Evaluasi penerapan konsep kota hijau Di kota surabaya

xiv

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA SURABAYA

ADI TRI WIBOWO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

xvi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi
Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Surabaya adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014

Adi Tri Wibowo
NIM A44100028

xviii

ABSTRAK
ADI TRI WIBOWO. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota
Surabaya. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.
Pertumbuhan suatu kota diiringi oleh perkembangan ekonomi, sosial, dan
ekologi. Perlu adanya keseimbangan terhadap pertumbuhan antar aspek demi
menciptakan perkembangan kota yang modern, ramah lingkungan, dan
berkelanjutan. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia, dan
berhasil meraih banyak penghargaan yang bertemakan lingkungan seperti

diantaranya penghargaan Adipura, Adiwiyata, Taman Kota Terbaik, dan lain
sebagainya. Permasalahan umum yang dihadapi oleh kota Surabaya diantaranya
sampah, krisis energi, degradasi lingkungan dan pemukiman kumuh. Tujuan dalam
penelitian ini adalah memberi penilaian terhadap kinerja Kota Surabaya atas
usahanya menerapkan konsep Kota Hijau dengan melihat peran pemerintah, pihak
swasta, dan masyarakat. Penelitian ini menggunkan metode Asian Green City Index,
yang memiliki delapan kategori evaluasi kinerja kota dalam menerapkan konsep
Kota Hijau yaitu Energy and CO2, Land use and Buildings, Transport, Waste, Water,
Sanitation, Air Quality, dan Environmental Governance. Hasil evaluasi menunjukan
bahwa Kota Surabaya dalam menerapkan konsep Kota Hijau masuk kedalam
kategori performa rata-rata dengan nilai rata-rata persentase sebesar 65.5% dan
tingkat Index of Happiness masyarakat kota 70% sangat bahagia, 25% bahagia, dan
5% kurang bahagia.
Kata kunci: asian green city, berkelanjutan, evaluasi, index of happiness, kota hijau,
modern

ABSTRACT
ADI TRI WIBOWO. Evaluation of Green City Concept Implementation in
Surabaya. Supervised by ALINDA FM ZAIN.
The growth of a city is accompanied by development of economy, social,

and ecology. A balanced between the growth of urban development aspects is needed
in creating a modern, environmental friendly, and sustainable city. Surabaya is the
second largest city in Indonesia, and has won many awards with enviromental
concept such as Adipura, Adiwiyata, Taman Kota Terbaik etc. The common
problems of large cities such as waste, energy crisis, environmental degradation, and
urban sprawl. The purpose of this study is to assess the performance of Surabaya
City for its efforts to implement the Green City concept by looking at the role of the
government, private sector, and community. This research was using the Asian
Green City Index as the method which has eight categories of performance
evaluation of the city in applying the concept of Green City: Energy and CO2, Land
use and Buildings, Transport, Waste, Water, Sanitation, Water Quality, and
Environmental Governance. The evaluation results show that in applying the concept
of the Green City, Surabaya City is in above average rank, based on the category
performance with an average persentase 65.5%, moreover the level Surabaya’s
society happiness based on the Index of Happiness is 70% very happy, 25% happy,
and 5% less happy.
Key words: asian green city index, evaluation, green city, index of happiness,
modern, sustainable

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU

DI KOTA SURABAYA

ADI TRI WIBOWO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

xx

Judul Skripsi : Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Surabaya
Nama

: Adi Tri Wibowo
NIM
: A44100028

Disetujui oleh

Dr Ir Alinda FM Zain, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

xxii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian ini ialah mengenai konsep Kota Hijau, dengan
judul Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Surabaya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada;
1. Dr Alinda FM Zain, Msi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada saya dalam menyusun dan
menyelesaikan tulisan ini.
2. Dr Indung Sitti Fatimah, Msi dan Dr Ir Afra DN Makalew, MSc yang telah
memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyusun dan
menyelesaikan penelitian ini.
3. Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik
yang telah memberikan banyak pengarahan selama mengikuti perkuliahan
4. Keluarga besar ayahanda Arif Santoso, ibunda Nunung jubaedah, Akbar
Tanjung Abyoso, Arini Nur Aini yang telah memberi ketulusan akan kasih
sayangnya kepada penulis
5. Teman–teman penulis bimbingan Ibu Alinda (Annisa, Altrifianus,
Hersalina, I Made Natawiguna, dan Imaniar) yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
6. Dinas–Dinas dan instansi di Kota Surabaya yang telah banyak membantu
dalam pengumpulan data.

7. Teman-teman seperjuangan ARL 47 yang telah memberikan dukungan
dan doanya
8. Teman-teman kontrakan Pondok Rantau (Alja, Alul, Budiman, Jundi,
Hengki, Okin, Novan, Risko, Santos dan Zumar ) yang telah memberi
dukungan dan bantuannya
9. Teman-teman seperjuangan daerah Kemala 47 terutama untuk Ardian
yang telah membantu memberi bantuan selama dalam penulisan.
10. Teman-teman Seruni
11. Teman-teman Undesain (Adhrid, Altrifianus, Digo, I Made Natawiguna,
dan Rahmat Arif) yang telah membantu dalam proses penulisan.
12. Serta seluruh pihak yang telah memberikan doa, bantuan serta
dukungannya.
Penulis menyadari penelitian ini jauh dari sempurna. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak Pemerintah Kota Surabaya
dan pihak lain yang memerlukan. Atas segala kekurangan, penulis memohon
saran dan kritik yang membangun agar penulisan kedepannya dapat lebih
baik.
Bogor, Oktober 2014

Adi Tri Wibowo


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Daya Dukung Lahan (Carrying Capacity)
Permasalahan perkotaan dan lingkungannya
Kota Hijau (Green City)
Asian Green City Index
Energi dan CO2
Penggunaan Lahan dan Kepadatan
Transportasi
Sampah
Air

Sanitasi
Udara
Kebijakan Lingkungan
Kebahagiaan
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Batasan Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Penelitian
Inventarisasi
Analisis
Evaluasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Wilayah Kota Surabaya
Kondisi Fisik dan Lingkungan
Topografi
Hidrologi
Demografi
Sosial dan Budaya Masyarakat
Perekonomian


xv
xvi
xvii
1
1
2
2
2
4
4
4
5
5
5
6
6
6
7
7

7
7
8
9
9
9
9
10
10
13
15
18
18
18
18
18
19
19
19

xxiv

Penggunaan Lahan
Rencana Tata Ruang Wilayah
Inventarisasi
Aspek Kuantitatif
Aspek Kualitatif
Analisis
Energy and CO2
Land use and Buildings
Transport
Waste
Water
Sanitation
Air Quality
Environmental Governance
Evaluasi Penerapan konsep Kota Hijau
Index of Happiness
Green Initiatives
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

