02. MEDIA PEMBELAJARAN 2 BAB I sd 16

(1)

BAB I

PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan kajian bab ini, pembaca diharapkan dapat memahami tentang pengertian, proses belajar mengajar, faktor-faktor yang dapat menghambat proses belajar, proses belajar mengajar sebagai proses komunikasi, pengertian media pembelajaran, manfaat dan nilai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dan kriteria pemilihan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

1. Pengertian Proses Belajar Mengajar

Proses belajar mengajar pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan pokok, yaitu: (1) belajar, dan (2) mengajar. Kedua kegiatan tersebut kait-mengkait, tak terpisahkan satu sama lain.

Contoh 1:

Semula Sari belum menulis a sampai z, dan setelah caturwulan di SD ia dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dengan baik, benar dan lancar.

Contoh 2:

Bonita belum dapat berjalan sendiri, maklum karena umumnya baru sepuluh bulan. Beberapa bulan kemudian ia sudah dapat berjalan dengan sempurna. Perhatikan dua contoh di atas! Siapa di antara kedua anak itu yang belajar?

Sari dapat dikatakan telah belajar. Mengapa demikian? Sebab perubahan perilaku dari tidak dapat menjadi dapat menulis dapat terjadi melalui proses belajar. Sedangkan perubahan perilaku dari belum dapat berjalan itu disebabkan oleh proses pertumbuhan. Haruskah seseorang yang belajar itu ada yang mengajar? Jawabannya mungkin ya, mungkin tidak. Dikatakan ya, bila perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilannya diperolehnya sebagai akibat interaksinya dengan gurunya. Sebaliknya dapat dikatakan tidak, bila anak tersebut memperolehnya dari temannya, dari melihat film atau dari sumber belajar lainnya. Jadi, proses belajar dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individual dengan lingkungannya, bukan karena proses kedewasaan, serta terlepas dari ada atau tidaknya kegiatan mengajar.


(2)

Dalam perkembangan profesi dan fungsi guru, serta kegiatan belajar mengajar akhir-akhir ini, harus diakui bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Namun harus diakui pula bahwa tugas dan fungsi guru dalam kegiatan belajar mengajar masih sangat penting dan tak dapat ditinggalkan sebab hanya sebagian kecil fungsi guru saja yang dapat digantikan oleh sumber belajar yang lain, yaitu fungsinya dalam menyalurkan pesan. Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar dapat terjadi pula apabila siswa secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar lain, salah satunya adalah dengan media pengajaran. Dengan perkataan lain, proses belajar dalam diri seseorang itu dapat terjadi melalui interaksi orang tersebut dengan guru yang mengajarnya dan atau dengan sumber-sumber belajar lainnya. Masalahnya sekarang apakah peranan media pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar di SD? Untuk menjawab pertanyaan itu perlu dirinci tahapan-tahapan yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Perhatikanlah kegiatan belajar mengajar di kelas Anda. Pikirkanlah dan kelompokkanlah tahapan-tahapan dalam kegiatan tersebut. Kemudian analisislah apa yang menjadi peranan media pada masing-masing tahapan tersebut?

2. Faktor-Faktor yang Dapat Menghambat Proses Belajar Siswa

Keberhasilan kegiatan belajar siswa termasuk siswa sekolah dasar dipengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersifat eksternal maupun internal dan kemudian dapat menjadi penghambat atau penunjang proses belajar mereka. Di antara faktor-faktor yang dianggap turut menghambat proses belajar siswa di kelas mungkin dari verbalisme, kekacauan makna, kegemaran berangan-angan atau persepsi yang tidak tepat.

1. Verbalisme

Verbalisme terjadi apabila guru terlalu banyak atau hanya menggunakan kata-kata dalam menjelaskan isi pelajaran, memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang diperlukan. Situasi seperti tersebut di atas dengan mudah dapat mengganggu konsentrasi belajar siswa, apalagi bila kata yang digunakan banyak yang terasa asing atau di luas pengetahuan siswa. Sifat pengalaman, tingkat kemahiran berbahasa, dan kosakata yang ada mungkin tidak sama bagi semua siswa. Perbedaan tersebut dapat terjadi karena pengaruh lingkungan keluarga di tempat siswa dibesarkan. Ada siswa yang dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang banyak memberi kesempatan cukup untuk melihat dan membaca buku-buku, majalah dan koran yang baik, atau melihat program televisi


(3)

mengandung unsur pengetahuan dan pendidikan dan mengunjungi tempat-tempat rekreasi yang bermanfaat bersama orang tua mereka. Ada pula siswa yang di rumahnya tidak ada televisi, majalah, koran atau bahkan buku yang sangat diperlukan.

