Pengaruh Suplementasi Vitamin D Terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) Pada Perempuan di Desa Aman Damai Kec. Sirapit Kab. Langkat Tahun 2016

(1)

Lembar Informasi Pasien

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

Yth. Ibu/Saudari

Dengan ini kami jelaskan bahwa KURANGNYA VITAMIN D dapat menyebabkan keropos tulang dan kegemukan Untuk itu kami akan mengadakan penelitian guna mengetahui apakah dengan pemberian suplementasi vitamin D 1000 IU per hari disertai perubahan gaya hidup, Ibu/Saudari agar nantinya dapat meningkatakan kadar vitamin D dan kalsium. Apabila Ibu/Saudari bersedia mengikuti penelitian ini, maka akan dilakukan :

1. Wawancara mengenai: usiadan konsumsi suplemenPemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan indeks massa tubuh

2. Pengambilan darah yang dilakukan satu kali yaitu pertemuan sekarang sebanyak kira-kira 8 (delapan) mL

Akibat pengambilan darah mungkin Ibu/Saudari akan merasakan sedikit ketidaknyamanan atau sakit, namun hal ini dapat diminimalkan dengan pengambilan darah oleh tenaga yang terlatih dan menggunakan jarum suntik yang kecil. Keikutsertaan Ibu/Saudari di dalam penelitian ini bersifat sukarela dan Ibu/Saudari dapat menolak atau mengundurkan diri selama proses penelitian berlangsung. Keuntungan bagi Ibu/Saudari apabila ikut serta dalam penelitian ini adalah Ibu/Saudari dapat mengetahui keadaan genetik masing-masing sehingga dapat ditentukan jenis makanan yang sesuai agar penyakit kencing manis dapat dicegah. Semua data pada penelitian ini bersifat rahasia.

Apabila Ibu/Saudari bersedia ikut dalam penelitian ini, maka kami akan memohon kesediaannya untuk dapat menandatangani surat persetujuan menjadi peserta penelitian:


(2)

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH(IMT)/BODY MASS INDEX (BMI) PADA PEREMPUAN DI DESA AMAN DAMAI KEC SIRAPIT KAB LANGKAT PADA TAHUN 2016

Hal-hal yang belum jelas dalam penelitian ini dapat ditanyakan secara langsung, via sms atau melalui telepon pada penanggung jawab penelitian ini Kamineshwaary Pramanandam, HP: 083199408882


(3)

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

FORMULIR PERSETUJUAN (Informed Consent)

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SURAT PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Usia/Tgl lahir :

Alamat lengkap :

Setelah mendapat keterangan secukupnya dan mengerti manfaat penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul:

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH(IMT)/BODY MASS INDEX (BMI) PADA PEREMPUAN DI DESA AMAN DAMAI KEC SIRAPIT KAB LANGKAT PADA TAHUN 2016

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan bila sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Mengetahui: Medan,...2015

Penanggung jawab penelitian: Yang menyetujui

KAMINESHWAARY PRAMANANDAM (...)

Saksi:


(4)

CURRICULUM VITAE

Nama : Kamineshwaary Pramanandam Tempat/TanggalLahir : Malaysia/ 22 September 1989 Pekerjaan : Mahasiswi

Agama : Hindu

Alamat : Tasbih 1 E65, Jalan Setia Budi Orang tua

a. Ayah : Pramanandam Kuppusamy b. Ibu : Mahlini Nadaraju

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Rendah Kebangsaan Taman Sri Muda (1995-2000)

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Sri Muda (2000- 2003)

3. Sekolah Menengah Kebangsaan Puchong Utama 1 (2003-2006)

4. M.S.Ramaiah Medical collage (2008-2010)

5. Fakultas Kedokteran, Universitas SumateraUtara (2011-Sekarang)


(5)

Rancangan Anggaran Biaya Penelitian

Tabel 2.5. Rancangan anggaran biaya penelitian

No Jenis Jumlah

1 Biaya persiapan pembuatan proposal penelitian

Rp 100.000

2 Biaya pemeriksaan sampel penelitian Rp 300.000 3 Biaya memperbanyak proposal penelitian Rp 200.000 4 Biaya seminar proposal penelitian Rp 250.000 5 Biaya memperbanyak hasil penelitian Rp 200.000

6 Biaya tidak terduga Rp 150.000


(6)

Educ Behav. 30, 1: 29-43.

Al-Othman A. Al-Musharaf S, Al-Daghri N, Krishnaswamy S, Yusuf DS, Alkharfy KM, Al-Saleh Y, Al-Attas OS, Alokail MS, Moharram O, Sabico Sdan Chrousos GP 2012. Effect of physical activity and sun exposure on vitamin D status of Saudi children and adolescents.BMC Pediatrics.12:92.

Andersen R, Molgaard C, Skovgaard LT, Brot C, Cashman KD, Jakobsen J, Lamberg-Allardt C, and Ovesen L. 2007. Pakistani immigrant children and adults in Denmark has severely low vitamin D status. Eur J Clin Nutr. doi:10.1038/sj/ejcn.1602753.

Chiu KC, Chu A, Go VLW dan Saad MF. 2004. Hypovitaminosis D is associated with insulin resistance and β cell dysfunction. The Am J of Clin Nutr. 79(5), 820-825.

DeBusk R. 2012. Clinical: nutritional genomics, dalam Krause’s: Food and the nutrition care proccess (editor Mahan LK, Escott-Stump S, dan Raymond) edisi ke 13, hal. 144-162. Saunders, Philadelphia.

Engelsen O. 2005. Daily duration of vitamin D synthesis in human skin with the relation to latitude, total ozone altitude, ground cover, aerosols, and cloud thickness. Phochem and Photobiol. 81: 1287-1290.

Forrest KYZ dan Stuhldreher WL. 2011. Prevalence and correlates of vitamin D deficiency in US adults. Nutrition Research. 31: 48-54.

Gorham ED, Garland CF. Garland FC,Grant WB, Mohr SB, Lipkin M, Newmark HL, Giovannucci E, Wei M, dan Holick MF. 2005. Vitamin D and prevention of colorectal cancer. J Steroid Biochem Mol Biol ;97:179-94. Grant WB dan Holick MF. 2005. Benefit and requirement of vitamin D for

optimal health: A review. Altern Med Rev. 10: 94-111.

Grant WB. 2002. An estimate of premature cancer mortality in the U.S. due to inadequate doses of solar ultraviolet-B radiation. Cancer. 94:1867-75. Hanchette CL dan Schwartz GG. 1992. Geographic patterns of prostate cancer

mortality. Cancer. 1992;70:2861-9.

Harinarayan CV. 2005. Prevalence of vitamin D insufficiency in postmenopausal South Indian Women.Osteoporosis Int. 16 (4): 397-402.

Holick MF. 2005. Vitamin D for health and in chronic kidney disease. Semin Dial. 18: 266-275.


(7)

Holick MF. 2007. Vitamin D deficiency. N Engl J Med. 357: 266-281.

Khor GL, Chee WSS, Shariff ZM, Poh BK, Arumugam M, Rahman JA, dan Theobald HE. 2011. High prevalence of vitamin D insufficiency and its association with BMI-for-age among primary school children in Kuala Lumpur, Malaysia. BMC Public Health. 11: 95-103.

Lee SY, Park HS, Kim DJ, Han JH, Kim SM, Cho GJ, Kim DY, Kwon HS, Kim SR, Lee CB, Oh SJ, Park CY, dan Yoo HJ. 2007. Vitamin D deficiency in a healthy group of mothers and newborn Infants. Clin Pediar. 46 (1): 42-44.

Lips P. 2001. Vitamin D deficiency and secondary hyperparathyroidism in the elderly: Consquences for bone loss and fractures and therapeutic implications. Endocr Rev. 22: 477-501.

Madiyono B, Moesichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, dan Purwanto HS. 2002. Perkiraan besar sampel, dalam Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (editor Sastroasmoro S dan Ismael S) edisi ke 2, hal. 269-287. Sagung Seto, Jakarta.

Marwaha RK, Tandon N, Reddy D, Reddy HK, Aggarwal R, Singh R,Sawhney RC,Saluja B, Ganie MA, dan Singh S. 2005. Vitamin D and bone mineral density status of healthy schoolchildren in northern India. Am J Clin Nutr.82:477-82.

Masood SH dan Iqbal MP. 2008. Prevalence of vitamin D deficiency in South Asia. Pak J Med Sci. 24 (6): 891-897.