20
20
21
21
22
24
24
28
33
39
45
50
53
58
64
71
72
78
78
78
79
81
94

DAFTAR TABEL
1 Alat dan bahan
2 Data yang dibutuhkan
3 Proporsi jumlah responden
4 Baku mutu tiap indikator pada aspek kuantitatif
5 Asian Green City Index
6 Contoh performa kota
7 Indikator kuantitatif
8 Aspek kualitatif
9 Aspek kuantitatif Energy and CO2
10 Aspek kualitatif Energy and CO2
11 Aspek kuantitatif Land use and Buildings
12 Aspek kualitatif Land use and Buildings
13 Aspek kuantitatif Transport
14 Aspek kualitatif Transport
15 Aspek kuantitatif Waste
16 Aspek kualitatif Waste
17 Aspek kuantitatif Water
18 Aspek kualitatif Water

10
10
12
14
15
17
21
22
24
26
28
30
33
34
39
41
46
47

19 Aspek kuantitatif Sanitatiom
20 Aspek kualitatif Sanitation
21 Aspek kuntitatif Air Quality
22 Aspek kualitatif Air Quality
23 Aspek kualitatif Environmental Governance
24 Alih fungsi ex SPBU menjadi taman Kota Surabaya
25 Evaluasi kategori Energy and CO2
26 Evaluasi kategori Land use and Buildings
27 Evaluasi kategori Transport
28 Evaluasi kategori Waste
29 Evaluasi kategori Water
30 Evaluasi kategori Sanitation
31 Evaluasi kategori Air Quality
32 Evaluasi kategori Environmental Governance
33 Kinerja Kota Surabaya dalam menerapkan konsep Kota Hijau

50
52
53
55
58
59
64
65
65
66
67
68
69
70
71

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Lokasi penelitian
3 Solar cell pada PJU dan trafic light
4 Instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT) Keputih Surabaya
5 Jalur hijau jalan samping Balaikota
6 Taman Bungkul
7 Bangunan Esa Sampoerna Center
8 Pamurbaya
9 Visualisasi monorail dan visualisasi tramway
10 Visusalisasi park and ride Joyoboyo dan TVRI Mayjend Sungkono
11 Pencapaian jalur angkutan massal cepat (AMC)
12 Kemacetan lalu lintas Jl. Dharmahusada
13 Penerapan intellegent transportation sistem (ITS)
14 Halte Universitas Airlangga dan jalur sepeda Jl. Jendral Sudirman
15 Signage pada JPO Jl. Ahmad Yani
16 Pedestrian Jl. Darmahusada dan pedestrian Balaikota
17 TPA Benowo
18 Proses pemberian kompos hasil IPLT
19 TPS Tambak Rejo
20 Bank sampah RW N Morokrembang dan Tambak Rejo
21 Sutorejo Superdepo Project
22 Rumah kompos Srikana dan Keputran
23 Sludge treatment instalation (STI) Surabaya
24 Boezem (waduk) Morokrembang
25 Instalasi pengolahan limbah tinja (IPAL)
26 Alat pengukur indeks standar pencemaran udara (ISPU)
27 Konsep integrasi pedestrian dengan halte tram
28 Jalur sepeda
29 Taman Buah Undaan sebelum dan sesudah

3
9
26
27
29
29
31
32
35
36
36
37
37
38
39
39
42
43
43
44
45
45
48
50
53
56
57
57
59

xxvi

30 Pengelolaan infrastruktur kota
31 Penerapan eco school
32 Kampung Hijau Kelurahan Gundih RW X
33 Proses yustisi kebersihan
34 Penerapan program Green and Clean
35 Program Bersih-Bersih Kali Suroboyo
36 Car free day Jl. Darmo Surabaya
37 Pie chart tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Surabaya
38 Site Design pada rumah tinggal
39 Konsep hunian one stop living
40 Konsep jalur dan transportasi terintegrasi
41 Pola operasional pelayanan sampah terpusat
42 Konsep naturalisasi sungai
43 Pola pemilahan sampah
44 Penanaman vegetasi di taman kota
45 Penganugerahan acara Green and Clean Surabaya

60
60
61
62
63
63
64
72
73
73
74
75
75
76
76
77

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Penelitian
2 Batasan penilaian
3 Kriteria penilaian penerapan kualitatif

81
84
85

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kota Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur. Kota ini
merupakan sebuah kota terbesar kedua setelah Jakarta dengan penduduknya
mencapai 2 juta jiwa serta menjadi pusat bisnis, industri, dan perdagangan di
Jawa Timur. Berdasarkan hasil sensus tahun 2014, Kota Surabaya memiliki
jumlah penduduk sebanyak 2 819 095 jiwa dengan wilayah seluas 333.063
km² dengan kepadatan penduduknya adalah sebesar 8911 jiwa per km².
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi di Kota Surabaya tidak
terlepas dari sebuah kendala, dan kendala utamanya adalah ketidakmampuan
lahan dalam menampung daya dukungnya. Carrying capacity atau daya
dukung lingkungan mengandung pengertian kemampuan suatu tempat dalam
menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu
yang panjang. Daya dukung lingkungan dapat pula diartikan kemampuan
lingkungan memberikan kehidupan organisme secara sejahtera dan lestari
bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan. Peningkatan populasi yang
signifikan merupakan suatu masalah jika tidak dikendalikan dengan baik, jika
terus terjadi maka terciptalah permasalahan diantaranya kemacetan lalu lintas,
polusi, sampah, dan degradasi lingkungan yang menyebabkan
ketidaknyamanan bagi masyarakat.
Salah satu solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah dengan menerapkan konsep Kota Hijau. Kota Hijau
merupakan suatu konsep dari upaya untuk melestarikan lingkungan dengan
cara mengembangkan sebagian lingkungan dari suatu kota menjadi lahanlahan hijau yang alami agar menciptakan kekompakkan antara kehidupan
alami dari lingkungan dengan manusia yang tinggal di dalamnya (Ernawi
2012). Berbagai peraturan perangkat hukum yang mendukung terwujudnya
pembangunan kota yang berkelanjutan (Kota Hijau) telah dihasilkan,
misalnya Undang-Undang (UU) No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, UU No. 7/2004 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Air, dan UU No. 28/2002 tentang Bangunan Gedung (Joga dan
Ismaun 2011).
Konsep Kota Hijau telah banyak ditawarkan oleh berbagai lembaga
lingkungan, diantaranya Kementrian Pekerjaan Umum (PU) dengan Program
Pengembangan Kota Hijau (P2KH), Economist Intelligence Unit (EIU) yang
disponsori oleh Siemens dan banyak lagi. Kota Surabaya saat ini giat dalam
pembangunan dengan konsep Kota Hijau yang diusung langsung dari Badan
Perencanaan dan Pengembangan Kota (Bappeko). Konsep Kota Hijau yang
dilakukan oleh Kota Surabaya mengadaptasi P2KH dari PU dengan
menerapkan 8 indikator hijau kota, namun Kota Surabaya belum masuk
kedalam 60 kota di Indonesia yang mengikuti P2KH dari PU.
Metode dalam menerapkan konsep Kota Hijau dalam penelitian ini
menggunakan metode Asian Green City Index dari Economist Intelligence
Unit (EIU). Metode ini merupakan sebuah rangkaian penelitian yang