Kesempatan pergi bertamasya bersama orang tua atau guru ke tempat-tempat seperti kebun binatang, pantai atau kebun raya turut memperkaya pengalaman siswa, memperluas wawasan pengetahuan dan memperkaya kosakata yang ada pada diri siswa. Kondisi semacam ini kemudian dapat mendorong mereka untuk berimajinasi dan mengembangkan kreativitasnya. Apa bila guru kurang memahami keadaan latar belakang pengalaman siswanya dan meneruskan cara menyajikan pelajaran yang sangat verbal, maka siswa akan cepat menjadi bosan dengan pelajaran itu. Oleh karena siswa tidak dapat menghindar dan meninggalkan kelas lalu ia mulai mengganggu teman di dekatnya atau lari ke dunia angan-angannya. Bila pelajaran terakhir, sebagian besar pelajaran yang dijelaskan guru luput dari perhatiannya dan segera dilupakannya. Maka alangkah sia-sianya pekerjaan guru yang telah cukup lama dipersiapkan sebelumnya dan alangkah tersiksanya si siswa. Situasi seperti ini dapat dicegah seandainya guru mempelajari dulu keadaan siswanya dan menggunakan gambar atau benda-benda lainnya untuk membantu memberikan contoh yang konkret dalam memberikan ilustrasi yang tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata saja. Dengan perkataan lain, media gambar atau media lainnya dapat membantu usaha menghilangkan verbalisme dalam proses belajar.

2. Kekacauan Makna

Bila berhadapan dengan situasi yang terasa asing orang cenderung menelusuri berbagai pengalaman yang pernah dialami di masa lampau. Kemudian ia mencoba menemukan situasi yang kira-kira mirip dengan apa yang sedang ia hadapi sekarang itu. Apabila perkirannya meleset atau bertolak belakang, maka nama atau istilah yang sama akan ditafsirkan sangat berbeda dari apa yang dimaksud oleh guru. Umpama bila siswa mendengar kata kuda dalam kata-kata kuda laut ia akan membayangkan kuda tunggang atau kuda penarik sado. Ia menafsirkan bahwa kuda laut itu ukurannya sebesar kuda tunggang atau kuda penarik sado. Ia menafsirkan bahwa kuda laut itu ukurannya sebesar kuda tunggang yang berkaki empat. Kuda laut hidup di laut dan ukurannya kecil. Oleh karena itu kuda laut dapat dipelihara dalam akuarium di rumah. Di sini makna kuda dalam kuda laut tidak ada hubungan dengan kuda tunggang.


(4)

3. Kegemaran Berangan-angan

Kadang-kadang satu atau dua siswa tampak tenang mengikuti pelajaran dan tidak pernah menimbulkan kesulitan bagi guru dan kelasnya. Mereka selalu tampak mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian. Kesulitan baru tampak ketika mereka harus menjawab soal-soal tes tertulis atau lisan karena mereka tak mampu memberikan jawaban dengan benar. Mengapa hal seperti itu terjadi? Mungkin siswa tidak suka dengan pelajaran itu dan kemudian ia lari ke dunia angan-angannya. Ia tetap duduk di kelas tetapi kepalanya penuh dengan khayalan tentang mainan, sepatu, orang, permen atau perkelahian yang ia lihat ketika berjalan-jalan dengan teman-teman kemarin sore atau dari acara televisi. Meskipun ia duduk tenang di kelas tetapi ia tidak memperhatikan dan mendengarkan pelajaran yang diterangkan guru, ia asyik dengan dunia angan-angannya. Berangan-angan dapat menjadi senjata bela diri yang ampuh bagi siswa yang ingin menghindari dari suasana dan kegiatan kelas yang menjemukan. Namun kegemaran berangan-angan dapat mengganggu konsentrasi siswa ketika mengikuti pelajaran dan karenanya menghambat tercapainya tujuan pengajaran. Guru yang berpengalaman dengan cepat dapat melihat gejala tingkah laku siswa yang suka lari ke dunia angan-angannya dan ia juga akan berusaha mencari penyebabnya. Dalam hal ini media pengajaran dapat dipakai untuk membantu menciptakan suasana belajar yang menarik, dan membantu siswa dalam memusatkan perhatian.

4. Persepsi yang Kurang Tepat

Kadang-kadang dua orang yang sama-sama melihat satu objek yang sama mempunyai kesan yang berbeda tentang obyek itu. Situasi seperti itu terjadi karena faktor-faktor seperti latar belakang, pengalaman, pengetahuan, tingkat kemahiran serta kosakata yang berbeda, dan bukan karena inderanya tidak berfungsi dengan baik. Hal yang sama dapat terjadi pada sejumlah siswa yang sama-sama duduk dalam satu kelas dan mengikuti pelajaran yang sama. Mereka tidak mempunyai persepsi yang sama tentang tujuan dan isi pelajaran yang dijelaskan.

