PEMBINGKAIAN BERITA KERUSUHAN WARGA DENGAN JAMAAH AHMADIYAH DI PANDEGLANG, BANTEN (Studi Analisis Framing Kerusuhan Warga Dengan Jamaah Ahmadiyah Pada Situs Berita Vivanews.com dan Okezone.com Periode 06 Februari s.d 09 Februari 2011).

(1)

(Studi Analisis Framing Kerusuhan Warga Dengan Jamaah Ahmadiyah Pada Situs Berita Vivanews.com dan Okezone.com Periode 06 Februari s.d 09 Februari 2011)

 

SKRIPSI

 

 

 

 

 

 

 

Oleh

:

Indra Wardhana

NPM. 0743010201

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2011


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

DAFTAR ISI ………vii

ABSTRAKSI ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang Masalah……… 1

1.2. Perumusan Masalah ……… 11

1.3. Tujuan Penelitian……….. 12

1.4. Manfaat Penelitian ……… 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………. 14

2.1 Landasan Teori ………... 14

2.1.1 Jurnalisme Online Sebagai Media Massa……… 14

2.1.2 Definisi Berita………. 15

2.2 Media Massa Dan Kontruksi Realitas………. 19

2.2.1 Media Dan Berita Dilihat Dari Paradigma Konstruksionis………… 21

2.3 Sejarah Ahmadiyah……….. 25

2.3.1 Ahmadiyah Masuk Indonesia………. 27

2.4 Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia ………. 28

2.4.1 Indonesia Negara Rawan Konflik Agama Dan Integrasi Sosial…… 31


(3)

2.6 Situs Berita Online... ……….. 42

2.7 Analisis Framing Dalam Pandangan Konstruksionis... 45

2.7.1 Konsep Analisis Framing ... 46

2.7.2 Model Analisis Framing ... 48

2.7.3 Efek Framing ... 50

2.7.4 Perangkat Framing ... 52

2.8 Kerangka Berpikir ... 55

BAB III METODE PENELITIAN ………... 58

3.1 Metode Penelitian ……… 58

3.2 Subyek Dan Obyek Penelitian ……….. 60

3.3 Unit Analisis ………61

3.4 Korpus Penelitian ……… 61

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……… 63

3.6 Teknik Analisis Data ………. 64

3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing ………. 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek dan Penelitian ……….. 67

4.1.1 Sejarah Okezone.com ……….. 67

4.1.2 Sejarah Vivanews.com ……… 69

4.2 Analisis Isu Pada Okezone.com dan Vivanews.com ………. 71

4.2.1 Frame Okezone.com ……… 73

1. Berita Okezone.com Minggu, 6 Februari 2011 13:58 wib ………. 73

2. Berita Okezone.com Senin, 7 Februari 2011 13:14 wib ……….. 75


(4)

5. Berita Okezone.com Rabu, 9 Februari 2011 17:05 wib ………. .. 82

4.2.1.1 Main Frame Okezone.com ……… 85

4.2.2 Frame Vivanews.com ……… 91

1. Berita Vivanews.com. Minggu, 6 Februari 2011, 17:31 wib ……….. 91

2. Berita Vivanews.com. Minggu, 6 Februari 2011, 22:28 wib ………. 93

3. Berita Vivanews.com, Senin, 7 Februari 2011, 06:38 wib ………… 96

4.2.2.1 Main Frame Vivanews.com ………. 99

4.2.3 Perbandingan Frame Okezone.com dan Vivanews.com ………. 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 109

5.1 Kesimpulan ……….. 109

5.2 Saran ……… 111

DAFTAR PUSTAKA ……… 112

DAFTAR TABEL Tabel 1 Skema Analisis Framing Robert N. Entman……….. 55

Tabel 2 Deskripsi Ringkas Perkampungan Ahmadiyah Digeruduk Massa.. 73

Tabel 3 Frame Berita Penyerangan Yang Anarkis Terhadap Jamaah Ahmadiyah ……. 75

Tabel 4 Deskripsi Ringkas Berita Memangnya Mengaji dan Salat Salah?.. 75

Tabel 5 Frame Berita Warga Menganggap Ibadah Yang Dilakukan Oleh Jamaah Ahmadiyah Dianggap Menyimpang ……… 77

Tabel 6 Deskripsi Ringkas Berita Komnas HAM Nilai Sudah

Direncanakan ……… 78

Tabel 7 Frame Berita Komnas HAM Menilai Penyerangan Sudah Direncanakan ……….. 79


(5)

Bukan Rumah Bordil? ……….. 80 Tabel 9 Frame Berita Ahmadiyah Sebagai Kelompok Yang

Tertindas ……… 81

Tabel 10 Deskripsi Ringkas Berita DPR Desak Polisi Usut Kelompok

Berpita Biru ……… 82 Tabel 11 Frame Berita Kelompok Berpita Biru Dianggap Sebagai

Penyebab Kerusuhan ……… 84 Tabel 12 Frame Okezone.com : Penyerangan Terhadap Ahmadiyah

Cenderung Anarkis ……….. 89 Tabel 13 Deskripsi Ringkas Berita Nama-nama Jemaah Ahmadiyah

yang Tewas ……… 91 Tabel 14 Frame Berita Kemarahan Warga Atas Jamaah Ahmadiyah ... 93 Tabel 15 Deskripsi Ringkas “Usut Tuntas Kekerasan Terhadap

Ahmadiyah” ………. 93

Tabel 16 Frame Berita Pemerintah Mengecam Kekerasan Terhadap

Ahmadiyah ……….. 95

Tabel 17 Deskripsi Ringkas Ini Sebab Serangan ke Ahmadiyah Versi

Polisi ……….. 96

Tabel 18 Frame Berita Penyerangan Terjadi Karena Jamaah Ahmadiyah

Menolak Dievakuasi ………. 98

Tabel 19 Frame Vivanews.com Warga Cikeusik Sebagai Kelompok

yang Membawa Misi Kebenaran ……….. 103 Tabel 20 Perbandingan Frame Okezone.com dan Vivanews.com ………. 104


(6)

Lampiran 1 Perkampungan Ahmadiyah Digeruduk Massa ……… 114 Lampiran 2 “Memangnya Mengaji dan Salat Salah” ………. 115 Lampiran 3 Mengapa Kami Yang Diserang, Bukan Rumah Bordil? ….. 116 Lampiran 4 Komnas HAM Nilai Sudah Direncanakan ………. 118 Lampiran 5 DPR Desak Polisi Usut Kelompok Berpita Biru ………….. 119 Lampiran 6 Nama-nama Jemaah Ahmadiyah yang Tewas ……….. 120 Lampiran 7 Usut Tuntas Kekerasan Terhadap Ahmadiyah ………. 122 Lampiran 8 Ini Sebab Serangan Ke Ahmadiyah Versi Polisi ……… 124

     


(7)

ABSTRAKSI

INDRA, PEMBINGKAIAN BERITA KERUSUHAN ANTARA WARGA DENGAN JAMAAH AHMADIYAH DI PANDEGLANG, BANTEN (Studi Analisis Framing Kerusuhan Antara Warga Dengan Jamaah Ahmadiyah di Pandeglang, Banten pada Situs Berita Okezone.com dan Vivanews.com Periode 06 s.d 09 Februari 2011)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana situs berita

online Okezone.com dan Vivanews.com membingkai pemberitaan tentang

kerusuhan warga dengan jamaah Ahmadiyah di Pandeglang, Banten. Objek dari penelitian ini adalah berita-berita tentang kerusuhan dan berhubungan dengan kerusuhan warga dengan jamaah Ahmadiyah di Pandeglang, Banten dengan periode pemberitaan 06 s.d 09 Februari 2011. Kerusuhan ini diangkat karena kerusuhan telah mengakibatkan tiga orang tewas, dan puluhan orang lain luka-luka.

Penelitian ini menggunakan metode analisis framing dengan perangkat analisis dari Robert N. Entman. Teori yang digunakan adalah teori-teori yang proses produksi berita dipandang dari perspektif konstruktivis. kemudian dianalisis dengan menggunakan empat perangkat framing model Robert N. Entman yaitu pendefinisian masalah (problem

identification), memperkirakan penyebab masalah (causal interpretation),

pemberian evaluasi moral (make moral judgement), dan rekomendasi penyelesaian masalah (treatment recommendation).

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer yaitu Berita yang dimuat berita mengenai kerusuhan antara warga dengan jamaah Ahmadiyah di Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten. di situs berita online okezone.com dan vivanews.com mulai tanggal 6 Februari 2011 sampai 9 Februari 2011. Data Sekunder adalah data-data yang diperoleh dari informasi-informasi yang relevan dari buku, surat kabar, internet, untuk menambah dan mendukung informasi dari penelitian.

Setelah dianalisis, terlihat bahwa kedua media memiliki frame yang berbeda menyikapi tentang kerusuhan warga dengan jamaah Ahmadiyah. Dalam memberitakan kasus tersebut, Okezone.com melihat kasus ini sebagai kasus anarkis dan penyebab dari permasalahan ini yaitu warga Cikeusik yang sengaja merencanakan penyerangan ini lalu membawa kasus ini ke jalur hukum dan Komnas HAM. Diperkuat dengan headline berita dan narasumber yang terpercaya. Sedangkan Vivanews.com tidak mengarah kasus ini ke anarkis, tetapi penyebab dari permasalahan ini adalah jamaah Ahmadiyah yang dianggap sebagai penyebab permasalahan ini. Lalu Vivanews.com menyerahkan permasalahan ini kepada Pemerintah untuk mengevaluasi kembali peran SKB yang masih belum maksimal fungsinya untuk menyelesaikan konflik di masyarakat.

Kesimpulannya, masing-masing media memiliki perbedaan tersendiri dalam membingkai suatu realitas. Okezone.com menganggap kerusuhan di Pandeglang, Banten ini adalah warga cikeusik sebagai penyebab kerusuhan, sedangkan Vivanew.com cenderung kerusuhan di Pandeglang, Banten ini jamaah Ahmadiyah sebagai penyebab kerusuhan.

Kata Kunci: Framing, Kerusuhan, Jamaah Ahmadiyah, Okezone.com, Vivanews.com, Entman


(8)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Perkembangan media massa sangat berkembang pesat saat ini karena diiringi semakin berkembangnya teknologi, Seiring perkembangan itu menimbulkan banyaknya perusahaan media massa yang menawarkan berita-berita yang sangat menarik yang sepenuhnya untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Dengan berkembangnya media massa seiring memberikan banyak warna didalam penyiaran berita. Berbagai media massa banyak sekali memberitakan berita yang menarik dan mengandalkan keutamaan nilai berita dalam menyiarkan berbagai macam persoalan dan kejadian dalam sebuah berita. Karena dengan nilai berita yang menarik secara tidak langsung untuk  menarik konsumen agar menikmati berita  yang mereka tawarkan.

