Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau Di Kota Bukittinggi

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA BUKITTINGGI

ANNISA BURMAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Penerapan
Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Annisa Burman
NIM A44100024

ABSTRAK
ANNISA BURMAN. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi.
Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.
Kota Bukittinggi sebagai kota wisata dan pusat perdagangan dan jasa menjadikan
kota ini sebagai kota yang banyak dituju serta menjadi tempat tinggal. Meningkatnya
urbanisasi menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas kota sehingga
terjadi penurunan kualitas lingkungan dari waktu kewaktu. Dalam menguranginya,
diperlukan suatu konsep kota yang berkelanjutan yaitu konsep kota hijau. saat ini kota
Bukittinggi sedang menerapkan konsep kota hijau. penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi sehingga dapat diketahui
kinerja Kota Bukittinggi dalam menerapkan konsep kota hijau. Metode yang digunakan
dalam penelitian mengacu kepada Asian Green City Index dengan mengidentifikasi dan
menganalisis kondisi umum dan upaya kota dalam menerapkan konsep kota hijau
berdasarkan delapan kategori Asian Green City Index. Untuk mengetahui preferensi
masyarakat, dilakukan perhitungan Index of Happiness masyarakat Kota Bukittinggi. Hasil

dari evaluasi diketahui bahwa kinerja Kota Bukittinggi dalam penerapan konsep kota hijau
berada pada tingkatan rata-rata dengan tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Bukittinggi
54.84 pada skala 20-60 dengan preferensi masyarakat terkait penerapan konsep kota hijau
di Kota Bukittinggi 91% bahagia, 9 % kurang bahagia, dan 0% tidak bahagia .
Kata kunci: asian green city index, index of happiness, konsep kota hijau, Kota Bukittinggi,
urbanisasi

ABSTRACT
ANNISA BURMAN. Evalution of Implementation Green City Concept in Bukittinggi City.
Supervised by ALINDA FM ZAIN.
Bukittinggi as a popular tourism destination and business center attract is citizens
from other cities and districts to come. The growing population caused by the migration
and urbanization led to the increase of activity level in this city thus causing environmental
degradation from time to time. To reduce the rate of degradation, currently Government of
Bukittinggi is implementing green city concept. It is a concept of sustainable development
based city by focusing on water and energy efficiency, waste reduction, integrated
transportation system, environmental health promotion, and synergizing man-made and
natural environment which involves environment-oriented programs and regulations. The
objective of this research is to evaluate the implementation of green city concept in
Bukittinggi. The evaluation was carried on by identifying and analyzing the general

conditions and the city’s efforts in applying the green city concept based on eight categories
of Asian Green City index. Index of Happiness was also measured as an indicator of quality
of life of the citizens in psychological terms. The result shows that the application of the
green city concept in Bukittinggi city is at average level with index of happiness 54.84 on
scale 20-60 and preferens of society wich taken from 100 respondent for happy, less happy,
and unhappy are 91%, 9%, and 0% respectively.
Key words: asian green city index, Bukittinggi city, green city concept, index of happiness,
urbanization

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA BUKITTINGGI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ANNISA2014
BURMAN

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala yang
telah memberikan nikmat ilmu, rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga
penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2010 ini ialah Konsep Kota Hijau, dengan judul
“Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr Ir Alinda FM Zain, MSi
selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Ir Setia Hadi, MSi selaku pembimbing
akademik yang telah memberikan banyak bimbingan, dukungan dan masukan
kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. Disamping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Dinas Kota Bukittinggi yang telah memberikan izin penulis
untuk mengambil data penelitian. Ucapan terimakasih penghargaan juga penulis
sampaikan kepada orangtua tercinta Bapak Burman dan Ibu Deswita atas semua
kasih sayang, doa terbaik, dan motivasi yang tidak akan pernah bisa terbalas serta
kepada Kakak tersayang Asy Syifa Burman atas do’a dan motivasi yang diberikan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kerabat cendrawasih, sahabat dan
teman-teman Arsitektur Lanskap (Arl) angkatan 47, serta seluruh pihak yang telah
memberikan doa, bantuan serta dukungannya.
Demikian skripsi penelitian ini dibuat, semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi pihak Pemerintah Kota Bukittinggi dan pihak lainnya yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2014