Bahkan persepsi mereka juga mungkin tidak sama mengenai apa yang menjadi tujuan guru mengajarkan topik tertentu. Bila ini terjadi maka siswa akan memperoleh persepsi dan pemahaman yang keliru yang kemudian akan mempengaruhi respons mereka ketika menjawab soal tes.


(5)

Untuk mengatasi hambatan yang timbul karena keterbatasan latar belakang pengalaman dan bahasa seperti tersebut di atas dan untuk mencegah timbulnya pemahaman yang keliru, pemanfaatan media sangat membantu. Media, karena mempunyai kelebihan kemampuan teknis, mampu menyajikan suatu peristiwa secara terpadu atau menyajikan konsep secara utuh dan benar. Media pengajaran terutama yang mengandung unsur suara dan gerak mampu membuat siswa berasa berinteraksi dengan peristiwa yang dilihatnya dan turut merasakan apa yang dialami tokoh-tokohnya. Media seperti chart dapat membantu siswa melihat hubungan antarkonsep, peristiwa dan tokoh yang ada dalam pelajaran. Dengan bantuan media seperti chart, siswa lebih mudah melihat hubungan antar berbagai komponen suatu teori atau isi suatu pelajaran. Dengan bantuan berbagai jenis media guru lebih mudah mengajarkan keterampilan menulis, membaca dan berhitung dalam konteks yang bermakna dan lebih mudah mengatasi hambatan-hambatan yang mengganggu perhatian siswa di kelas.

3. Proses Belajar-Mengajar sebagai Proses Komunikasi

Setiap orang pasti pernah berkomunikasi dengan orang lain, bahkan dalam kehidupan kita ini, kita selalu berkomunikasi dengan orang lain setiap waktu, baik siang, sore maupun malam hari. Kecuali pada saat kita tidur atau sedang sendirian berada di suatu tempat. Kita berkomunikasi dengan orang lain saat kita ada di rumah, di jalan, di tempat kerja, dan di tempat-tempat lain. Kita berkomunikasi dengan orang lain bila kita mempunyai gagasan, pikiran, perasaan atau pesan yang ingin kita sampaikan pada orang lain. Kita juga akan berkomunikasi kalau kita ingin mengetahui gagasan, pikiran, perasaan atau pesan tertentu yang ingin kita ketahui dari orang lain.

Dari uraian di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi ini sedikitnya harus ada orang atau dua pihak yang ingin berkomunikasi. Proses komunikasi hanya akan terjadi bila ada pesan-pesan tertentu yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang lain, atau oleh satu pihak lain. Pernahkah Anda memikirkan bagaimana proses komunikasi itu berlangsung? Kalau belum pernah, simaklah pendapat ahli komunikasi yang akan diuraikan di bawah ini. Kalau sudah pernah memikirkannya, cocokkanlah gagasan Anda itu dengan pendapat ahli tersebut. Mungkin pendapat Anda tidak jauh berbeda dengan pendapat mereka. Setidak-tidaknya mungkin unsur-unsurnya sama.


(6)

Banyak model komunikasi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Kalau setiap model dipaparkan dalam bab ini rasanya akan terlalu banyak dan tak begitu perlu. Karena itu di bawah ini akan dibicarakan sebuah model saja yang merupakan adaptasi dari model-model yang ada, seperti model komunikasi gagasan Shannon, Schramm dan Berlo.

Gambar 1: Model Komunikasi Sumber : Instructional Media

Dalam model di atas, jelas digambarkan bahwa dalam suatu proses komunikasi tentu ada sumber pesan dan ada penerima pesan. Sumber pesan itu dapat berupa orang yang mempunyai gagasan, pikiran atau pesan lainnya yang ingin disampaikan kepada orang lain. Sumber pesan itu, kecuali fungsinya sebagai sumber, juga bertugas mengubah pesan itu ke dalam lambang-lambang. Maksudnya ialah, orang yang memiliki pesan tertentu yang akan dikomunikasikan kepada orang lain, harus menerjemahkan gagasan, pikiran, perasaan atau pesannya itu ke dalam bentuk lambang tertentu. Lambang-lambang itu dapat berupa bahasa, tanda-tanda, atau gambar-gambar. Proses pengubahan atau penuangan pesan ke dalam lambang-lambang atau simbol itu disebut enconding. Yang perlu diperhatikan oleh orang yang menjadi sumber pesan ialah bagaimana caranya supaya lambang-lambang itu dapat dipahami oleh penerima pesan. Sebuah pesan yang penting untuk diketahui oleh orang lain, bila diinformasikan dalam bentuk lambang yang tak dikenal tentu tak banyak artinya bagi orang-orang itu. Contoh : Sebuah cerita yang bagus dan menarik kalau diceritakan dalam bahas Inggris kepada orang yang tak dapat berbahasa Inggris tentu tak dapat dipahami karena pendengarnya tak dapat merasakan kebagusan cerita itu. Orang dewasa kadang berbicara kepada anak kecil tanpa menghiraukan perbendaharaan kata anak itu. Hal seperti itu dapat menyebabkan salah pengertian, kebingungan dan kesalahpahaman.