Dalam perkembangan  ilmu komunikasi media sangat diperlukan untuk menjembatani atau menjadikan media sebagai alat saluran agar komunikator bisa menyampaikan pesan yang akan disampaikan  oleh komunikator. Sehingga dengan memilih media yang tepat  dan cermat agar pesan yang disampaikan oleh komunikator tepat ke komunikannya. Efek yang disampaikan berbeda-beda tergantung pesan yang  disampaikan oleh komunikator Karena itu perbedaan


(9)

pesan dipengaruhi oleh banyak faktor bisa itu komunikator, komunikan, media atau saluran ataupun sebaliknya noise atau gangguan.

Tidak setiap peristiwa dapat dijadikan berita, hanya berita yang mempunyai ukuran-ukuran tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebagai berita. Sebuah peristiwa yang tidak mempunyai unsur berita atau setidaknya nilai beritanya tidak besar akan dibuang. Berita adalah hasil dari proses kompleks yang menyotir (memilah-milah) dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam kategori tertentu. Peristiwa harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa apa saja yang akan diberitakan, melainkan juga bagaimana peristiwa tersebut dikemas.

Berita merupakan hasil akhir dari proses kompleks dari penulisan, pemilahan dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu dalam satu kategori tertentu. Peristiwa yang diangkat harus benar-benar dilihat dulu layak tidaknya menjadi sebuah nilai berita. Media massa cenderung mengutamakan berita yang berbau sensasional. Ini didasarkan pada subyektifitas pada semua karya jurnalistik yang dihasilkan oleh pers. Mulai pencarian berita, peliputan, penulisan, sampai penyusunan berita. Tetapi juga ada kalanya nilai-nilai obyektifitas dipakai, ini memungkinkan untuk membatasi subyektifitas wartawan maupun redaktur. (Siahaan, 2001:60-61).

Menurut Rachmadi media massa dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai pers dalam arti sempit dan pers dalam arti yang luas. Pers dalam arti sempit yaitu meliputi media cetak. Sementara pers dalam arti yang luas


(10)

meliputi semua media komunikasi baik elektronik maupun cetak. (Eriyanto, 2002 : 35) Media cetak adalah suatu media yang statis dan megutamakan pesan – pesan visual. Contohnya seperti majalah mingguan, surat kabar harian, majalah dwi mingguan. Begitupun juga media online adalah suatu media elektronik yang mudah dijangkau oleh masyarakat karena kita cukup mengaksesnya saja didepan komputer. Kita juga apabila ingin melihat berita masa lalu yang kita inginkan tinggal dicari dengan search atau di cari melalui indeks berita.

Dalam menyajikan berita yang akan disampaikan pada khalayak tentunya ada kebijakan – kebijakan yang ditentukan oleh keredaksian yang dapat membatasi kebebasan wartawan dalam menuliskan dan menyampaikan berita. Kebijaksanaan redaksional tersebut menjadi pedoman dan ukuran dalam menentukan kejadian macam apa yang oleh surat kabar itu patut diangkat serta dipilih untuk menjadi berita maupun bahan komentar.

Berita pada dasarnya dibentuk lewat proses aktif dari pembuat berita. Oleh karena itu semua produksi berita sepenuhnya hasil karya wartawan menciptakan sebuah peristiwa atau fakta yang akan diliput. Jadi pada dasarnya semua kinerja wartawan dalam menulis berita selalu dipilih dalam kantor redaksi. Berita – berita yang mempunyai nilai berita yang tinggi dan mempunyai nilai layak jual akan ditempatkan oleh redaksi di headline dengan cetakan huruf besar. Karena pembaca berita ingin membaca situs berita ataupun surat kabar secara tidak langsung halaman depan yang dilihat terlebih dahulu, kalau halaman


(11)

depan ada berita menarik dan yang baru atau hangat pasti pembaca akan penasaran dan ingin membaca beritanya.

Berita dalam pandangan Fishman bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada di luar sana. Titik perhatian tentu saja bukan apakah berita merefleksikan realitas atau apakah berita distorsi atau realitas. (Eriyanto, 2005 : 100). Realitas yang disajikan secara menonjol atau menarik mempunyai peluang besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami realitas. Karena itu dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain, serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan berbagai strategi wacana (sobur, 2006 :164).

Analisis framming adalah suatu analisis pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah “bagian tertentu

dalam realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal” (Eriyanto, 2007 : 66). Dengan analisis framming dapat dianalisis realitas itu

dibentuk dan dibingkai oleh media. Dengan dilihat berdasarkan peristiwa, aktor, kelompok atau apa saja yang berkaitan dan menjadi bagian dari pemberitaan peristiwa tersebut. Konsep analisis framing diperkenalkan oleh banyak tokoh dengan banyak konsep pemberitaan yang berbeda – beda. Tetapi konsep analisis framing didalam suatu berita berasal dari konsep dari Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicky, William A. Gamson, dan Robert N. Entman. Peneliti dalam


(12)

penelitiannya menggunakan konsep Robert N. Entman yang terkenal dengan empat perangkat framingnya yaitu problem identifications, causal

interpretations, make moral judgement, dan treatment recommendations.

Dari pengertian diatas yaitu analisis framing adalah peran seorang wartawan dalam menciptakan, mempersepsi, dan mengkonstruksi sebuah peristiwa berdasarkan pengamatan dan persepsi pesan yang ingin disampaikan kepada pembacanya. Kita bisa mengambil contoh dalam pemberitaan kasus lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo yang dulu sampai saat ini permasalahannya belum bisa terselesaikan. Kita bisa melihat pembingkaian berita di TVOne membingkai kasus ini sebagai bencana alam dan didalam semua pemberitaan tentang lumpur Lapindo TVOne tidak pernah memberitakan dengan pemberitaan mengenai lumpur Lapindo tetapi TVOne memberitakan kejadian ini yaitu bukan lumpur Lapindo tetapi lumpur Sidoarjo. Seolah-olah tidak menyebutkan nama Lapindo sebagai topic pemberitaan dikarenakan TVOne adalah stasiun televisi milik seorang pengusaha Aburizal Bakrie dan kebetulan Lapindo adalah anak perusahaan dari grup Bakrie. Contoh dari headline beritanya adalah “Lumpur Sidoarjo Bukan Karena Pengeboran”, “Lumpur Sidoarjo akibat Rangkaian Gempa”, “Lapindo Siap Bayar Ganti Rugi Rp. 150 Miliar” dan lain - lain. (www.vivanews.com) Dilihat dari judul diatas bagaimana media televisi TVOne membingkai berita tersebut dan disampaikan ke pemirsa seluruh Indonesia bahwa kejadian lumpur Lapindo ini adalah murni karena bencana alam dan tidak ada hubungannya dengan pengeboran yang dilakukan oleh PT Lapindo.


(13)

Lain halnya dengan pemberitaan di stasiun televisi yang lainnya yaitu misal MetroTV pemberitaan tentang lumpur Lapindo menjadi topic terhangat dalam liputannya. Didalam MetroTV lebih topic pemberitaan cenderung memberitakan PT Lapindo yang bersalah, dan pemberitaan - pemberitaan murni berhubungan dengan kesengsaraan masyarakat korban lumpur Lapindo. Adapun salah satu contoh headlinenya adalah “Cicilan Ganti Rugi Korban Lapindo Tersendat”, “Korban Lumpur Lapindo Sedot Rp. 43 Triliun Uang Rakyat”, “Pembayaran Ganti Rugi Korban Lumpur Lapindo Molor Lagi” dan lain – lain. (www.mediaindonesia.com). Dilihat dari judul tadi bagaimana media televisi MetroTV sebagai media partner dari surat kabar Media Indonesia. Membingkai kasus ini sebagai kasus yang kriminal dan perusahaan yang menyengsarakan rakyat yaitu PT. Lapindo harus diusut tuntas ke meja hukum.

Dua contoh stasiun televisi diatas adalah salah satu bentuk pembingkaian berita yang di bingkai oleh dua media televisi yang mempunyai pemberitaan dengan suatu peristiwa yang sama tetapi berbeda penyajian dan cara mengkonstruksi beritanya. Hal itu dikarenakan adanya pengaruh internal yang ada didalam perusahaan sehingga berita yang akan diterbitkan kepada masyarakat tidak merugikan internal perusahaan.

Isu SARA sangat menjadi polemik akhir – akhir ini di Negara kita saat ini. Masih dalam ingatan kita tentang kasus yang dulu pernah santer beredar di Negara kita yaitu isu dukun santet di Kabupaten Banyuwangi, kasus bentrok


(14)

antar agama di Poso yang menelan banyak korban, setelah itu disusul kasus tragedi sampit yang diduga perang antar suku yaitu suku dayak atau suku asli Kalimantan dan suku Madura sebagai suku pendatang yang menelan banyak korban laki-laki dari suku Madura yang terbunuh pada waktu tercetusnya tragedi di Sampit belum kasus – kasus yang lainnya. Isu SARA sangat mudah sekali terpancing apalagi penduduk kita mempunyai keanekaragaman etnik baik suku, bahasa, adat istiadat, dan agama.

Khususnya untuk agama yang masih menjadi hal yang sangat krusial di Negara kita. Di Negara kita menganut 5 (lima) agama yang diterima oleh Negara kita. Yaitu islam, Kristen, Budha, Hindu, dan Katholik. Tetapi mayoritas agama yang dipeluk oleh bangsa Indonesia adalah agama islam. Pada zaman dahulu agama islam sendiri di Negara kita mempunyai dua paham yang keduanya diterima oleh pemerintah yaitu Nadhatul Ulama atau biasa disingkat NU dan Muhammadiyah sekarang seiring perkembangan jaman ada bermacam-macam paham yang mengakui agama islam menurut kepercayaannya masing – masing contohnya yaitu LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Tareqot Naksabandiyah, ahmadiyah, dan lain sebagainya yang masih tersebar diseluruh Indonesia.

Khususnya akhir – akhir ini masyarakat dihebohkan dengan aliran Ahmadiyah yaitu suatu aliran yang mendompleng nama islam tetapi aliran ini tidak mengakui Nabi Muhammad Saw sebagai nabinya dan aliran ini mengakui bahwa ada sosok Nabi lagi setelah Nabi Muhammad Saw yang sekarang


(15)

mereka percayai. Banyak sekali pengikut aliran agama ini sampai diseluruh Indonesia. Karena aliran ini adalah aliran sesat yang mendompleng nama islam sebagai namanya banyak sekali ketegangan konflik antara umat islam dengan penganut aliran ini contoh kasus ini dimuat di harian Seputar Indonesia yaitu

1. Tanggal 1 oktober 2010 Massa membakar masjid dan sejumlah bangunan milik jamaah Ahmadiyah di Desa Cisalda, Ciampea, Kabupaten Bogor.

2. Tanggal 26 November 2010 Massa merusak rumah warga Ahmadiyah di Dusun Ketapang, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat.