2

diselenggarakan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) dalam menilai status
22 kota di Asia berdasarkan berbagai kriteria yang disesuaikan dengan
kondisi Asia. Hasil penelitian yang disampaikan berupa indeks beserta green
initiatives dari setiap kota. Hasil tersebut dapat membantu kota-kota di Asia
untuk saling belajar menuju kota yang berkelanjutan agar menjadi lebih baik
lagi dalam menghadapi tantangan lingkungan saat ini.
Konsep Kota Hijau memiliki asumsi bahwa dengan terciptanya
lingkungan yang asri terdapat masyarakat yang bahagia. Index of Happiness
merupakan penilaian kebahagiaan masyarakat kota dengan kriteria penilaian
terhadap aspek lingkungan. Penerapan Kota Hijau di Kota Surabaya tidak
hanya dalam bentuk taman atau ruang terbuka, tetapi harus mengutamakan
tujuan dari Kota Hijau itu sendiri yaitu memberi kehidupan kepada
masyarakat didalamnya berupa kesehatan, kesejahteraan, dan kenyamanan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan,
1. mengidentifikasi kondisi umum dan kinerja Kota Surabaya berdasarkan
delapan kategori Kota Hijau menurut Asian Green City Index,
2. menganalisis kondisi umum dan kinerja Kota Surabaya berdasarkan
Asian Green City Index,
3. mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat (Index of Happiness)
berdasarkan kondisi lingkungan di Kota Surabaya dan,
4. mengevaluasi penerapan konsep Kota Hijau di Kota Surabaya dengan
hasilnya berupa performa kota dan green initiatives yang menjadi acuan
dalam pembangunan Kota Hijau.
Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat memberi masukan kepada pemerintah,
masyarakat, komunitas hijau dan LSM Kota Surabaya dalam mewujudkan
konsep Kota Hijau yang ideal agar menjadi kota yang berkarakter, berbasis
lingkungan dan berkelanjutan.
Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian dimulai dari mengidentifikasikan kondisi
umum serta upaya Kota Surabaya dalam menerapkan konsep Kota Hijau
berdasarkan 8 (delapan) kategori Asian Green City index. Kategori tersebut
antara lain Energy and CO2, Land use and Buildings, Transport, Waste,
Water, Sanitation, Air Quality, dan Environmental Governance. Setiap
kategori memiliki indikator yang terbagi menjadi dua yaitu aspek kuantitatif
dan aspek kualitatif. Lalu dilakukan analisis terhadap kedua aspek tersebut.
Setelah dilakukan analisis akan dihasilakan sebuah evaluasi penerapan
konsep Kota Hijau di Kota Surabaya yang anantinya akan disusun kedalam
tabel performa kota.
Evaluasi dinilai berdasarkan tingkat penerapan koansep Kota Hijau di
Kota Surabaya dengan mengacu pada Asian Green City index. Untuk
mendukung hasil evaluasi yang diperoleh dilakukan pengukuran terhadap

3

kebahagiaan atau kenyamanan masyarakat Kota Surabaya dengan
menggunakan Index of Happiness. Selain mengukur tingkat kebahagiaan
masyarakat, diukur juga persepsi masyarakat terkait penerapan konsep Kota
Hijau di Kota Surabaya. Berikut merupakan kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1,

Kota
Surabaya
Kondisi
Umum

Upaya Kota
Dalam Mencapai
Kota Hijau

Analisis Berdasarkan 8 Kategori
Kota Hijau
Asian Green City Index

Energy
& CO2

Land use
and
Buildings

Transport

Waste

Aspek Kuantitatif

Water

Sanitati
on

Air
Quality

Envi.
Govern
ance

Aspek Kualitatif

Index of Happiness
Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Surabaya

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Daya Dukung Lahan (Carrying Capacity)
Daya dukung atau carrying capacity memiliki makna dari suatu konsep
yang kompleks, manyangkut beberapa aspek kebutuhan manusia diantaranya
sanitasi, fasilitas kesehatan, serta fasilitas dasar lainnya. Makna dari daya
dukung secara umum adalah jumlah maksimum populasi yang didukung oleh
suatu wilayah, sesuai dengan kemampuan teknologi yang ada (Binder dan
Lopez 2000).
Kondisi daya dukung berbanding terbalik dengan jumlah populasi
dimana populasi meningkat maka kondisi daya dukung berada di bawah,
begitu pula sebaliknya jika populasi menurun maka kondisi daya dukung akan
meningkat. Beberapa faktor sangat mempengaruhi perubahan terhadap
keanekaragaman daya dukung lingkungan, faktor tersebut diantaranya
ketersediaan pangan, air, kondisi lingkungan, dan tempat tinggal.
Terdapat beberapa konsep daya dukung diantaranya daya dukung fisik
(physical), daya dukung lingkungan atau ekologis (ecological), daya dukung
sosial (social), dan daya dukung ekonomi (economic). Sedangkan untuk
komponen penentu daya dukung dianataranya faktor ilmiah, tingkat teknologi,
preferensi konsumen, permintaan sumberdaya, dan distribusi dan pemerataan.
Daya dukung wilayah akan menentukan suatu pertumbuhan dan
terkendalanya pembangunan wilayah. Wilayah akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan jika dukung wilayah belum terlampaui, jika
daya dukung telah terlampaui maka terjadi sebuah pembatasan terhadap
perkembangan wilayah, kelangkaan sumberdaya dan bahkan berujung
terhadap degradasi atau bencana.
Permasalahan perkotaan dan lingkungannya
Menurut Sumardjito (tahun tidak diketahui), Permasalahan perkotaan
saat ini dikarenakan adanya keterkaitan hampir dari segala aspek kehidupan
manusia. Perkembangan kegiatan suatu kota sering menjadi tumpuan harapan
masyarakat sehingga mereka berebut kesempatan untuk bisa memperoleh
penghidupan di kota tersebut. Permasalahan lingkungan kota yang juga
dikenal dengan istilah “urban environment degradation” pada saat ini sudah
meluas di berbagai kota di dunia, sedangkan di beberapa kota di Indonesia
sudah nampak adanya gejala yang membahayakan. Kemunduran atau
kerusakan lingkungan kota tersebut dapat dilihat dari dua aspek:
1. Aspek fisik (environmental degradation of physical nature), yaitu
gangguan yang ditimbulkan dari unsur-unsur alam, misalnya
pencemaran air, udara dan seterusnya.
2. Aspek sosial-masyarakat (environmental degradation of societal
nature), yaitu gangguan yang ditimbulkan oleh manusianya sendiri
yang menimbulkan kehidupan yang tidak tenang, tidak nyaman dan
tidak tenteram.
Kota-kota besar di Indonesia tengah menuju bunuh diri ekologis dan
bunuh diri perkotaan. Kota seolah tak mampu keluar dari bencana banjir,