(7)

Dalam mengubah pesan ke dalam lambang, sumber pesan juga harus mengingat latar belakang pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan penerima pesan. Kalau latar belakang pengamalan sumber pesan dan penerima pesan jauh berbeda, pesan yang disampaikan dengan menggunakan lambang tertentu dapat ditafsirkan berbeda dari arti kata sebenarnya yang dimaksud oleh sumber pesan. Contoh, seorang berkebanggaan Amerika bercerita kepada seorang Indonesia yang belum pernah berkunjung ke Amerika. Ia berkata “Pemandangan di Amerika pada musim gugur indah sekali”. Penerima pesan tadi mungkin membayangkan keindahan Amerika pada musim gugur itu dengan membandingkan dengan keindahan pemandangan tempat-tempat yang dilihatnya, seperti Bali, Puncak, danau Toba, atau tempat-tempat lain. Kalau demikian halnya, pesan yang disampaikan oleh orang Amerika tadi belum dapat dimengerti dengan baik. Sebab keindahan yang dimaksud oleh orang Amerika itu sangat berbeda dengan keindahan di Bali dan tempat-tempat lainnya. Keindahan musim gugur itu disebabkan oleh daun-daun di pohon telah berubah warna menjadi kuning, merah dan coklat.

Setelah gagasan, pikiran, perasaan atau pesan dilambangkan dalam bentuk bahasa, gambar, atau tanda-tanda lainnya, pesan tadi harus disalurkan melalui saluran atau media tertentu. Media dalam hal ini mempunyai arti yang sangat luas, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan. Supaya pesan dapat diterima dengan baik dan tak berubah isinya, pesan itu harus disalurkan melalui saluran atau media yang baik. Contoh: Dalam kegiatan pramuka seringkali anak diminta duduk atau berdiri berjajar-jajar. Sebuah pesan akan disampaikan dari anak yang ada di ujung paling kiri ke anak yang ada di ujung paling kanan. Sebuah pesan akan disampaikan dari anak yang ada di ujung paling kiri. Anak itu kemudian harus membisikkan pesan itu kepada anak yang ada tepat di samping kanannya. Demikian dan seterusnya, sehingga pesan sampai ke anak yang ada di ujung paling kanan. Anak yang menerima pesan paling akhir diminta menyebutkan pesan itu keras-keras supaya semua anak dapat mendengarnya. Apakah yang terjadi? Mungkin akan terjadi sedikit keributan. Mungkin ada anak yang tertawa, ada yang protes, dan ada yang mendiskusikannya dengan teman yang disampingnya. Mengapa? Sebab pesan yang dibacakan tadi tidak sesuai dengan isi pesan aslinya. Dalam hal ini, penyalur pesan tadi belum berfungsi dengan baik. Dalam istilah komunikasi dikatakan terjadi noise atau distorsi dalam proses komunikasi itu.


(8)

Noise atau distorsi atau gangguan semacam itu dapat terjadi, apapun media atau saluran yang kita gunakan. Makin jelek kualitas saluran atau medianya makin besar kemungkinan terjadinya gangguan itu. Sebuah pesan yang disampaikan melalui radio, misalnya, seringkali tidak dapat terdengar dengan baik karena adanya gangguan. Gangguan ini bisa disebabkan oleh radionya yang jelek, atau udara yang sedang jelek, atau pemancarnya jelek, atau informasinya kurang disusun dengan baik. Karena adanya gangguan itu, akan mengurangi kejelasan penerimaan. Makin besar gangguan itu, makin sulit penerima pesan itu memperoleh pesan dengan kelas. Karena itu perlu diusahakan supaya gangguan komunikasi ini tidak ada atau diteken menjadi sekecil mungkin.