Annisa Burman

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI


x

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xiii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pikir Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

4

Urbanisasi dan Urban Ecology


4

Kota dan Tata Ruang Kota

4

Kota Hijau

5

Asian Green City Index

6

Energi dan Emisi CO2

7

Penggunaan Lahan


7

Transportasi

7

Sampah

8

Air

9

Sanitasi dan Air Limbah

10

Kualitas Udara


10

Tata Kelola Lingkungan

11

Indeks Kebahagiaan

11

METODE

12

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

12

Alat dan Bahan


12

Batasan Penelitian

12

Metode Penelitian

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

20

Profil Wilayah Kota Bukittinggi

20

Kondisi Fisik dan Lingkungan

20

Inventarisasi

24

Analisis

26

Energy & CO2

26

Land Use and Buildings

31

Transport

34

Waste

37

Water

42

Sanitation

46

Air Quality

49

Environmental Governance

50

Evaluasi

54

Energy & CO2

54

Land Use and Buildings

54

Transport

55

Waste

56

Water

56

Sanitation

57

Air Quality

57

Environmental Governance

57

Kinerja Kota

58

Index of Happiness

59

Green Initiative

60

SIMPULAN DAN SARAN

65

Simpulan

65

Saran

65

DAFTAR PUSTAKA

66

LAMPIRAN

68

RIWAYAT HIDUP

82

DAFTAR TABEL
1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian
2 Data yang diambil untuk kategori Asian Green City Index
3 Jumlah sampel per kecamatan
4 Baku mutu untuk menganalisis aspek kuantitatif
5 Bobot nilai Asian Green City Index
6 Contoh tabel performa kota
7 Luas wilayah kota bukittinggi per kecamatan tahun 2012
8 Kemiringan lahan wilayah Kota Bukittinggi per kecamatan
9 Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota Bukittinggi
10 Luas penggunaan lahan Kota Bukittinggi
11 Data aspek kuantitatif yang diperoleh
12 Data aspek kualitatif yang diperoleh
13 Jumlah konsumsi listrik berdasarkan golongan langganan
14 Analisis indikator kebijakan clean energy
15 Realisasi kegiatan penghijauan Kota Bukittinggi tahun 2010
16 Realisasi kegiatan penghijauan Kota Bukittinggi tahun 2011
17 Realisasi kegiatan penghijauan Kota Bukittinggi tahun 2013
18 Analisis indikator kebijakan mengurangi perubahan iklim
19 Jumlah ruang terbuka hijau di Kota Bukittinggi
20 Analisis indikator kebijakan mengenai eco buildings
21 Analisis indikator kebijakan penggunaan lahan
22 Analisis indikator kebijakan transportasi massa perkotaan
23 Analisis indikator kebijakan mengurangi kemacetan
24 Analisis indikator kebijakan pengumpulan sampah
25 Analisis indikator kebijakan daur ulang sampah
26 Analisis indikator kebijakan mengenai kualitas air
27 Pembangunan bak dan sumur resapan Kota
28 Jumlah sumur resapan di Kota Bukittinggi tahun 2012
29 Analisis indikator kebijakan mengenai keberlanjutan air
30 Jumlah kepemilikian jamban di Kota Bukittinggi
31 Analisis indikator kebijakan mengenai sanitasi
32 Analisis indikator kebijakan mengenai kualitas udara
33 Produk hukum bidang pengelolaan lingkungan
34 Analisis indikator pengelolaan lingkungan
35 Jumlah izin lingkungan di Kota Bukittinggi
36 Analisis indikator pengawasan lingkungan
37 Komunitas lingkungan Kota Bukittinggi
38 Analisis indikator partisipasi publik
39 Evaluasi kategori Energy & CO2
40 Evaluasi kategori Land Use and Buildings
41 Evaluasi kategori Transport
42 Evaluasi kategori Waste
43 Evaluasi kategori Water
44 Evaluasi kategori Sanitation
45 Evaluasi kategori Air Quality
46 Evaluasi kategori Environmental Governance