3. Tanggal 3 Desember 2010 Masjid jamaah Ahmadiyah di Kebayoran Lama Jakarta Selatan, dirusakl sekelompok orang.

Pada tanggal 6 Februari 2011 terjadi konflik lagi antara massa dengan pengikut Jamaah Ahmadiyah Indonesia yaitu (JAI) di pandeglang Banten yang mengakibatkan tiga orang korban meninggal dunia, dan banyak yang luka-luka. Dari rangkaian kasus – kasus ini peneliti akan membingkai pemberitaan tentang. kerusuhan antara massa dengan Jamaah Ahmadiyah dengan menggunakan dua media yang berbeda situs okezone.com dan vivanews.com.

Peneliti dalam melakukan penelitiannya mencoba untuk membingkai sebuah kasus yang bernuansa SARA yaitu tentang kerusuhan antara massa dengan jamaah Ahmadiyah di Desa Cikeusik, Pandeglang, Banten. Kerusuhan bermula pada saat warga yang resah atas aktifitas jamaah Ahmadiyah yang


(16)

dianggap menyebarkan ajaran yang sesat di wilayah itu. Pada saat itu jamaah Ahmadiyah berkumpul di suatu tempat di rumah Suparman (salah seorang pemimpin Jamaah Ahmadiyah yang tinggal di Desa Cikeusik), pada saat itu keberadaan Jamaah Ahmadiyah sudah diketahui massa. Lalu massa mendatangi keberadaan tempat berkumpulnya Jamaah Ahmadiyah lalu warga meminta untuk menghentikan kegiatan dan akhirnya pihak Jamaah Ahmadiyah menolak keras akhirnya terjadi saling bentrokan antara warga muslim Cikeusik dengan Jamaah Ahmadiyah. Dari bentrokan tersebut mengakibatkan tiga orang meninggal dunia dan sebagian luka-luka.

Media yang dipakai dalam pembingkaian ini memakai media online dengan situs online berita okezone.com dan vivanews.com karena dua media ini memberikan konstruksi realitas yang berlawanan. Peneliti menggunakan situs berita okezone.com, karena situs ini merupakan portal online berita yang beritanya selalu update di setiap harinya.

Peneliti memilih okezone.com karena okezone.com salah satu situs portal berita online yang paling banyak diakses oleh masyarakat dan tercatat situs okezone.com masuk jajaran 10 besar situs berita yang terlaris di Indonesia yaitu di peringkat 5 yang banyak diakses. (http://ichindotech.com/) Berita okezone.com diupdate setiap harinya dalam waktu 24 jam dan mendapatkan kunjungan pembaca sebanyak hampir 100 juta page views setiap bulannya okezone.com adalah situs berita dan informasi di Indonesia yang memiliki beberapa cakupan wilayah yang cukup besar di wilayah provinsi


(17)

Indonesia, seperti Surabaya. Jakarta, Bandung, dan Semarang. Okezone.com menawarkan beragam berita yang siap untuk disajikan kepada pembaca setiap harinya. Ada lifestyle, celebrity, economic, music, sport, dan lain sebagainya. Di situs okezone.com banyak memuat berita-berita tentang kerusuhan Ahmadiyah khususnya di dalam periode tanggal 6 Februari sampai 9 Februari 2011 dan pemberitaan tersebut cenderung mengarah ke pemberitaan bahwa Ahmadiyah cenderung salah satu kelompok yang tertindas, berdasarkan headline pemberitaan yang berjudul “Memangnya Mengaji dan Salat Salah” dan “Mengapa Kami Yang Diserang, Bukan Rumah Bordil” . Dan penyerangan yang dilakukan oleh warga terhadap Jamaah Ahmadiyah dinilai anarkis dan direncanakan berdasarkan headline yang berjudul “DPR Desak Polisi Usut Kelompok Berpita Biru”, “Komnas Ham Nilai Sudah Direncanakan” , dan Perkampungan Ahmadiyah Digeruduk Massa.

Selain media okezone.com peneliti akan meneliti pembingkaian ini dengan media vivanewz.com. Vivanews.com adalah salah satu situs portal berita yang biasa dijadikan TVOne dan ANTV didalam pemberitaan. Jika kita melewatkan berita di TVOne atau ANTV kita dapat mendapatkan berita tersebut di vivanews.com. Vivanews.com adalah situs online berita yang masuk jajaran 10 besar di Indonesia yaitu diperingkat enam selisih satu tingkat dengan situs berita okezone.com yang banyak diakses oleh masyarakat Indonesia. (http://ichindotech.com/). Sama seperti situs berita di okezone.com maupun detik.com, vivanews.com mempunyai beragam content berita yang ditawarkan dan dapat diakses kapan saja kita mau, dan kita butuhkan 24 jam


(18)

penuh. Di dalam pemberitaan vivanews.com banyak sekali memuat tentang kasus kerusuhan jamaah Ahmadiyah di Cikeusik dan pemberitaan cikeusik di vivanews.com cenderung menganggap warga cikeusik tidak anarkis, berdasarkan pada pemberitaan “Nama-nama Jemaah Ahmadiyah Yang Tewas”, “Ini Sebab Serangan Ke Ahmadiyah Versi Polisi”.

Dari kerusuhan diatas peneliti membingkai kasus ini dengan dua media tersebut diatas yaitu situs okezone.com dan vivanews.com. Adapun dapat dijelaskan garis besar gambaran perbedaan framing dari dua situs tersebut dari pandangan konsep framing Robert N. Entman didalam tabel dibawah ini :

Dari penjelasan tentang analisis framing diatas terdapat perbedaan yang signifikan dari pemberitaan atau cara mengkonstruksi berita dari kerusuhan massa dengan jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di Desa Cikeusik Pandeglang, Banten.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah : “ Bagaimanakah situs berita okezone.com dan situs berita vivanews.com membingkai berita kasus kerusuhan massa dengan Jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di Pandeglang, Banten periode 06 Februari 2011 sampai 09 Februari 2011”?


(19)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana situs berita okezone.com dan situs berita vivanews.com membingkai berita tentang kasus kerusuhan massa dengan Jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di Pandeglang, Banten periode 06 Februari 2011 sampai 09 Februari 2011

1.4 Manfaat penelitian

1. Secara Teoritis

Untuk menambah kajian dalam bidang ilmu komunikasi terutama yang menggunakan metode kualitatif pada umumnya, dan analisi framing pada khususnya. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang strategi yang digunakan media dalam membingkai realitas sosial yang digunakan media dalam membingkai realitas sosial mengenai kasus kerusuhan massa dengan Jamaah Ahmadiyah yang menewaskan tiga orang di Pandeglang, Banten periode tanggal 06 Februari 2011 sampai 09 Februari 2011.

2. Manfaat Praktis

a. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa ilmu komunikasi yang tertarik dengan penelitian analisis teks media khususnya yang menggunakan metode analisis framing


(20)

b. Dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi jurnalis serta institusi media massa online, situs berita okezone.com dan situs berita vivanews.com dalam mengkonstruksi berita menyampaikan informasi kepada khalayak.


(21)

14 

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Jurnalisme Online Sebagai Media Massa

Sejarah jurnalisme diambil dari bahasa Perancis journal yang berasal dari istilah latin diurnal atau diary. Acta Diurna sebuah buletin yang ditulis tangan dan berisi ulasan kejadian sehari – hari di masyarakat. Acta Diurna

terbit di Romawi kuno, dan menjadi cikal bakal surat kabar. (Nurudin, 2009 : 2) Istilah kata jurnalisme muncul bisa ditelusuri pada zaman

pemerintahan Julius Caesar (100-22 SM) di Romawi kuno. Pada waktu pemerintahannya, ada beberapa perangkat negara seperti tentara, polisi, aparat pemerintahan dan Dewan Perwakilan Politik. Sehingga seorang pemimpin, Caesar menyadari bahwa setiap keputusan yang diambilnya sebisa mungkin bisa diketahui masyarakat.

Jurnalisme mengalami kemajuan yang sangat berarti, sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi massa. Karenanya kajian jurnalisme membawa banyak konsekwensi dibidang jurnalisme. Akibat perkembangan media ruang lingkup media meliputi yaitu jurnalisme media cetak, jurnalisme siaran dan yang terakhir jurnalisme online (Nurudin, 2009 : 13)


(22)

Jurnalisme online berkembang pesat sejak adanya penemuan World Web Wide (WWW) membuat revolusi besar – besaran di bidang jurnalisme dengan munculnya online (cyber) journalism. Revolusi ini berkaitan dengan kecepatan penyebaran pesannya. Sebuah kejadian yang ditulis di Internet beberapa detik kemudian sudah tersebar ke seluruh dunia. Dengan internet kita bisa mencari berita untuk data – data yang disimpan terdahulu dengan menggunakan kata kunci kita bisa mencari data tersebut di mesin pencari. (Nurudin, 2009 : 17). 2.1.2 Definisi Berita

Sama seperti media berita yang lainnya baik itu majalah atau surat kabar, media berita online juga mendefinisikan berita menjadi dua perbedaan kategori berita yaitu

1. Hard News (berita hangat) punya arti penting bagi banyak pembaca,

pendengar, dan pemirsa karena biasanya berisi kejadian yang ”terkini” yang baru saja terjadi atau akan terjadi di pemerintahan, politik, hubungan luar negeri, pendidikan, ketenagakerjaan, agama, pengadilan, pasar finansial dan sebagainya.

2. Soft news (berita ringan) biasanya kurang penting karena isinya

menghibur, walau kadang juga memberi informasi penting. Berita jenis ini seringkali bukan berita terbaru. Di dalamnya memuat berita human

interest atau jenis berita rubrik feature. Berita jenis ini lebih menarik


(23)

perusahaan software tentang rencana untuk mengeluarkan saham publik dapat disebut berita hangat. Berita lain tentang orang yang mendirikan perusahaan software tersebut serta tentang koleksi motor yang dimilikinya bisa dikategorikan berita ringan.

Hard news, meski punya peran penting, biasanya tidak menarik banyak

pembaca, karena isinya sering sulit dipahami bagi banyak orang berbeda ketimbang soft news, terutama jika tidak mengikuti perkembangan beritanya setiap hari. Akibatnya berita tentang fakta untuk berita hangat biasanya diiringi oleh liputan interpretatif dimana seorang reporter menjelaskan signifikansi fakta tersebut dan memberi liputan latar belakang yang dibutuhkan para pembaca untuk memahami tentang apa yang mereka baca, dengar dan dilihat. (Rolnicki Tom E., Dow Tate C., Taylor Sherri A. 2008 : 3)

Dari penjelasan kategori diatas, kategori berita hard news dibagi menjadi tiga klasifikasi dari berita hard news yaitu terdiri dari :

1. Spot news adalah peristiwa yang akan diliput tidak bisa direncanakan

contohnya peristiwa kebakaran, gempa bumi, pembunuhan, gempa bumi adalah sebuah peristiwa yang tidak dapat diprediksikan

2. Developing news adalah termasuk dalam berita kategori hard news.

Kategori spot news sama seperti kategori berita developing news yaitu sebuah peliputan berita yang tidak terduga. Tetapi dalam developing


(24)

dari berita yang akan diteruskan keesokan harinya atau berita selanjutnya. Contoh peristiwa jatuhnya pesawat terbang, kemudian keesokan harinya dilanjutkan dengan pencarian korban, lalu dicari penyebabnya sampai permasalahan selesai.