Pada saat pesan diterima oleh penerima pesan, pesan tersebut harus ditafsirkan (di-decode). Kalau pesan tadi dapat diterima dengan baik dan penerima pesan mempunyai latar belakang pengalaman yang sama dengan pengirim pesan, pesan tersebut akan ditafsirkan dengan baik. Artinya, pengertian yang diperoleh oleh penerima pesan tadi sama atau mendekati sama dengan pengertian yang dimaksud oleh sumber atau pengirim pesan. Proses penafsiran lambang-lambang yang mengandung pesan itu disebut decoding.

Dalam proses komunikasi sesungguhnya, penerima pesan itu pada saat-saat tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber pesan. Pada saat penerima pesan itu menjawab pertanyaan atau pada saat ia memberi tanggapan terhadap informasi yang diterima, ia telah berfungsi sebagai sumber pesan. Sedangkan orang yang semula menjadi sumber atau pengirim pesan akan berganti fungsi menjadi penerima pesan. Kalau proses ini dapat berlangsung dengan baik, akan terjadi komunikasi dua arah. Dengan cara ini pengirim pesan akan menerima umpan balik mengenai dapat tidaknya pesan tadi diterima dan ditafsirkan dengan benar.

Apakah kaitan proses komunikasi ini dengan belajar-mengajar? Kalau kita amati seorang guru yang sedang mengajar dalam kelas akan terlihat bahwa di dalam kelas itu sedang terjadi proses komunikasi. Guru yang sedang mengajar itu berfungsi sebagai sumber pesan, sedangkan siswanya menjadi penerima pesan. Materi pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru adalah pesannya. Pesan itu tentu saja diambil oleh guru dari kurikulum yang berlaku.

Seperti laiknya dalam proses komunikasi, guru sebagai sumber pesan perlu mengolah informasi itu supaya dapat diterima dengan baik oleh siswanya. Ia harus mengubah isi pesan yang berasal dari kurikulum itu ke dalam lambang-lambang yang


(9)

dapat dimengerti siswanya. Ia juga harus menyesuaikan isi pesannya dengan latar belakang pengalaman, pengetahuan dan kebudayaan siswanya.

Siswa sebagai penerima pesan bertugas menafsirkan pesan pengajaran sesuai yang dimaksudkan oleh guru. Makin sesuai tafsirannya itu dengan pengertian yang dimaksudkan guru atau sumber pesan, makin baik bagi siswa.

Dalam proses komunikasi dalam kelas itu tentu saja pada saat-saat tertentu siswa akan berubah fungsi menjadi sumber pesan. Misalnya pada saat siswa memberi tanggapan, menjawab pertanyaan guru, melakukan tugas-tugas, mengajukan pertanyaan dan sebagainya. Dengan perkataan lain, dalam proses komunikasi dalam kelas ini dapat juga terjadi proses komunikasi dua arah. Makin sering terjadinya komunikasi dua arah, berarti makin besar aktivitas belajar siswa dan makin baiklah belajar mereka.

Apakah fungsi media dalam komunikasi dalam kelas ini? media dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan. Bila medianya dirancang dan dibuat dengan baik makin baik pula media itu dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur pesan. Untuk topik-topik pelajaran tertentu media dapat lebih baik dari guru dalam menyalurkan pesan. Makin baik medianya, makin kecil distorsinya dan makin baik pesan itu diterima siswa.

4. Pengertian media pengajaran

Ada orang yang memberi batasan dengan pengertian yang sangat luas. Misalnya Mc Luhan, seorang ahli komunikasi, memberi batasan media dengan sangat luas sehingga mencakup semua alat komunikasi. Menurut dia, media itu ialah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai sarana komunikasi dari seorang ke orang lain yang tidak ada di hadapannya. Menurut pengertian ini media komunikasi ini meliputi surat, televisi, film dan telepon. Menurut batasan ini bahkan jalan dan jalur kereta apa pun akan tercakup dalam pengertian media itu, sebab dapat digunakan oleh seseorang sebagai alat untuk berkomunikasi dengan orang lain (MC Luhan 1964). Sebaliknya ada juga orang yang beranggapan bahwa yang disebut media itu hanya alat-alat penyalur informasi yang canggih seperti televisi saja. Romiszowski (1988), seorang profesor dalam bidang teknologi pendidikan dari Syracuce Universty memberi saran pada kita untuk mengambil jalan tengah diantara kedua pendapat yang ekstrim itu. Menurut dia, media sebaiknya diberi batasan yang cukup sempit sehingga hanya mencakup media yang dapat digunakan secara efektif untuk melaksanakan proses pengajaran yang


(10)

direncanakan dengan baik. Namun demikian ia juga mengharapkan supaya batasan itu masih cukup luas sehingga tidak hanya mencakup media komunikasi elektronik yang canggih saja, melainkan juga harus meliputi media yang lebih sederhana seperti film bingkai (slide), gambar foto, diagram dan gambar bagan yang dapat dibuat sendiri oleh guru.

