Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau Di Kota Depok

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA DEPOK

HARSALINA EKA SARAYA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Penerapan
Konsep Kota Hijau di Kota Depok adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014
Harsalina Eka Saraya
NIM A44100063

ABSTRAK
HARSALINA EKA SARAYA. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota
Depok. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.
Asian Green City Index merupakan suatu proyek penelitian untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia di dunia. Asian Green City Index ini
berfokus pada isu kritis keberlanjutan lingkungan perkotaan dengan menggunakan
suatu perangkat. Perangkat ini membantu kota untuk mengevaluasi kinerjanya dan
meningkatkan upaya kota dalam mencapai keberlanjutan. Pertumbuhan dan
perkembangan suatu kota menimbulkan beberapa masalah lingkungan, khususnya
bagi kota yang memiliki keterkaitan erat dengan Ibukota Indonesia, seperti Kota
Depok. Berdasarkan Asian Green City Index, terdapat delapan kategori yang dapat
dianalisis untuk mencapai kota yang berkelanjutan, seperti: Energy and CO2,
Land Use and Building, Transport, Waste, Water, Sanitation, Air Quality dan
Environmental Governance. Hasil yang diperoleh memperlihatkan kinerja Kota
Depok secara keseluruhan sebesar 46.1% dan termasuk ke dalam rentang ratarata. Sementara itu berdasarkan distribusi frekuensi, sebesar 53% masyarakat Kota
Depok bahagia tinggal di Kota Depok. Hasil tersebut memperlihatkan kurangnya

kepedulian masyarakat Kota Depok terhadap lingkungan sekitar.
Kata kunci: asian green city index, kota berkelanjutan, kinerja kota

ABSTRACT
HARSALINA EKA SARAYA. Evaluation of Green City
Implementation in Depok City. Supervised by ALINDA FM ZAIN.

Concept

Asian Green City Index is a research project for quality improvement of
human life in the world. The focus is about giving attention on the critical issue of
urban environmental sustainability by creating a unique tool. This tool helps cities
to evaluate their performance and improve best practices. The growth and
development of cities appearently make some environmental problems, especially
for the city that have a firm connection to the Indonesian Capital as Depok. Based
on the Asian Green City Index, there are eight categories that should be analyzed
to reach the Sustainable City, such as: Energy and CO2, Land Use and Building,
Transport, Waste, Water, Sanitation, Air Quality and Environmental Governance.
The results show the overall performance of Depok City is 46.1% and in a place
on range average. Meanwhile, based on the frequency distribution, about 53% of

people are happy living in Depok. The results show a lack of public awareness
about the environment of Depok.
Key words: asian green city index, city performance, sustainable city

© Hak Cipta Miliki IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya
untuk kepentingan pendidikaan, penelitian, penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah;
dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA DEPOK

HARSALINA EKA SARAYA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah
terkait konsep kota hijau, dengan judul Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di
Kota Depok
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Alinda FM Zain, MSi selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada
penulis dalam menyusun dan menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih juga
penulis ucapkan kepada Dr Ir Indung Sitti Fatimah, MSi dan Dr Kaswanto, SP,

MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi kesempurnaan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Bapak Dr Ir Andi Gunawan, M.Agr.Sc selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan banyak pengarahan selama
mengikuti perkuliahan. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada seluruh keluarga terutama Bapak Ir Didiet Suhardi, Ibu Herlina, S.Pd,
Harliana Dwi Asary dan Hariadi Trijati Nugroho atas dukungan dan kasih
sayangnya kepada penulis. Terimakasih penulis ucapkan juga kepada temanteman yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini serta teman-teman
seperjuangan angkatan 47 yang sudah memberikan banyak dukungan, dinas-dinas
dan instansi terkait di Kota Depok yang sudah banyak membantu dalam proses
pencarian data, serta seluruh pihak atas segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis menyadari penelitian ini jauh dari sempurna. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak Pemerintah Kota Depok dan
pihak lain yang memerlukan. Atas segala kekurangan, penulis memohon saran
dan kritik yang membangun agar penulisan kedepannya dapat lebih baik.
Bogor, Agustus 2014
Harsalina Eka Saraya

DAFTAR ISI


DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

Kerangka Pikir

2


TINJAUAN PUSTAKA

3

Kota

3

Pertumbuhan dan Perkembangan Kota

3

Urbanisasi

4

Kota Hijau

4


Kota Berkelanjutan

4

Green City Index

4

Asian Green City Index

5

Energi dan CO2

5

Penggunaan Lahan dan Bangunan

5


Transportasi dan Sistem Transportasi

5

Sampah

6

Air

6

Sanitasi

6

Udara dan Pencemaran Udara

6


Kebijakan Lingkungan Hidup

7

Kebahagiaan Masyarakat

7

METODOLOGI

8

Lokasi dan Waktu Penelitian

8

Batasan Penelitian

8

Alat dan Bahan Penelitian

8

Metode Penelitian

9

Inventarisasi

9

Analisis

11

Evaluasi

13

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Profil Wilayah Kota Depok

15

Kondisi Fisik dan Lingkungan

16

Topografi

16

Hidrologi

16

Kemiringan Lereng dan Morfologi

16

Geologi

16

Iklim

16

Penggunaan Lahan

17

Penduduk

17

Laju Pertumbuhan Perekonomian

17

Inventarisasi

17

Aspek Kuantitatif

18

Aspek Kualitatif

18

Analisis

20

Energy and CO2

20

Land Use and Building

25

Transport

29

Waste

36

Water

42

Sanitation

47

Air Quality

51

Environmental Governance

55

Evaluasi

58

Evaluasi Seluruh Kategori Asian Green City Index

61

Index of Happiness

62

Green Initiatives

63

SIMPULAN DAN SARAN

66

Simpulan

66

Saran

66

DAFTAR PUSTAKA

67

RIWAYAT HIDUP

76

DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan penelitian
2 Proporsi jumlah responden pada setiap kecamatan
3 Data yang dibutuhkan
4 Baku mutu setiap indikator
5 Bobot indikator Asian Green City Index
6 Contoh tabel performa
7 Luas dan jumlah penduduk kecamatan Kota Depok
8 Kategori data kuantitatif
9 Kategori data kualitatif
10 Analisis kuantitatif Energy and CO2
11 Analisis kualitatif Energy and CO2
12 Analisis kuantitatif Land use and Building
13 Analisis kualitatif Land use and Building
14 Analisis kuantitatif Transport
15 Analisis kualitatif Transport
16 Analisis kuantitatif Waste
17 Analisis kualitatif Waste
18 Analisis kuantitatif Water
19 Analisis kualitatif Water
20 Analisis kuantitatif Sanitation
21 Analisis kualitatif Sanitation
22 Analisis kuantitatif Air Quality
23 Analisis kualitatif Air Quality
24 Analisis kualitatif Environmental Governance
25 Evaluasi kategori Energy and CO2
26 Evaluasi kategori Land use and buildings
27 Evaluasi kategori Transport
28 Evaluasi kategori Waste
29 Evaluasi kategori Water
30 Evaluasi kategori Sanitation
31 Evaluasi kategori Air Quality
32 Evaluasi kategori Environmental Governance
33 Performa Kota Depok
34 Kuesioner Index of Happiness