Nesby-O’Dell S, Scanlon KS, Cogswell ME, Gillespie C, Hollis BW, Looker AC, Allen C, Doughertly C, Gunter EW, dan Bowman BA.2002. Hypovitaminosis D prevalence and determinants among African American and white women of reproductive age: Third National Health and Nutrition Examination Survey, 1988-1994. Am J Clin Nutr. 76: 3-4. Ogunkulade WB, Boucher BC, Bustin SA, Burrin JM, Noorian K, Mannan N, dan Hitman GA. 2006. Vitamin D metabolism inperipheral blood

mononuclear cells is influenced by chewing “betel nut” (Areca catechu)

in vitamin D status. J Clin Endocr Metab. 91 (7): 2612-2617.

Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas.2010.Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Setiati S, Oemardi M, Sutrisna B, dan Supartondo. 2007. The role of ultraviolet-B from sun exposure on vitamin D3 and parathyroid hormone level in elderly women in Indonesia. Asian J Gerontol Geriatr. 2: 126-132. Siddiqui TS dan Rai MI. 2005.Presentation and predisposing factors of nutritional


(8)

Tangpricha V, Pearce EN, Chen TC, dan Holick MF. 2002. Vitamin D insufficiency among free-living healthy young adults. Am J Med. 112: 659-662.

Vupputuri MR, Goswami R,Gupta N,Ray D,Tandon N, danKumar N. 2006.Prevalence and functional significance of 25-hydroxyvitamin D deficiency and vitamin D receptor gene polymorphisms in Asian Indians Am J Clin Nutr, 83:1411-1419.


(9)

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangkakonsep tentang pengaruh suplementasi vitamin D terhadap Indeks Massa Tubuh pada perempuan yang mengalami obesitas

3.2 VariabeldanDefinisiOperasional 3.2.1 Variabel

3.2.1.1 Variabel bebas

Variabel bebas pada penilitian ini adalah suplementasi vitamin D, usia, tinggi badan dan berat badan

3.2.1.2 Variabel terikat

Variabel terikat pada penilitian ini adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) 3.2.2 Definisi Operasional

Obesitas adalah suatu kondisi berlebihnya lemak. Terdapat beberapa kesulitan dalam menentukan lemak tubuh secara akurat di masyarakat, maka digunakan pengukuran tinggi badan dan berat badan tubuh untuk mendefinisikannya, definisi ini menggunakan indeks massa tubuh

3.2.2.1Suplementasi vitamin D

Suplementasi vitamin D 1000 IU unit per hari di beriselama 28 hari dapat menurunkan IMT.

3.2.2.2Kelompok Usia

Yang dimaksud dengan usia pada penelitian ini adalah usia penderita - Alatukur : melakukan pengumpulan data dari anamnesa - Cara ukur : melakukan pengumpulan data dari anamnesa - Skala : nominal


(10)

- Kategori : usia dikelompokkan menjadi 1. Kelompok usia 20-30 tahun 2. Kelompok usia 30-40 tahun 3.2.2.3Tinggi Badan

Yang dimaksud dengan tinggi badan pada penelitian ini adalah tinggi penderita

- Alat ukur : stature meter

- Cara ukur : melakukan pengumpulan data dari anamnesa - Skala : nominal

- Kategori : tinggi badan dikelompokkan

1. Kelompok tinggi 152cm -178cm 3.2.2.4Berat Badan

Yang dimaksud dengan berat badan pada penelitian ini adalah berat penderita

- Alat ukur : Timbangan injak

- Cara ukur : melakukan pengumpulan data dari anamnesa - Skala : nominal

- Kategori : berat badan dikelompokkan 1. 55kg-78kg


(11)

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis dengan randomisasi yang bertujuan untuk melihat pengaruh suplementasi Vitamin D terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) pada perempuan.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Aman Damai Kec. Sirapit. Kab. Langkat dimulai dari bulan Maret sampai dengan Mei 2016, yang meliputi pengumpulan, pengolahan dan analisis data.

4.3 Bahan Penelitian

4.3.1 Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi penelitian adalah perempuan yang mengalami obesitas, berusia 20–40 tahun di Desa Aman Damai Kec. Sirapit. Kab. Langkat.

Subjek penelitian adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian yang terpilih secara consecutive sampling, secara tertulis menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian, dan telah menandatangani lembar persetujuan subjek.

4.3.2 Besar Sampel Penelitian

Besar sampel minimal untuk masing–masing kelompok dihitung berdasarkan rumus-rumus di bawah ini (Madiyono, 2002).

4.3.3 Kriteria Subjek Penelitian Kriteria penerimaan:

- Subjek perempuan berusia 20–40 tahun.

- Indeks massa tubuh 25 kg/m2, sesuai kriteria obesitas berdasarkan kriteria WHO untuk regional Asia Pasifik.

- Bersedia secara tertulis untuk mengikuti penelitian ini dan menandatangani formulir persetujuan.


(12)

Kriteria penerimaan untuk grup pembanding:

- Subjek yang dilakukan proses matching termasuk usia - Indeks massa tubuh <25 kg/m2

- Bersedia secara tertulis untuk mengikuti penelitian ini dan menandatangani formulir persetujuan.

Kriteria penolakan:

- Subjek menggunakan obat-obat yang mengganggu metabolism kolesterol, vitamin D, dankalsium, diketahui dengan anamnesis.

- Menderita hipotiroidisme, diketahui dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.


(13)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Pengumpulan data dilakukan selama 4 minggu, yaitu dari Maret sampai April 2016 dan dilaksanakan di Desa Aman Damai, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara sejumlah 20 kasus.

Lokasi pengambilan data dipilih sesuai kesediaan institusi, kelompok perempuan,yang akan menjadi calon subjek penelitian. Diawali dengan bermohon secara tulis atau lisan kepada berbagai calon subjek penelitian pengambilan data, selanjutnya menunggu kesediaan untuk dilakukan penelitian. Setelah ada kesepakatan tempat dan waktu, barulah dilakukan pengumpulan data.Masa pengambilan data juga dilakukan pada bulan April-Juni yang termasuk musim kemarau dimana curah hujan sedikit dan paparan sinar matahari cukup banyak. 5.1.1.1Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik yang dilihat dalam penelitan ini adalah usia, kadar vitamin D sebelum dan sesudah perlakuan, IMT sebelum dan sesudah perlakuan

5.1.1.2Karakteristik usia, vitamin D sebelum dan sesudah perlakuan, IMT sebelum dan sesudah perlakuan.

Usia pada penelitian ini ditemukan rerata usia adalah 30,15 tahun dengan simpang baku 5,47. Namun pada penelitian ini terdapat perbedaan rentang umur yang jauh yaitu usia 20 tahun untuk termuda dan usia 39 tahun untuk tertua. Tabel 5.1 Rerata subjek penelitan berdasarkan usia

Karakteristik Usia

Rerata Medium Simpang baku Minimum Maksimum

Usia (Tahun) 30,15 30,00 5,470 20 39

Pada penelitian ini ditemukan proporsi kategori usia 20-30 tahun (45%) lebih rendah dibandingkan dengan proporsi kategori usia 31-40 tahun (55%).


(14)

Tabel 5.2 Kategori usia subjek penelitian

Usia Frekuensi % 20 - 30 Tahun 9 45 31 - 40 Tahun 11 55 Total 20 100

Hasil pemeriksaan kadar vitamin D (25(OH)D serum) menunjukkan perbedaan bermakna sebelum dan sesudah perlakuan dengan nilai p<0,05.

Tabel 5.3 Rerata penelitan kadar 25(OH)D serum sebelum dan sesudah perlakuan

Karakteristik Rerata ± Simpang baku Nilai p Sebelum Perlakuan 20,15 ± 5,43

0,04 Sesudah Perlakuan 22,29 ± 4,47

Keterangan:

Data berdistribusi normal disajikan dalam bentuk rerata ± simpang baku, p= batas kemaknaan (p<0,05)

Berdasarkan sebaran kategori kadar vitamin D, tampak distribusi kadar vitamin D masuk hanya kategori defisiensi, insufisiensi, dan sufisiensi. Tidak ada dari subjek penelitian yang mencapai nilai normal.

5.1.1.3Pemeriksaan indeks massa tubuh (IMT)

Pada pemeriksaan, rerata IMT ditemukan sebelum dan sesudah pada tidak mempunyai perbedaan bermakna dengan nilai p>0,05.