13
14
15
16
17
19
20
21
22
23
24
25
27
29
29
30
30
31
31
33
34
36
37
40
42
43
44
45
46
46
49
50
50
51
52
53
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58

47 Bobot nilai performa Kota Bukittinggi
48 Tabel performa Kota Bukittinggi

58
59

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Segitiga keberlanjutan tiga konflik tujuan perencanaan
3 Lokasi penelitian
4 Lampu solar energy di Jalan By-Pass Kota Bukittinggi
5 Lajur sepeda di Kota Bukittinggi
6 Penghijauan pada turus jalan di Kota Bukittinggi,
7 Kebun bibit Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bukittinggi
8 Ruang terbuka hijau Kota Bukittinggi
9 Kepadatan wisatawan di area Jam Gadang Bukittinggi
10 Lokasi RTH baru
11 Moda angkutan umum perkotaan Kota Bukittinggi
12 Bus pariwisata Kota Bukittinggi
13 Pembangunan jalan layang di Kota Bukittinggi
14 Gedung parkir Kota Bukittinggi
15 Sistem pelayanan persampahan Kota Bukittinggi
16 Beberapa fasilitas pengelolaan persampahan
17 Kegiatan sosialisasi bank sampah
18 Kegiatan komposting
19 Produk daur ulang sampah
20 Sumur resapan yang terdapat di SMPN 6 Bukittinggi
21 Saluran drainase tempat pembuangan limbah domestik
22 Pie chart Index of Happiness
23 Contoh taman ketetanggaan
24 Urban agriculture di New York
25 Contoh prak and ride di New York
26 Contoh filter penjernih air
27 Beberapa tanaman penyerap polutan di air
28 Contoh pengolahan air limbah dengan tanaman
29 Tanaman hias penyerap polusi udara

3
6
12
28
29
30
30
31
32
33
35
35
37
37
39
39
39
41
41
44
47
59
61
61
62
63
63
64
64

DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Index of Happiness
2 Batasan skoring kualitatif