8
10
10
12
13
14
15
18
19
20
23
25
27
30
31
37
39
43
45
47
50
51
53
55
58
58
59
59
59
60
60
61
61
72

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kerangka pikir penelitian
Lokasi penelitian di Depok
Rumah pembibitan tanaman
Walikota Depok bersepeda menuju kantor pada Hari Selasa
Lampu jalan di Jalan Margonda dan Jalan Raya Bogor, Kota Depok
Gedung/bangunan tinggi di Kota Depok belum menerapkan konsep
Eco Buildings
7 Taman lembah gurame di Kecamatan Pancoran Mas

3
8
23
24
25
28
29

8 Kondisi jalur hijau Jalan Proklamasi
9 Mobil penumpang umum trayek angkutan kota
10 Bus trayek antar kota dan bus bandara
11 Kondisi Stasiun Depok Baru di Kelurahan Depok
12 Kondisi Jalan Keadilan, Kecamatan Pancoran Mas
13 Jalur sepeda dan shelter sepeda yang terdapat di Kawasan Universitas
Indonesia
14 Lahan parkir di Stasiun Depok Baru
15 Kondisi jalur pejalan kaki di Jalan Margonda
16 Diagram pengelolaan sampah di Kota Depok
17 Bank sampah Depok
18 Peninjauan pembuatan lubang sampah di Perumahan PT. Timah
19 Kondisi TPA Cipayung
20 Grafik persentase penggunaan sumber air di Kota Depok
21 Kegiatan gerakan biopori
22 Pembangunan sumur resapan air Kota Depok
23 Uji emisi di Kota Depok
24 Penanaman pohon di Taman Lembah Gurame
25 Kegiatan jumat bersih yang dilakukan oleh LSM Kota Depok
26 Pie chart tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Depok terhadap
lingkungan sekitar
27 Kawasan perumahan di Kecamatan Beji dan Pancoran Mas
28 Contoh penggunaan listrik tenaga surya

29
32
32
33
34
35
35
36
39
40
41
42
44
46
47
54
56
58
62
63
64

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Kuesioner pengunjung
Tabel batasan skoring kategori Land use and Building
Tabel batasan skoring kategori Transport
Tabel batasan skoring kategori Water
Tabel batasan skoring kategori Sanitation
Tabel batasan skoring kategori Air Quality
Tabel batasan skoring kategori Environmental Governance

71
73
73
73
74
74
75

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan kota memicu adanya peningkatan laju
urbanisasi penduduk dan berpotensi terjadi degradasi lingkungan. Pertumbuhan
dan perkembangan kota dialami juga oleh Kota Depok, dikarenakan Kota Depok
sebagai salah satu kota penyangga Ibukota Indonesia sehingga Kota Depok
menjadi kota tujuan bermukim bagi warga yang bekerja di Jakarta. Hal tersebut
menimbulkan beberapa permasalahan lingkungan seperti peningkatan jumlah
penduduk, kemacetan lalu lintas, sampah, polusi udara, kerusakan lingkungan dan
permasalahan lainnya yang menyebabkan kota menjadi kurang nyaman untuk
dihuni. Dalam meminimalisir permasalahan tersebut diperlukan pengembangan
kota yang ramah lingkungan agar dampak pengembangan lingkungan tidak
semakin parah. Salah satu upaya pengembangan kota yang ramah lingkungan
adalah dengan menerapkan konsep kota hijau. Menurut Kementerian PU (2013),
kota hijau merupakan sebuah metafora dari pencapaian tujuan-tujuan
pembangunan perkotaan berkelanjutan. Dalam mewujudkan kota yang
berkelanjutan harus terjadi keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial budaya,
dan lingkungan hidup (Widiantono 2012).
Dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan, salah satu elemen yang
paling berpengaruh terhadap lingkungan adalah masyarakat. Penataan ruang akan
sangat berpengaruh pada sumberdaya manusia yang berinteraksi dengan tempat,
waktu dan budaya masyarakat setempat (Mirsa 2012). Menurut Shirvani (1985)
dalam Mirsa (2012), dalam pembangunan suatu kawasan, ruang yang
diperuntukkan untuk publik harus didukung oleh adanya elemen-elemen ruang
yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna. Lingkungan yang semakin
hijau mendorong manusia untuk melakukan aktivitas, meningkatkan interaksi
sosial dan hubungan sosial serta dapat menurunkan angka kejahatan sosial (De
Roo 2011). Sehingga dapat dikatakan semakin baik kualitas lingkungan maka
masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut akan semakin bahagia karena
didukung dengan lingkungan yang aman dan nyaman.
Kota Depok diarahkan sebagai kota pemukiman, kota pendidikan, kota
pariwisata, pusat pelayanan perdagangan dan jasa serta sebagai kota resapan air.
Dalam perannya sebagai kota resapan air, tentunya kualitas lingkungan di Kota
Depok harus tetap terjaga dan dapat terus ditingkatkan. Evaluasi penerapan
konsep kota hijau di Kota Depok merupakan salah satu cara dalam meningkatkan
kualitas lingkungan di Kota Depok.
Asian Green City Index dipakai sebagai perangkat dalam mengevaluasi
penerapan konsep kota hijau di Kota Depok dikarenakan memiliki pembobotan
yang terukur dan memiliki kategori yang cukup sesuai dengan ketersediaan data di
kota- kota Indonesia. Asian Green City Index yang berkolaborasi dengan
Economist Intelligence Unit (EIU) memiliki delapan kategori untuk mewujudkan
kota yang berkelanjutan, antara lain Energy and CO2 (konsumsi energi dan emisi
CO2), Land Use and Building (perubahan kondisi lingkungan yang sangat
signifikan), Transport (pengaturan lalu lintas dan transportasi publik), Waste
(pembuangan rata-rata per orang dan daur ulang sampah), Water (rata-rata

