Robert N. Entman mengelompokkan konsep framing ke dalam dua dimensi. Pertama, seleksi isu, dan kedua penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas isu tertentu
dan dapat mengabaikan isu-isu lainnya yang anggap media tersebut tidak penting. Penekanan ataupun seleksi yang dilakukan dapat diartikan: membuat informasi terlihat jelas, lebih bermakna
atau mudah diingat oleh khalayak. Pada akhirnya isu yang dipilih tersebut dikonstruksi sedemikian rupa sehingga memiliki makna.
II.2.1 Seleksi Isu
Aspek ini berkaitan dengan pemilihan fakta. Bagaimana yang akan diliput oleh wartawan dari suatu isuperistiwa? Aspek memilih fakta tidak dapat dilepaskan dari bagaimana fakta itu
difahami oleh media. Ketika melihat sebuah peristiwa, wartawan harus memakai kerangka konsep dan abstraksi dalam menggambarkan realitas. Misalnya sebuah berita tentang tindakan
petani tebu yang membakar perkebunan tebu dianggap sebagai tindakan anarkis, maka realitas yang akan dibentuk wartawan tidak menguntungkan petani. Sebaliknya jika tindakan tersebut
dimaknai sebagai bentuk perlawanan para petani, maka realitas yang dibentuk menguntungkan petani.
Entman menyebut ada empat cara yang sering dilakukan media dalam proses pendefenisian peristiwa. Keempat cara itu merupakan strategi media, dan membawa konsekuensi
tertentu atas realitas yang terbentuk oleh media. Pertama pendefenisian masalah problem identification adalah yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini
merupakan bingkai yang paling utama. Elemen ini menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Sewaktu timbul permasalahan atau peristiwa, bagaimana permasalahan atau
peristiwa itu dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Bingkai yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula, maka tidak jarang orang bingung terhadap berita-berita yang dimunculkan media karena adanya perbedaan tadi.
Kedua, memperkirakan penyebab masalah causal interpretation, merupakan elemen
framing untuk membingkai siapa yang dianggap aktor dari sebuah peristiwa. Penyebabnya dapat berupa apa what ataupun siapa who. Bagaimana peristiwa dipahami tentu saja menentukan
apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Oleh sebab itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda
pula. Dengan kata lain, pendefenisian sumber masalah ini menyertakan secara lebih luas siapa yang dianggap sebagai pelaku dan siapa yang dianggap sebagai korban.
Ketiga, membuat pilihan moral moral evaluation, yaitu elemen framing yang dipakai
untuk membenarkan memberi argumentasi pada pendefenisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefenisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah
argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip adalah yang berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh masyarakat.
Keempat, menekankan penyelesaian treatment recommendation, adalah elemen yang
dipakai untuk melihat apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan seperti apa yang disajikan oleh wartawan untuk menyelesaikan masalah. Dimana penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung
pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa dipandang sebagai penyebab masalah.
II.2.2. Penonjolan Aspek Tertentu dari Suatu Isu