68
74

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia berpengaruh kepada
kualitas lingkungannya. Begitu pula dengan kota-kota di Indonesia salah satunya
Kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi dikenal sebagai kota pariwisata dan sebagai
pusat perdagangan dan jasa. Selain itu, Kota Bukittinggi juga dikenal sebagai kota
yang bersejarah di Indonesia. Keindahan alam dan nilai sejarah Kota Bukittinggi
yang tinggi memberikan nilai tambah bagi kota ini. Keadaan tersebut menjadikan
Kota Bukittinggi sebagai destinasi wisata bagi masyarakat yang tinggal di daerah
luar Kota Bukittinggi. Semakin meningkatnya pertumbuhan wisata Kota
Bukittinggi serta perdagangannya, menyebabkan semakin meningkat pula lapangan
pekerjaan di Kota Bukittinggi. Banyak masyarakat dari luar Kota Bukittinggi
memilih untuk bermukim di Kota Bukittinggi sehingga semakin meningkatnya
urbanisasi di Kota Bukittinggi.
Urbanisasi yang semakin meningkat di Kota Bukittinggi menyebabkan
meningkatnya kepadatan penduduk, dan semakin pesatnya pembangunan di Kota
Bukittinggi sehingga menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan perkotaan.
Permasalahan lingkungan perkotaan yang ada perlu ditanggulangi dengan
menerapkan sebuah konsep kota yang ekologis dan berkelanjutan. Kota yang
ekologis disebut juga dengan urban ecological concept. Urban ecological concept
merupakan konsep kota yang ekologi dan ramah lingkungan dengan
memperhatikan hubungan organisme hidup satu sama lain dan lingkungannya
dalam konteks lingkungan perkotaan. Metafora dari konsep kota yang ekologi
adalah konsep kota hijau.
Konsep kota hijau adalah salah satu konsep kota yang ekologis dan
berkelanjutan yang dikenal saat ini. Konsep kota hijau merupakan suatu konsep
kota yang ramah lingkungan dalam pengefektifan dan efisiensi sumberdaya air dan
energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin
adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mengsinergikan lingkungan alami dan
buatan yang mengacu pada perencanaan dan perancangan kota dan berpihak kepada
prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (Kementrian Pekerjaan Umum,
2011). Sebuah penelitian mengenai kota hijau yang dilakukan oleh Economist
Intelligence Unit (EIU) di Asia mengemukakan 8 (delapan) kategori dan beberapa
indikator kota hijau. Kedelapan kategori ini disebut Asian Green City Index yang
terdiri dari Energy & CO2, Land Use and Buildings, Transport, Waste, Water,
Sanitation, Air Quality, dan Environmental Governance.
Penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi yang dilakukan sejak tahun
2010 perlu dievaluasi sehingga diketahui tingkat kinerja Kota Bukittinggi dalam
menerapkan konsep kota hijau dan selanjutnya dapat dirumuskan green initiative
untuk Kota Bukittinggi. Baik atau buruknya kinerja suatu kota juga dipengaruhi
oleh aspek sosial masyarakat kota itu sendiri. Kota yang memiliki lingkungan yang
bersih dan nyaman memberikan kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat kotanya.
Semakin tinggi kinerja kota dan semakin baik lingkungan kota berpengaruh kepada
tingkat kebahagiaan masyarakat kota. Kebahagiaan menurut World Happines
Report (2013) dapat diartikan sebagai sebuah emosi manusia dan sebagai evaluasi

2
suatu kinerja. Sehingga, dalam evaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota
Bukittinggi perlu dilakukan pengukuran indeks kebahagiaan atau Index of
Happiness masyarakat Kota Bukittinggi. Hal ini dapat memberikan penilaian
terhadap bagaimana hasil evaluasi dari penerapan konsep kota hijau di Kota
Bukittinggi dari aspek sosial masyarakat.
Perumusan Masalah
Berdasrkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. bagaimana perkembangan penataan Kota Bukittinggi saat ini, dan
2. seberapa jauh kinerja Kota Bukittinggi dalam menerapkan konsep kota hijau
dalam penataan dan pembangunan kotanya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. mengidentifikasi kondisi umum dan upaya Kota Bukittinggi dalam menerapkan
konsep kota hijau berdasarkan 8 (delapan) kategori Asian Green City Index,
2. menganalisis kondisi umum dan upaya Kota Bukittinggi dalam menerapkan
konsep kota hijau berdasarkan 8 (delapan) kategori Asian Green City Index,
3. mengukur indeks kebahagiaan masyarakat (Index of Happiness) Kota
Bukittinggi terkait penerapan konsep kota hijau, dan
4. mengevaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman baru bagi peneliti. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi perencanaan dan pengembangan pembangunan daerah
setempat. Diharapkan dengan menggunakan konsep ini perkembangan kota
selanjutnya dapat lebih berorientasi pada lingkungan.
Ruang Lingkup Panalitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis
kinerja Kota Bukittinggi berdasarkan Asian Green City Index serta usaha kota
dalam meningkatkan kualitas lingkungan kotanya menuju kota yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi
berdasarkan kategori Asian Green City Index yang terdiri dari aspek kuantitatif dan
aspek kualitatif. Pengukuran indeks kebahagiaan masyrakat Kota Bukittinggi
digunakan untuk mendukung hasil evaluasi.
Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada penerapan konsep kota hijau di Kota
Bukittinggi. Pengidentifikasian kondisi umum dan upaya-upaya Kota Bukittinggi
dalam menerapkan konsep kota hijau didasarkan kepada 8 (delapan) kategori Asian
Green City Index. Kedelapan kategori Asian Green City Index adalah Energy &