3. Contuining news adalah termasuk peristiwa yang bisa diduga dan

direncanakan. Proses dan peristiwa yang sama tiap hari berlangsung secara kompleks, tetapi tetap berada dalam wilayah pembahasan yang sama pula. Contoh kasus Gayus Tambunan, kasus bank Century dan lain-lain. (Eriyanto, 2002 : 110)

Menurut Ashadi Siregar (1982) juga pernah menyodorkan sesuatu dikatakan sebuah berita yang mempunyai nilai berita sebagai berikut

1. Significance (penting) penting dalam hal ini mempengaruhi kehidupan

orang banyak, atau kejadian yang punya akibat terhadap kehidupan pembaca. Berita kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) selalu dianggap penting karena menyangkut perhatian masyarakat banyak.

2. Proximity (dekat) kedekatan adalah kejadian yang dekat dengan

pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. Ada berita tentang kecelakaan bermotor di Jalan Dinoyo Surabaya, kenapa berita tersebut tidak dimasukkan di harian Post Kota atau bahkan tidak dimuat di New York Times.


(25)

3. Magnitude (besar) kejadian yang dihubungkan dengan angka-angka

yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat bila dijumlahkan dalam angka menarik pembaca. Kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan harga pupuk, dan kebutuhan rakyat lainnya.

4. Timelines (ketepatan waktu) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal

yang baru terjadi atau baru ditemukan. Aktualitas dibagi menjadi dua yaitu aktual secara objektif dan aktual secara subjektif. Aktual objektif berkaitan dengan benar-benar baru terjadi. Misalnya, terjadi kebakaran pasar pada jam 5 sore. Bagi koran pagi aktual ketika disajikan pagi hari ketika koran terbit. Sementara aktual subjektif berkaitan dengan pembacanya, karena suatu hal, bisa terjadi seseorang tidak bisa membaca koran pada hari itu (distribusi lambat), dia baru bisa membacanya keesokan harinya.

5. Prominance (tenar) yaitu menyangkut hal-hal yang terkenal atau

sangat dikenal oleh pembaca. Mengapa segala hal yang menyangkut seorang artis bisa mempunyai nilai berita? Alasannya jelas karena orang tersebut orang terkenal. Misalnya kita tidak bisa melupakan kejadian film porno Artis penyanyi Ariel dan bintang film Luna Maya dan Cut Tari yang menghebohkan seluruh Indonesia, berita tentang kematian Michael Jackson yang masih kontroversi.


(26)

6. Human Interest (manusiawi) yaitu kejadian yang memberikan sentuhan

perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut hal yang biasa menjadi luar biasa, atau orang besar dalam situasi biasa. Misalnya kasus para TKI yang disiksa oleh majikannya selama dia bekerja di luar negeri, kita tidak bisa terlupakan oleh kasus manohara, dan kasus Prita Mulyasari. (Nurudin, 2009 : 52)

2.2. Media Massa dan Konstruksi Realitas

Media yang bersifat sebagai komunikator harus dapat menjadi komunikator yang baik dan diandalkan oleh komunikannya. Karena pesan atau berita sangat dibutuhkan oleh komunikator untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan mungkin itu bisa berupa berita, maupun pesan yang bisa diterima oleh pembacanya. Pembaca atau komunikan adalah media yang pasif dan dia hanya bisa menerima apa saja yang disajikan oleh media walaupun ada feedback atau umpan balik itupun bersifat tertunda.

Sebuah berita yang dibuat oleh media tidak mudah begitu saja langsung diterima oleh masyarakat semuanya melewati beberapa tahapan agar berita bisa dinikmati oleh masyarakat. Suatu berita yang dikirim wartawan dari lapangan adalah sebuah konstruksi dari kejadian yang terjadi dilapangan. Berita tersebut dikonstruksi oleh wartawan dengan persepsi berbeda – beda. Perbedaan itu dipengaruhi oleh bermacam – macam sebab, bisa itu kode etik perusahaan, kode etik dalam jurnalistik dan bisa juga dari kepentingan perusahaan.


(27)

Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan sebuah realitas. Isi media itu sendiri adalah hasil para pekerja media mengkonstruksikan berbagai realitas yang dipilihnya. Oleh karena itu dikarenakan sifat dan faktanya bahwa pekerjaan suatu media massa adalah menceritakan peristiwa – peristiwa, maka seluruh isi media adalah realitas yang telah dikonstruksikan (constructed reality). Pembuatan berita di media pada dasarnya tak lebih dari penyusunan realitas – realitas hingga membentuk sebuah “cerita” (Tuchman dalam Sobur, 2002 : 88).

Menurut Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya sebuah realitas itu dibentuk dan dikonstruksi sedemikian rupa. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda atau plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing – masing. (Eriyanto, 2002 : 16)

Dari pendapat diatas dapat ditarik garis besar yaitu dalam mengkonstruksi sebuah peristiwa dan fakta di lapangan seorang wartawan selalu berpikir bagaimana berita tersebut dikonstruksi atau dibingkai oleh seorang wartawan tanpa mengurangi resiko pada siapapun. Kesalahan kecil dalam mengungkapkan sebuah fakta akan mengakibatkan fatal bagi semuanya. Bisa di media yang menjadi tempat dia bekerja, maupun wartawan itu sendiri.


(28)

Gambaran tentang realitas adalah realitas dibentuk oleh isi media yang mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Oleh karena itu ketepatan informasi dan sumber berita itu yang pertama kali dicari oleh sebuah media karena sekali media membuat kesalahan dalam menginformasikan realitas pasti media tersebut dinilai jelek oleh pembacanya.

Media massa mempunyai peranan penting sebagai agen sosialisasi pesan tentang norma dan nilai. Situs berita online merupakan salah satu bentuk media massa yang memiliki fungsi untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat umum secara murah dan nyaman dan dapat diakses kapan saja kita mau. Sebagai seorang agen, wartawan telah menjalin transaksi dan hubungan dengan obyek yang diliputnya, sehingga berita merupakan produk dari transaksi antara wartawan dengan fakta yang diliput. (Eriyanto, 2002 – 31)

Jadi semua berita yang kita terima setiap harinya mulai dari kita bangun tidur di pagi hari sampai kita tidur lagi semuanya adalah produk dari sebuah pembentukan realitas oleh media Media adalah agen yang mengkonstruksi sebuah berita dan menafsirkan sebuah realitas untuk disajikan oleh para pembacanya.

2.2.1 Media dan Berita dilihat dari Paradigma Konstruksionis

Pendekatan Konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana, wartawan dan berita dilihat (Eriyanto, 2002 : 19). Pendekatan tersebut akan diuraikan secara jelas dibawah ini.


(29)

1. Fakta Peristiwa adalah hasil konstruksi

Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena dihadirkan oleh konsro subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Realitas tidak bersifat objektif karena realitas itu tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi realitas itu bisa dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan dan persepsi yang berbeda-beda.

2. Media adalah agen konstruksi

Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media. Dalam pandangan positivis, media dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Jadi semua kejadian atau suatu peristiwa tidak pernah lepas dari campur tangan media sebagain agen untuk mengkonstruksi suatu berita.


(30)

3. Berita bukan refleksi dari realitas, tetapi berita hanyalah konstruksi dari realitas

Dalam pandangan positivis, berita adalah informasi. Berita dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Dalam pandangan kaum positivis, berita adalah refleksi dan pencerminan dari realitas. Berita adalah mirror of reality, karenanya sebuah berita harus mencerminkan realitas yang hendak diberitakan. Pandangan ini ditolak oleh kaum konstruksionis, berita adalah hasil dari konstruksi social dimana selalu melibatkan pandangan, ideology, dan nilai – nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Jadi menurut pandangan kaum konstruksionis berita itu dikonstruksi sesuai kenyataan yang ada dan dilihat dilapangan dan itupun juga banyak dipengaruhi oleh media dan wartawan itu sendiri dalam meliput sebuah kejadian.

4. Berita bersifat subyektif/konstruksi atas realitas

Pandangan konstruksionis mempunyai penilaian yang berbeda dalam menilai objektifitas jurnalistik. Hasil kerja jurnalistik tidak bisa dinilai dengan menggunakan sebuah standar yang rigid, seperti halnya positivis, hal ini karena berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya menghasilkan “realitas” yang berbeda pula. Dalam pandangan pendekatan positivis, tidak perhatiannya adalah pada bias.


(31)

Artinya, dianggap salah, dan wartawan harus menghindari bias. Dalam tradisi penelitian positivis, analisis diarahakan untuk menemukan ada tidaknya bias dengan meneliti sumber berita, pihak-pihak yang diwawancarai, bobot dari penulisan, dan sebagainya.

5. Wartawan bukan pelapor, Ia adalah agen konstruksi realitas

Dalam pandangan positivis, berita dilihat sebagai pencerminan dari realitas. Seorang jurnalis yang baik adalah jurnalis yang mampu memindahkan ralitas itu ke dalam berita. Wartawan bisa menyajikan pilihan realitas secara benar, kalau dia bertindak secara professional, dia bisa menyingkirkan keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa yang diungkapkan murni fakta, bukan penilaian individu wartawan. Tetapi pandangan konstruksionis terdapat penilaian yang sebaiknya Wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya, karena dia merupakan bagian yang intrinsik dalam pembentukan berita. Dalam pandangan konstruksionis, wartawan juga dipandang sebagai actor atau agen konstruksi, wartawan tidak hanya melaporkan fakta tetapi wartawan juga mendefinisikan sebuah peristiwa. Pandangan positivis melihat wartawan seperti layaknya seorang lapor (observer). Sebagai seorang pelapor, wartawan hanya bertugas memberitakan atau mentransfer apa yang dia lihat adan apa yang dia rasakan di lapangan.


(32)

2.3 Sejarah Ahmadiyah

Ahmadiyah didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Alqadiani, Mujaddid abad ke-14 Hijriyah yang bergelar Almasih dan Mahdi, berdasarkan ilham dari Allah SWT. yang beliau terima pada tanggal 1 Desember 1888 sekarang Ahmadiyah telah tersebar  di seluruh dunia.