2
konsumsi air dan kualitas air di suatu kota), Sanitation (pengelolaan sanitasi), Air
Quality (pengontrolan kualitas udara) dan Environmental Governance (kebijakan
dan peran serta masyarakat). Asian Green City Index ini berfungsi untuk
menganalisis dan membandingkan performa lingkungan dan upaya setiap Kota
Asia untuk meningkatkan keberlanjutan kotanya serta membantu memahami
kekuatan dan kelemahan dari setiap kota tersebut (Denig 2011).
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. bagaimana kinerja Kota Depok saat ini dilihat dari kedelapan kategori
yang terdapat pada Asian Green City Index?
2. sudah sejauh mana Kota Depok menerapkan konsep kota hijau dalam
pembangunan kotanya?
Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi kondisi umum dan kinerja Kota Depok berdasarkan
delapan kategori Asian Green City Index.
2. Menganalisis kondisi umum dan kinerja Kota Depok berdasarkan delapan
kategori Asian Green City Index.
3. Mengevaluasi kondisi umum dan kinerja Kota Depok dalam menerapkan
konsep kota hijau.
4. Mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Depok terhadap keadaan
lingkungan sekitar.
Manfaat Penelitian
1. Menjadi referensi dalam meningkatkan kinerja Kota Depok.
2. Meningkatkan kualitas lingkungan di Kota Depok.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang Lingkup penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis kinerja
Kota Depok berdasarkan Asian Green City Index serta upaya kota dalam
meningkatkan keberlanjutan kotanya sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi
penerapan konsep kota hijau yang terdapat di Kota Depok. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui status Kota Depok dalam menerapkan konsep kota hijau
sehingga didapatkan skor kuantitatif dari kota tersebut.
Kerangka Pikir
Kerangka pikir penelitian (Gambar 1) dimulai dari mengidentifikasi kondisi
umum Kota Depok dengan menggunakan metode survei lapang dan studi literatur
kemudian dilakukan analisis berdasarkan kategori Asian Green City Index dengan
menggunakan metode pembobotan. Dalam mengidentifikasi dan menganalisis
kinerja Kota Depok, Asian Green City Index memiliki delapan kategori antara lain
Energy and CO2, Land Use and Building, Tranport, Waste, Water, Sanitation, Air

3
Quality dan Environmental Governance. Kemudian dilakukan evaluasi penerapan
konsep kota hijau yang disusun pada tabel kinerja kota. Evaluasi dilakukan juga
dengan mengetahui persepsi masyarakat yang tinggal di Kota Depok dengan
menggunakan metode kuesioner dan wawancara.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Kota
Menurut Weber (1958) dalam Mirsa (2012), kota adalah suatu tempat yang
penghuninya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar
lokal. Menurut Wirth dalam Mirsa (2012), kota adalah permukiman yang relatif
besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan
sosialnya. Sehingga dapat disimpulkan, kota merupakan suatu daerah yang
memiliki penduduk relatif banyak, adanya heterogenitas penduduk dan dapat
memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal.
Pertumbuhan dan Perkembangan Kota
Menurut Sjoberg (1965) dalam Mirsa (2012), beberapa faktor yang
mendorong tumbuh dan berkembangnya kota ditentukan oleh dasar ekologi dan
teknologi yang relatif maju bagi prakondisi terbentuknya kota dalam suasana

4
agrikultur maupun non agrikultur, serta suatu organisasi sosial yang kompleks dan
struktur kekuasaan yang berkembang.

Urbanisasi
Urbanisasi merupakan proses yang mempengaruhi perkembangan kota-kota
yang salah satunya dipicu oleh semakin banyaknya penduduk yang tinggal di
wilayah perkotaan baik yang disebabkan oleh pertumbuhan alami penduduk
maupun migrasi penduduk. Proses perkembangan perkotaan menyebabkan
semakin besarnya heterogenitas di perkotaan dimana tiap kelompok penduduk
berusaha untuk menempati ruang sendiri di kota sebagai bagian dari upaya untuk
mendapatkan otonomi lokal (Renggapratiwi 2009). Menurut Mc Gee (1995)
dalam Renggapratiwi (2009), perkembangan kota-kota tersebut diiringi oleh
perubahan positif dan negatif. Perubahan positif dapat terlihat dari pertumbuhan
ekonomi yang cepat sehingga menciptakan dinamika perkotaan, perubahan
penggunaan lahan, munculnya permukiman legal dan ilegal serta permasalahan
lainnya. Selain itu, wilayah perkotaan yang semakin tumbuh dan berkembang juga
menyebabkan berkembangnya heterogenitas yang menunjukkan perbedaan sosial
penduduk.
Kota Hijau
Kota hijau sendiri dapat dipahami sebagai kota yang ramah lingkungan
dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi,
mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan
lingkungan, serta mensinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan
perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip- prinsip
pembangunan berkelanjutan (Kementerian PU 2013).
Kota Berkelanjutan
Menurut Brundtland (1987) kota berkelanjutan (sustainable city) adalah kota
yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan
generasi mendatang. Dengan demikian, maka konsep kota berkelanjutan
(sustainable city) berkembang lebih jauh, tidak lagi terpaku pada konsep awal
yang lebih terfokus pada pemikiran kelestarian keseimbangan lingkungan sematamata (Budihardjo dan Sujarto 1999).
Green City Index
Green City Index merupakan suatu penelitian yang menganalisis performa
lingkungan dari 120 kota di dunia. Green City Index juga menilai kebijakan dan
upaya kota dalam mencapai keberlanjutan. Kebijakan ini mencerminkan
komitmen dari suatu kota untuk mereduksi akibat negatif dari lingkungan yang
akan datang (Denig 2012).