Menrut Romiszowski, media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Siswa dirangsang oleh media itu untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera supaya dapat menerima pesan itu secara lebih lengkap.

Dalam suatu proses belajar mengajar, pesan yang disalurkan oleh media dari sumber pesan ke penerima pesan itu ialah isi pelajaran. Dengan perkataan lain, pesan itu ialah isi pelajaran yang berasal dari kurikulum yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Pesan ini dapat bersifat rumit dan mungkin harus dirangsang dengan cermat supaya dapat dikomunikasikan dengan baik kepada siswa.

5. Manfaat dan Nilai Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar

Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan pertama berkenaan dengan manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

a) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik; c) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal

melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran;

d) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.


(11)

Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto suatu kota yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar dan atau foto tersebut akan lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota tersebut. Kemudian guru menyajikan suatu grafik pertumbuhan jumlah penduduk kota tersebut dari tahun ke tahun, sehingga jelas betapa cepatnya pertumbuhan penduduk kota tersebut.

Grafik tersebut dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Para siswa dapat melakukan analisis data penduduk, sebab-sebab pertumbuhan penduduk, melakukan proyeksi jumlah penduduk tahun berikutnya, dan aspek lain dari grafik tersebut. Ia juga dapat membuat grafik penduduk dan memberi interpretasinya. Ini berarti kegiatan belajar siswa lebih banyak dan lebih mendalam.

Sementara itu guru lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk kepada siswa apa yang harus dilakukannya dari media yang digunakannya, sehingga tugasnya tidak semata-mata menuturkan bahan melalui kata-kata (ceramah). Penggunaan gambar dan foto serta grafik dalam contoh di atas adalah salah satu cara pengajaran dengan media pengajaran.

Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Sebagai contoh penggunaan peta atau globe dalam pelajaran Ilmu Bumi, pada dasarnya merupakan penyederhanaan dan pengkonkretan dari konsep geografis, sehingga dapat dipelajari siswa dalam wujud yang jelas dan nyata. Demikian pula penggunaan diagram yang melukiskan hubungan dan alur-alur terjadinya bel listrik atau bunyi radio merupakan gambaran dan penyederhanaan konsep berpikir abstrak dalam wujud yang mudah dipelajari oleh para siswa.

Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran


(12)

yang menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran.

6. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran.

Sebuah poster sederhana yang dapat menggugah pentingnya memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai gambaran sebuah kota yang bersih, untuk sekedar mencapai tujuan pengajaran berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan. Demikian juga gambar peta Jawa Barat yang dibuat guru di papan tulis mempunyai manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan globe yang mahal harganya, apabila tujuannya hanya menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa Barat.

Oleh sebab itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pengajaran.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam proses pengajaran. Menilai keefektifan media pengajaran penting bagi guru agar ia bisa


(13)

menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pengajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pengajaran.

Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a) Ketepatan dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya.

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.

e) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi anak SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga


(14)

diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar.

Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut:

a) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa. b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini

sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pengajaran.

c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Situasi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media. Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa, demikian juga model, diorama, media grafis dan lain-lain.

d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta memberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok.


(15)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses pengajaran dapat ditempatkan sebagai:

a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.

b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.

c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

Sungguhpun demikian media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan siswa.

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa tentang apa yang harus dipelajarinya, bagaimana siswa mempelajarinya serta hasil-hasil apa yang diharapkan diperolehnya dari media yang digunakannya. Harus diingat, bahwa media adalah alat dan sarana untuk mencapai tujuan,serta media bukanlah tujuan.

Rangkuman

Kedudukan media pengajaran adalah dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pengajaran adalah sebagai alat batu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru.

Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan menjadi media grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran.


(16)

Latihan :

1. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menghambat proses belajar di kelas!

2. Apa yang Anda ketahui tentang proses komunikasi dan proses belajar mengajar ! 3. Bagaimana konsep baru dalam pelajaran IPS dan matematika bila menggunakan

media pembelajaran dan bila tidak menggunakan media pembelajaran ? 4. Bagaimana menggunakan media untuk menjelaskan suatu peristiwa !


(1)

Contoh sederhana, guru akan mengajarkan masalah kepadatan penduduk sebuah kota. Ia menggunakan berbagai media pengajaran antara lain gambar atau foto suatu kota yang padat penduduknya dengan segala permasalahannya. Gambar dan atau foto tersebut akan lebih menarik bagi siswa dibandingkan dengan cerita guru tentang padatnya penduduk kota tersebut. Kemudian guru menyajikan suatu grafik pertumbuhan jumlah penduduk kota tersebut dari tahun ke tahun, sehingga jelas betapa cepatnya pertumbuhan penduduk kota tersebut.