Ahmadiyah berjuang hanya untuk membela dan menyiarkan Islam diakhir zaman ini melalui lima cabang kegiatan dakwah Islam yang telah digariskan oleh Mujaddid dalam kitab Fathi Islam (1893), yaitu: pertama, menyusun karangan-karangan atau buku-buku dan menerbitkannya. Kedua, menyiarkan brosur-brosur dan maklumat-maklumat yang dilanjutkan dengan pembahasan dan diskusi, Ketiga komunikasi langsung dengan kunjung-mengunjung, mengadakan ceramah-ceramah dan majelis taklim, Empat, korespondensi dengan mereka yang mencari atau menolak kebenaran Islam, dan

kelima beat.

Setelah pendiri Gerakan Ahmadiyah wafat pada tanggal 26 Mei 1908. Gerakan Ahmadiyah dipimpin oleh Shadr Anjuman Ahmadiyah yang diketuai oleh Maulvi Hakim Nuruddin. Setelah beliau wafat pada tanggal 13 Maret 1914, Shadr Anjuman Ahmadiyah dipimpin oleh Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, putera pendiri Gerakan Ahmadiyah. Beberapa saat setelah ia terpilih, timbullah perbedaan pendapat yang penting dan mendasar. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad berpendapat bahwa : Masih Mau’ud itu betul-betul Nabi, beliau itu ialah Ahmad yang diramalkan dalam Qur’an Suci 61:6, dan semua orang


(33)

Islam yang tidak berbeat kepadanya, sekalipun tidak mendengar nama  beliau, hukumnya tetap kafir dan keluar dari Islam (Ainai Sadaqat, 35). Jadi menurut Basyruddin Mahmud Ahmad, Nabi Suci Muhammad saw. bukanlah Nabi terakhir, padahal H.M. Ghulam Ahmad mengajarkan bahwa Nabi Suci Muhammad saw adalah Nabi terakhir, sesudah beliau tak ada Nabi lagi, baik Nabi lama ataupun Nabi baru (Ayyamus-Shulh, hlm.74).

Pendapat Basyuruddin  Mahmud Ahmad yang bertentangan dengan ajaran Imam Zaman tersebut yang menyebabkan terjadinya perpecahan dalam Ahmadiyah. Mereka yang setuju terhadap pendapat yang  menyimpang dari ajaran pendiri Ahmadiyah tersebut tergabung dalam Jemaat Ahmadiyah, yang dikenal sebagai Ahmadiyah Qadian, karena pusatnya di Qadian, India, tetapi setelah Pakistan dan India merdeka pindah ke Rabwah, Pakistan yang kemudian pasca 1984 Khalifahnya berada di Inggris. Pemimpin jemaat Ahmadiyah disebut Khalifah. lengkapnya Khalifatul-Masih.

Sedangkan mereka yang tak setuju terhadap pendapat tersebut alias yang mempertahankan akidah pendiri Ahmadiyah, tergabung dalam Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam yang berpusat di Lahore dan dikenal sebagai Ahmadiyah Lahore yang pada saat itu  dipimpin oleh Maulana Muhammad Ali, M.A., LL.B., sekretaris Almarhum Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Pemimpinnya disebut Amir (Presiden). Menurut Ahmadiyah Lahore, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad bukanlah Nabi, dia adalah seorang  Mujaddid. Ahmad, dalam Alquran


(34)

61:6 adalah Nabi Suci Muhammad saw. dan kaum Muslimin yang tidak beat kepada beliau tidaklah kafir.

2.3.1 Ahmadiyah Masuk Indonesia

Faham Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam atau Ahmadiyah Lahore masuk ke Indonesia pada tahun 1924 dengan perantaraan dua mubaligh, Mirza Wali Ahmad Baig dalam Maulana Ahmad. Berkat rahmat Allah, pada tanggal 10 Desember 1928. Gerakan Ahmadiyah Indonesia (sentrum Lahore) didirikan oleh Bapak R.Ng.H. Minhajurrahman Djajasugita dkk, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930.

GAI adalah Gerakan yang mandiri tak ada hubungan organisatoris dengan organisasi manapun di dunia ini, termasuk dengan Ahmadiyah Anjuman Isya’ati Islam (Ahmadiyah Gerakan Penyiaran Islam) Lahore. Hubungannya hanyalah secara spiritual saja.

Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan, yang mewajibkan organisasi kemasyarakatan berasaskan Pancasila, maka GAI juga berasaskan Pancasila. Anggaran Dasar GAI telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 28 November 1986  Nomor 95 Lampiran Nomor 35. Dan pula telah termasuk dalam Daftar Organisasi Kemasyarakatan Lingkup Nasional yang terdaftar di Depdagri (Harian Suara Karya) Dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya, GAI telah menerbitkan seratusan judul buku -buku agama dalam bahasa Belanda,


(35)

Jawa dan Indonesia serta lembaga pendidikan formal bernama Yayasan Perguruan Islam Republik Indonesia (PIRI) di Yogyakarta dan di berbagai daerah, yang menyelenggarakan pendidikan (sekolah) mulai tingkat  Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. (www.ahmadiyah.org)

Berikut dibawah ini akan dijelaskan sebagian kecil kesesatan-kesesatan dari ajaran Ahmadiyah yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam sesungguhnya antara lain :

1. Mirza Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah (sesudah Nabi Muhammad saw), dan dia juga mengaku diutus Allah untuk seluruh manusia (sesudah Nabi Muhammad saw)

2. Ghulam Ahmad membajak ayat-ayat Al-Qur’an tentang Nabi Isa as namun dimaksudkan untuk dirinya sendiri.

3. Ahmadiyah memiliki kitab suci sendiri namanya Tadzkirah 4. Merusak Aqidah atau keyakinan Islam

5. Menganggap bahwa semua orang Islam yang tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Rasul adalah musuh atau dianggap kafir. 6. Memutar balikkan ayat-ayat Al Qur’an. (Jaiz, dkk, 2009 : 341-346) 2.4 Sejarah Peradaban Islam di Indonesia

Islam di Indonesia baik secar historis maupun sosiologis, terdapat banyak masalah, misalnya tentang sejarah dan perkembangan awal islam. Suatu kenyataan bahwa kedatangan islam ke Indonesia dilakukan secara damai. ( Azra


(36)

dalam Sunanto, 2005 : 7). Berbeda dengan penyebaran islam di Timur Tengah disertai dengan dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim. Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. ( Sunanto, 2005 : 8)

Pendapat pertama kali tentang islam dipelopori oleh sarjana-sarjana orientalis Belanda, diantaranya Snouck Hugronje yang berpendapat bahwa Islam datang ke Indonesia pada Abad ke-13 M dari Gujarat (bukan dari Arab langsung) denga bukti ditemukannya makam sultan yang beragama Islam pertama Malik as-Sholeh, raja pertama kerajaan Samudera Pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat. Lain halnya menurut Prof. Hamka, berpendapat bahwa Islam sudah datang ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah ( + abad ke -7 sampai 8 M) langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional sudah mulai jauh sebelum abad ke-13 melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. (Hasymy, 1981 : 358)

Dari dua pendapat diatas menyatakan bahwa Islam masuk kira-kira antara abad ke-7 sampai abad ke-13 M. Pendapat lain mengatakan menurut Taufik Abdullah berpendapat bahwa memang benar Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau 8 M tetapi itu hanya dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam dianut secara besar-besaran di abad ke-13 dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai. ( Abdullah dalam Sunanto, 2005 : 9)


(37)

Dari paparan di atas dapat dijelaskan bahwa tersebarnya Islam ke Indonesia melalui beberapa saluran yaitu sebagai berikut :

a. Perdagangan, yang mempergunakan sarana pelayaran.

b. Dakwah, yang dilakukan oleh para mubaligh yang berdatangan bersama para pedagang yang bersama pedagang. Para mubaligh itu bisa disebut juga para sufi pengembara.

c. Perkawinan, yaitu perkawinan antara pedagang Muslim mubalig dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga Muslim dan masyarakat Muslim.

d. Pendidikan, setelah kedudukan para pedagan mantap, merekan menguasai kekuatan ekonomi di bandar-bandar seperti Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam.

e. Tasawuf dan tarekat. Sudah diterangkan bahwa bersamaan dengan pedagang, datang pula para ulama. da’i, dan sufi pengembara. Para ulama itu ada yang kemudian diangkat menjdai penasihat dan atau pejabat agama di kerajaan. (Sunanto, 2005 : 10)

Jadi kesimpulan berbagai pendapat diatas peneliti memberikan asumsi bahwa agama Islam masuk di Indonesia murni dari bangsa luar yang merantau ke negara Indonesia. Dan kebanyakan bangsa yang pendatang dari luar Negara Indonesia kebanyakan berprofesi sebagai pedagang yang pada zaman dahulu


(38)

pelabuhan di dekat kerajaan Samudera Pasai terletak sangat dekat selat Malaka. Selain melakukan perdagangan bangsa luar yang masuk ke Indonesia sekalian menyebarkan agama Islam, dan ada juga yang melakukan perkawinan.

2.4.1 Indonesia Negara Rawan Konflik Agama Dan Integrasi Sosial

Integrasi sosial dimaksud adalah sebagai penyatuan kelompok-kelompok yang tadinya terpisah satu sama lain dengan melenyapkan perbedaan-perbedaan sosial dan kebudayaan yang ada sebelumnya. Integrasi sosial juga diartikan sebagai diterimanya seorang individu oleh anggota-anggota lain dari suatu kelompok. ( Saifuddin, 1986 : 7)

Konflik adalah suatu gejala yang wajar terjadi dalam setiap masyarakat yang selalu mengalami perubahan sosial dan kebudayaan. ( Saifuddin, 1986 : 7) Bahkan menurut George Simmel, bapak sosiologi, mengemukakan ungkapan yang terkenal “a vispacem para belum” yang artinya “Jika menghendaki perdamaian, hendaklah bersiap untuk perang”. Secara tersirat ungkapan ini berarti adanya kesinambungan antara konflik dan integrasi, antara kekacauan dan keteraturan, karena manusia tidak selamanya dapat berada dalam kekacauan atau keteraturan terus-menerus. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada satu masyarakat pun yang dalam proses perkembangannya tidak mengalami konflik-konflik sosial. (Saifuddin, 1986 : 8)

Kekerasan sangat identik di Indonesia dikarenakan Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman suku bangsa, kebudayaan, agama dan


(39)

berbagai macam kepercayaan. Dari Sabang sampai Merauke tercatat banyak sekali pulau kecil-kecil dan pulau besar yang bertaburan. Dengan keanekaragaman inilah membuat Indonesia menjadi negara yang menjadi negara yang mempunyai keanekaragaman suku yang terbesar di dunia.

Keanekaragaman suku menambah keaneka ragaman faham tentang keagamaan di Indonesia. Tetapi kebanyakan faham-faham keagamaan mereka berdasarkan nenek moyang, dewa-dewa atau faham-faham animisme lainnya. Di Indonesia sendiri pemerintah menetapkan negara kita ini mempunyai 5 agama yang diakui oleh pemerintah yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Oleh karena itu dengan diakuinya 5 agama itu pemerintah menghormati hari raya yang mereka laksanakan menjadi hari libur bersama.