5

krisis air bersih, kemacetan lalu lintas, pencemaran udara, dan penyakit
lingkungan. Fenomena pemanasan bumi, degradasi kualitas lingkungan, dan
bencana lingkungan telah membangkitkan kesadaran dan tindakan bersama
akan pentingnya menjaga keberlanjutan air bersih dan udara sehat di kota,
untuk menjamin kelangsungan dan menyelamatkan kehidupan umat manusia
di muka bumi (Joga dan Ismaun 2011).
Kota Hijau (Green City)
Kota Hijau (Green City) merupakan kota yang dibangun dengan tidak
mengikis atau mengorbankan aset kota-wilayah (city-region), melainkan
terus menjerus memupuk semua kelompok aset, meliputi manusia,
lingkungan terbangun sumberdaya, lingkungan dan kualitas sarana dan
prasarana (PU 2011). Kota Hijau adalah kota yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan dalam segala aspek kehidupan dan penunjangnya bagi
warganya, maupun unsur lainnya baik tumbuhan dan tanaman, hewan dan
satwa liar, hingga tanah, air, dan udara. Semuanya saling terkait sehingga
memberikan fungsi-fungsi kenyamanan, keamanan, dan keindahan
(Departemen Arsitektur Lanskap Faperta IPB 2008).
Asian Green City Index
Asian Green City Index merupakan hasil dari rangkaian penelitian
yang memfokuskan terhadap isu-isu kritis dari keberlanjutan suatu
lingkungan perkotaan dan diselenggarakan oleh Economist Intelligence Unit
(EIU) serta disponsori oleh Siemens. Kota-kota yang dipilih merupakan kota
yang memiliki kepentingan maupun karena ukurannya, biasanya merupakan
Ibu Kota, kota dengan populasi besar, atau merupakan pusat bisnis. Asian
Green City Index memiliki beberapa indikator yaitu Energy and CO2, Land
use and Buildings, Transport, Water, Waste Management, Sanitation, Air
Quality, dan Environmental Governance dan masing-masing kategori
memiliki dua tipe data yaitu tipe data kuantitatif sebanyak 15 indikator dan
tipe data kualitatif sebanyak 14 indikator.
Energi dan CO2
Konsumsi energi tumbuh pesat seiring pertumbuhan penduduk dan
ekonomi. Potensi energi di Indonesia memiliki karakteristik cadangan energi
primer yang besar dan sangat beragam. Pemanfaatan minyak bumi sebagai
energi utama yang berlangsung dominan, menyebabkan ketidakseimbangan
pemerataan terhadap pemanfaatan sumber daya alam lainnya seperti gas bumi
dan batu bara. Hal ini memicu terjadinya keterbatasan akan sumber daya
minyak bumi dan emisi gas buang yang semakin meningkat serta dapat
merusak lingkungan.
Komposisi pemanfaatan energi yang ideal dibutuhkan untuk
mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki dan memadukannya dengan
aneka ragam kebutuhan energi yang tersebar diberbagai daerah. Terdapat
sebuah konsep yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai
pembangunan energi dan ekonomi berkelanjutan yang disebut energy mix.
Konsep tersebut mengutamakan pemanfaatan yang optimal terhadap semua

6

sumber daya yang ada secara efisien. Mengganti energi fosil dengan energi
terbarukan seperti energi air, panasbumi, angin, dan tenaga surya. Sehingga
menciptakan sebuah pemanfaatan energi yang berkelanjutan dan kelestarian
lingkungan dengan menekan tingkat emisi gas buang terutama CO2 (Kristijo
dan Nugroho 2005).
Penggunaan Lahan dan Kepadatan
Lahan merupakan tanah yang sudah ada peruntukannya dan pada
umumnya telah dimilki dan dimanfaatkan oleh perorangan atau lembaga
untuk dapat dimanfaatkan (Jayadinata 1999). Kelas penutupan lahan dibagi
menjadi dua yaitu daerah bervegetasi dan daerah tak bervegetasi. Daerah
bervegetasi diturunkan dari pendekatan konseptual struktur fisiognomi yang
konsisten dari bentuk tumbuhan, bentuk bentuk tutupan, tinggi tumbuhan, dan
distribusi spasialnya. Sedangkan untuk daerah tak bervegetasi pendetailan
kelas mengacu pada aspek permukaan tutupan, distribusi atau kepadatan, dan
ketinggian atau kedalaman objek (Badan Standarisasi Nasional).
Kesalahan dalam pola penggunaan menyebabkan berbagai
permasalahan salah satu diantaranya adalah kepadatan penduduk. Kepadatan
sendiri merupakan suatu keadaan dimana jumlah manusia dalam suatu ruang
telah melebihi kapasitas ruang tersebut (Sarwono 1992). Sebuah kesalahan
yang diawali dari meremehkan penggunaan menyebabkan terjadinya
permasalahan yang beruntun, yang terus terjadi dan merugikan lingkungan
dan manusia. Perlu adanya tindakan tegas dalam penggunaan lahan agar tidak
menyebabkan permasalahan yang berkelanjutan.
Transportasi
Transportasi adalah suatu proses perpindahan sesuatu dari satu tempat
ke tempat lain baik dengan atau tanpa sarana sesuai dengan kemajuan
teknologi. Transportasi tidak terlepas dari sarana dan prasarana jalan, berupa
penerangan jalan umum (PJU), signage, traffic light, dan lain sebagainya.
Kemajuan teknologi yang semakin pesat menyebabkan permasalah baru yaitu
kemacetan dan pencemaran lingkungan. Terjadinya kemacetan lalu lintas
dapat diakibatkan meningkatnya jumlah angkutan umum dengan jaringan
trayek yang tumpang tindih serta jaringan jalan yang terbatas (Setijowarno
dan Frazila 2003).
Sampah
Sampah rumah tangga merupakan sampah yang berasal dari kegiatan
sehari-hari dalam rumah tangga, yang tidak termasuk tinja dan sampah
spesifik. Sampah yang sejenis dengan sampah rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas sosial, fasilitas umum, dan atatau daur ulang energi. Perlu adanya
pengolahan sampah secara khusus untuk menghindari residu yang berbahaya.
Penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan (PSP) adalah kegiatan
merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara, serta

7

memantau dan mengevaluasi penanganan sampah rumah tangga dan sampah
sejenis sampah rumah tangga (Permen PU No 3/PRT/M/2013)
Air
Air merupakan unsur yang tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia
dan semua aspek kehidupan di dunia. Pengembangan sumberdaya air yang
konsisten sangat diperlukan karena menyangkut hidup matinya kehidupan.
Oleh karena itu pengembanan dan pengolahan sumberdaya air merupakan
dasar peradaban manusia (Sunaryo et al 2005). Air bersih merupakan air
yang harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan
kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia meupun makhluk hidup
lainnya.
Sanitasi
Menurut Azwar (tahun tidak diketahui) sanitasi adalah cara
pengawasan masyarakat yang menitikberatkan kepada pengawasan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mungkin mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat. Masyarakat mempunyai hak kewajiban dalam menjaga
lingkungannya agar tercipta sanitasi yang baik. Selain dilihat dari lokasi
tempat tinggal, tingkat kesejahteraan masyarakat kota juga dapat dilihat dari
baik atau tidaknya akses terhadap infrastruktur permukiman berupa air bersih
dan sarana sanitasi lingkungan. Terdapat dua macam sistem pengelolaan air
limbah domestik yaitu diantaranya sanitasi sistem setempat atau sanitasi onsite dan saitasi sistem terpusat atau off-site/sewerage. Sanitasi dengan sistem
on-site merupakan sistem dengan fasilitas pengolahan air limbah berada di
dalam persil atau batas tanah yang dimiliki, seperti seperti tangki septik atau
cubluk, sedangkan sanitasi off-site/sewerage merupakan sanitasi dengan
sistem fasilitas pengolahan air limbah berada di luar persil atau dipisahkan
dengan batas jarak yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air
limbah dari rumah - rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke
IPAL (Kementrian PU (tahun tidak diketahui)).
Udara
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang
mengelilingi bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan
(Fardiaz 1992). Manfaat udara sangat besar dalam kehidupan manusia, di
dalam udara terdapat oksigen untuk bernafas, karbondioksida untuk proses
fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon untuk menahan sinar ultra violet.
Udara yang tercemar mengganggu keberlangsungan organisme hidup di
bumi.
Kebijakan Lingkungan
Lingkungan merupakan aspek mutlak yang harus dijaga bersama. Pola
hidup bersih dan budaya membuang sampah pada tempatnya merupakan ciri
Warga Negara yang baik. Menurut UU No 23 Tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup bahwa lingkungan hidup Indonesia sebagai