5
Asian Green City Index
Asian Green City Index merupakan suatu proyek penelitian yang telah
dilakukan di 22 negara Asia dengan memperlihatkan pokok bahasan dari tiap
indikator yang bertujuan untuk membantu negara-negara Asia untuk saling
belajar dalam mewujudkan kota yang berkelanjutan dan memperlihatkan status
suatu kota. Asian Green City Index berfungsi untuk menganalisis dan
membandingkan performa lingkungan di kota-kota Asia dan usaha tiap kota untuk
meningkatkan keberlanjutan kotanya (Denig 2011).
Energi dan CO2
Energi adalah hal yang membuat segala sesuatu di sekitar kita terjadi.
Energi terdapat di semua benda, seperti manusia, tanaman, binatang, mesin, dan
elemen-elemen alam (matahari, angin, air dsb). Sektor energi adalah salah satu
sektor terpenting di Indonesia karena merupakan dasar bagi semua pembangunan
lainnya (Kementerian Dalam Negeri dalam kerangka Program PNPM-MP/LMP).
Sedangkan pengertian dari CO2 adalah hasil pembakaran yang bertindak sebagai
gas rumah kaca di atmosfer bumi, memerangkap panas dan menimbulkan
perubahan iklim.
Penggunaan Lahan dan Bangunan
Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai campur tangan manusia
terhadap lahan, baik secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan
hidup baik material maupun spiritual. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan ke
dalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan pertanian dan penggunaan
lahan bukan pertanian. Penggunaan lahan pertanian, seperti sawah, tegalan,
kebun, kebun campuran, perkebunan dan hutan. Penggunaan lahan bukan
pertanian dapat dibedakan ke dalam penggunaan kota atau desa (pemukiman),
industri, rekreasi dan sebagainya (Arsyad 1989).
Menurut Carmona dkk (2003) dalam Mirsa (2012), bangunan mempunyai
peranan penting dalam membentuk struktur jaringan jalan dan area publik.
Bangunan juga dapat berkembang lebih besar atau lebih kecil dengan bentuk dan
tampak sesuai dengan keinginan pemiliknya dan dibuat dengan struktur bangunan
yang terpisah.
Transportasi dan Sistem Transportasi
Menurut Morlok (1981) transportasi adalah memindahkan atau
mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Jika ditinjau dari terminologinya,
sistem transportasi antar wilayah adalah sistem pergerakan manusia dan barang
antara satu zona asal dan zona tujuan dalam wilayah yang bersangkutan.
Pergerakan yang dimaksud dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana
atau moda dengan menggunakan berbagai sumber tenaga dan dilakukan untuk
suatu keperluan tertentu. Pergerakan manusia di perkotaan tentunya akan berbeda
dengan pergerakan manusia di pedesaan. Peningkatan mobilitas pergerakan
tersebut merupakan konsekuensi dari meningkatnya perekonomian kota.

6
Sampah
Berdasarkan Undang- Undang No 18 tahun 2008, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Semakin
meningkatnya jumlah penduduk akan semakin meningkat pula jumlah sampah
yang dihasilkan. Sampah terbagi menjadi berbagai jenis, berikut termasuk jenis
sampah adalah sampah rumah tangga (tidak termasuk tinja) dan sampah yang
berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, fasilitas sosial, fasilitas umum
dan fasilitas lainnya.
Sampah menjadi masalah penting untuk kota yang padat penduduknya
karena beberapa faktor, sebagai berikut: volume sampah sangat besar sehingga
melebihi kapasitas daya tampung tempat pembuangan sampah akhir (TPA), lahan
TPA semakin sempit karena tergeser tujuan penggunaan lain, teknologi
pengelolaan sampah tidak optimal sehingga sampah lambat membusuknya dan
peningkatan volume sampah menjadi lebih besar dari pembusukannya,
pengelolaan sampah dirasakan tidak memberikan dampak positif kepada
lingkungan serta kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah (Sudradjat 2007).
Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa
lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai
air minum (Slamet 2007). Menurut Mulia (2005), di dalam tubuh manusia air
diperlukan untuk transportasi zat–zat makanan dalam bentuk larutan dan
melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Peran air sangat penting
bagi kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, sehingga kualitas air yang
baik harus tetap terjaga untuk peningkatan kualitas hidup manusia.
Sanitasi
Menurut Widyanti dan Yuliarsih (2002), sanitasi adalah suatu usaha
pencegahan penyakit yang menitik beratkan kegiatan pada usaha kesehatan
lingkungan hidup manusia. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu
lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air
bersih dan sebagainya. Kondisi tersebut dapat dilihat dari pasokan air yang bersih
dan aman, pembuangan limbah yang efisien, perlindungan makanan dari
kontaminasi biologis dan kimis, udara serta rumah yang bersih dan aman.
Pembuangan tinja dan limbah cair yang dilaksanakan secara saniter merupakan
salah satu kegiatan dalam rangka penyehatan lingkungan, di samping berbagai
kegiatan penyehatan lingkungan yang lain, seperti penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, higiene sanitasi makanan dan minuman dan lain sebagainya.
Dalam rangka menyehatkan lingkungan, pembuangan tinja dan limbah cair tidak
berdiri sendiri, tetapi bersama-sama dengan berbagai upaya penyehatan
lingkungan yang lain (Soeparman dan Suparmin 2001).
Udara dan Pencemaran Udara
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, udara sebagai
sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan manusia serta mahluk hidup

7
lainnya sehingga harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya untuk
pemeliharaan kesehatan dan kesejahteraan manusia serta perlindungan bagi
mahluk hidup lainnya. Pengertian pencemaran udara berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 41 tahun 1999 adalah masuknya zat, energi, dan/atau komponen
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat
memenuhi fungsinya.
Pencemar udara sendiri terbagi menjadi dua, antara lain gas dan partikel.
Sumber dari pencemaran udara dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sumber
yang bergerak dan sumber yang tak bergerak. Sumber yang bergerak meliputi
sumber garis yang merupakan integrasi dari sumber titik yang tak terhingga
banyaknya, seperti kendaraan di jalan raya. Sedangkan sumber yang tak bergerak
meliputi: sumber titik (titik cerobong asap industri, misalnya emisi SOx dari
cerobong PLTU), sumber area (integrasi dari banyak sumber titik) dan sumber
garis (aglomerasi industri yang sejenis dan daerah penimbunan sampah) (Krupa
1997).
Kebijakan Lingkungan Hidup
Menurut Siregar (2007), kebijakan lingkungan hidup merupakan
perwujudan dari pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan
hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan seiring dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dan sehat. Dalam penyediaan,
penggunaan dan peningkatan kemampuan sumber daya alam dan taraf ekonomi,
perlu menyadari pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup, kesadaran
terhadap hak dan kewajiban, pencegahan terhadap tindakan perusakan bangunan,
serta berkewajiban untuk turut melaksanakan pembangunan berkelanjutan pada
setiap lapisan masyarakat. Pengelolaan lingkungan hidup di daerah, diwujudkan
melalu kebijakan pemerintah daerah yang bertujuan untuk menciptakan
pembangunan daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup.
Dalam mewujudkan hal tersebut, tentunya harus adanya kerjasama dan komitmen
yang kuat antar lembaga terkait, masyarakat dan juga pemerintah daerah.
Kebahagiaan Masyarakat
Kebahagiaan adalah keinginan setiap orang di dunia dan dapat menjadi
ukuran dalam kemajuan interaksi sosial di lingkungan tertentu. Kebahagiaan
mewakili tujuan akhir dalam hidup dan menjadi ukuran yang nyata dalam
mencapai kesejahteraan. Kebahagiaan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang,
semakin bahagia orang tersebut maka kesehatannya akan semakin baik (Helliwell
et all. 2013). Kebahagiaan tidak memiliki ukuran yang pasti, namun adanya
taman yang indah dan jalur pejalan kaki di suatu kota merupakan prasarana yang
penting dalam menciptakan kehidupan kota yang bahagia secara berkelanjutan.
Peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan, secara tidak langsung akan
menjadikan investasi terbaik dalam aspek persaingan dan pertumbuhan ekonomi
suatu kota (Penalosa 2002).