Dengan banyaknya perbedaan agama ini cenderung negara kita menjadi rawan konflik yang berbau SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan). Pada awal kemerdekaan kita pasti teringat dengan pemberontakan DI/TII yang di Aceh, pemberontakan Kahar Muzakar di Makasar, Pemberontakan PKI di Madiun, dan lain sebagainya. Pada zaman sekarang ini kita masih teringat kasus tragedi Poso yaitu konflik antara agama Kristen dengan agama Islam, belum lagi kasus perang antar suku di Sampit antara etnis Dayak dan etnis di Madura, yang memakan banyak korban khususnya untuk etnis Madura.

Pada saat ini Negara dihadapkan oleh kasus tentang kerusuhan yang disebabkan perbedaan agama yaitu konflik antara warga Islam dan Ahmadiyah. Masyarakat menilai Ahmadiyah sendiri adalah agama yang sesat, dan yang


(40)

paling masyarakat benci adalah dia menunggangi Islam sebagai agama mereka, tetapi mereka sendiri tidak mempercayai Nabi Muhammad saw sebagai Nabi terakhir.

Dalam pandangan peneliti, menyelesaikan berbagai konflik beragama harus dimulai dari individu beragama itu sendiri. Mereka harus menyadari bahwa setiap agama memiliki teks  dan ajaran yang terkadang tafsirnya masih ambigu, yang berakibat pada praktik dan keyakinan beragama yang berbeda. Untuk itulah dibutuhkan toleransi dalam membangun kehidupan bermasyarakat tanpa memandang perbedaan agama, tentu merupakan awal yang sangat positif, karena tidak ada upaya perdamaian agama yang lebih baik, selain dialog dalam kehidupan sehari-hari. Yang tak kalah pentingnya adalah peran tokoh-tokoh agama, yang harus memberikan pemahaman keagamaan yang damai, dan tidak menonjolkan perbedaan untuk mendiskreditkan orang lain.

Sebagai panutan umat, mereka harus menyatakan bahwa urusan kebenaran agama adalah urusan pribadi (dalam Islam, bagimu agamamu, bagiku agamaku), yang tak boleh diganggu siapapun. Dalam mengeluarkan fatwa, para ulama tidak boleh semata-mata mendasarkan pandangannya pada penafsiran keagamaan yang sempit, tetapi sebaliknya harus meletakkannya dalam konteks kehidupan bernegara Indonesia yang pada kenyataannya terdiri atas berbagai kelompok yang berbeda, bukan saja intra agama, tetapi bahkan antar agama.

Pada tingkat negara, pemerintah harus kembali pada konstitusi, Undang-Udang Dasar 1945, yang telah secara jelas memberikan jaminan kebebasan


(41)

menjalankan ibadah dan keyakinan kepada setiap pemeluk agama. Pemerintah harus memainkan perannya sebagai bapak yang adil dan bijaksana dan menghindari politisasi perbedaan keyakinan untuk kepentingan politik. Di lain pihak, aparat keamanan dan hukum harus bertindak tegas terhadap mereka yang mencoba mengusik ketenangan beragama. Mereka tidak boleh menjadi alat kekuasaan yang hanya membela kepentingan kelompok tertentu.

Sebagai kesimpulan, peneliti berasumsi bahwa akar konflik agama tidaklah tunggal yang semata-mata berdasarkan perbedaan keyakinan dan doktrin, sehingga penyelesaiannya harus mempertimbangkan faktor politik, ekonomi dan sosial, dan lain-lain. Di sisi lain, perbedaan dalam beragama harus dihormati, bahkan dijadikan sebagai rahmat bagi umat manusia .

2.4.2 Jenis – Jenis Ajaran Sesat Dalam Islam Di Indonesia

Pada saat ini di negara kita dihadapkan permasalahan tentang banyaknya ajaran sesat di Indonesia yang berlandaskan islam. Ajaran ini dikatakan ajaran Islam karena mereka mempercayai Tuhan yaitu Allah dan Nabi yaitu Nabi Muhammad SAW tetapi ajaran mereka sedikit menyimpang dari ajaran Islam sebenarnya. Dalam praktik, kesesatan Islam itu tidak dianggap sesat walaupun dilaksanakan ramai-ramai. Di antara contohnya adalah kelompok yang tidak langsung dikenali sebagai kelompok sesat, selain Ahmadiyah antara lain :


(42)

1. Lembaga Dakwah Islam Indonesia

Pendiri dan pemimpin tertinggi pertama gerakan ini adalah Madigol Nurhasan Ubaidah Lubis bin Abdul bin Thahir bin Irsyad. Lahir pada tahun 1915 di Desa Bangi, Kec. Purwoasri, Kediri, Jawa Timur. Paham yang dianut oleh LDII tidak berbeda dengan aliran Islam Jama’ah/Darul Hadits yang telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971.

Beberapa kesesatan dan penyimpangan mereka antara lain :

a. Orang Islam diluar kelompok mereka dianggap kafir dan najis, termasuk kedua orang tuanya.

b. Kalau ada orang diluar kelompok mereka shalat di masjid mereka, maka bekas tempat shalatnya harus dicuci karena najis, dan harta selain kelompok mereka boleh dicuri asal tidak ketahuan.

c. Haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada orang Islam diluar kelompok mereka, shalat dibelakang imam yang bukan kelompok mereka, dan menikah dengan orang yang tidak seaqidah dengan mereka. d. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, boleh ditebus dengan uang oleh

anggota ini

e. Wajib taat kepada imam atau amir. Mati dalam keadaan belum bai’at kepada imam atau amir sama dengan mati dalam keadaan jahiliyah.


(43)

Haram mengaji Al Qur’an dan Al Hadits kecuali kepada imam atau

amir.

2. Inkar Sunnah

Orang yang tidak mempercayai hadits Nabi saw sebagai landasan Islam, maka dia sesat.  Itulah kelompok Inkar Sunnah. Ada tiga jenis kelompok Inkar Sunnah. Pertama kelompok yang menolak hadits-hadits Rasulullah saw secara keseluruhan. Kedua, kelompok yang menolak

hadits-hadits yang tak disebutkan dalam Al-Qur’an secara tersurat ataupun tersirat. Ketiga, kelompok yang hanya menerima hadits-hadits mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang setiap jenjang atau periodenya , tak mungkin mereka berdusta) dan menolak hadits-hadits ahad (tidak mencapai derajat mutawatir) walaupun shahih. Mereka beralasan dengan ayat, “…sesungguhnya persangkaan itu tidak berguna sedikitpun terhadap kebenaran” (Qs An-Najm: 28). Mereka berhujjah dengan ayat itu, tentu saja menurut penafsiran model mereka sendiri. Adapun bukti-bukti kesesatan dari Inkar Sunnah adalah :

a. Shalat hanya dua rakaat atau cukup dengan ingat saja, tidak perlu

iqamat dan adzan

b. Syahadat mereka adalah isyahadu biannana muslimin ( saksikanlah bahwasanya kami adalah orang-orang Islam,


(44)

d. Rasul tetap diutus sampai hari kiamat, dan lain sebagainya.

Inkar Sunnah di Indonesia muncul tahun 1980-an ditokohi Irham Sutarto. Kelompok Inkar Sunnah di Indonesia ini difatwakan oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia) sebagai aliran yang sesat lagi menyesatkan, kemudian dilarang secara resmi dengan Surat Keputusan Jaksa Agung No. Kep-169/ J.A./ 1983 tertanggal 30 September 1983 yang berisi larangan terhadap aliran inkar sunnah di seluruh wilayah Republik Indonesia.

3. Salamullah

Agama Salamullah adalah agama baru yang menghimpun semua agama, didirikan oleh Lia Aminuddin, di Jakarta. Dia mengaku sebagai Imam Mahdi yang mempercayai reinkarnasi. Lia mengaku sebagai jelmaan roh Maryam, sedang anaknya, Ahmad Mukti yang kini hilang, mengaku sebagai jelmaan roh Nabi Isa as. Dan imam besar agama Salamullah ini Abdul Rahman, seorang mahasiswa alumni UIN Jakarta, yang dipercaya sebagai jelmaan roh Nabi Muhammad saw.

Ajaran Lia Aminuddin yang profesi awalnya perangkai bunga kering ini difatwakan MUI pada 22 Desember 1997 sebagai ajaran yang sesat dan menyesatkan. Pada tahun 2003, Lia Aminuddin mengaku mendapat wahyu berupa pernikahannya dengan pendampingnya yang dia sebut Jibril. Karena itu, Lia Aminuddin diubah namanya menjadi Lia Eden sebagai lambang surga, menurut kitabnya yang berjudul Ruhul Kudus.


(45)

Pengikutnya makin menyusut, kini tinggal 70-an orang, maka ada “wahyu-wahyu” yang menghibur atas larinya orang dari Lia.

4. Lembaga Pembaru

Isa Bugis lahir tahun 1926 di kota Bhakti, Aceh Piddie. Dia menolak semua hal yang tidak ilmiah atau tidak rasional. Oleh karean itu ajarannya banyak diikuti oleh kaum intelektual yang cenderung lebih menggunakan akal dan pikiran.

Beberap kesesatan dan penyimpangan mereka antara lain :

a. Al Qur’an tidak berbahasa Arab. Jadi untuk memahaminya tidak perlu belajar bahasa Arab, dan tata bahasanya. Setiap orang intelke diberi kebebasan untuk menafsirkan Al Qur’an walaupun tidak mengerti bahasa Arab.

b. Ajaran Nabi Muhammad saw adalah pembangkit imperialisme Arab. Para mubaligh Islam yang menyebarkan Agama ke luar tanah Arab adalah orang-orang yang haus darah dan gila harta. Indonesia termasuk kedalam golongan kebiadaban Arabisme.

c. Ka’bah adalah kubus berhala yang dikunjungi para turis setiap tahun, dan air zam-zam adalah air bekas bangkai orang-orang Arab


(46)

d. Menolak semua mukjizad para Nabi dan Rasul dan menganggap semua ilmu-ilmu Agama Islam seperti tauhid dan fikih adalah syirik. Dan lain sebagainya. (Riznanto, 2008 : 45-53)

Di atas sebagian kecil dari banyaknya kesesatan yang mengatas namakan Islam sebagai agama yang dianutnya. “Tetapi di sisi lain ajaran mereka berbeda dengan Islam pada umumnya”. Mengapa dikatakan berbeda? karena dari segi kitab saja sudah menyimpang jauh yaitu yang semestinya kita sebagai umat Islam umat Nabi Muhammad saw kita diwajibkan berpegang teguh kepada Al Quran dan Al Hadits.