3
CO2, Land Use and Buildings, Trasport, Waste, Water, Sanitation, Air Quality, dan
Environmental Governance. Masing-masing kategori memiliki indikator yang
terbagi menjadi aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Analisis yang dilakukan
adalah analisis pada aspek kuantitatif dan analisis pada aspek kualitatif.
Analisis yang dilakukan akan menghasilkan evaluasi penerapan konsep kota
hijau di Kota Bukittinggi yang nantinya akan disusun menjadi tabel performa kota.
Evaluasi dilakukan dengan menilai sudah berada pada tingkat manakah penerapan
konsep kota hijau di Kota Bukittinggi dengan mengacu kepada Asian Green City
Index. Dalam mendukung hasil evaluasi yang diperoleh dilakukan penilaian kinerja
kota dengan melihat aspek sosial yaitu Index of Happiness masyarakat. Index of
Happiness masyarakat tidak hanya mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat saja
tetapi juga persepsi masyarakat terkait penerapan konsep kota hijau di Kota
Bukittinggi. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Kota Bukittinggi
Kota Bukittinggi Menuju Kota Hijau
Kondisi Umum dan Upaya Kota Bukittinggi Terkait Penerapan Konsep Kota Hijau
Berdasarkan Asian Green City Index

8 Kategori Asian Green City Index

Energy
& CO2

Land Use
and Buildings

Transport

Aspek Kuantitatif

Waste

Water

Sanitation

Air
Quality

Environmental
Governance

Aspek Kualitatif

Analisis Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi Berdasarkan Asian Green City Index

Index of Happiness
Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

4

TINJAUAN PUSTAKA
Urbanisasi dan Urban Ecology
Urbanisasi adalah suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang
tinggal di daerah perkotaan. Urbanisasi adalah proses perpindahan jumlah
penduduk ke kota atau daerah permukiman padat. Urbanisasi adalah suatu proses
perpindahan penduduk desa ke kota atau dapat dikatakan urbanisasi merupakan
proses terjadinya masyarakat. Terdapat faktor-faktor yang menarik dan mendorong
terjadinya urbanisasi. Faktor yang menarik terjadinya urbanisasi antara lain kota
memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik daripada di desa, penghasilan yang
didapat di kota lebih tinggi, kehidupan di kota lebih modern dan menarik, terdapat
banyaknya hiburan di kota dibandingkan di desa, dan pendidikan serta fasilitasnya
lebih baik di kota dari pada di desa. Faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi
adalah sempitnya lahan pekerjaan di desa, lingkungan desa yang bersifat kaku,
ingin mencoba mangadu nasib di kota, terpaksa pindah dari desa, dan dorongan
orang tua terhadap anaknya. Tujuan dari urbanisasi adalah untuk meningkatkan
taraf hidup dan juga untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Sasaran
urbanisasi secara umum memilih pusat industri atau perdagangan yang dapat
memberikan lapangan pekerjaan yang luas. Kota-kota besar merupakan kota tujuan
arus urbanisasi karena kota merupakan pusat pemerintahan, pembangunan, industri
dan, pusat perdagangan baik barang maupun jasa.
Dalam mendefinisikan konsep urban ecology terdapat dua kata yang
membangun yaitu kata “urban” dan “ecology”. Urban mengacu kepada komunitas
manusia yang dengan kepadatan tinggi, tempat tinggal mereka dan konstruksinya
(McDonnell et al, 2009). Urban juga didefinisikan sebagai pertimbangan gradien
penggunaan lahan. Menurut Forman dan Godron (1986) dalam McDonnell et al
(2009) intensitas pengaruh manusia membagi lanskap menjadi lima jenis yang luas
mencakup kontinum dari lingkungan alam murni untuk pusat-pusat kota yang
sangat dimodifikasi oleh orang-orang.
Arti kata “ecology” telah berkembang selama beberapa dekade terakhir.
Lebih khusus, Haila dan Levins (1992) dalam McDonnell et al (2009) mengakui
empat arti yang berbeda dari istilah itu. Ekologi ilmu menyelidiki alam 'ekonomi'
(aliran materi dan energi atau distribusi dan kelimpahan organisme), sedangkan
ekologi sebagai alam dipandang sebagai sumber daya bagi manusia. Ekologi adalah
sebuah konsep yang memandang eksistensi manusia dalam kaitannya dengan
ekologi ilmu (ekologi manusia) dan ekologi gerakan mengacu pada kegiatan politik
yang berkaitan dengan isu-isu ekologi dan lingkungan (gerakan hijau). Sehingga
dalam McDonnel et al (2009) Rebele (1994) mendifinisikan “ekologi perkotaan”
diartikan sebagai sebuah konsep yang kompleks dengan dimensi yang berbeda.
Namun, di sini kita mendefinisikan 'ekologi' sebagai ilmu alam. Pendekatan yang
berbeda untuk penelitian ekologi perkotaan menunjukkan bahwa ekologi perkotaan
adalah disiplin yang luas yang dapat didefinisikan sebagai penelitian ekologi di
perkotaan.
Kota dan Tata Ruang Kota
Menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kawasan
perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