8

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kota Depok, Jawa Barat (Gambar 2).
Kegiatan penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Februari 2014 sampai dengan
bulan Juni 2014.

.
Gambar 2 Lokasi penelitian di Depok
Sumber: RTRW Kota Depok tahun 2011-2031
Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah menganalisis kondisi umum dan kinerja Kota
Depok berdasarkan delapan kategori pada Asian Green City Index sehingga dapat
dijadikan bahan evaluasi bagi Kota Depok. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
kinerja Kota Depok dalam menerapkan konsep kota hijau yang ditampilkan pada
tabel kinerja kota.
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan penelitian yang digunakan selama penelitian berlangsung
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Alat dan bahan penelitian
Alat
Kamera
Bahan
Peta dasar Kota Depok
RTRW Kota Depok
Bahan Pustaka
Kuesioner

Kegunaan
Pengambilan gambar
Kegunaan
Panduan pengambilan dan pengolahan data
Mengetahui rencana pengembangan ruang menuju kota
hijau
Studi literatur
Mengetahui data kualitatif dan persepsi masyarakat

9
Metode Penelitian
Tahapan penelitian terdiri dari tiga tahapan, antara lain: inventarisasi,
analisis dan evaluasi. Berikut merupakan penjabaran pada setiap tahapan
penelitian.
Inventarisasi
Inventarisasi diawali dengan mengumpulkan data dan semua informasi
terkait kondisi umum dan kinerja Kota Depok berdasarkan delapan kategori pada
Asian Green City Index dan persepsi masyarakat (Index of Happiness) di Kota
Depok. Pada tahap ini menggunakan metode survei berupa wawancara dan studi
pustaka kepada dinas dan instansi terkait serta masyarakat. Dalam mengukur
tingkat kebahagiaan masyarakat menggunakan metode kuesioner dan wawancara
untuk mengetahui persepsi masyarakat tinggal di Kota Depok (Lampiran 1).
Sedangkan untuk menentukan besar ukuran sampel responden kuesioner,
dilakukan dengan menggunakan konsep Slovin.
Rumus Slovin:

n

N
N .d 2  1

Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d = galat pendugaan

Penentuan ukuran sampel:
n

1898567
1898567(10%)2  1



1898567
1898567(0.01)  1

 99.99 ≈ 100 responden
Beberapa keterangan mengenai rumus Slovin, yaitu:
1. Rumus Slovin dapat dipakai untuk menentukan ukuran sampel, hanya jika
penelitian bertujuan untuk menduga proporsi populasi,
2. Asumsi tingkat keandalan 95%, karena menggunakan α= 0.05, sehingga
diperoleh nilai Z= 1.96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2,
3. Asumsi keragaman populasi yang dimasukan dalam perhitungan adalah P(1-P),
dimana P=0.5, dan
4. Nilai galat pendugaan (d) didasarkan atas pertimbangan peneliti.
(Umar 2004 dalam Setiawan 2007)
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak (random/
probability sampling) yang berarti semua populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dijadikan sampel. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang

10
akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai
kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Random sampling dipilih
agar dapat dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi/ melakukan
generalisasi karena proporsi jumlah responden ditentukan untuk mewakili sejumlah
populasi di Kota Depok. Teknik dalam pemilihan sampel yang lebih spesifik, yaitu
menggunakan area sampling atau sampel wilayah. Teknik ini dipakai ketika
peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai
wilayah (Mustafa 2000). Misalnya seperti ingin mengetahui tingkat kebahagiaan
masyarakat Kota Depok terhadap keadaan lingkungan sekitar sehingga semakin
banyak jumlah penduduk pada suatu wilayah (kecamatan), kesempatan untuk
dipilih akan semakin besar pula. Jumlah responden pada setiap kecamatan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Proporsi jumlah responden pada setiap kecamatan
No.

Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Jumlah Responden*

1

Sawangan

134 943

7.10= 7

2

Bojongsari

108 913

5.74= 6

3

Pancoran Mas

229 887

12.11= 12

4

Cipayung

139 689

7.36= 7

5

Sukmajaya

253 687

13.36= 13

6

Cilodong

136 519

7.19= 7

7

Cimanggis

264 248

13.92= 14

8

Tapos

236 113

12.5= 13

9

Beji

181 171

9.54= 10

10
11

Limo
96 047
Cinere
117 350
Total
1 898 567
*Jumlah penduduk per kecamatan/total jumlah penduduk Kota Depok

5.06= 5
6.18= 6
100

Adapun data- data yang dikumpulkan pada tahap inventarisasi dapat dilihat
pada Tabel 3 dibawah ini.
Tabel 3 Data yang dibutuhkan
No

Data

1

Kondisi
Umum
Kota
Depok

Letak, luas, batas tapak,
topografi kemiringan
lereng, iklim, jenis
tanah, geologi,
penggunaan lahan,
demografi,

2

Aspek
Kuantitatif

Energy and CO2, Land
Use and Building,
Transport, Waste,
Water, Sanitation, Air
Quality

Jenis
Data
Sekunder

Sekunder

Sumber Data
RTRW Kota
Depo 2011-2031,
Penyusunan
Master plan RTH
2013, Buku
Laporan SLHD
2012
BLH, DKP Kota
Depok,
Distarkim,
DSDA, PDAM,
DISHUB,
BAPPEDA

Cara
Pengambilan
Studi
pustaka

Studi Pustaka

11
Tabel 3 Data yang dibutuhkan (lanjutan)
No

Data

3

Aspek
Kualitatif

Energy and CO2, Land
Use and Building,
Transport, Waste,
Water, Sanitation, Air
Quality, Environmental
Governance

4

Persepsi
Masyarakat

Tingkat kebahagiaan
masyarakat (Index of
Happiness)

Jenis
Data
Primer,
Sekunder

Cara
Pengambilan
Survei,
wawancara,
studi pustaka

Sumber Data
BLHD, DKP
Kota Depok,
Distarkim,
DSDA, PDAM,
DISHUB,
BAPPEDA,
Komunitas

Primer

Masyarakat Kota
Depok

Wawancara,
Kuesioner

Analisis
Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi kinerja Kota Depok yang
dilihat dari kedelapan indikator yang terdapat pada Asian Green City Index
(AGCI). Asian Green City Index ini merupakan perangkat (tools) yang digunakan
untuk menganalisis kinerja kota agar indikator tersebut lebih terstruktur dan
terlihat jelas nilai pembobotannya. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan
dua cara, yaitu: pada data kuantitatif menggunakan teknik normalisasi, dengan
cara menghitung keberlimpahan hasil data dengan baku mutu yang ditentukan
(Tabel 4) menggunakan rumus perhitungan zero-max approximation/min-max
approximation yang terbagi menjadi empat tipe rumus, antara lain:
a. Rumus perhitungan di bawah ini digunakan apabila nilai yang diperoleh
semakin besar akan semakin baik/memiliki dampak positif pada lingkungan.
(

