pemucatan. Dan faktor – faktor lainnya adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan
bilangan penyabunan. Semua faktor – faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak inti
kelapa sawit. Biasanya faktor yang paling menentukan dari kualitas minyak PKO adalah ALB, karena ALB dalam jumlah yang tidak diinginkan akan menyebabkan ketengikan
sehingga memperpendek masa simpan dan mengakibatkan hasil rendemen minyak menurun. Kenaikan ALB biasanya disebabkan oleh inti sawit yang pecah dan lamanya
waktu penyimpanan atau penimbunan, yaitu jika tempat penimbunannya lembab atau kadar air inti sawit terlalu tinggi. Kandungan minyak yang terkandung didalam inti
sekitar 50 dan kadar FFA nya sekitar 5.
1.2 Permasalahan
Berapakah kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam Palm Kernel Oil PKO dari PT.Agro Jaya Perdana dan apakah hasil yang diperoleh telah memenuhi standar
mutu export yang telah ditentukan?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui besarnya kadar asam lemak bebas dari minyak inti kelapa sawit
CPKOdi PT. Agro Jaya Perdana. 1.4
Manfaat
Universitas Sumatera Utara
Dengan melakukan analisa terhadap minyak inti sawit CPKO maka dapat mentukan seberapa besar kadar asam lemak bebas yang terdapat didalam minyak inti sawit
tersebut sehingga dapat mengetahui apakah minyak inti sawit tersebut sudah memenuhi standart mutu atau belum, sehingga pihak PT. Agro Jaya Perdana dapat
melakukan penanganan untuk menekan naiknya kadar asam lemak bebas sehingga menghasilkan kualitas minyak yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit bukanlah tanaman asli di Indonesia. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu
ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan
dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang
kelapa sawit di Afrika. Budi daya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Tanaman ini
dimasukkan pertama kali dari Afrika sebagai sentra plasma nutfah pada tahun 1848, ditanam di kebun raya Bogor.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor Negara Afrika
Universitas Sumatera Utara
pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak diikuti dengan peningkatan perekonomian nasional. Hasil pengolahan ekspor minyak sawit hanya
meningkatkan perekonomian Negara Asing termasuk Belanda. Kelapa sawit termasuk produk yang banyak diminati oleh investor karena nilai ekonominya cukup tinggi. Para
investor menginvestasikan modalnya untuk membangun perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit. Tim penulis, 2000
Percobaan – percobaan banyak dilakukan diberbagai tempat di Jawa dan Sumatera. Di Sumatera selatan misalnya tanaman di Muara Enim 1869, di Musi Ulu
1878, di Belitung 1890 dan lain – lain. Pada masa ini, Indonesia tidak seperti dulu lagi. Dulu, Indonesia dijajah oleh belanda, diduduki oleh Jepang sekitar tiga tahun, dan
dihantam berkali – kali untuk dirobohkan dasar negaranya. Maka dalam hal kelapa sawit dilakukan beberapa kebijaksanaan, upaya perbaikan, dan pola pengembangan diterapkan
pemerintah. Pada masa Jepang banyak perkebunan kelapa sawit diganti dengan tanaman
pangan dan pabrik – pabrik dihentikan. Setelah perang usai pada tahun 1947 kebun – kebun milik Belanda dan milik Bangsa Asing tersebut dikembalikan pada pemiliknya
semula. Setelah diinventariser hanya 47 saja yang dapat dibangun kembali. Beberapa kebun mengalami kehancuran total seperti Taba Pingin dan Oud Wassenar di Sumatera
Selatan, Ophir di Sumatera Barat, Karang Inou Di Aceh dan beberapa di Riau. Masa ini termasuk masa sulit karena kultur tehnis dan manajemen kurang terkendali sebagai akibat
suramnya perekonomian nasional.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Tanaman Kelapa Sawit