5
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Peraturan Mendagri RI No. 4/1980
menjelaskan bahwa kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi
wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu lingkungn
kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri nonagraris, misalnya ibukota kabupaten,
ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan. Sedangkan Bintarto
(1984) dalam Mirsa (2012) menjelaskan bahwa dari segi geografis kota diartikan
sebagai suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk
yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak
materialistir atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan
oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk
yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis
dibandingkan dengan daerah di belakangnya.
Menurut UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang kawasan perkotaan
di Indonesia secara formal adalah kawasan yang mempunyai kegiatan kegiatan
utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa, pelayanan sosial
dan kegiatan ekonomi. Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang
lebih luas lagi antara lain sebagai pusat permukiman penduduk, pusat kegiatan
ekonomi, pusat kegiatan sosial ekonomi, dan pusat kegiatan politik administrasi
pemerintahan serta tempat kependudukan pemimpin pemerintahan. Kota memiliki
beberapa ciri fisik yang menjadi ciri khas bentuk kota yaitu meliputi tersedianya
tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan, parkir, dan terdapatnya sarana rekreasi
dan sarana olahraga.
Tata ruang kota adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang yang
direncanakan maupun tidak. Menurut UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan
ruang, tata ruang adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang yang
direncanakan maupun tidak. Kondisi sosial dan ekonomi penduduk sangat
berkaitan dengan penataan ruang kota, serta pengelolaan lingkungan dan sumber
daya alam yang ada. Selanjutnya pada UU No. 22 tahun 1999 tata ruang adalah
mengenai penetapan kawasan perkotaan selain kawasan perkotaan yang berstatus
daerah kota, penetapan tersebut terdiri dari daerah kabupaten, kawasan perkotaan
baru, yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah kawasan pedesaan
menjadi kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang
berbatasan sebagai daerah satu kesatuan sosial, ekonomi, dan fisik perkotaan.
Dalam penataan ruang kota ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebagai garis besar
dalam menata ruang antara lain perancanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Kota Hijau
Menurut Kementrian Pekerjaan Umum (2011) kota hijau adalah suatu
konsep kota yang ramah lingkungan dalam pengefektifan dan efisiensi sumberdaya
air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu,
menjamin adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mengsinergikan lingkungan
alami dan buatan yang mengacu pada perencanaan dan perancangan kota dan
berpihak pada prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Kota hijau adalah
kota yang ramah lingkungan yang dibangun berdasarkan keseimbangan antara

6
dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta dimensi tata kelolanya, termasuk
kepemimpinan dan kelembagaan kota yang mantap. Menurut Campbell (1996)
dalam Panduan Kota Hijau di Indonesia secara konseptual, pembangunan perkotaan
berkelanjutan merupakan upaya untuk mengintegrasikan secara sinergis dari tiga
kepentingan utama dalam pembangunan perkotaan yang meliputi keadilan sosial,
mendorong pertumbuhan dan efisiensi ekonomi, dan perlindungan terhadap
kelestarian lingkungan. Tiga kepentingan ini tergabung kedalam segitiga
keberlanjutan tiga konflik tujuan perencanaan perkotaan (Gambar 2).