Tablet 5.4 Rerata subjek penelitan berdasarkan IMT sebelum dan sesudah perlakuan

Karakteristik Rerata ± Simpang baku Nilai p Sebelum Perlakuan 23,19 ± 2,42

0,86 Selepas Perlakuan 23,29 ± 2,45


(15)

Keterangan:

Data berdistribusi normal disajikan dalam bentuk rerata±simpang baku, data berdistribusi tidak normal disajikan dalam bentuk median (minimum-maksimum), p= batas kemaknaan (p<0,05),

5.2 Pembahasan Penelitian

5.2.1 Seleksi subjek penelitian dan gaya hidup

Telah dilakukan suatu penelitian analitik observasional, penelitian ini bertujuan melihat pengaruh suplementasi vitamin D terhadap indeks massa tubuh pada perempuan, namun pelaksanaan ini baru sampai pada tahap pengumpulan data karakteristik demografi dan kadar vitamin D, untuk pemeriksaan gen reseptor vitamin D masih dalam pemeriksaan. Sebanyak 40 perempuan memenuhi kriteria penelitian dan mengikuti pengumpulan data penelitian sampai selesai.

Desain penelitian ini sesuai dengan tujuan dan pertanyaan penelitian, dalam hal ini adalah mencari hubungan kadar vitamin D, masih berjalan. Penelitian ini mempunyai beberapa kekurangan yaitu desain penelitian ini yang berupa penelitian observasional, merupakan desain penelitian yang sangat lemah dalam menunjukkan hubungan sebab akibat. Akan tetapi, walaupun urutan kekuatan hubungan sebab-akibat dibawah dari desain eksperimental, kohort, atau kasus kontrol tetapi kita dapat menilai berapa besarkah pebedaan yang terjadi dalam kejadian defisiensi vitamin D. Kekurangan lain dalam penelitian ini adalah kelemahan yang ditimbulkan oleh recall bias, baik dari data wawancara atau penilaian asupan nutrisi. Kelebihan dari penelitian ini adalah jika dapat melakukan perencanaan dengan memberikan sumbangsih yang bermakna terutama pada perempuan.

Penelitian ini dilakukan di Desa Medan dengan latitude 3,57o N dan longitude 98oE, dengan paparan UV B sangat efisien untuk diabsorpsi dan menghasilkan vitamin D3 yang cukup. Berbeda dengan daerah dengan latitude tinggi (lebih besar dari 37o) yang menyebutkan bahwa sudut sinar matahari sangat miring sehingga produksi vitamin D3 sangat sedikit (Holick, 2005). Beberapa daerah menunjukkan jika latitude lebih dari 51o, tidak diproduksi vitamin D3 pada kulit, penelitian tersebut mencoba dengan sudut lebih besar dari 70o, dinyatakan


(16)

bahwa dengan sudut yang besar, maka tidak memungkinkan dihasilkannya vitamin D3 selama kurun waktu lima bulan (Engelsen, 2005).

Hasil penelitian yang sama dilakukan di India, tetapi penelitian di India berada pada lokasi dengan latitude lebih besar dari penelitian ini. Latitude di Desa Medan, yaitu 28,35o N dan longitude 77,12oE (Vupputuri et al., 2006). Berdasarkan hal ini, diperkirakan seharusnya pancaran UVB akan lebih banyak dibandingkan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengaruh latitude akan meningkatkan risiko terjadinya kanker yang berhubungan dengan kadar vitamin D dibawah 20ng/mL. Pada lokasi penelitian tersebut, dengan latitude tinggi, ditemukan 30-50% terjadi peningkatan risiko kanker kolon, prostat, dan payudara seiring dengan meningkatnya angka kematian pada kasus tersebut (Gorham et al., 2005; Grant, 2002; Hanchette et al., 1992).

Sinar radiasi UV B dipengaruhi oleh musim, waktu paparan per hari, lokasi tempat tinggal, cuaca, dan juga polusi. Penelitian ini dilakukan pada musim kering (dry season) yaitu bulan Juli sampai dengan Oktober, bertujuan agar paparan sinar matahari pada pengambilan data seluruh subjek penelitian adalah sama. Kategori musim kering dibatasi pada bulan April sampai dengan September, sedangkan musim hujan dibatasi pada bulan Oktober sampai Maret.Pengambilan subjek penelitian di bulan tersebut diharapkan curah matahari yang didapatkan cukup.

Pada penelitian ini waktu pengambilan data dilakukan pada pukul 10.00-16.00 WIB, di dalam gedung atau ruangan. Kegiatan juga dilakukan sebelum makan siang atau dua jam setelah makan siang, dengan tujuan agar penilaian lemak tubuh dapat lebih akurat.


(17)

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan:

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah sebanyak 40 kasus di Desa Aman Damai Kec. Sirapat.Kab.Langkat Medan tahun 2016.

2. Rerata usia subjek penelitian adalah 30,15 dengan simpang baku 5,470. 3. Terdapat perbedaan bermakna antarakadar vitamin D sebelum dan sesudah

perlakuan (p=0,04)

4. Rerata indeks massa tubuh sebelum dan sesudah ditemukan tidak bermakna (p=0,86)

6.2 Saran

1. Menganalisis penyebab defisiensi dan insufisiensi untuk selanjutnya mengantisipan penyebab tersebut dan melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan penelitian desain randomized control trail.

2. Menyusun tatalaksana nutrisi berupa pedoman atau paduan gaya hidup termasuk di dalamnya adalah asupan makanan dan aktivitas.


(18)

Jika seseorang dengan adanya kerentanan penyakit, maka dengan meningkatkan asupan porsi bahan makanan sumber tersebut akan menghindarkannya dari risiko terjadinya penyakit. Penelitian yang dilakukan oleh Kirang et al.(2012) menyatakan adanya pengaruh asupan makanan tertentu seperti kalsium yang akan meningkatkan risiko terjadinya sindroma metabolik. Penelitian tersebut menemukan hubungan yang bermakna antar subjek dengan minor alel karier rs6445834 dalam ARHGEF3, rs1085033 dalam TBX5, atau rs180349 dalam BUD13 dengan asupan kalsium, penelitian tersebut mengemukakan keterbatasan penelitian tersebut adalah tidak menilai asupan dan kadar vitamin D.

2.1 Vitamin D

Vitamin D diperlukan pada masa anak-anak dan dewasa, sejak dalam kandungan (utero) dan selama masa pertumbuhan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan dan deformitas tulang, yang di masa lanjut usia akan meningkatkan risiko fraktur tulang (Holick, 2007).

Defisiensi vitamin D umumnya terjadi di negara empat musim dengan curah sinar matahari (Ultra Violet B/UVB) kurang, namun berdasarkan penelitian ternyata defisiensi dapat terjadi juga di negara tropis. Penelitian tersebut menemukan bahwa defisiensi vitamin D tidak hanya terjadi pada perempuan postmenopause tetapi juga terjadi pada masa anak-anak usia 7-12 tahun (Rahmanet al., 2004; Setiati et al., 2007; Khoret al., 2011).

Sifat kimia dan fisika vitamin D, ditemukan dalam bentuk kolekalsiferol (cholecalciferol/vitamin D3) dan ergokalsiferol (ergocalciferol/vitamin D2), secara struktur mirip dengan sekosteroid turunan dari radiasi sinar UVB yang berasal dari sterol provitamin D. Prekursor vitamin D terdapat dalam fraksi sterol dalam jaringan di bawah kulit hewan (7-dehidrokolesterol) dan tumbuh-tumbuhan (ergosterol)(Ball, 2006).


(19)

Vitamin D2 dan D3 ditemukan dalam bentuk bubuk kristal putih

kekuning-kuningan, bersifat tidak larut dalam air, 95% larut dalam etanol, aseton, lemak, dan minyak; dan sangat mudah larut dalam kloroform dan eter (Ball, 2006).

Stabilitas vitamin D dalam lemak dan minyak bergantung pada jenis lemak itu sendiri. Vitamin D lebih stabil dibandingkan vitamin larut lemak lain seperti vitamin A. Setelah lepas dari matriks makanan, vitamin D sangat mudah terurai oleh oksigen dan sinar. Kondisi yang dapat mempermudah pecahnya ikatan vitamin D adalah paparan panas (Ball, 2006).

Vitamin D mudah rusak dalam lemak teroksidasi, walaupun demikian, proses pengolahan makanan, memasak, dan penyimpanan makanan tidak mempengaruhi aktivitasnya. Vitamin D dapat ditemukan tidak mudah rusak pada bentuk makanan seperti ikan asap, proses pasteurisasi, sterilisasi susu, dan telur goreng (Ball, 2006).