8

karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa
Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya
sesuai dengan wawasan nusantara. Keterlibatan masyarakat dan organisasi
non pemerintah dalam mengelola dan mengawasi lingkungan dapat
mempermudah tugas pemerintah dalam menjaga lingkungan (Denig 2011).
Kebahagiaan
Definisi kebahagiaan secara filsafat adalah sebuah kenyamanan dan
kenikmatan spiritual dengan sempurna dan rasa kepuasan, serta tidak adanya
cacat dalam pikiran sehingga merasa tenang dan damai. Kebahagiaan bersifat
abstrak sehingga tidak dapat diraba, dan erat hubungannya dengan kejiwaan
dari yang bersangkutan (Kosasih 2002).
Pendapat lainnya menyatakan bahwa kebahagian digambarkan sebagai
rasa positif terhadap kehidupan, dimana sepenuhnya merupakan bentuk dari
kepemilikan komponen kognitif dan afektif. Aspek kognitif sendiri
merupakan kebahagiaan yang diukur dari suatu evaluasi positif terhadap
kehidupan baik melalui standar atau harapan. Aspek afektif merupakan
kebahagiaan yang terdiri dari apa yang kita sebut sebagai kesejahteraan,
seperti finansial yang baik, rasa puas yang terpenuhi (Veenhoven 2006).

9

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan Penelitian dilakukan di Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur
(Gambar 2). Kota yang merupakan pusat bisnis di Provinsi Jawa Timur ini
telah mengalami kemajuan di bidang pembangunan dan perekonomian.
Penelitian dilakukan selama enam bulan yaitu pada bulan Februari hingga Juli
2014.

Gambar 2 Lokasi penelitian
(Sumber: RTRW 2007)
Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah melihat seberapa “hijau” kota Surabaya
berdasarkan delapan indikator Kota Hijau yang dikembangkan di Indonesia
dan disesuaikan dengan delapan kategori menurut Asian Green City Index.
Sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi serta melihat pengaruh pemerintah
kota, masyarakat, LSM, dan pengembang-pengembang swasta dalam
mewujudkan Kota Hijau di Kota Surabaya.
Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang diperlukan selama penelitian berupa perangkat
hardware dan software. Tabel 1 menunjukan alat dan bahan yang digunakan
dalam penelitian. Data yang dibutuhkan berupa data primer dan sekunder.
Data primer didapatkan dari observasi langsung ke lapang dengan mengamati
potensi dan kendala kota, sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi
terkait penelitian dan studi literatur.

10

Tabel 1 Alat dan bahan
Alat
Kamera
Map
Bahan
Peta RTRW
Bahan Pustaka
Kuisioner

Fungsi
Mengambil gambar
Sebagai pencari lokasi yang akan dituju
Fungsi
Sebagai acuan dalam mengetahui rencana pengembang
ruang Kota Surabaya
Studi literatur
Panduan dalam mengetahui data kualitatif dan
kuantitatif
Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian menggunakan metode survey
lapang. Tujuannya adalah melihat kinerja dari upaya pemerintah kota maupun
pihak swasta dan masyarakat dalam mewujudkan Kota Hijau berdasarkan
Asian Green City Index (AGCI). Tahap yang dilakukan terdiri dari tahap
pengumpulan data atau inventarisasi, analisis dan evaluasi. Berikut
penjelasan dari tahap yang dilakukan.
Inventarisasi
Inventarisasi merupakan tahap awal dari penelitian berupa
pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
observasi langsung ke lapang dengan mengamati potensi dan kendala kota,
sedangkan data sekunder didapatkan dari instansi terkait dan studi literatur
yang disesuaikan dengan topik penelitian. Data pendukung yang diambil
berikutnya berupa wawancara dan kuesioner. Wawancara dimaksudkan
untuk mengetahui kinerja pemerintah dalam menerapkan konsep Kota Hijau
secara tersirat, lalu kuesioner dibutuhkan dalam mengetahui persepsi
masyarakat terhadap kenyamanan tinggal di Kota Surabaya. Data yang
dibutuhkan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Data yang dibutuhkan
Jenis Data
Letak, luas, batas tapak,
hidrologi, iklim, tata guna
lahan, demografi
Index of happiness
masyarakat
Aspek Kuantitatif
Energy and CO2
 Emisi CO2
 Konsumsi energi
Land use and Buildings
 Kepadatan penduduk
 Ketersediaan ruang
terbuka hijau (RTH)

Bentuk Data
Sekunder

Sekunder

Sumber
RTRW Kota
Surabaya, Bappeko,
BLHD
Masyarakat Kota
Surabaya

Cara Pengambilan
Studi pustaka

Kuesioner, studi
pustaka

Sekunder

BLHD, PLN

Studi pustaka

Sekunder

Bappeko, DKP

Studi pustaka

11

Tabel 2 Data yang dibutuhkan (lanjutan)
Jenis Data
Aspek Kuantitatif
Transport
 Kebijakan jaringan
transportasi publik
Waste
 Jumlah sampah yang
dihasilkan
 Jumlah sampah yang
dikumpulkan
Water
 Tingkat konsumsi air
 Tingkat kebocoran
sistem air
Sanitation
 Akses masyarakat
terhadap sanitasi
 Pengelolaan limbah cair
Air Quality
 Tingkat NO2 /hari
 Tingkat SO2 /hari
 Tingkat PM /hari
Aspek Kualitatif
Energy and CO2
 Kebijakan energi bersih
 Rencana untuk
mengatasi perubahan
iklim
Land use and Buildings
 Kebijakan eco buildings
 Kebijakaan penggunaan
lahan
Transport
 Kebijakan menciptakan
angkutan umum
perkotaan
 Kebijakan mengurangi
kemacetan
Waste
 Kebijakan pengumpulan
dan pembuangan dalam
mengurangi dampak
sampah terhadap
lingkungan
 Kebijakan 3R
Water
 Kebijakan meningkatkan
kualitas air
 Kebijakan mengelola
sumberdaya air secara
efisien

