagai Proses Komunikasi

Setiap orang pasti pernah berkomunikasi dengan orang lain, bahkan dalam kehidupan kita ini, kita selalu berkomunikasi dengan orang lain setiap waktu, baik siang, sore maupun malam hari. Kecuali pada saat kita tidur atau sedang sendirian berada di suatu tempat. Kita berkomunikasi dengan orang lain saat kita ada di rumah, di jalan, di tempat kerja, dan di tempat-tempat lain. Kita berkomunikasi dengan orang lain bila kita mempunyai gagasan, pikiran, perasaan atau pesan yang ingin kita sampaikan pada orang lain. Kita juga akan berkomunikasi kalau kita ingin mengetahui gagasan, pikiran, perasaan atau pesan tertentu yang ingin kita ketahui dari orang lain. Dari uraian di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi ini sedikitnya harus ada orang atau dua pihak yang ingin berkomunikasi. Proses komunikasi hanya akan terjadi bila ada pesan-pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang lain, atau oleh satu pihak lain. Pernahkah Anda memikirkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung? Kalau belum pernah, simaklah pendapat ahli komunikasi yang akan diuraikan di bawah ini. Kalau sudah pernah memikirkannya, cocokkanlah gagasan Anda itu dengan pendapat ahli tersebut. Mungkin pendapat Anda tidak jauh berbeda dengan pendapat mereka. Setidak-tidaknya mungkin unsur-unsurnya sama. 5 Banyak model komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Kalau setiap model dipaparkan dalam bab ini rasanya akan terlalu banyak dan tak begitu perlu. Karena itu di bawah ini akan dibicarakan sebuah model saja yang merupakan adaptasi dari model-model yang ada, seperti model komunikasi gagasan Shannon, Schramm dan Berlo. Gambar 1: Model Komunikasi Sumber : Instructional Media Dalam model di atas, jelas digambarkan bahwa dalam suatu proses komunikasi tentu ada sumber pesan dan ada penerima pesan. Sumber pesan itu dapat berupa orang yang mempunyai gagasan, pikiran atau pesan lainnya yang ingin disampaikan kepada orang lain. Sumber pesan itu, kecuali fungsinya sebagai sumber, juga bertugas mengubah pesan itu ke dalam lambang-lambang. Maksudnya ialah, orang yang memiliki pesan tertentu yang akan dikomunikasikan kepada orang lain, harus menerjemahkan gagasan, pikiran, perasaan atau pesannya itu ke dalam bentuk lambang tertentu. Lambang-lambang itu dapat berupa bahasa, tanda-tanda, atau gambar-gambar. Proses pengubahan atau penuangan pesan ke dalam lambang-lambang atau simbol itu disebut enconding. Yang perlu diperhatikan oleh orang yang menjadi sumber pesan ialah bagaimana caranya supaya lambang-lambang itu dapat dipahami oleh penerima pesan. Sebuah pesan yang penting untuk diketahui oleh orang lain, bila diinformasikan dalam bentuk lambang yang tak dikenal tentu tak banyak artinya bagi orang-orang itu. Contoh : Sebuah cerita yang bagus dan menarik kalau diceritakan dalam bahas Inggris kepada orang yang tak dapat berbahasa Inggris tentu tak dapat dipahami karena pendengarnya tak dapat merasakan kebagusan cerita itu. Orang dewasa kadang berbicara kepada anak kecil tanpa menghiraukan perbendaharaan kata anak itu. Hal seperti itu dapat menyebabkan salah pengertian, kebingungan dan kesalahpahaman. 6 Dalam mengubah pesan ke dalam lambang, sumber pesan juga harus mengingat latar belakang pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan penerima pesan. Kalau latar belakang pengamalan sumber pesan dan penerima pesan jauh berbeda, pesan yang disampaikan dengan menggunakan lambang tertentu dapat ditafsirkan berbeda dari arti kata sebenarnya yang dimaksud oleh sumber pesan. Contoh, seorang berkebanggaan Amerika bercerita kepada seorang Indonesia yang belum pernah berkunjung ke Amerika. Ia berkata “Pemandangan di Amerika pada musim gugur indah sekali”. Penerima pesan tadi mungkin membayangkan keindahan Amerika pada musim gugur itu dengan membandingkan dengan keindahan pemandangan tempat-tempat yang dilihatnya, seperti Bali, Puncak, danau Toba, atau tempat-tempat lain. Kalau demikian halnya, pesan yang disampaikan oleh orang Amerika tadi belum dapat dimengerti dengan baik. Sebab keindahan yang dimaksud oleh orang Amerika itu sangat berbeda dengan keindahan di Bali dan tempat-tempat lainnya. Keindahan musim gugur itu disebabkan oleh daun-daun di pohon telah berubah warna menjadi kuning, merah dan coklat. Setelah gagasan, pikiran, perasaan atau pesan dilambangkan dalam bentuk bahasa, gambar, atau tanda-tanda lainnya, pesan tadi harus disalurkan melalui saluran atau media tertentu. Media dalam hal ini mempunyai arti yang sangat luas, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan. Supaya pesan dapat diterima dengan baik dan tak berubah isinya, pesan itu harus disalurkan melalui saluran atau media yang baik. Contoh: Dalam kegiatan pramuka seringkali anak diminta