Vitamin D diproduksi di bawah kulit, dengan bantuan radiasi sinar UVB terhadap 7-dehidrokolesterol, akan mengenai steroid inti menyebabkan pecahnya cincin B pada 9,10-ikatan karbon, menghasilkan sistem triene konyugasi ikatan rangkap. Untuk selanjutnya akan memperoduksi pre-vitamin D3. Bentuk ini akan

muncul setelah 30 menit paparan sinar UVB dan berlangsung cepat. Panas tubuh selanjutnya akan menyebabkan pre-vitamin D3 mengalami isomerisasi menjadi

vitamin D3. Pada tumbuh-tumbuhan, radiasi sinar ultraviolet pada ergosterol akan

menghasilkan pre-vitamin D2 yang selanjutnya akan dikonversi menjadi D2 yang

juga dibantu oleh adanya panas.

Sistem penomoran atom karbon (carbon/C) molekul vitamin D sesuai dengan steroid intinya (Gambar 2.1a). Perbedaan struktur vitamin D2 (C28H44O,

berat molekul=396,6) dan vitamin D3 (C27H44O, berat molekul=384,2) terjadi

pada atom C-17 vitamin D2 yang terdapat ikatan rangkap dan tambahan grup metil

(Gambar2.1b). Kedua bentuk vitamin tersebut ditemukan di alam dengan ikatan rangkap pada 5,6 dalam bentuk konfigurasi cis (Ball, 2006).


(20)

Sumber: Ball, 2006

Gambar 2.1 Struktur kimia vitamin D (a) Struktur vitamin D2 dan D3 (b)

Pada saat radiasi UV terjadi, provitamin D akan dikonversi menjadi bentuk previtamin D, dan selanjutnya dibantu dengan transformasi suhu, bentuk tersebut akan di konversi menjadi vitamin D.Radiasi sinar UV terhadap ergosterol yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, jamur, dan ragi menghasilkan vitamin D2,

sedangkan pada hewan, radiasi tersebut mengkonversi 7-dehidrokolesterol menjadi vitamin D3 yang dapat mencapai kapiler darah di lapisan dermis, dan

diangkut ke hati menggunakan protein transport plasma (Ball, 2006).

Pada manusia, potensi biologis vitamin D2 dan D3 prinsipnya adalah

seimbang, namun bentuk metabolit 25(OH)2D3 dalam sirkulasi yang berasal dari

bahan makanan sumber hewani mempunyai aktivitas lima kali lebih tinggi dibandingkan bentuk metabolit vitamin D2 yang berasal dari tumbuh-tumbuhan,

berdasarkan kemampuannya meningkatkan absorpsi kalsium di usus (Ovesen et al., 2003). Hal tersebut disebabkan oleh karena pada jaringan hewan, bentuk vitamin D ditemukan dalam bentuk ester yang berikatan dengan asam lemak jenuh dan tidak jenuh (Ball, 2006).

Secara biologis, vitamin D dalam bentuk tidak aktif dan harus dimetabolisme menjadi 1, 25-dihidroksi vitamin D 1,25(OH)2D, yang

bertindak sebagai hormon dalam mengontrol homeostasis kalsium dan regulasi pertumbuhan berbagai jenis sel (Ball, 2006).


(21)

Pengaruh hormonal 1,25(OH)2D dimediasi oleh reseptor intraselular

khusus (specific intra-cellular receptor), yang tergolong reseptor steroid. Setelah membentuk ikatan kompleks ligand-reseptor, barulah vitamin D akan memberikan pengaruh terhadap ekspresi gen (Ball, 2006).

Bahan makanan sumber dan kebutuhan vitamin D, sumber utama vitamin D adalah paparan sinar matahari, asupan bahan makanan sumber, suplementasi, asupan makanan fortifikasi. Diet dengan tinggi minyak ikan dapat mencegah defisiensi vitamin D. Paparan sinar matahari berupa radiasi ultraviolet B (UVB) dengan panjang gelombang 290-315 (sumber lain menyebutkan 280-320nm) dapat menjadi sumber yang sangat baik terutama di daerah tropis. Sinar matahari tersebut akan menembus kulit dan mengkonversi 7-dehydrocholesterol menjadi previtamin D3setelah paparan 30 menit, dan secara cepat akan dikonversi

menjadi vitamin D3. banyaknya previtamin D3 atau vitamin D3 akan dipecah oleh

sinar matahari, kelebihan paparan sinar matahari tidak menyebabkan intoksikasi vitamin D3 (Holick, 2007; Lehman, 2009, Zitterman, 2003).

Secara alami sangat sedikit makanan yang mengandung atau difortifikasi vitamin D, termasuk vitamin D2 dan D3. Vitamin D2 diproduksi melalui irradiasi

sinar ultra violet ergosterol dari jamur, dan vitamin D3 melalui irradiasi

7-dehidroksikolesterol dari lanolin. Kedua bahan tersebut digunakan untuk membuat suplemen vitamin D (Holick, 2007) (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Bahan Makanan Sumber, Suplemen, Dan Sumber Bahan Farmasi Vitamin D2 Dan D3

Sumber Kandungan Vitamin D

Sumber alami: Salmon Segar, di alam

Segar, ternak Kalengan Sarden, kalengan Mackerel, kalengan

Tuna, kalengan

600-1000 SI (D3)

100-250 SI (D3 dan D2)

300-600 SI (D3)

300 SI (D3)

250 SI (D3)


(22)

Minyak ikan kod Jamur shiitake Jamur kancing Kuning telur

Paparan sinar matahari, radiasi UV B

400-1000 SI (D3)

100-1600 SI (D2)

40 SI (D2)

20 SI (D3 dan D2)

3000 SI (D3)

Makanan fortifikasi Susu

Jus jeruk Formula susu bayi

Yoghurt Mentega Margarin

Keju

Sereal sarapan pagi

100 SI /240 mL (D3)

100 SI /240 mL (D3)

100 SI /240 mL (D3)

100 SI /240 mL (D3)

50 SI /100 gr (D3)

430 SI /100 gr (D3)

100 SI /85 gr (D3)

100 SI /porsi (D3)

Suplemen Bentuk resep

Vitamin D2 (Ergocalciferol)

Drisdol (vitamin D2) suplemen cairan

Bentuk jualan di toko obat Multivitamin

Vitamin D3

50.000 SI /kapsul 8000 SI /mL

400 SI

400, 800, 1000, dan 2000 SI Sumber: Holick, 2007

Ket: 1 SI (Satuan Internasional)= 0,025 g vitamin D; 1 g vitamin D=40 SI Kecukupan vitamin D, tidak hanya penting untuk kesehatan tulang saja tetapi juga untuk fungsi optimal organ dan jaringan seluruh tubuh. Kebutuhan meningkat seiring pertumbuhan usia, masa remaja adalah masa yang paling tinggi kebutuhan akan vitamin D sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk vitamin D (Tabel 2.2).


(23)

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Vitamin D yang Dianjurkan Untuk Perempuan

Golongan umur (tahun) AKG (g)

10-12 13-15 16-18 19-29 30-49 50-64 Lebih dari 65

5 5 5 5 5 10 15 Sumber: Widyakarya Pangan dan Gizi, 2005

Insufisiensi vitamin D berada pada rentangan 21-29 ng/mL dan kecukupan vitamin D berada pada rentangan lebih dari 30 ng/mL. Keracunan vitamin D dapat terjadi jika kadar dalam serum lebih besar dari 150 ng/mL. Wanita postmenopause mempunyai kadar 25(OH)D serum suboptimal-di bawah 30 ng/mL, dan mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya osteoporosis (Holick, 2007).

Penelitian yang dilakukan Forrest dan Stuhldreher (2011) melaporkan bahwa prevalensi defisiensi vitamin D muncul pada kelompok non-Hispanic kulit hitam, rendahnya asupan kalsium, dan kadar HDL. Hubungan ini dikatakan masih belum diketahui, tapi dikemukakan teori tingginya massa lemak menjadikan kadar vitamin D yang beredar dalam darah akan berkurang.

Anak-anak dan dewasa muda merupakan risiko tinggi untuk terjadinya defisiensi vitamin D, penelitian yang dilakukan terhadap gadis dan wanita kulit hitam usia 15-49 tahun mempunyai kadar 25(OH)D serum dibawah 20 ng/mL sebanyak 42%. Penelitian tersebut juga menemukan 32% pelajar dan masyarakat disekitar daerah penelitian mengalami defisiensi vitamin D walaupun telah meminum segelas susu, minum multivitamin setiap hari, dan makan ikan salmon sekali seminggu (Tangpricha et al., 2002).