Bentuk Data

Sumber

Cara Pengambilan

Sekunder

Bappeko,
Dishub

Studi pustaka

Sekunder

Bappeko, DKP,
BLHD

Studi pustaka

Sekunder

PDAM, BLHD

Studi pustaka

Sekunder

BLHD, DKP,
Bappeko

Studi pustaka

Sekunder

BLHD

Studi pustaka

Primer,
Sekunder

BLHD,PLN,
RTRW

Survei, Wawancara,
studi pustaka

Primer,
Sekunder

Bappeko, BLHD,
DKP, DCK

Survei, wawancara,
studi pustaka

Sekunder

Bappeko, Dishub

Wawancara,
survey, Studi
pustaka

Sekunder

Bappeko, DKP,
BLHD

Wawancara,
survey, Studi
pustaka

Sekunder

PDAM, BLHD,
Bappeko

Survey, wawancara,
Studi pustaka

12

Tabel 2 Data yang dibutuhkan (lanjutan)
Jenis Data
Aspek Kualitatif
Sanitation
 Kebijakan sanitasi

Bentuk Data

Sumber

Cara Pengambilan

Sekunder

BLHD, DKP,
Bappeko

Survey, wawancara,
Studi pustaka

 Air Quality
 Kebijakan kebersihan
udara

Sekunder

BLHD,
Bappeko, DKP

Wawancara, survey,
Studi pustaka

Environmental Governance
 Pengelolaan lingkungan
 Pengawasan lingkungan
 Partisipasi masyarakat

Primer,
Sekunder

Bappeko, DKP

Survei, Wawancara,
studi pustaka

Index of Happiness masyarakat diperoleh dari kuesioner. Konsep
yang digunakan mengacu pada konsep Slovin, yaitu konsep yang digunakan
dalam menentukan ukuran sampel jika penelitian bertujuan menduga proporsi
populasi. Berikut perhitungan dalam menentukan jumlah responden di Kota
Surabaya dengan menggunakan rumus slovin.
N
n=
+ N. d2
Keterangan;
n
: Ukuran sampel
N
: Populasi penduduk
d
: nilai presisi (dipakai 95% dengan α = 0.1)
Galat pendugaan yang ditetapkan dalam menentukan sampel
kuesioner di Kota surabaya adalah 10%, dengan populasi yang dimiliki Kota
Surabaya sebesar 2 819 095 didapatkan perhitungan sebagai berikut,
n=

+

x .

2

=

. =

Penentuan proporsi jumlah responden di seluruh wilayah Kota
Surabaya dilihat berdasarkan jumlah penduduk yang tersebar disetiap
kecamatan. Pemberian kuesioner diberikan keseluruh lapisan masyarakat,
sehingga penilaian dinilai dari semua kalangan. Berikut Tabel 3 yang
menerangkan jumlah persebaran penduduk berdasarkan jumlah kecamatan.
Tabel 3 Proporsi jumlah responden
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Kecamatan
Karang Pilang
Wonocolo
Rungkut
Wonokromo
Tegalsari
Sawahan
Genteng
Gubeng
Tambak Sari

Jumlah Penduduka
76 624
83 952
106 693
191 970
115 739
229 006
68 191
153 741
241 237

Jumlah Respondenb
2.46 = 3
2.70 = 3
3.43 = 3
6.18 = 6
3.72 = 4
7.37 = 7
2.19 = 2
4.95 = 5
7.77 = 8

13

Tabel 3 Proporsi jumlah responden (lanjutan)
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
Total

Simokerto
Pabean Cantian
Bubutan
Tandes
Krembangan
Semampir
Kenjeran
Lakar Santri
Benowo
Wiyung
Dukuh Pakis
Tenggilis Mejoyo
Gunung Anyar
Mulyorejo
Sukomenanggal
Asemrowo
Bulak
Pakal
Sambi Kerep
Sukolilo
Jembangan
Gayungan

106 282
92 349
114 655
97 124
128 632
204 615
149 993
55 325
53 942
68 181
62 791
56 757
53 096
87 442
104 564
45 065
41 402
47 639
59 348
110 372
49 028
48 832
2 819 095c

3.42 = 3
2.97 = 3
3.69 = 4
3.12 = 3
4.14 = 4
6.59 = 7
4.48 = 5
1.78 = 2
1.73 = 1
2.19 = 2
2.02 = 2
1.82 = 1
1.71 = 1
2.81 = 2
3.36 = 3
1.45 = 2
1.33 = 1
1.53 = 1
1.91 = 1
3.55 = 4
1.57 = 2
1.57 = 2
100n

*b = (a/c)*n
Analisis
Tahapan analisis dilakukan terhadap kedua aspek Asian Green City
Index yaitu aspek kuantitatif dan analisis kualitatif. Berikut akan dijelaskan
tahapan pada masing-masing analisis,
1. Aspek Kuantitatif
Analisis terhadap aspek kuantitatif menggunakan teknik normalisasi
dengan menghitung hasil data dan baku mutu yang diperoleh dengan
menggunakan rumus zero-max approximation / min-max approximation lalu
dikalikan dengan bobot AGCI yang disesuaikan dari masing-masing
indikator. Setiap perhitungan digunakan baku mutu yang telah ditetapkan,
adapun baku mutu tertuang dalam Tabel 4. Perhitungan terhadap aspek
kuantitatif dapat dilihat pada rumus berikut,
1. Data dengan ketentuan memiliki bobot yang semakin rendah atau
semakin buruk jika mendekati baku mutu
Bobot % = ( −

Nilai yang diperoleh
) x bobot AGCI
baku mutu

2. Data dengan ketentuan memiliki bobot semakin tinggi atau semakin hijau
jika mendekati baku mutu
Nilai yang diperoleh
Bobot % = (
) x bobot AGCI
baku mutu

14

3. Data yang memiliki nilai minimal-maksimal dan memiliki bobot
semakin tinggi atau semakin hijau jika mendekati baku mutu
Bobot % = (

Nilai yang diperoleh − baku mutu minimal
) x bobot AGCI
baku mutu maksimai − baku mutu minimal

4. Data yang memiliki nilai minimal-maksimal dan memiliki bobot
semakin rendah atau semakin buruk jika mendekati baku mutu
Bobot % = ( −

Nilai diperoleh − baku mutu minimal
) x bobot AGCI
baku mutu maks − baku mutu minimal

Tabel 4 Baku mutu tiap indikator pada aspek kuantitatif
Kategori
Energy & CO2

Indikator
Emisi CO2

Baku Mutu
≤ 2 260 632 280 Ton
CO2a)
Konsumsi energi
≤ 900 KwH/orang(b)
Kepadatan penduduk
≤ 10000 org/Km2(c)
Jumlah ruang terbuka hijau ≥ 30%(d)
(RTH)
Panjang jaringan angkutan
≥ 0.30 km/km2(c)
umum perkotaan
Jumlah sampah dihasilkan
≤ 3075.11m3/hari(e)
Jumlah sampah terkumpul
≥ 70%(f)
Tingkat konsumsi Air
≤ 60-126.9 lt/org/hri(g)
Tingkat kebocoran sistem air ≤ 45%(c)
Akses terhadap sanitasi
≥ 20% - 100%(c)
Pengelolaan limbah cair
≥ 10% - 100%(c)
Tingkat NO2/hari
≤ 150 μg / Nm3/hari(h)
Tingkat SO2/hari
≤ 365 μg / Nm3/hari(h)
Tingkat PM10/hari
≤ 150 μg / Nm3/hari(h)

Land use and
Buildings
Transport
Waste
Water
Sanitation
Air Quality

Sumber: (a)Mentri ESDM 2013 dan hasil perhitungan, (b) Mentri ESDM 2013, (c)AGCI,
26/2007, (e) SNI 19-3964-1994, (f) Permen PU No. 14/2010, (g)Standar PU (h) PP No. 41/1999

(d)UU

No.