Sesungguhnya di Al Qur’an telah di tulis yaitu : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu

nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS.Al Maidah : 3). Dan selain itu di dalam Al Quran juga menyebutkan yaitu

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat sesungguhnya shalat itu...” (QS. Al Ankabut : 45)

Di dalam hadits juga tercantum yaitu Nabi Muhammad saw bersabda “Sesungguhnya umatku terpecah belah menjadi 73 golongan. Satu golongan yang akan masuk surge dan 72 golongan lainnya masuk ke dalam neraka”, lalu para sahabat bertanya “Siapakah mereka (yang 1 golongan) itu ya Rasulullah?” Beliau menjawab : “Al Jama’ah”. (HR. Ibnu Majah). Dan Rasulullah juga bersabda “Aku tinggalkan kepadamu dua perkara . Selama kalian tetap


(47)

berpegang pada keduanya sepeninggalku, maka kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah dan Sunnahku.” (Muwatta Imam Malik, hal 899 Hadits no. 1395).

Dari bukti diatas sesungguhnya kita sebagai makhluk Allah yang diberi akal sehat kita bisa memberikan penilaian dan menentukan mana yang dianggap benar. Karena dari situlah kita bisa mengerti untuk apa Allah menciptakan kita otak yaitu untuk kita berpikir dan menentukan yang mana yang benar dan yang mana yang salah.

2.5 Ideologi Media

Media dalam pembentukannya selalu berhubungan dengan pembacanya karena kehidupan media berjalan berdasarkan kepuasan dari pembacanya. Media dalam mengkonstruksi suatu berita dipengaruhi oleh kebijakan internal maupun eksternal. Kebijakan internal adalah kebijakan yang berhubungan dengan kebijakan dan tata aturan dalam perusahaan. Biasanya kebijakan tersebut menjadi hal yang terpenting dalam pemuatan berita. Karena menurut media wartawan adalah agen konstruksi social yang mendefinisikan realitas. Wartawan bisa menyajikan pilihan realitas secara benar, kalau dia bertindak secara professional, dia bisa menyingkirkan keberpihakan dan pilihan moral sehingga apa yang diungkapkan murni fakta, bukan penilaian individu wartawan. (Eriyanto, 2002 : 28).


(48)

Selain kebijakan internal media juga dipengaruhi oleh kebijakan eksternal kebijakan eksternal yaitu kebijakan yang dipengaruhi dari diluar kebijakan perusahaan. Contohnya media pesaing, kepuasan pembaca, dan lain-lain.

Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak. Pendefinisian tersebut bukan hanya pada peristiwa, melainkan juga aktor-aktor social. Di antara berbagai fungsi dari media dalam mendefinisikan realitas, fungsi pertama dalam ideology adalah media sebagai mekanisme integrasi sosial. Media di sini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok, dan mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan,(Eriyanto, 2002 : 122).

Peta ideologi itu menggambarkan bagaimana peristiwa dilihat dan diletakkan dalam tempat-tempat tertentu. Berita tidaklah dibentuk dalam ruang hampa tetapi berita diproduksi dari ideologi dominan dalam suatu wilayah kompetensi tertentu. Penjelasan sosio-historis ini membantu menjelaskan bagaimana dunia disistematisasikan dan dilaporkan dalam sisi tertentu dari realitas. (Kieran dalam Eriyanto, 2002 : 130). Dari sini dapat diambil gambaran bahwa, dalam mengkonstruksi suatu berita suatu media selalu memperhatikan ideology yang harus menjadi tata aturan yang harus dijalankan oleh wartawan. Karena wartawan bekerja dibawah institusi media yang bertanggung jawab sepenuhnya dengan hasil rekonstruksi dari wartawannya.


(49)

Berdasarkan hal tersebut, konsep portal berita online juga semakin menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang up-to-date dan melaporkan kejadian peristiwa secara instant pada saat itu juga sehingga masyarakat tidak perlu menunggu sampai esok harinya untuk membaca berita yang terjadi. Prosedur kami adalah melaporkan setiap kejadian penting paling lambat 20 menit s/d 1 jam dari lokasi kejadian. Didalam pemberitaan okezone.com condong pemberitaan tersebut mengarah ke humanis atau kemanusiaan yang berideologi kepada perjuangan hak-hak asasi manusia sedangkan vivanews.com lebih konservatif dalam memandang suatu realitas dan memberitakan apa adanya yang terjadi dilapangan, pemberitaan bersifat memberikan rasa penasaran yang tinggi akan judul-judul headlinenya dan sesuai dengan ketentuan pemerintah.

2.6 Situs Media Online

Media online sangat berkembang pesat akhir-akhir ini, mulai dari televisi, radio, bahkan internet. Di dunia ini perkembangan internet sangat berkembang pesat. Semua perusahaan selalu menjalankan sistem kinerja dengan menggunakan jasa internet, dari mengirim surat, mengakses data, bertemu klien dan lain-lainnya.

Internet adalah medium terbaru yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena yang berubah bukanlah substansinya, melainkan mode-mode produkso dan perangkatnya. (Hill dalam Santana, 2005 : 135)


(50)

Situs berita online adalah merupakan salah satu pemanfaatan internet sebagai saluran komunikasi. Situs berita online adalah satu media online yang mempunyai content yang banyak. Sebenarnya situs berita online isinya hampir mirip dengan berita yang ada dimedia massa yang sangat banyak kita jumpai dimana, tetapi perbedaannya hanya cara mengakses beritanya dan tentunya ada content tambahan yang lain yang pasti lebih menarik.

Yayan Sopyan (2001), dalam (Nurudin, 2009 : 18) seorang peneliti muda dari majalah Pantau Jakarta, dalam sebuah workshop media online pernah melihat karakteristik situs berita online sebagai berikut :

1. Asyncronous. Kemudahan bagi penerbit atau pengakses untuk mengalihkan waktu pengakasesan. Artinya, penerbit media online misalnya bisa menentukan bahwa akses medianya bisa dimulai jam 1 dini hari seperti yang tersaji dalam media cetak juga media online. Meskipun ada juga yang beberapa jam kemudian, bahkan 1 hari kemudian, ini sangat tergantung pada kemampuan media. Di situs berita online vivanews.com dan okezone.com pembaca bisa mengakses berita masa lalu apabila kita belum sempat membacanya, melalui indeks.

2. Real time. Langsung bisa disajikan. Penerbit bisa menulis setiap saat.


(51)

3. Multimedia. Bentuk dan publikasi yang lebih kaya. Sajiannnya tidak klasik seperti kita melihat media cetak. Ada banyak fitur, ilustrasi tampilan yang sangat menarik, jenis warna yang beragam dan lain – lain.

4. Interaktif. Hyperlink memungkinkan user terhubung dengan link-link lain. 5. Hypertekstual. Adalah inovasi teknologi internet lainnya yang sering

disebut yang memungkinkan pengguna untuk mengerti arti dari seluruh kejadian dalam satu hari dalam konteks yang personal. Hipertekstualitas terdiri dari dalam bentuk link-link yang menghubungkan pengumuman atau berita pendek kedalam konteks yang lebih dalam, penuh dengan ilustrasi, informasi latar dan pernyataan-pernyataan sebelumnya pada subjek yang sama (berita terkait) Kedua situs berita selalu mengaplikasikan hal tersebut dengan selalu mencantumkan link “berita-berita terkait” yang berisi judul-judul “berita-berita yang merupakan “berita-berita awal ataupun berita lanjutan dari berita yang sedang dibaca atau diakses oleh pengguna.

6. Digital, media diproses data-data yang masuk dan mengubahnya menjadi angka-angka bukannya menjadi objek yang lain. Data-data ini dapat berupa cahaya, suara atau bentuk apapun (teks, gambar, atau diagram, foto, gambar bergerak). Data ini kemudian diproses menjadi angka dan dihasilkan atau diambil kembali dalam bentuk sumber online, digital


(52)

disk, atau drive memory yang kemudian diuraikan kembali kedalam tampilan layer atau dibuat hard-copynya (Lister, 2003 : 14).

Sudah jelas sekali bahwa beberapa karakteristik diatas dimiliki oleh kedua media online okezone.com dan vivanews.com. Sehingga menjadikan keduanya adalah situs berita online yang tidak hanya memberikan bentuk berupa teks tetapi juga dalam bentuk gambar dan video.

2.7 Analisis Framing Dalam Pandangan Konstruksionis

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam pandangan konstruksionis. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionis ini seringkali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna. Paradigma ini sering berlawanan dengan paradigma positivis (paradigma transmisi). (Eriyanto, 2002 : 37)

Dalam studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktifitas komunikasi. Konsep analisis framing sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi ditinjau dari ilmu kognitif (psikologi). Analisis framing juga membuka peluang implementasi bagi


(53)

implementasi konsep-konsep sosiologis, politik dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya. (Sudibyo dalam Sobur, 2001 : 162).

Paradigma konstruksionis melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Yang menjadi titik perhatian bukan bagaimana seseorang mengirimkan pesan, tetapi bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling memproduksi dan mempertukarkan makna. Disini diandaikan tidak ada pesan dalam arti yang statis yang saling dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau pihak yang berkomunikasi dan dihubungkan dengan konteks sosial di mana mereka berada. Fokus dari pendekatan ini adalah bagaimana pesan yang dibuat atau diciptakan oleh komunikator dan bagaimana pesan secara aktif ditafsirkan oleh individu sebagai penerima. (Eriyanto, 2002 : 40). 2.7.1 Konsep Analisis Framing

Dalam perspektif komunikasi, analisi framing mewakili dipakai untuk membedah cara-cara atau ideology media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, dan penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih berarti atau lebih diingat. Dengan kata lain

framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara

pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan faktra apa


(54)

yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan serta hendak dibawa kemana berita tersebut. (Nugroho, Eriyanto, Surdiasis dalam Sobur, 2001 : 162)

Menurut Erving Goffman (Siahaan dalam Sobur. 2001 : 163), secara sosiologis konsep frame analysis memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi, dan menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat memahaminya. Skemata interpretasi itu disebut frames, yang memungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi, dan member label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi.

Frame media adalah bentuk yang muncul dari pikiran (kognisi), penafsiran, dan penyajian, dari seleksi, penekanan, dan pengucilan dengan menggunakan simbol-simbol yang dilakukan secara teratur dalam wacana yang terorganisir, baik dalam bentuk verbal maupun visual. Berbeda dengan pendapat Todd Gitlin, adalah sebuah strategi bagaimana realitas atau dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Menurut Gitlin, frame adalah bagian yang pasti hadir dalam praktek jurnalistik. Dengan frame, jurnalis memproses berbagai informasi yang tersedia dengan jalan mengemasnya sedemikian rupa dalam kategor kognitif tertentu dan disampaikan kepada khalayak. (Eriyanto, 2002 : 69)

Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta atau realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung


(1)

Tabel 12 Frame Okezone.com

Frame Okezone.com : Penyerangan Terhadap Ahmadiyah Cenderung Anarkis

Problem Identification

Penyerangan di Pandeglang, Banten tergolong anarkis. Penyerangan yang terjadi terhadap jamaah Ahmadiyah sudah direncanakan sehari sebelumnya dengan beredarnya sms ajakan dan penggunaan identitas pita biru dibagian leher.