Walaupun berada di daerah yang bersinar matahari cukup, defisiensi vitamin D juga ditemukan karena sebagian besar kulit dilindungi dari paparan sinar matahari. Daerah penelitian tersebut antara lain Uni Emirat Arab, Australia, Turki, India, dan Libanon, menemukan 30-50% anak dan dewasa mengalami


(24)

defisiensi vitamin D dengan kadar 25(OH)D kurang dari 20 ng/mL (Tangpricha et al., 2002).

Hasil penelitian di Malaysia menyatakan adanya defisiensi vitamin D sebesar 27% pada perempuan etnis malaysia usia 50-65 tahun, hasil ini diperbandingkan dengan etnis cina yang ditemukan sebesar 87%. Insufisiensi vitamin D ditemukan lebih tinggi pada etnis malaysia dibandingkan dengan etnis cina (71% vs 11%). Kadar 25(OH)D serum ditemukan berkorelasi bermakna dengan IMT, massa lemak, dan kadar hormon paratiroid (Rahman et al., 2004).

Penelitian di Indonesia menunjukkkan defisiensi vitamin D terjadi sebesar 35% pada wanita lanjut usia, yang tergantung dari tipe kulit, usia, IMT, dan perubahan sistem organ yang terkait dengan sintesis vitamin D. Penelitian tersebut memberikan perlakuan yaitu paparan sinar matahari pada wajah dan kedua lengan sebanyak tiga kali dalam seminggu selama enam minggu. Penelitian tersebut menunjukkan peningkatan kadar vitamin D (Setiati et al., 2007).

Tidak hanya terjadi pada usia lanjut, ternyata defisiensi vitamin D ditemukan pada anak usia sekolah (7-12 tahun), kasus obesitas sebanyak 16,4% dan berat badan lebih sebanyak 17,9%. Kadar Hb, serum ferritin, seng, folat, dan vitamin B12 dalam batas normal, sedangkan kadar 25(OH)D serum menunjukkan defisiensi vitamin D, pada kelompok laki-laki ditemukan hubungan yang berlawanan antara kadar vitamin D dan IMT sesuai usia (Khor et al., 2011).

2.2 Obesitas

Obesitas dan berat badan lebih adalah hasil dari ketidak seimbangan antara asupan dan aktivitas fisik. Penyebab obesitas terkait masalah kompleks, diantaranya adalah gaya hidup, lingkungan, dan gen. Faktor asupan makanan dapat berasal dari porsi makanan, sering makan di restoran atau di luar rumah, dan penurunan aktivitas fisik.

2.2.1. Definisi dan Klasifikasi

Obesitas adalah suatu kondisi berlebihnya lemak. Terdapat beberapa kesulitan dalam menentukan lemak tubuh secara akurat di masyarakat, maka digunakan pengukuran tinggi badan dan berat badan tubuh untuk


(25)

mendefinisikannya, definisi ini menggunakan indeks massa tubuh (IMT) (Hill et al., 2006).

Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan berat badan (kg)/tinggi badan kuadrat (m2). Nilai IMT berhubungan bermakna dengan lemak tubuh total dan dapat dijadikan penanda kadar lemak tubuh (Gallagher et al., 2000). Klasifikasi IMT berkaitan dengan angka kesakitan dan kematian, dan dapat mengidentifikasikan risiko seseorang untuk mengalami komplikasi akibat lemak tubuh berlebih (Hill et al, 2006).

Risiko terjadinya DM tipe 2, penyakit jantung, dan kanker terjadi seiring dengan peningkatan IMT, dengan risiko terendah terdapat pada IMT 22-25 kg/m2. angka kematian meningkat seiring dengan peningkatan IMT diatas 25 kg/m2, dengan nilai paling tinggi IMT diatas 30 kg/m2 (Hill et al., 2000).

Perhitungan IMT dapat digunakan, tetapi mempunyai kelemahan dimana seseorang dengan IMT tergolong obes dapat mempunyai jumlah lemak yang normal akibat besarnya massa otot. Begitu pula dengan IMT normal dapat mempunyai jaringan lemak yang berlebihan akibat penurunan massa otot. Perhitungan lingkar pinggang dapat digunakan untuk keakuratan jumlah lemak tubuh tersebut. Lingkar pinggang berkorelasi tinggi dengan lemak viseral atau intra abdomen. Kombinasi perhitungan lingkar pinggang dan IMT sangat berguna untuk menilai risiko kesehatan (Hill et al., 2000).

Perhitungan lingkar pinggang perempuan lebih dari 80 cm mempunyai peningkatan risiko gangguan metabolik. Berat badan lebih dengan lingkar pinggang lebih, mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami gangguan metabolik dibandingkan berat badan lebih dengan lingkar pinggang normal (Hill et al., 2006).

Sel beta pankreas yang mengsekresikan insulin adalah hormon kunci yang meregulasi kadar gula darah. Obesitas berhubungan dengan resistensi insulin, ekspansi sel beta, dan hiperinsulinemia. Diawali dengan berat badan lebih, secara metabolisme masih dalam keadaan normal tetapi ini disebabkan oleh kemampuan kompensasi dari sel beta pankreas, selanjutnya obesitas, keadaan yang menunjukkan ketidak mampuan sel beta pankreas untuk berfungsi normal (Gambar 2.2) (Ahima, 2011).


(26)

Gambar 2.2 Hubungan berat badan dan fungsi sel beta pankreas

2.2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas

Faktor yang mempengaruhi obesitas antara lain jenis kelamin, perempuan lebih sering tergolong obes dibandingkan laki-laki. Faktor lain adalah suku, kelompok perempuan non hispanik kulit hitam lebih cenderung untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan kulit putih, penelitian menunjukkan terjadinya obesitas tetap ditemukan walaupun telah dikoreksi dengan status ekonomi (Allison dan Saunders, 2000).

Pada usia 20 tahun terjadi peningkatan terjadinya obesitas, penurunan terjadi setelah berumur 60 tahun. Masa kanak-kanak terutama pada masa remaja merupakan masa yang sangat menentukan terjadinya obes di masa dewasa. Masa kanak-kanak obes cenderung untuk menjadi dewasa obes sebesar 30%, sedangkan sekitar 80% obes yang terjadi di masa remaja cenderung menjadi obes di masa dewasa (Allison dan Saunders, 2000).

Pengaruh genetik merupakan faktor utama seseorang menjadi obes, bentuk kelainan genetik adalah melanocortin-I receptor gene (MC IR), mutasi gen leptin, dan defek pada peroxisome proliferator-activator- receptor (PPAR-) (Hill et al., 2006). Pengaruh lingkungan dan gaya hidup merupakan faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan energi masuk dan keluar. Termasuk di dalamnya antara lain


(27)

resting metabolik rate (RMR), thermic effect of food (TEF), dan physical activity energy expenditure (PAEE) (Hill et al., 2006).

Ketidakseimbangan asupan makanan yang berasal dari ketidak seimbangan asupan antara lain asupan lemak, densitas energi makanan, asupan karbohidrat, buah dan sayur, ukuran porsi makanan, jenis makanan, dan mudah-murahnya suatu jenis makanan diperoleh (Hillet al., 2000; Hillet al., 2006). Resistensi insulin memegang peran terhadap perkembangan dislipidemia pada diabetes, dengan mempengaruhi beberapa faktor. Pada resistensi insulin, peningkatan efluks dari asam lemak bebas dari jaringan lemak dan penekanan ambilan insulin di otot meningkatkan aliran asam lemak ke hati. Asam lemak bebas yang meningkat pada individu dengan toleransi glukosa terganggu memberikan tanda bahwa resistensi insulin berhubungan dengan peningkatan kadar asam lemak bebas terjadi sebelum higerglikemia timbul (Krauss, 2004).

Patofisiologi terjadi dislipidemia diawali dengan gangguan pada metabolisme lipoprotein kaya trigliserida, termasuk juga peningkatan sekresi very low density lipoprotein (VLDL) di hati dan menekanan bersihan VLDL dan kilomikron dari usus. Akibatnya adalah retensi yang lama dari VLDL dan kilomikron tersebut sebagai partikel remnan lipolisis. Bentuk sisa atau remnan ini termasuk intermediate density lipoprotein (IDL) termasuk aterogenik (Krauss, 2004).