Sebagai contoh sebuah Kota X mengkonsumsi air P liter/org/hari
dengan asumsi semakin tinggi tingkat konsumsinya maka semakin buruk,
sedangkan standar kebutuhan pokok air minum minimum yang ditetapkan
adalah A liter/org/hari dan standar kebutuhan pokok air minum maksimal
adalah B liter/org/hari. Sehingga baku mutu minimum A liter/org/hari diberi
bobot 0% atau 0 dan maksimum B liter/org/hari diberi bobot 100% atau 1.
Rentang antara nilai tersebut adalah Q berupa hasil dari selisih kedua nilai
tersebut. Berikut contoh perhitungannya,
Bobot % = ( −

Nilai diperoleh − baku mutu minimal
) x bobot AGCI
baku mutu maks − baku mutu minimal

Bobot % = ( −

P−A
) x bobot AGCI = Y
B−A

15

Asian Green City Index (AGCI) memiliki bobot untuk konsumsi air
sebesar 25%. Hasil yang diperoleh dari perhitungan diatas lalu dikalikan
dengan bobot AGCI 25% dan didapatkan hasil Y untuk tingkat konsumsi air
di Kota X. Jika dalam suatu kasus perhitungan didapatkan bobot nilai yang
melebihi bobot Asian Green City Index dan bobot nilai yang memiliki nilai
negatif maka dilakukan pembobotan nilai untuk nilai maksimum sebesar 25%
sedangkan untuk bobot nilai negatif akan diberikan nilai 0%.
1. Aspek Kualitatif
Analisis terhadap aspek kualitatif menggunakan analisis deskriptif dan
perhitungan pembobotan kinerja. Kinerja dinilai dari upaya pemerintah, pihak
swasta maupun masyarakat dalam menerapkan konsep Kota Hijau,
perhitungan tersebut menggunakan perhitungan skoring. Adapun rumusan
skoring sebagai berikut,
0 = ada rencana, belum ada penerapan
1 = ada aturan, belum diterapkan/belum ada aturan, sudah diterapkan
2 = ada aturan, penerapan ≤50%
3 = ada aturan, penerapan >50%
Penentuan terhadap skor dengan nilai penerapan ≤50% dan >50%
dihitung dengan melihat tingkat kualitas penerapan atau upaya yang telah
dilakukan dan menyesuikannya dengan kriteria masig-masing upaya. Kriteria
tersebut dapat dilihat dalam lampiran 3. Setelah skoring dilakukan, tahap
selanjutnya adalah menghitung bobot tiap indikator yang telah ditentukan.
Perhitungan dilakukan dengan mengalikan hasil skoring dengan persentase
bobot berdasarkan Asian Green City Index. Perhitungan skoring dapat dilihat
sebagai berikut,
total skor
Bobot nilai % = (
) x bobot AGCI
skor tertinggi

Evaluasi
Tahap evaluasi mencantumkan tabel yang berisikan hasil dari
pembobotan tiap indikator, yang bertujuan untuk mengetahui posisi Kota
Surabaya dalam menerapkan konsep Kota Hijau.
Tabel 5 Asian Green City Index
Kategori
Energy & CO2

Land use and
Buildings

Indikator
Emisi CO2
Konsumsi Energi
Kebijakan energi bersih
Kebijakan mengatasi
perubahan iklim
Kepadatan penduduk
Jumlah ruang terbuka hijau
(RTH)
Kebijakan eco buildings
Kebijakan penggunaan lahan

Tipe data
Bobot P*
Kuantitatif 25% 1
Kuantitatif 25% 1
Kualitatif
25% S
Kualitatif
25% S
Kuantitatif
Kuantitatif

25%
25%

1
2

Kualitatif
Kualitatif

25%
25%

S
S

16

Tabel 5 Asian Green City Index (lanjutan)
Kategori
Transport

Waste

Water

Sanitation

Air Quality

Environmental
Governance

Indikator
Panjang jaringan angkutan umum
perkotaan
Kebijakan menciptakan angkutan
umum perkotaan
Kebijakan mengurangi
kemacetan
Jumlah sampah dihasilkan
Jumlah sampah dikumpulkan
Kebijakan pengumpulan dan
pembuangan dalam mengurangi
dalam sampah terhadap
lingkungan
Kebijakan 3R
Tingkat konsumsi air
Tingkat kebocoran sistem air
Kebijakan meningkatkan kualitas
air
Kebijakan mengelola air secara
efisien
Akses masyarakat terhadap
sanitasi
Pengelolaan limbah cair
Kebijakan sanitasi
Tingkat NO2/hari
Tingkat SO2/hari
Tingkat PM10/hari
Kebijakan udara bersih
Pengelolaan lingkungan
Pengawasan lingkungan
Partisipasi masyarakat

Tipe data
Bobot P*
Kuantitatif 33%
2
Kualitatif

33%

S

Kualitatif

33%

S

Kuantitatif 25%
Kuantitatif 25%
Kualitatif 25%

1
2
S

Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif

25%
25%
25%
25%

S
4
1
S

Kualitatif

25%

S

Kuantitatif 33%

3

Kuantitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif

3
S
1
1
1
1
S
S
S

33%
33%
25%
25%
25%
25%
33%
33%
33%

Keterangan: P = Perhitungan/rumus yang digunakan dalam pembobotan
(lihat rumus halaman 13 poin 1,2,3,4)
S = Teknik skoring

Tabel 6 menunjukan sebuah tabel performa yang terdiri atas lima
kriteria yaitu sangat dibawah rata-rata, dibawah rata-rata, rata-rata, diatas
rata-rata, sangat diatas rata-rata. Dalam tahap ini, pengukuran Index of
Happiness masyarakat juga dimasukan, yang berfungsi sebagai data
pendukung terhadap penerapan konsep Kota Hijau di Kota Surabaya.
Pada tabel performa (Tabel 6) dijelaskan bahwa kolom yang berisikan
titik yang berwarna hitam menunjukan sebuah posisi kota dalam Kota Hijau
berdasarkan delapan kategori. Kinerja kota diperoleh berdasarkan
pembobotan pada setiap indikator.