Causal Interpretation

Warga Cikeusik adalah aktor dibalik terjadinya kerusuhan dan pembuat masalah. Jamaah Ahmadiyah sebagai korban yang tidak berdaya atas anarkisnya warga Cikeusik.

Make Moral Judgement

Jamaah Ahmadiyah adalah kelompok yang tertindas, dan kelompok yang ingin memperjuangkan hak asasinya baik dalam aktifitas beribadah maupun aktifitas sehari-hari.

Treatment Recommendation

Membawa permasalahan ini ke jalur hukum dan Komnas HAM


(2)

109 

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis atas berita-berita kasus kerusuhan antara warga dengan Jamaah Ahmadiyah di Pandeglang, Banten dengan pemberitaan dari periode 6 Februari 2011 sampai dengan 9 Februari 2011 di situs berita online Okezone.com dan Vivanews.com sebagaimana dipaparkan di bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Problem Identification (Pendefinisian Masalah). Okezone.com dan Vivanews.com berbeda dalam mendefinikan suatu masalah. Okezone.com kerusuhan antara warga dengan jamaah Ahmadiyah di Pandeglang Banten memandang kasus ini sebagai kasus anarkis, dan penyerangan ini sudah direncanakan sebelumnya karena sebelum kejadian tersebut beredar sms ajakan dari kelompok warga Cikeusik. Sedangkan Vivanews.com memandang bahwa kasus ini tidak mengarah kedalam anarkis, warga marah dan emosi karena jamaah Ahmadiyah yang tidak mau menghentikan aktifitasnya dalam melakukan pengajian padahal warga sudah memperingatkan sebelumnya.


(3)

2. Causal Interpretation (memperkirakan penyebab masalah). Dalam pemberitaan Okezone.com yang menyebabkan kasus ini terjadi adalah Warga Cikeusik adalah aktor dibalik terjadinya kerusuhan dan pembuat masalah. Jamaah Ahmadiyah sebagai korban yang tidak berdaya atas anarkisnya warga Cikeusik. Sedangkan Vivanews.com menganggap yang menjadi penyebab masalah adalah jamaah Ahmadiyah yang masih melakukan aktifitas pengajiannya. Padahal warga sudah jelas membenci aktifitas tersebut, dan di pihak warga Cikeusik warga hanya ingin menyelamatkan kampungnya dari kesesatan yang disebabkan oleh jamaah Ahmadiyah.

3. Make Moral Judgement. (Menentukan Penilaian Moral). Okezone.com membuat penilaian moral atas kasus penyerangan ini yaitu jamaah Ahmadiyah dianggap sebagai kelompok yang tertindas, dan ingin memperjuangkan hak-haknya dalam beraktifitas dan beribadah. Sedangkan dalam pemberitaan Vivanews.com menilai bahwa Jamaah Ahmadiyah angkuh dan egois tidak mau mendengarkan nasehat dari warga Cikeusik untuk menghentikan aktifitasnya yang menurut warga Cikeusik itu melanggar aqidah Islam.

4. Treatment Recommendation. (Penyelesaian Masalah). Akhirnya, berdasarkan berita-beritanya dapat disimpulkan bahwa Okezone.com menekankan penyelesaian kasus ini kedalam jalur hukum dan Komnas HAM. Sedangkan Vivanews.com menekankan kasus ini diselesaikan oleh pemerintah untuk mengkaji dan mengevaluasi kembali Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri yang ditujukan kepada Ahmadiyah dan seluruh warga Indonesia yang mana SKB ini


(4)

dibuat oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama, dan Jaksa Agung.

5.2 Saran

Bagi penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar para calon peneliti peka dalam mencari permasalahan yang hendak diteliti. Dalam melakukan analisis framing, pilihlah berita-berita atau isu-isu sensitif yang berdampak luas bagi masyarakat. Karena isu-isu yang sensitive bagi masyarakat tujuannya agar masyarakat mengetahui isi pemberitaan, moral pemberitaan dan penyelesaian yang diberikan media dari isu yang dibangun dalam pemberitaan itu.

Bagi media massa, khususnya Okezone.com dan Vivanews.com, peneliti menyarankan hendaklah membuat berita yang berimbang dan objektif. Dalam menulis berita khususnya berita tentang konflik social yang selalu melanda Negara kita akhir-akhir ini. Karena itu dibutuhkan media massa yang objektif dalam mengkonstruksi beritanya berdasarkan realitas di lapangan.

Bagi masyarakat luas, konsumen media massa, hendaklah kita bias lebih kritis dalam mengkonsumsi berita maupun informasi dari media. Media sesungguhnya tak sekedar menyampaikan, melainkan juga mengarahkan. Sebagai konsumen yang cerdas kita seharusnya tidak terpengaruh begitu saja dengan pemberitaan suatu media. Karena itu dibutuhkan pemahaman yang khusus dari pembaca.


(5)

 

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Blaxter, L, & Hughes, C. & Thight, Malcolm. 2006. How to Research : Seluk Beluk Melakukan Riset Edisi Kedua. Jakarta : Indeks

Eryanto. 2002. Analisis Framing. Yogyakarta : LKIS

Hasymy, A. 1981 Sejarah Masuk Dan Berkembangnya Islam di Indonesia. Bandung : Al Maarif

Jaiz, Hartono A.,dkk. 2009 Islam & Al Qur’an Pun Diserang : Gejala Bahaya Laten Neo Komunisme di UIN. Jakarta : Pustaka Nahi Mungkar

Kriyantono, Rachmat. 2006 Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Nurudin. 2009. Jurnalisme Masa Kini. Jakarta : Rajawali Pers.

Riznanto, Ahmad. 2008. Mereka Menodai Islam! : Menyibak Peran Gelap Yahudi di Balik Aliran Sesat di Indonesia. Jakarta : Mihrab

Rolnicki, Tom E. & Tate, C.Dow. & Taylor, Sherri A. 2008. Pengantar Dasar Jurnalistik (Scholastic Journalism). Jakarta : Kencana Pranada Media.

Saifuddin, Achmad F. 1986. Konflik Dan Integrasi : Perbedaan Faham Dalam Agama Islam. Jakarta : Rajawali.

Siahaan, Hotman M. 2001. Pers Yang Gamang : Studi Pemberitaan Jejak Pendapat Timor Timur. Jakarta : LSPS

Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik Dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosda Karya. Suhandang, Kustadi. 2010. Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk dan

Kode Etik. Bandung : Nuansa

Sunanto, Musyrifah. 2005. Sejarah Peradaban Islam Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers


(6)

Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah & Tafsir Al Qur’an 30 Juz : Huruf Arab & Latin, Bandung : “Fa. Sumatra”

Sumber Non Buku :

Seputar Indonesia. 2011, 10 Februari. Jatim Rawan Konflik Sosial. hlm. 21

Yasir, Ali S. 2009. Brosur Pembaruan Islam : Darul Kutubil Islamiyah, (online), (http://www.ahmadiyah.org/index.php?go=tentang, diakses 2009)

(http://ichindotech.com/lowongan/daftar-situs-lokal-paling-populer-2010-situs-yang-terbanyak-dikunjungi-di-indonesia-tahun-2010/) diakses tanggal 12 Desember 2010

http://www.mediaindonesia.com http://www.okezone.com


Dokumen yang terkait

Berita Penyerangan Jamaah Ahmadiyah (Analisis Framing Tentang Pemberitaan Penyerangan Jamaah Ahmadiyah Pada Majalah Tempo dan Sabili)

3 52 102

PENDAHULUAN JURNALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN SKH KEDAULATAN RAKYAT MENGENAI KASUS AHMADIYAH PERIODE FEBRUARI-MARET 2011 (Analisis Isi Berita Mengenai Jamaah Ahmadiyah Setelah Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik).

0 5 30

KESIMPULAN DAN SARAN JURNALISME DAMAI DALAM PEMBERITAAN SKH KEDAULATAN RAKYAT MENGENAI KASUS AHMADIYAH PERIODE FEBRUARI-MARET 2011 (Analisis Isi Berita Mengenai Jamaah Ahmadiyah Setelah Penyerangan Jamaah Ahmadiyah di Cikeusik).

0 4 49

SUARA MERDEKA DALAM PEMBERITAAN KERUSUHAN TEMANGGUNG FEBRUARI 2011 SUARA MERDEKA DALAM PEMBERITAAN KERUSUHAN TEMANGGUNG FEBRUARI 2011 (Analisis Framing Pemberitaan Kerusuhan Temanggung dalam Surat Kabar Ha.

0 2 14

PENDAHULUAN KONSTRUKSI PEMBERITAAN GERAKAN AHMADIYAH DI MEDIA INTERNET (Studi Analisis Framing tentang Pemberitaan Gerakan Ahmadiyah di Republika Online dan Tempointeraktif.com Periode Februari-Maret 2011).

0 0 6

PEMBINGKAIAN MEDIA ATAS PEMBERITAAN PERISTIWA BENTROKAN ANTARA WARGA DENGAN JEMAAH AHMADIYAH DI CIKEUSIK (Studi Analisis Framing Pemberitaan Peristiwa Bentrokan antara Warga dengan Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik pada Media Televisi TV One dan Metro TV).

0 0 205

OBYEKTIVITAS BERITA TENTANG AHMADIYAH (Analisis Isi Tentang Obyektivitas Berita Ahmadiyah di halaman Depan, Jawa Pos dan Kompas, Periode 7 Februari - 28 Februari 2011).

0 0 84

OBYEKTIVITAS BERITA TENTANG AHMADIYAH (Analisis Isi Tentang Obyektivitas Berita Ahmadiyah di halaman Depan, Jawa Pos dan Kompas, Periode 7 Februari - 28 Februari 2011)

0 0 10

PEMBINGKAIAN MEDIA ATAS PEMBERITAAN PERISTIWA BENTROKAN ANTARA WARGA DENGAN JEMAAH AHMADIYAH DI CIKEUSIK (Studi Analisis Framing Pemberitaan Peristiwa Bentrokan antara Warga dengan Jemaah Ahmadiyah di Cikeusik pada Media Televisi TV One dan Metro TV)

0 0 26

PEMBINGKAIAN BERITA KERUSUHAN WARGA DENGAN JAMAAH AHMADIYAH DI PANDEGLANG, BANTEN (Studi Analisis Framing Kerusuhan Warga Dengan Jamaah Ahmadiyah Pada Situs Berita Vivanews.com dan Okezone.com Periode 06 Februari s.d 09 Februari 2011)

0 0 20