)

b. Rumus perhitungan di bawah ini digunakan apabila nilai yang diperoleh
semakin besar akan semakin buruk/berbahaya bagi lingkungan.
(

)

c. Rumus perhitungan di bawah ini digunakan apabila nilai yang diperoleh
semakin besar akan semakin buruk/berbahaya bagi lingkungan serta baku mutu
yang di gunakan memiliki nilai minimal dan nilai maksimal.
)

(

d. Rumus perhitungan di bawah ini digunakan apabila nilai yang diperoleh
semakin besar akan semakin baik/memiliki dampak positif pada lingkungan
serta baku mutu yang di gunakan memiliki nilai minimal dan nilai maksimal.
(

)

12
Tabel 4 Baku mutu setiap indikator
No.
1.

Kategori
Energy and
CO2
Land Use and
Building

Indikator
Emisi CO2
Konsumsi Energi
Kepadatan Penduduk

Baku Mutu
≤ 1 378 672 905. 5 kg CO2 1)
≤ 815 kwh/orang 2)
≤ 10 000 orang/Km2 3)

Luas RTH

≥ 30% 4)

3.

Transport

Panjang jaringan transportasi publik

≥ 0.3 km/km2 3)

4.

Waste

5.

Water

Jumlah sampah yang dihasilkan
Jumlah sampah terangkut
Konsumsi air per kapita

2.

Kebocoran sistem air
6.

7.

Sanitation

Air Quality

Masyarakat yang memiliki jamban
pribadi
Jumlah limbah cair yang sudah diolah
Konsentrasi NO2
Konsentrasi SO2
Konsentrasi PM10

≤ 4746 m3/hari 5)
≥ 70% 6)
Min :60 lt/hari/org,
Max :126.9 lt/hari/org 7)
≤ 45% 3)
Min : 20%, Max : 100% 3)
Min :10%, Max : 100% 3)
≤ 150 µg/Nm3/hari 8)
≤ 365 µg/Nm3/hari 8)
≤ 150 µg/Nm3/hari 8)

Sumber:
1)
PT PLN (PERSERO) 2012,2)ESDM 2012, 3) Asian Green City Index,4) UU No. 26 Tahun 2007,
5)
Standar SNI 19-3964-1994, 6) Permen PU No. 14 tahun 2010 7)Permendagri No. 23 Tahun 2006
(60 lt/orang/hari ) dan Kementerian Pekerjaan Umum (126.9 lt/orang/hari),8)PP Republik
Indonesia No. 41 Tahun 1999

Sedangkan pada data kualitatif, dalam menilai upaya kota mencapai
keberlanjutan dengan mengelompokan upaya tersebut ke dalam empat skor,
dimana skor 0 merupakan nilai terkecil dan skor 3 merupakan nilai terbesar.
Adapun rumusan pembobotan yang digunakan sebagai berikut:
0= tidak ada aturan, tidak ada penerapan,
1= ada aturan, belum ada penerapan/belum ada aturan, ada penerapan,
2= ada aturan dengan penerapan ≤ 50%,
3= ada aturan dengan penerapan > 50%.
Dalam penentuan skor 2 atau 3 dengan mengidentifikasi sejauh mana
suatu upaya di Kota Depok telah dilakukan berdasarkan kriteria yang telah di
tentukan dan terdapat dalam lampiran 2 hingga lampiran 7.
Setelah dilakukan penetapan rumusan pembobotan, maka tahap
selanjutnya yaitu menentukan persentase penerapan upaya di Kota Depok dalam
mencapai keberlanjutan, yang dirumuskan sebagai berikut:
Nilai penerapan total (Xt) = x1+x2+...+xn
Nilai maksimal (Xmax)
= jumlah upaya yang dilakukan x poin maksimal
*
*sudah terdapat dalam Asian Green City Index

Kategori dan indikator Asian Green City Index beserta bobot pada masing- masing
indikator dapat dilihat pada Tabel 5.

13
Tabel 5 Bobot indikator Asian Green City Index
No.

Kategori

Jenis data

1.

Energy and
CO2

2.

Land Use and
Buildings

3.

Transport

Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kualitatif

4.

Waste

5.

Water

6.

Sanitation

7.

Air Quality

8.

Environmental
Governance

Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif

Indikator
Emisi CO2 (kg)
Konsumsi energi (kwh/ orang)
Kebijakan mereduksi karbon
Rencana mengatasi perubahan iklim
Kepadatan penduduk (orang/km2)
Luas RTH (%)
Kebijakan Eco Buildings
Kebijakan penggunaan lahan
Panjang jaringan transportasi publik
(km/km2)
Kebijakan pembuatan transportasi massa
perkotaan yang berkelanjutan
Kebijakan mengurangi kemacetan
Jumlah sampah yang dihasilkan (m3/hari)
Jumlah sampah terangkut (%)
Kebijakan pengumpulan dan pembuangan
sampah
Kebijakan mendaur ulang limbah
Konsumsi air per kapita (l/hari/org)
Kebocoran sistem air (%)
Kebijakan meningkatkan kualitas air
Kebijakan mengelola sumberdaya air secara
efisien
Masyarakat yang memiliki jamban pribadi
(%)
Jumlah limbah cair yang sudah diolah (%)
Kebijakan kebersihan lingkungan
Konsentrasi NO2 (µg/Nm3/hari)
Konsentrasi SO2 (µg/Nm3/hari)
Konsentrasi PM10 (µg/Nm3/hari)
Kebijakan kebersihan udara
Pengelolaan lingkungan
Pengawasan lingkungan
Partisipasi masyarakat

Bobot
AGCI
25%
25%
25%
25%
25%
25%
25%
25%
33%
33%
33%
25%
25%
25%
25%
25%
25%
25%
25%
33%
33%
33%
25%
25%
25%
25%
33%
33%
33%

Sumber: Denig 2011

Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menyusun hasil setiap indikator pada tabel
evaluasi kemudian dilakukan pemberian rekomendasi berupa green initiatives
pada setiap kategori. Green initiatives ini direkomendasikan dengan melihat
permasalahan lingkungan dan mengidentifikasi faktor apa saja yang dapat
ditingkatkan di Kota Depok. Hasil pembobotan setiap indikator di kelompokan ke
dalam tabel performa yang terdiri dari lima kriteria, antara lain well below
average (sangat di bawah rata-rata), below average (di bawah rata-rata), average
(rata-rata), above average (di atas rata-rata), well above average (sangat di atas
rata-rata). Pada contoh tabel performa (Tabel 6), tanda bulat merupakan
merupakan posisi kinerja kota pada setiap kategori. Keseluruhan hasil didapatkan
dari hasil pembobotan data kuantitatif dan data kualitatif, hasil evaluasi
diharapkan dapat dijadikan dasar pembelajaran untuk meningkatkan kualitas kota.