Grafik tersebut dapat memperjelas pemahaman siswa terhadap pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun. Para siswa dapat melakukan analisis data penduduk, sebab-sebab pertumbuhan penduduk, melakukan proyeksi jumlah penduduk tahun berikutnya, dan aspek lain dari grafik tersebut. Ia juga dapat membuat grafik penduduk dan memberi interpretasinya. Ini berarti kegiatan belajar siswa lebih banyak dan lebih mendalam.

Sementara itu guru lebih mudah mengatur dan memberi petunjuk kepada siswa apa yang harus dilakukannya dari media yang digunakannya, sehingga tugasnya tidak semata-mata menuturkan bahan melalui kata-kata (ceramah). Penggunaan gambar dan foto serta grafik dalam contoh di atas adalah salah satu cara pengajaran dengan media pengajaran.

Alasan kedua mengapa penggunaan media pengajaran dapat mempertinggi proses dan hasil pengajaran adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti tahap perkembangan dimulai dari berpikir konkret menuju ke berpikir abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju ke berpikir kompleks. Penggunaan media pengajaran erat kaitannya dengan tahapan berpikir tersebut sebab melalui media pengajaran hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan.

Sebagai contoh penggunaan peta atau globe dalam pelajaran Ilmu Bumi, pada dasarnya merupakan penyederhanaan dan pengkonkretan dari konsep geografis, sehingga dapat dipelajari siswa dalam wujud yang jelas dan nyata. Demikian pula penggunaan diagram yang melukiskan hubungan dan alur-alur terjadinya bel listrik atau bunyi radio merupakan gambaran dan penyederhanaan konsep berpikir abstrak dalam wujud yang mudah dipelajari oleh para siswa.

Penelitian yang dilakukan terhadap penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar sampai kepada kesimpulan, bahwa proses dan hasil belajar para siswa menunjukkan perbedaan yang berarti antara pengajaran tanpa media dengan pengajaran


(2)

yang menggunakan media. Oleh sebab itu penggunaan media pengajaran dalam proses pengajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pengajaran.

6. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar Ada beberapa jenis media pengajaran yang biasa digunakan dalam proses pengajaran. Pertama, media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Kedua, media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Penggunaan media di atas tidak dilihat atau dinilai dari segi kecanggihan medianya, tetapi yang lebih penting adalah fungsi dan peranannya dalam membantu mempertinggi proses pengajaran.

Sebuah poster sederhana yang dapat menggugah pentingnya memelihara kebersihan lingkungan, jauh lebih berharga daripada pemutaran film mengenai gambaran sebuah kota yang bersih, untuk sekedar mencapai tujuan pengajaran berkenaan dengan sikap siswa terhadap kebersihan lingkungan. Demikian juga gambar peta Jawa Barat yang dibuat guru di papan tulis mempunyai manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan globe yang mahal harganya, apabila tujuannya hanya menunjukkan letak kota kabupaten di Jawa Barat.

Oleh sebab itu, penggunaan media pengajaran sangat bergantung kepada tujuan pengajaran, bahan pengajaran, kemudahan memperoleh media yang diperlukan serta kemampuan guru dalam menggunakannya dalam proses pengajaran.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menggunakan media pengajaran. Pertama, guru perlu memiliki pemahaman media pengajaran antara lain jenis dan manfaat media pengajaran, kriteria memilih alat bantu mengajar dan tindak lanjut penggunaan media dalam proses belajar siswa. Kedua, guru terampil membuat media pengajaran sederhana untuk keperluan pengajaran, terutama media dua dimensi atau media grafis, dan beberapa media tiga dimensi, dan media proyeksi. Ketiga, pengetahuan dan keterampilan dalam menilai keefektifan penggunaan media dalam


(3)

menentukan apakah penggunaan media mutlak diperlukan atau tidak selalu diperlukan dalam pengajaran sehubungan dengan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila penggunaan media pengajaran tidak mempengaruhi proses dan kualitas pengajaran, sebaiknya guru tidak memaksakan penggunaannya, dan perlu mencari usaha lain di luar media pengajaran.

Dalam memilih media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:

a) Ketepatan dengan tujuan pengajaran; artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan-tujuan instruksional yang berisikan unsur pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis lebih memungkinkan digunakannya media pengajaran.

b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran; artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c) Kemudahan memperoleh media; artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar. Media grafis umumnya dapat dibuat guru tanpa biaya yang mahal, di samping sederhana dan praktis penggunaannya.

