Latar Belakang Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)Dari Crude Palm Oil (CPKO)Pada PT. Agro Jaya Perdana Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit Elaeis quinensis JACQ merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat di mana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Diperkirakan, pada tahun 1998 kebutuhan rata – rata minyak goreng dalam negri memcapai 9.4 kilogram per kapita per tahun. Sejalan dengan itu, dalam prediksi yang dibuat Gapki kebutuhan minyak kelapa sawit akan terus meningkat dari 2.6 juta ton pertahun pada tahun 1998 menjadi 3.4 juta ton pertahun pada tahun 2010. Pada saat itulah kebutuhan masyarakat terhadap minyak dan lemak mencapai 13 kilogram perkapita per tahun. Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik ekstraksi minyak kelapa sawit Belawan – Deli. Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya diekspor. Dengan adanya peningkatan nilai ekpor maka diperlukan standar dan pengawasan mutu bungkil inti kelapa sawit untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen. Oleh karena itu kita harus memperhatikan faktor yang mempengaruhi kualitas dari minyak PKO, antara lain air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya Universitas Sumatera Utara pemucatan. Dan faktor – faktor lainnya adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor – faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit. Biasanya faktor yang paling menentukan dari kualitas minyak PKO adalah ALB, karena ALB dalam jumlah yang tidak diinginkan akan menyebabkan ketengikan sehingga memperpendek masa simpan dan mengakibatkan hasil rendemen minyak menurun. Kenaikan ALB biasanya disebabkan oleh inti sawit yang pecah dan lamanya waktu penyimpanan atau penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab atau kadar air inti sawit terlalu tinggi. Kandungan minyak yang terkandung didalam inti sekitar 50 dan kadar FFA nya sekitar 5.

1.2 Permasalahan