14
Tabel 6 Contoh tabel performa
Well below
average
(0%-20%)

Below
average
(20%-40%)

Above average
(60%-80%)

Well Above
Average
(80%-100%)



Energy and CO2
Land Use and
Building
Transport





Waste
Water
Sanitation
Air Quality
Environmental
Governance
Hasil
Keseluruhan
Sumber: Denig 2011

Average
(40%-60%)








Dalam tahapan evaluasi dilakukan juga pengukuran persepsi masyarakat
Kota Depok (index of happiness). Pengukuran dilakukan menggunakan metode
kuesioner sehingga diperoleh jumlah persentase masyarakat yang memiliki tingkat
kebahagiaan sangat tinggi, tinggi dan sedang. Pengukuran ini bertujuan untuk
melihat tingkat kebahagiaan masyarakat yang tinggal di Kota Depok kemudian di
sesuaikan dengan kinerja kota dalam menerapkan konsep kota hijau. Dalam The
Greater Victoria Well-Being Survey, beberapa faktor yang mempengaruhi
kebahagiaan dan kepuasaan hidup seseorang antara lain: kesehatan fisik dan
mental, keseimbangan waktu, kualitas bersosialisasi, kualitas budaya, kepuasan
finansial, kualitas pemerintahan dan kualitas lingkungan. Kualitas lingkungan
berarti memiliki lingkungan alami dan kualitas lingkungan yang baik, hal tersebut
akan berpengaruh terhadap peningkatan kebahagiaan seseorang.
Skala likert yang digunakan pada penelitian ini adalah skala 1 hingga skala
3 dengan ketentuan skala 1 adalah tidak setuju, skala 2 kurang setuju dan skala 3
setuju. Pada kuesioner tingkat kebahagiaan ini terdapat 20 variabel yang diteliti
(Tabel 34) yang dilihat dari kondisi lingkungan aktual Kota Depok saat ini.
Sehingga diperoleh skala minimum sebesar 20.0 dan skala maksimum sebesar
60.0, perhitungan rentang skala penilaian menggunakan rumus sebagai berikut:
(

(

)

)

Berdasarkan rentang tersebut maka kriteria kebahagiaan masyarakat terbagi
menjadi tiga kelompok, antara lain:
1. rendah (kurang bahagia) : Skor 20.0 – 33.3
2. sedang (bahagia)
: Skor 33.4 – 46.7
3. tinggi (sangat bahagia)
: Skor 46.8 – 60.0

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Wilayah Kota Depok
Kota Depok secara geografis terletak pada koordinat 6º19’00”- 6º28’00”
Lintang Selatan dan 106º43’00”-106º55’30” Bujur Timur, dengan luas kurang
lebih 200.29 km2. Kota Depok memiliki 11 kecamatan dan 63 kelurahan, yaitu
Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan Cinere, Kecamatan Limo,
Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Cipayung Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan
Sawangan, Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Cilodong, dan Kecamatan Tapos.
Sebagai daerah penunjang Ibukota Jakarta, letak Kota Depok berada pada
posisi yang sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota Bogor. Hal ini
menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan
meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi secara
regional dengan kota-kota lainnya. Berdasarkan data kependudukan dari BPS
(Tabel 7), jumlah penduduk Kota Depok tahun 2012 mencapai 1 898 567 jiwa
yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 961 876 jiwa (50.66%) dan
penduduk perempuan sebanyak 936 691 jiwa (49.34%). Secara administratif Kota
Depok berbatasan langsung dengan beberapa kota lain, diantaranya:
utara : Provinsi DKI Jakarta dan Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Timur,
timur : Kabupaten Bogor dan Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat,
selatan :Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat, dan
barat :Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dan Kota Tangerang Selatan
Provinsi Banten.
Tabel 7 Luas dan jumlah penduduk kecamatan Kota Depok
No.

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Sawangan
Bojongsari
Pancoran Mas
Cipayung
Sukmajaya
Cilodong
Cimanggis
Tapos
Beji
Limo
Cinere
Total

Sumber: BPS Kota Depok 2012

Luas (Km2)

Jumlah Penduduk (Jiwa)

25.90
19.79
18.21
11.63
18.04
16.09
21.22
32.33
14.30
12.32
10.46

134 943
108 913
229 887
139 689
253 687
136 519
264 248
236 113
181 171
96 047
117 350

200.29

1 898 567

16
Kondisi Fisik dan Lingkungan
Topografi
Kota Depok memiliki pola topografi yang beragam, pada wilayah Kota
Depok di bagian utara merupakan dataran rendah dengan elevasi antara 50-80
mdpl. Sedangkan wilayah Kota Depok bagian tengah memiliki ketinggian 80-110
mdpl dan di bagian selatan merupakan area perbukitan, bergelombang lemah
dengan elevasi >110 mdpl.
Hidrologi
Kota Depok memiliki setidaknya 3 (tiga) sungai utama yang mengalir
melewati Kota Depok dari selatan ke utara. Ketiga sungai besar yang melewati
wilayah Kota Depok ini berperan sebagai sungai induk bagi sungai-sungai kecil
yang tercakup dalam daerah aliran sungai masing‐masing. Menurut arahan sistem
air baku dan pengendali banjir dalam Peraturan Presiden No. 54 tahun 2008
tentang Penataan Kawasan Strategis Nasional Jabodetabekpunjur, Kota Depok
termasuk dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Angke Pesanggrahan, DAS Cikeas
Cileungsi dan DAS Ciliwung. DAS Ciliwung memiliki daerah cakupan aliran
sungai yang paling besar bila dibandingkan dengan DAS lainnya.
Kemiringan Lereng dan Morfologi
Kemiringan lereng di Kota Depok dapat terbagi menjadi tiga bagian,
antara lain: wilayah dengan kemiringan 0-8% (lereng datar) tersebar di bagian
utara melintang ke timur, wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15% (lereng
landai) tersebar hampir di seluruh kota terutama di bagian tengah membentang
dari barat ke timur dan wilayah dengan kemiringan lereng lebih besar dari 15-20%
(lereng bergelombang) terdapat di sepanjang Sungai Ciliwung, Cikeas, dan bagian
selatan Sungai Angke. Pada wilayah ini kemiringan lereng cukup terjal sehingga
cenderung perlu dikonservasi.
Geologi
Kondisi geologi Kota Depok termasuk dalam sistem geologi cekungan
Botabek yang dibentuk oleh endapan kuarter yang berupa rombakan gunung api
muda dan endapan sungai. Struktur geologi di daerah ini merupakan lapisan
horizontal dengan kemiringan lapisan mendekati datar yang diperkirakan berarah
utara-selatan.
Iklim
Wilayah Depok termasuk dalam daerah beriklm tropis dengan perbedaan
curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim. Secara umum
musim kemarau antara bulan April-September dan musim hujan antara bulan
Oktober- Maret.