Peningkatan produksi di hati dan atau bersihan yang lambat dari VLDL akan menghasilkan produksi prekursor partikel LDL densitas kecil. Plasma VLDL berhubungan dengan peningkatan densitas dan penurunan ukuran LDL. Ukuran dan densitas LDL berhubungan berlawanan dengan kadar HDL, terutama high densitiy lipoprotein2 (HDL2). Partikel LDL padat berasal dari VLDL di

intravaskular melalui tahapan dalam proses lipolisis. Selanjutnya produk yang kaya akan trigliserida, bersama dengan cholesterol ester transfer protein (CETP), hidrolisis trigliserida, dan fosfolipid oleh hepatic lipase (HL), menyebabkan peningkatan dari partikel LDL densitas kecil. Waktu berada di plasma akan lebih lama karena terjadinya penurunan afinitas terhadap reseptor LDL (Gambar 2.3) (Krauss, 2004).


(28)

Sumber: Krauss, 2004

Gambar 2.3 Skema metabolisme lipoprotein pada dislipidemia

Defisiensi vitamin D dapat mempengaruhi sekresi insulin dan sensitivitas melalui pengaruhnya pada kalsium intraseluler (Pittas et al., 2007). Peningkatan kalsium intraseluler menekan postreceptor binding insulin action, yaitu defosforilasi glikogen sintase dan transporter glukosa (glucose transporter/GLUT-4) (Draznin, 1993; Reuschet al., 1991, Zemel et al., 2000).

Terjadinya peningkatan kalsium intraseluler akan merangsang kalmodulin untuk mengikat substrat-1 reseptor insulin (Insulin Receptors Substrate-1/IRS-1), yang bergabung dengan fosforilasi tirosin stimulasi-insulin (insulin-stimulated tyrosine fosforilation) dan aktivasi PI3-kinase (phospohoinositide 13-kinase) (Alvarez dan Ashraf, 2010).

Sel adiposit mempunyai peran dalam penyimpanan energi untuk trigliserida, selanjutnya akan dipecah menjadi asam lemak bebas dan gliserol saat diperlukan energi. Sel adiposit mengekspresikan dan mengsekresikan beberapa hormon peptida dan sitokin termasuk TNF-; plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang membantu hemostasis; angiotensinogen, merupakan produk proteolitik meregulasi tekanan vaskular; dan leptin, yang berperan dalam keseimbangan energi (Kahn dan Flier, 2000).

Walaupun tidak semua penelitian menemukan kadar TNF- yang meningkat pada obesitas, perannya sangat bervariasi. Pada kadar rendah, ia dapat berperan sebagai parakrin dibandingkan saat kadar tinggi, yang bersifat endokrin. Penelitian lanjutan diperlukan untuk melihat efek dari TNF-, kadar berlebihan


(29)

dari TNF- dapat memberikan sinyal yang menekan sinyal insulin, sebagai bagian dari fosforilasi serin dari IRS-1 dan dapat menurunkan ekspresi gen GLUT-4, yang nantinya dapat menyebabkan resistensi insulin (Kahn dan Flier, 2000).

Penelitian Zitterman et al (2009) melaporkan tidak dihasilkannya penurunan berat badan pada pemberian vitamin D sebanyak 83 g per hari selama 12 bulan, tetapi terlihat perbaikan pada beberapa penanda risiko kardiovaskular seperti profil lipid dan TNF-α, namun terjadi peningkatan kadar LDL pada kelompok perlakuan.

Sel adiposit merupakan penyimpanan energi terutama trigliserida yang dalam bentuk asal lemak bebas dan gliserol. Data menunjukkan peran adiposit sebagai sel sekretoris. Selain leptin, sel adiposit juga dapat memproduksi hormon lain termasuk estrogen dan kortisol (Kahn dan Flier, 2000).

Peranan TNF- terhadap fungsi sel adiposit adalah dengan jalur menghambat lipogenesis dan dapat meningkatkan lipolisis, peran ini dapat terlihat sebagai mekanisme terbalik terhadap simpanan energi yang berlebihan. Sinyal TNF- dapat menekan sinyal insulin, kemudian melakukan penekanan terhadap fosforilasi serin dari IRS-1, dan dapat menurunkan ekspresi gen GLUT-4 (Kahn dan Flier, 2000).

Beberapa penelitian memberikan suplementasi vitamin D pada anak-anak, dengan tujuan mengurangi risiko terjadinya diabetes tipe 1. Peningkatan asupan vitamin D selama masa kehamilan mengurangi perkembangan autoantibodi turunan (Chiu et al., 2004).

Penelitian di Finlandia yang memberikan 2000 SI vitamin D3 per hari

selama tahun pertama kehidupan dan kemudian diikuti selama 31 tahun, risiko diabetes tipe 1 menurun sampai 80% (Risiko Relatif (RR) 0,22; Interval Kepercayaan (IK) 95%, 0,05-0,89) (Hypponenet al., 2001).

Terdapat beberapa penelitian lain yaitu penelitian yang menunjukkan defisiensi vitamin D dapat menyebabkan meningkatnya resistensi insulin, penurunan produksi insulin, dan berhubungan dengan sindroma metabolik (Chiu et al., 2004). Penelitian yang dilakukan Pittas et al., (2006) menunjukkan kombinasi asupan kalsium 1200 mg dan vitamin D 800 SI, dapat menurunkan


(30)

risiko diabetes tipe 2 sebesar 33% (RR 0.67; IK 0,49-0,90) dibandingkan dengan asupan kalsium kurang dari 600 mg dan vitamin D 400 SI.

Penelitian potong lintang yang dilakukan menunjukkan hubungan kadar 25(OH)D dengan sensitivitas insulin, hubungan tersebut dapat terlihat dari tiga faktor yaitu vitamin D yang tersimpan di jaringan lemak, obesitas yang berhubungan dengan defisiensi vitamin D, dan resistensi insulin. Perbedaan jumlah jaringan lemak (adipositas) dikatakan dapat menjadi faktor perancu terhadap hubungan ini (Alvarezet al.,2010).

Beberapa penyebab yang menyatakan hubungan antara defisiensi vitamin D dan obesitas antara lain aktivitas individu yang jarang terpapar sinar matahari, simpanan vitamin D dalam jaringan lemak, dan penurunan bioavailabilitas produksi endogen vitamin D dalam sirkulasi (Wortsman et al., 2000; Martini dan Wood, 2006).

Penelitian yang dilakukan Cheng et al., (2010) menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya kadar vitamin D dengan besarnya IMT, hubungan berlawanan antara kadar 25(OH)D serum dengan adipositas terutama lemak viseral dibandingkan lemak subkutan. Penelitian eksperimental tersebut menyatakan bahwa defisiensi vitamin D dapat menyebabkan adipositas yang lebih besar.

Lemak viseral lebih patogenik terjadinya risiko penyakit kardiovaskular seperti hipertensi, hipertrigliseridemia, penekanan pada glukosa puasa, dan sindroma metabolik. Lemak viseral juga lebih menyebabkan peningkatan sekresi adipokin, mediator homeostasis, fibrinolisis, dan faktor pertumbuhan (growth factor) dibandingkan lemak subkutan (Foxet al., 2007).

Penelitian yang dilakukan Pittas et al., (2007), memberikan suplementasi vitamin D bentuk kolekalsiferol 700 SI dan kalsium 500 mg selama 3 tahun dan dibandingkan dengan plasebo ternyata menunjukkan perbaikan pada sensitivitas insulin. Penelitian randomized controlled trial (RCT) yang dilakukan Nagpalet al., (2009), dengan memberikan suplementasi vitamin D 120.000 SI selama enam minggu menunjukkan peningkatan kadar 25(OH)D serum dan peningkatan sensitivitas insulin, keterbatasan penelitian ini juga menggunakan pengukuran sensitivitas insulin tidak langsung.


(31)

Penelitian eksperimental yang dilakukan belum menemukan berapa lama perlakuan atau lamanya pemberian vitamin D untuk memberikan pengaruh pada sensitivitas dan sekresi insulin. Penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan vitamin D dengan sensitivitas insulin yang telah dilakukan juga belum menemukan dosis terapetik yang tepat untuk suplementasi vitamin D (Alvarez dan Ashraf, 2010).

Penelitian Niikoyeh et al.,(2011) menyebutkan bahwa pemberian vitamin D sebanyak 500 IU (12,5 g) dan kalsium sebanyak 150 mg per hari dalam minuman yoghurt selama 12 minggu, menunjukkan perbaikan pada kadar HbA1C.

Peningkatan kadar 25(OH)D dinyatakan dapat memperbaiki sensitivitas insulin sebesar 13,3%. Beberapa parameter lain seperti HOMA-IR dan kadar insulin juga menunjukkan hubungan yang berlawanan dengan perubahan kadar 25(OH)D.