17

Tabel 6 Contoh performa kota
Kategori

Sangat
dibawah
Rata-Rata
0-20%

Di bawah
Rata-rata

Ratarata

20-40%

40-60%

Di atas
ratarata
60-80%

Sangat
diatas
rata-rata
80-100%

Energy & CO2
Land use and
Buildings
Transport
Waste
Water
Sanitation
Air Quality
Environmental
Governance
Hasil Keseluruhan

Tahap ini menjelaskan tentang pengukuran Index of Happiness
masyarakat Kota Surabaya. Penilaian dilakukan secara langsung oleh 100
responden dari 31 kecamatan dengan cara mengisi kuesioner yang berisikan
pernyataan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut diantaranya adalah aspek
infrastruktur dan utilitas yang didalamnya berisi pernyataan tentang
infrastruktur serta utilitas kota seperti energi listrik, air dan telekomunikasi
namun komponen yang dituangkan adalah listrik dan air dikarenakan sesuai
dengan konten penelitian. Lalu aspek lingkungan, aspek transportasi dan
fisik. Aspek fisik terdapat konten berupa tata kota dan ruang terbuka hijau
(RTH).
Skala Likert digunakan untuk melihat persepsi masyarakat dengan
ketentuan 1-3 yaitu 1 tidak setuju, 2 kurang setuju, 3 setuju. 20 pertanyaan
dituangkan dalam kuesioner sehingga diperoleh nilai minimumnya yaitu 20
dan maksimum 60. Interval kelas didapatkan dari perhitungan sebagai
berikut,
Nilai maksimum-Nilai minimum
=
Jumlah skala
60-20
=
3
=13.33
Tingkat kebahagiaan diukur dari kualitas aspek dalam memberi
kenyaman. Berikut tingkatan/skala dalam penilaian Index of Happiness atau
tingkat kebahagiaan masyarakat,
1. Kurang bahagia (rendah) = 20.0-33.3
2. Bahagia (sedang)
= 33.4-46.7
3. Sangat bahagia (tinggi)
= 46.8-60.0
Green initiatives merupakan sebuah rekomendasi dari hasil evaluasi
dan dikorelasikan dengan Index of Happiness dalam bentuk perencanaan dan
perancangan yang disesuaikan dengan 8 kategori Asian Green City Index.

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Wilayah Kota Surabaya
Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta dan
merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Timur. Secara Geografis Kota
Surabaya berada diantara 7° 9’–7° 21’Lintang Selatan dan 112° 36’ – 112°
57’ Bujur Timur dengan ketinggian permukaan 0-20 mdpl. Kota Surabaya
memiliki luas 330.48 km2, terdiri atas 31 Kecamatan, 160 Kelurahan dan desa.
Secara administrasi Kota Surabaya memiliki batas daerah yaitu sebelah utara
berbatasan dengan Madura, Sebelah Selatan berbatasan dengan Sidoarjo ,
sebelah Barat berbatasan dengan Gresik, Sebelah Timur berbatasan dengan
Madura.
Kondisi Fisik dan Lingkungan
Topografi
Secara umum kondisi topografi Kota Surabaya memiliki ketinggian
permukaan tanah 0-20 mdpl, namun sebagian besar ketinggiannya 0-10 meter
(80,72%) di wilayah utara, selatan, timur, dan pusat kota sedangkan untuk
wilayah barat memiliki ketinggian 10-20 meter terutama di daerah Pakal,
Lakarsantri, Sambikerep, dan Tandes. Daerah pantai pada umumnya
memiliki ketinggian berkisar 1-3 mdpl. Perairan Kota Surabaya bukan berada
di jalur sesar aktif atau berhadapan langsung dengan samudera sehingga
relatif aman dari bencana alam.
Hidrologi
Kota Surabaya dilalui oleh daerah aliran sungai (DAS) Kali Brantas
yang memiliki dua cabang aliran utama yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong,
dan terdapat juga salah satu anak sungai Kali Brantas di sepanjang Jl. Jagir
Wonokromo yaitu Kali Jagir. Kali Surabaya terpecah menjadi dua anak
sungai yaitu Kali Mas dan Kali Wonokromo, yang berada di Kecamatan
Wonokromo. Kualitas air Kali Mas tidak mencapai tingkat c, sehingga
kualitas air tersebut paling buruk. Buruknya kualitas diakibatkan pencemaran
dari buangan rumah tangga, pasar, saluran drainase, dan kegiatan diluar non
rumah tangga (Laboratorium Perum Jasa Tirta). Sedangkan kualitas Kali
Surabaya dan Kali Jagir cukup baik sehingga digunakan sebagai sumber air
bersih oleh perusahaan daerah air minum (PDAM).
Iklim
Kota Surabaya berada di selatan garis khatulistiwa sehingga
menyebabkan perbedaan yang signifikan pada musim kemarau dan musim
penghujan. Musim kemarau berlangsung diantara bulan Mei dan Oktober,
sedangkan untuk musim penghujan berlangsung diantara November sampai
April. Bulan November hingga Februari terjadi curah hujan tinggi yang
diakibatkan musim angin dari utara lalu pada musim kemarau angin pasat dari
tenggara membawa udara yang lebih dingin dari Australia. Suhu rata-rata

19

Kota Surabaya diantara 21°C di bulan Agustus hingga mencapai 34°C di
bulan April. Kelembaban pada musim hujan rata-rata pada tiap bulannya
mencapai 80% dan turun menjadi 60% pada musim kemarau. Data iklim
berupa curah hujan tahunan rata-rata di Stasiun Hujan Perak dari tahun 19551998 berkisar 1560 mm, dengan 90% terjadi pada musim hujan. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu berkisar lebih dari 300 mm,
sementara terendah pada bulan agustus yaitu sebesar 23 mm.
Demografi
Kota besar tidak terlepas dari kepadatan penduduk yang dimiliki.
Sebagai kota besar Kota Surabaya memiliki penduduk sebanyak 2 819 095
jiwa pada tahun 2014. Luas wilayah Kota Surabaya adalah 316.36 km2, maka
kepadatan penduduk Kota Surabaya pada tahun 2014 adalah sebesar 8911
org/km2.
Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin secara umum
menunjukan bahwa jumlah penduduk Kota Surabaya dengan jenis kelamin
laki-laki mendominasi jumlah penduduk perempuan dari tahun ke tahun.
Jumlah penduduk laki-laki di Kota Surabaya pada tahun 2012 sebesar 1 021
770 jiwa dengan sex ratio rata-rata sebesar 101.26, sedangkan jumlah
penduduk perempuan di Kota Surabaya tahun 2012 sebesar 1 014 276 jiwa
dengan sex ratio rata-rata sebesar 98.8.
Kota Surabaya terdiri dari 31 kecamatan. Kecamatan dengan luas
wilayah terbesar adalah Kecamatan Benowo dengan luas 26.78 Km2, namun
kepadatan penduduknya tergolong paling rendah yaitu 2014 jiwa/ km2,
sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu sebesar 2.89 km2
adalah Kecamatan Simokerto dengan kepadatan penduduk paling tinggi yaitu
sebesar 41 036 jiwa/km2. Pemerintah terus berupaya dalam menekan arus
pertumbuhan penduduk hingga 1% sampai tahun 2015 dengan pengendalian
pada jumlah kelahiran dan arus urbanisasi pada setiap daerah.
Sosial dan Budaya Masyarakat
Berdasarkan jenis agama, mayoritas penduduk Kota Surabaya
beragama Islam dengan presentasi sebesar 84.79%, selanjutnya penduduk
beragama Kristen 9.82%, Katolik sebesar 4.21%, Hindu sebesar 0.33%,
Budha sebesar 1.76%, dan lainnya 0.01 %. Budaya Kota Surabaya merupakan
budaya Jawa Timur dengan bahasa utamanya adalah bahasa Jawa
Suroboyoan, namun masyarakat kota dominan menggunakan bahasa Ngoko
atau Kromo Madya. Beragam etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu,
Cina, India, Arab, dan Eropa. Etnis-etnis dar