Temperatur
: 24.3º-33º C

Kelembaban rata-rata
: 25%

Penguapan rata-rata
: 3.9 mm/tahun

Kecepatan angin rata-rata
: 14.5 knot

Penyinaran matahari rata-rata : 49.8%

Jumlah curah hujan
: 2684 m/tahun

Jumlah hari hujan
: 222 hari/tahun

17
Penggunaan Lahan
Secara umum penggunaan lahan di Kota Depok didominasi oleh sawah
seluas 19 617.59 Ha atau sekitar 97.95% dari total luas wilayah. Kota Depok juga
banyak terdapat kebun campuran yang luasannya mencapai 7 312.20 Ha atau
sekitar 36.51% dari total luas wilayah. Menurut hasil analisis dan perhitungan,
pemanfaatan ruang di Kota Depok didominasi oleh lahan terbangun sekitar
52.30% dari total luas wilayah, penggunaan lahan terbangun tersebut paling besar
jumlahnya digunakan untuk lahan pemukiman dengan nilai 48.57% dari luas
lahan Kota Depok. Kawasan pemukiman yang terdapat di Kota Depok meliputi
kawasan pemukiman terstruktur/teratur yang biasa dibangun oleh pengembang
dan kawasan perumahan non terstruktur/tidak teratur yang umumnya dibangun
secara perorangan.
Penduduk
Jumlah penduduk di Kota Depok tahun 2012 mencapai 1 898 567 jiwa,
terdiri atas laki-laki 961 876 (50.66%) dan perempuan 936 691 jiwa (49.34%),
sedangkan luas wilayah hanya 200.29 km2. Tingkat kepadatan penduduk Kota
Depok sebesar 9479 jiwa/km2, tingkat kepadatan tersebut tergolong padat jika
dikaitkan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata. Kecamatan Sukmajaya
merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan tertinggi, yaitu 14 062 jiwa/ km2,
sedangkan tingkat kepadatan terendah adalah Kecamatan Sawangan dengan
tingkat kepadatan 5210 jiwa/ km2.
Laju Pertumbuhan Perekonomian
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Kota Depok
mengalami pasang surut (fluktuatif) yang disebabkan oleh dampak eksternal.
Depok pernah mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu pada tahun 2007 mencapai
7.04%, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 6.42% dan
menjadi 6.22% pada tahun 2009 sebagai dampak dari krisis keuangan global.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan membaik seiring dengan
membaiknya kondisi finansial global meskipun tetap perlu diantisipasi adanya
kemungkinan krisis baru. Pertumbuhan ekonomi Kota Depok kedepan
membutuhkan fondasi ekonomi yang lebih kuat lagi, sehingga pertumbuhan yang
ada dapat stabil dan memiliki kecenderungan yang meningkat. Berdasarkan data
terakhir, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor sekunder
(6.6%), sedangkan sektor tersier tumbuh sebesar 5.95 % dan primer hanya sebesar
3.99%. Tingginya pertumbuhan sektor sekunder disebabkan oleh pertumbuhan
yang tinggi pada subsektor bangunan/konstruksi. Sedangkan pada sektor tersier,
pertumbuhan tertinggi ditemukan pada sub sektor jasa.
Inventarisasi
Salah satu cara untuk mencapai kota yang berkelanjutan yaitu dengan cara
penyempurnaan seluruh indeks berdasarkan Asian Green City di Kota Depok.
Terdapat delapan indeks atau kategori pada Asian Green City Index, antara lain:
Energy and CO2, Land Use and Building, Transport, Waste, Water, Sanitation,
Air Quality, dan Environmental Governance.

18
Berdasarkan hasil survei lapang dan studi pustaka yang sudah dilakukan,
maka didapatkan data terkait yang terbagi ke dalam aspek kuantitatif dan aspek
kualitatif.
Aspek Kuantitatif
Data kuantitatif merupakan data numerik yang dapat diukur terkait kondisi
umum di Kota Depok. Adapun data kuantitatif terbagi kedalam tujuh kategori dan
14 indikator (Tabel 8).
Tabel 8 Kategori data kuantitatif
Kategori
Energy and
CO2

Indikator
Emisi CO2

Hasil
603 571 156.7
kg CO2

Tahun
2012

Sumber
Depok
Angka

Konsumsi energi

356.8 kwh/org

2012

Depok
Angka

Land
Use
and
Building

Kepadatan penduduk

9479 org/Km2

2012

Luas RTH

19.4%

Transport

Panjang
jaringan
transportasi publik

0.051 km/km2

2012,
2013
2012

Depok
Dalam
Angka
BLH Kota Depok,
DKP Kota Depok
Dishub Kota Depok

Waste

Jumlah sampah
dihasilkan

5112 m3/hari

2013

BLH Kota Depok

Jumlah sampah terangkut

69.9%

2013

BLH Kota Depok

Konsumsi air

35.83
l/hari/orang
21.49%

2013

PDAM Kab Bogor

2013

PDAM Kab Bogor

Masyarakat yang memiliki
jamban pribadi

95.01%

2012

Laporan
Studi
ERHA Kota Depok

Jumlah limbah cair yang
sudah diolah

31%

2012

BLH Kota Depok

Keberlimpahan NO2

41.6
µg/Nm3/hari
67.9
µg/Nm3/hari
141.5
µg/Nm3/hari

2013

BLH Kota Depok

2013

BLH Kota Depok

2013

BLH Kota Depok

Water

yang

Kebocoran sistem air
Sanitation

Air Quality

Keberlimpahan SO2
Keberlimpahan PM10

Dalam

Dalam

Aspek Kualitatif
Data kualitatif merupakan data terkait dengan upaya yang dilakukan Kota
Depok dalam menuju kota yang berkelanjutan. Upaya tersebut merupakan upaya
yang sudah dilakukan ataupun masih berupa rencana/arahan. Upaya yang terdapat
di Kota Depok tidak hanya upaya yang menjadi program pemerintah, namun
menjadi program masyarakat, komunitas lingkungan maupun Lembaga