Penelitian yang dilakukan Rosenblum et al.,(2012) menemukan adanya penurunan jaringan lemak viseral pada pemberian suplementasi vitamin D-kalsium sebesar 13% selama 16 minggu. Penurunan ini menunjukkan bahwa suplementasi tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya sindroma metabolik, karena lemak intraabdomen berhubungan langsung dengan peningkatan trigliserida, rendahnya HDL, hipertensi, dan intoleransi glukosa. Kekurangan dari penelitian tersebut adalah tidak memisahkan antara suplementasi vitamin D dan kalsium, diketahui bahwa kadar 25(OH)D yang rendah berhubungan independen dengan massa lemak dan peningkatan IMT (Zemel et al., 2005a ; Zemel et al.,2005b). Penelitian ini juga hanya dilakukan pada etnis wanita kulit putih saja sehingga sulit untuk mengeneralisasikan hasil penelitian tersebut.

Berbagai penelitian yang ada sudah melihat pengaruh vitamin D tetapi masih mempertanyakan peranan vitamin D tersebut. Berikut adalah penelitian-penelitian yang telah dilakukan dan berkaitan dengan vitamin D.


(32)

1.1. Latar Belakang

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam jaringan adiposa yang dapat mengganggu kesehatan (WHO-WRPO, 2000). Prevalensi obesitas di Indonesia penilaian Indeks Massa Tubuh (IMT) 25 kg/m2, pada kelompok umur lebih dari 15 tahun ditemukan 19,1%; sedangkan untuk kawasan Pulau Sumatera, Daerah Sumatera Utara termasuk urutan kedua terbanyak ditemukan kasus obesitas (11,9%) dibandingkan dengan daerah lain (prevalensi tertinggi adalah Kepulauan Riau 13,2%). Prevalensi perempuan ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki (23,8% vs 13,9%) (Riskesdas, 2010).

Angka obesitas pada perempuan terus meningkat pada perempuan kelompok usia 20-40tahun, ditemukan lebih banyak di perkotaan dibandingkan pedesaan (12,4% vs 10,3%), dan angka tertinggi dijumpai pada perempuan yang bekerja sebagai pegawai dibandingkan dengan yang tidak bekerja (13,5% vs 11,7) (Riskesdas, 2010).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, dapat maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah suplementasi vitamin D dapat menurunkan IMT pada perempuan yang mengalami obesitas?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh suplementasi vitamin D terhadap Indeks Massa Tubuh (IMT) pada perempuan yang mengalami obesitas. 1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi subjek penelitian berdasarkan kelompok usia, tinggi badan dan berat badan.

2. Mengetahui IMT subjek penelitian sebelum dan sesudah empat minggu, suplementasi vitamin D.


(33)

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya di bidang ilmu gizi.

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat dipakai sebagai data dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai vitamin D pada kelompok populasi dengan karakterisitik yang berbeda dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penatalaksanaan gizi penderita obesitas.

1.4.2 Manfaat bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih berfikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan suatu penelitian berdasarkan metode yang baik dan benar.

1.4.3 Manfaat bagi Pelayanan Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang benar bagi masyarakat tentang manfaat suplementasi vitamin D pada perempuan mengalami obesitas.


(34)

dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, terutama pada wanita. Banyak faktor yang berhubungan dengan kekurangan vitamin D di negara-negara tropis. Kami bertujuan untuk menentukan kadar vitamin D pada wanita di Indonesia menggunakan desain cross - sectional. Kami juga memeriksa faktor yang terkait dengan serum 25(OH)D, gaya hidup (termasuk paparan sinar matahari, pekerjaan, asupan vitamin D, aktivitas fisik), dan lemak tubuh persentase.

Hasil : Berarti serum 25(OH)D yang 18,8 ± 7,0 ng / mL. Sebanyak 99 subjek dikategorikan iklan kekurangan / tidak memadai, dan satu dikategorikan sebagai 25(OH)D yang cukup. Namun, tak satu pun dari subjek mencapai yang normal 25(OH)D nilai (value yang normal di negara-negara yang cerah : 54-90 ng / mL). Ada perbedaan yang signifikan dalam 25 tingkat (OH) D antara kelompok pedesaan. Kekurangan vitamin D / insufisiensi dikaitkan dengan gaya hidup seperti pekerjaan dalam ruangan (p < 0,05), paparan sinar matahari kurang dari satu jam per hari (p < 0,05), aktivitas fisik yang rendah (p < 0,05), rendah asupan vitamin D (p < 0,05), terlepas dalam kelompok pedesaan atau perkotaan. Kesimpulan : Vitamin D Kekurangan - kekurangan bisa terjadi pada wanita yang sehat di pedesaan. Ada polimorfisme reseptor gen vitamin D Taql dan Bsml di semua wanita dalam penelitian ini.


(35)

Previous studies have shown that low serum 25(OH)D levels may lead to an increase in mortality and morbidity, especially in women. Many factors are linked to vitamin D deficiency in tropical countries. We aimed to determine vitamin D levels in women in Indonesia using a cross – sectional design. We also examined factors associated with serum 25(OH)D level s, such as single nucleotide polymorphisms of vitamin D receptor genes (Taql and Bsml),lifestyle (including sun exposure, occupation, intake vitamin D, physical activity), and body fat percentage.

Results: Mean serum 25(OH)D levels were 18.8 ± 7.0 ng/mL. A total of 99 subjects were categorized ad deficient/ insufficient, and one were categorized as sufficient 25(OH)D levels. However, none of the subjects achieved normal 25(OH)D values (normal value in sunny countries : 54-90 ng/mL). There was significant difference in 25(OH)D levels between the rural and urban group. All subject were heterozygous (TC for Taql and AG for Bsml) and homozygous mutant. Vitamin D deficiency/ insufficiency was associated with lifestyle such as indoor occupation (p<0.05), less than one hour sun exposure per day (p<0.05), low physical activity (p<0.05), low vitamin D intake (p<0.05), regardless in rural or urban group. Conclusion: Vitamin D deficiency – insufficiency may occur in healthy women in urban. There were polymorphisms of the vitamin D receptor genes Taql and Bsml in all of the women in the study.


(36)

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA PEREMPUAN

DI DESA AMAN DAMAI KEC. SIRAPIT KAB. LANGKAT TAHUN 2016

Oleh :

KAMINESHWAARY PRAMANANDAM 110100520

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(37)

Hasil Penelitian dengan Judul:

PENGARUH SUPLEMENTASI VITAMIN D TERHADAP INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA PEREMPUAN

DI DESA AMAN DAMAI KEC. SIRAPIT KAB. LANGKAT TAHUN 2016

Yang Dipersiapkan Oleh:

NAMA : KAMINESHWAARY PRAMANANDAM NIM : 110100520

Proposal Penelitian Ini Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Dilanjutkan Ke Lahan Penelitian.

Medan, 29 Juli2016 Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Dr. dr.Dina Keumala Sari,MG,SpGK) (dr.Causa Trisna Mariedina, M.Ked(PA),SpPA)


(38)

dapat menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, terutama pada wanita. Banyak faktor yang berhubungan dengan kekurangan vitamin D di negara-negara tropis. Kami bertujuan untuk menentukan kadar vitamin D pada wanita di Indonesia menggunakan desain cross - sectional. Kami juga memeriksa faktor yang terkait dengan serum 25(OH)D, gaya hidup (termasuk paparan sinar matahari, pekerjaan, asupan vitamin D, aktivitas fisik), dan lemak tubuh persentase.

Hasil : Berarti serum 25(OH)D yang 18,8 ± 7,0 ng / mL. Sebanyak 99 subjek dikategorikan iklan kekurangan / tidak memadai, dan satu dikategorikan sebagai 25(OH)D yang cukup. Namun, tak satu pun dari subjek mencapai yang normal 25(OH)D nilai (value yang normal di negara-negara yang cerah : 54-90 ng / mL). Ada perbedaan yang signifikan dalam 25 tingkat (OH) D antara kelompok pedesaan. Kekurangan vitamin D / insufisiensi dikaitkan dengan gaya hidup seperti pekerjaan dalam ruangan (p < 0,05), paparan sinar matahari kurang dari satu jam per hari (p < 0,05), aktivitas fisik yang rendah (p < 0,05), rendah asupan vitamin D (p < 0,05), terlepas dalam kelompok pedesaan atau perkotaan. Kesimpulan : Vitamin D Kekurangan - kekurangan bisa terjadi pada wanita yang sehat di pedesaan. Ada polimorfisme reseptor gen vitamin D Taql dan Bsml di semua wanita dalam penelitian ini.