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya; apa pun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya, tetapi dampak dari penggunaan oleh guru pada saat terjadinya interaksi belajar siswa dengan lingkungannya. Adanya OHP, proyektor film, komputer, dan alat-alat canggih lainnya, tidak mempunyai arti apa-apa bila guru tidak dapat menggunakannya dalam pengajaran untuk mempertinggi kualitas pengajaran.

e) Tersedia waktu untuk menggunakannya; sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f) Sesuai dengan taraf berpikir siswa; memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Menyajikan grafik yang berisi data dan angka atau proporsi dalam bentuk persen bagi anak SD kelas-kelas rendah tidak ada manfaatnya. Mungkin lebih tepat dalam bentuk gambar atau poster. Demikian juga


(4)

diagram yang menjelaskan alur hubungan suatu konsep atau prinsip hanya bisa dilakukan bagi siswa yang telah memiliki kadar berpikir yang tinggi.

Dengan kriteria pemilihan media di atas, guru dapat lebih mudah menggunakan media mana yang dianggap tepat untuk membantu mempermudah tugas-tugasnya sebagai pengajar. Kehadiran media dalam proses pengajaran jangan dipaksakan sehingga mempersulit tugas guru, tapi harus sebaliknya yakni mempermudah guru dalam menjelaskan bahan pengajaran. Oleh sebab itu media bukan keharusan tetapi sebagai pelengkap jika dipandang perlu untuk mempertinggi kualitas belajar mengajar.

Dalam hubungannya dengan penggunaan media pada waktu berlangsungnya pengajaran setidak-tidaknya digunakan guru pada situasi sebagai berikut:

a) Perhatian siswa terhadap pengajaran sudah berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru. Penjelasan atau penuturan secara verbal oleh guru mengenai bahan pengajaran biasanya sering membosankan apalagi bila cara guru menjelaskannya tidak menarik. Dalam situasi ini tampilnya media akan mempunyai makna bagi siswa dalam menumbuhkan kembali perhatian belajar para siswa. b) Bahan pengajaran yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa. Dalam situasi ini

sangat bijaksana apabila guru menampilkan media untuk memperjelas pemahaman siswa mengenai bahan pengajaran. Misalnya menyajikan bahan dalam bentuk visual melalui gambar, grafik, bagan atau model-model yang berkenaan dengan isi bahan pengajaran.

c) Terbatasnya sumber pengajaran. Tidak semua sekolah mempunyai buku sumber, atau tidak semua bahan pengajaran ada dalam buku sumber. Situasi ini menuntut guru untuk menyediakan sumber tersebut dalam bentuk media. Misalnya peta atau globe dapat dijadikan sumber bahan belajar bagi siswa, demikian juga model, diorama, media grafis dan lain-lain.

d) Guru tidak bergairah untuk menjelaskan bahan pengajaran melalui penuturan kata-kata (verbal) akibat terlalu lelah disebabkan telah mengajar cukup lama. Dalam situasi ini guru dapat menampilkan media sebagai sumber belajar bagi siswa. Misalnya guru menampilkan bagan atau grafik dan siswa diminta memberi analisis atau menjelaskan apa yang tersirat dari gambar atau grafik tersebut, baik secara individual maupun secara kelompok.


(5)

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam proses pengajaran dapat ditempatkan sebagai:

a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.

b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.

c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

Sungguhpun demikian media sebagai alat dan sumber pengajaran tidak bisa menggantikan guru sepenuhnya, artinya media tanpa guru suatu hal yang mustahil dapat meningkatkan kualitas pengajaran. Peranan guru masih tetap diperlukan sekalipun media telah merangkum semua bahan pengajaran yang diperlukan siswa.

Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada siswa tentang apa yang harus dipelajarinya, bagaimana siswa mempelajarinya serta hasil-hasil apa yang diharapkan diperolehnya dari media yang digunakannya. Harus diingat, bahwa media adalah alat dan sarana untuk mencapai tujuan,serta media bukanlah tujuan.

Rangkuman

Kedudukan media pengajaran adalah dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru-siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pengajaran adalah sebagai alat batu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang dipergunakan guru.

Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar-mengajar yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa. Beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran dapat digolongkan menjadi media grafis, media fotografis, media tiga dimensi, media proyeksi, media audio dan lingkungan sebagai media pengajaran.


(6)

Latihan :

1. Jelaskan faktor-faktor yang dapat menghambat proses belajar di kelas!

2. Apa yang Anda ketahui tentang proses komunikasi dan proses belajar mengajar ! 3. Bagaimana konsep baru dalam pelajaran IPS dan matematika bila menggunakan

media pembelajaran dan bila tidak menggunakan media pembelajaran ? 4. Bagaimana menggunakan media untuk menjelaskan suatu peristiwa !