duduk atau berdiri berjajar-jajar. Sebuah pesan akan disampaikan dari anak yang ada di ujung paling kiri ke anak yang ada di ujung paling kanan. Sebuah pesan akan disampaikan dari anak yang ada di ujung paling kiri. Anak itu kemudian harus membisikkan pesan itu kepada anak yang ada tepat di samping kanannya. Demikian dan seterusnya, sehingga pesan sampai ke anak yang ada di ujung paling kanan. Anak yang menerima pesan paling akhir diminta menyebutkan pesan itu keras-keras supaya semua anak dapat mendengarnya. Apakah yang terjadi? Mungkin akan terjadi sedikit keributan. Mungkin ada anak yang tertawa, ada yang protes, dan ada yang mendiskusikannya dengan teman yang disampingnya. Mengapa? Sebab pesan yang dibacakan tadi tidak sesuai dengan isi pesan aslinya. Dalam hal ini, penyalur pesan tadi belum berfungsi dengan baik. Dalam istilah komunikasi dikatakan terjadi noise atau distorsi dalam proses komunikasi itu. 7 Noise atau distorsi atau gangguan semacam itu dapat terjadi, apapun media atau saluran yang kita gunakan. Makin jelek kualitas saluran atau medianya makin besar kemungkinan terjadinya gangguan itu. Sebuah pesan yang disampaikan melalui radio, misalnya, seringkali tidak dapat terdengar dengan baik karena adanya gangguan. Gangguan ini bisa disebabkan oleh radionya yang jelek, atau udara yang sedang jelek, atau pemancarnya jelek, atau informasinya kurang disusun dengan baik. Karena adanya gangguan itu, akan mengurangi kejelasan penerimaan. Makin besar gangguan itu, makin sulit penerima pesan itu memperoleh pesan dengan kelas. Karena itu perlu diusahakan supaya gangguan komunikasi ini tidak ada atau diteken menjadi sekecil mungkin. Pada saat pesan diterima oleh penerima pesan, pesan tersebut harus ditafsirkan di-decode. Kalau pesan tadi dapat diterima dengan baik dan penerima pesan mempunyai latar belakang pengalaman yang sama dengan pengirim pesan, pesan tersebut akan ditafsirkan dengan baik. Artinya, pengertian yang diperoleh oleh penerima pesan tadi sama atau mendekati sama dengan pengertian yang dimaksud oleh sumber atau pengirim pesan. Proses penafsiran lambang-lambang yang mengandung pesan itu disebut decoding. Dalam proses komunikasi sesungguhnya, penerima pesan itu pada saat-saat tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber pesan. Pada saat penerima pesan itu menjawab pertanyaan atau pada saat ia memberi tanggapan terhadap informasi yang diterima, ia telah berfungsi sebagai sumber pesan. Sedangkan orang yang semula menjadi sumber atau pengirim pesan akan berganti fungsi menjadi penerima pesan. Kalau proses ini dapat berlangsung dengan baik, akan terjadi komunikasi dua arah. Dengan cara ini pengirim pesan akan menerima umpan balik mengenai dapat tidaknya pesan tadi diterima dan ditafsirkan dengan benar. Apakah kaitan proses komunikasi ini dengan belajar-mengajar? Kalau kita amati seorang guru yang sedang mengajar dalam kelas akan terlihat bahwa di dalam kelas itu sedang terjadi proses komunikasi. Guru yang sedang mengajar itu berfungsi sebagai sumber pesan, sedangkan siswanya menjadi penerima pesan. Materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru adalah pesannya. Pesan itu tentu saja diambil oleh guru dari kurikulum yang berlaku. Seperti laiknya dalam proses komunikasi, guru sebagai sumber pesan perlu mengolah informasi itu supaya dapat diterima dengan baik oleh siswanya. Ia harus mengubah isi pesan yang berasal dari kurikulum itu ke dalam lambang-lambang yang 8 dapat dimengerti siswanya. Ia juga harus menyesuaikan isi pesannya dengan latar belakang pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan siswanya. Siswa sebagai penerima pesan bertugas menafsirkan pesan pengajaran sesuai yang dimaksudkan oleh guru. Makin sesuai tafsirannya itu dengan pengertian yang dimaksudkan guru atau sumber pesan, makin baik bagi siswa. Dalam proses komunikasi dalam kelas itu tentu saja pada saat-saat tertentu siswa akan berubah fungsi menjadi sumber pesan. Misalnya pada saat siswa memberi tanggapan, menjawab pertanyaan guru, melakukan tugas-tugas, mengajukan pertanyaan dan sebagainya. Dengan perkataan lain, dalam proses komunikasi dalam kelas ini dapat juga terjadi proses komunikasi dua arah. Makin sering terjadinya komunikasi dua arah, berarti makin besar aktivitas belajar siswa dan makin baiklah belajar mereka. Apakah fungsi media dalam komunikasi dalam kelas ini? media dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan. Bila medianya dirancang dan dibuat dengan baik makin baik pula media itu dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan. Untuk topik-topik pelajaran tertentu media dapat lebih baik dari guru dalam menyalurkan pesan. Makin baik medianya, makin kecil distorsinya dan makin baik pesan itu diterima siswa.

4. Pengertian media pengajaran