(39)

Previous studies have shown that low serum 25(OH)D levels may lead to an increase in mortality and morbidity, especially in women. Many factors are linked to vitamin D deficiency in tropical countries. We aimed to determine vitamin D levels in women in Indonesia using a cross – sectional design. We also examined factors associated with serum 25(OH)D level s, such as single nucleotide polymorphisms of vitamin D receptor genes (Taql and Bsml),lifestyle (including sun exposure, occupation, intake vitamin D, physical activity), and body fat percentage.

Results: Mean serum 25(OH)D levels were 18.8 ± 7.0 ng/mL. A total of 99 subjects were categorized ad deficient/ insufficient, and one were categorized as sufficient 25(OH)D levels. However, none of the subjects achieved normal 25(OH)D values (normal value in sunny countries : 54-90 ng/mL). There was significant difference in 25(OH)D levels between the rural and urban group. All subject were heterozygous (TC for Taql and AG for Bsml) and homozygous mutant. Vitamin D deficiency/ insufficiency was associated with lifestyle such as indoor occupation (p<0.05), less than one hour sun exposure per day (p<0.05), low physical activity (p<0.05), low vitamin D intake (p<0.05), regardless in rural or urban group. Conclusion: Vitamin D deficiency – insufficiency may occur in healthy women in urban. There were polymorphisms of the vitamin D receptor genes Taql and Bsml in all of the women in the study.


(40)

restu-Nya saya dapat menyiapkan Karya Tulis Ilmiah ini tanpa adanya sebarang hambatan. Ribuan terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing I saya, dr. Dina Keumala Sari,MG,SpGK dan dosen pembimbing II dr.Causa Trisna Mariedina, M.Ked(PA),SpPA. Pertama-tama, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada beliau atas nasehat dan petunjuk yang telah diberikan selama melaksanakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selain itu, saya ingin berterima kasih kepada dosen-dosen lain serta teman-teman yang telah banyak membantu dengan memberikan pendapat-pendapat yang rasional dan idea yang bernas dalam pelaksanaan penelitian ini.

Akhir kata, saya ingin memohon maaf jika terdapat sebarang kekurangan dalam tugasan ini. Turut diharapkan penelitian ini akan bermanfaat kepada semua dalam masa akan datang.

Medan, 12 Mei 2016 Penulis

Kamineshwaary pramanandam 110100520


(41)

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penelitian ... 1

1.3.1 Tujuan Umum ... 1

1.3.2 Tujuan Khusus... 1

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 2

1.4.2 Manfaat Kedokteran ... 2

1.4.3 Masyarakat ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Vitamin D ... 3

2.2 Obesitas ... 9

2.2.1 Definisi dan klasifikasi ... 9

2.2.2 Faktor –faktor yang mempengaruhi obesitas ... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 17


(42)

3.2.2 Definisi Operasional ... 17

3.2.2.1 Suplementasi vitamin D ... 17

3.2.2.2 Kelompok Usia ... 17

3.2.2.3 Tinggi Badan ... 18

3.2.2.4 Berat Badan ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Rencana Penelitian ... 19

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.2.1 Waktu Penelitian ... 19

4.2.2 Tempat Penelitian ... 19

4.3 Populasi dan Subjek Penelitian ... 19

4.3.1 Populasi Penelitian ... 19

4.4 Kriteria Subjek Penelitian ... 23

4.4.1 Kriteria penerimaan ... 23

4.4.2 Kriteria penerimaan untuk grup pembanding ... 23

4.4.3 Kriteria penolakan ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Hasil Penelitian ... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.2 Pembahasan penelitian ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1 Kesimpulan ... 25

6.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN


(43)

Tabel Judul Halaman Tabel 2.1 Bahan Makanan Sumber, Suplemen Dan Sumber Bahan

Farmasi Vitamin D2 dan D3... ... 7

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Vitamin D Yang Dianjurkan Untuk Perempuan ... 9 Tabel 5.1 Rerata subjek penelitian berdasarkan usia ... 25 Tabel 5.2 Kategori usia sujek penelitian ... 25

Tabel 5.3 Rerata penelitian kadar 25(OH)D serum sebelum dan sesudah perlakuan ... 25

Tabel 5.4 Rerata subjek penelitian berdasarkan IMT sebelum Sesudah perlakuan ... 26


(44)

Gambar 2.1 Struktur kimia vitamin D (a) Struktur vitamin D2 dan D3 (b) Sumber ... 5 Gambar 2.2 Hubungan berat badan dan fungsi sel beta pankreas Sumber ... 13 Gambar 2.3 Skema metabolisme lipoprotein pada Dislipidemia Sumber ... 15


(45)

BMI : Body Mass Index

RCT : randomized controlled trial IMT : Index Massa Tubuh

HDL2 : high densitiy lipoprotein2

IDL : intermediate density lipoprotein VLDL : very low density lipoprotein

PAEE : physical activity energy expenditure TEF : thermic effect of food

RMR : resting metabolik rate


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan restu-Nya saya dapat menyiapkan Karya Tulis Ilmiah ini tanpa adanya sebarang hambatan. Ribuan terima kasih saya ucapkan kepada dosen pembimbing I saya, dr. Dina Keumala Sari,MG,SpGK dan dosen pembimbing II dr.Causa Trisna Mariedina, M.Ked(PA),SpPA. Pertama-tama, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk mengucapkan terima kasih kepada beliau atas nasehat dan petunjuk yang telah diberikan selama melaksanakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selain itu, saya ingin berterima kasih kepada dosen-dosen lain serta teman-teman yang telah banyak membantu dengan memberikan pendapat-pendapat yang rasional dan idea yang bernas dalam pelaksanaan penelitian ini.

Akhir kata, saya ingin memohon maaf jika terdapat sebarang kekurangan dalam tugasan ini. Turut diharapkan penelitian ini akan bermanfaat kepada semua dalam masa akan datang.

Medan, 12 Mei 2016 Penulis

Kamineshwaary pramanandam 110100520


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR SINGKATAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penelitian ... 1

1.3.1 Tujuan Umum ... 1

1.3.2 Tujuan Khusus... 1

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 2

1.4.2 Manfaat Kedokteran ... 2

1.4.3 Masyarakat ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Vitamin D ... 3

2.2 Obesitas ... 9

2.2.1 Definisi dan klasifikasi ... 9

2.2.2 Faktor –faktor yang mempengaruhi obesitas ... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 17


(3)

3.2.1 Variabel ... 17

3.2.1.1 Variabel Bebas ... 17

3.2.1.2 Variabel Terikat ... 17

3.2.2 Definisi Operasional ... 17

3.2.2.1 Suplementasi vitamin D ... 17

3.2.2.2 Kelompok Usia ... 17

3.2.2.3 Tinggi Badan ... 18

3.2.2.4 Berat Badan ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1 Rencana Penelitian ... 19

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.2.1 Waktu Penelitian ... 19

4.2.2 Tempat Penelitian ... 19

4.3 Populasi dan Subjek Penelitian ... 19

4.3.1 Populasi Penelitian ... 19

4.4 Kriteria Subjek Penelitian ... 23

4.4.1 Kriteria penerimaan ... 23

4.4.2 Kriteria penerimaan untuk grup pembanding ... 23

4.4.3 Kriteria penolakan ... 23

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1 Hasil Penelitian ... 21

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.2 Pembahasan penelitian ... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1 Kesimpulan ... 25

6.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Bahan Makanan Sumber, Suplemen Dan Sumber Bahan Farmasi Vitamin D2 dan D3... ... 7

Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi Vitamin D Yang Dianjurkan Untuk Perempuan ... 9 Tabel 5.1 Rerata subjek penelitian berdasarkan usia ... 25 Tabel 5.2 Kategori usia sujek penelitian ... 25

Tabel 5.3 Rerata penelitian kadar 25(OH)D serum sebelum dan sesudah perlakuan ... 25

Tabel 5.4 Rerata subjek penelitian berdasarkan IMT sebelum Sesudah perlakuan ... 26


(5)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Judul Halaman

Gambar 2.1 Struktur kimia vitamin D (a) Struktur vitamin D2 dan D3 (b) Sumber ... 5 Gambar 2.2 Hubungan berat badan dan fungsi sel beta pankreas Sumber ... 13 Gambar 2.3 Skema metabolisme lipoprotein pada Dislipidemia Sumber ... 15


(6)

DAFTAR SINGKATAN

BMI : Body Mass Index

RCT : randomized controlled trial

IMT : Index Massa Tubuh

HDL2 : high densitiy lipoprotein2

IDL : intermediate density lipoprotein VLDL : very low density lipoprotein

PAEE : physical activity energy expenditure TEF : thermic effect of food

RMR : resting metabolik rate