Gambar 2 Segitiga keberlanjutan tiga konflik tujuan perencanaan
Sumber : Panduan kota hijau di Indonesia
Indonesia memiliki delapan atribut kota hijau yang sedang dikembangkan
pada saat sekarang ini. Kedelapan atribut tersebut terdiri dari: 1) green planing and
design adalah perencanaan dan perancangan yang beradaptasi pada biofisik
kawasan, 2) green openspace adalah peningkatan kuantitas dan kualitas RTH sesuai
karakteristik kota/kab dengan target 30%, 3) green waste adalah usaha untuk zero
waste dengan melaksanakan prinsip 3R yaitu mengurangi sampah/limbah,
mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah, 4) green
transportation adalah pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan,
misalnya transportasi publik dan jalur sepeda, 5) green water adalah efisiensi
pemanfaatan sumberdaya air, 6) green energy pemanfaatan sumber energi yang
efisien dan ramah lingkungan, 7) green buildings adalah bangunan hemat energi,
dan 8) green community adalah kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif
masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau.
Asian Green City Index
Asian Green City Index adalah sebuah rangkaian penelitian yang dilakukan
oleh Economic Intelligence Unit (EIU) mengenai kinerja kota-kota yang ada di Asia
terkait penerapan konsep kota hijau. Penilaian yang dilakukan adalah berdasarkan
8 (delapan) kategori antara lain Energy & CO2, Land Use and Buildings, Transport,
Waste, Water, Sanitaion, Air Quality, dan Environmental Governance.

7

Energi dan Emisi CO2
Karbondioksida (CO2) adalah suatu gas penting dan dalam kadar yang
normal sangat bermanfaat dalam melindungi kehidupan manusia di bumi.
Komposisi ideal dari CO2 dalam udara bersih seharusnya adalah 314 ppm sehingga
jumlah yang berlebihan di atmosfer bumi akan mencemari udara. Emisi CO2 berasal
dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan penyebab terbesar sekitar 50% dari
efek gas rumah kaca. Umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh emisi CO2
bersumber dari 2 (dua) kegiatan yaitu alam (natural), dan manusia (antropogenik)
seperti emisi CO2 yang berasal dari transportasi, sampah, dan konsumsi energi
listrik rumah tangga. Emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan manusia
(antropogenik) konsentrasinya relatif lebih tinggi sehingga mengganggu sistem
kesetimbangan di udara dan pada akhirnya merusak lingkungan dan kesejahteraan
manusia.
Konservasi energi adalah upaya untuk menghemat energi melalui perilaku
yang lebih berkelanjutan atau penggatian menjadi bahan bakar yang lebih ramah
lingkungan, hemat, dan ekonomis. Konservasi energi dapat dilakukan dalam
berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengaturan transportasi, bangunan, dan
guna lahan. Upaya yang dilakukan antara lain melalui pengembangan permukiman
yang lebih padat, penggunaan teknologi baru, dan perbaikan sistem transportasi.
Penggunaan Lahan
Lahan berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya baik perorangan maupun lembaga (Sudipta et al, 2009). Istilah
penggunaan lahan (land use) berbeda dengan penutupan lahan (land cover).
Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan
dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutupan lahan
mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada
lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur
tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang
bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material
maupun non material. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28
tahun 2002 tentang Bangunan Gedung bangunan gedung adalah wujud fisik hasil
pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau
seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian (tempat
tinggal), kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, maupun kegiatan
khusus.
Transportasi
Menurut Maryati (2013) transportasi merupakan turunan permintaan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam kehidupan sehari-hari,
transportasi bermanfaat bagi pergerakan perorangan ataupun kelompok untuk
mencapai suatu tempat tujuan tertentu, seperti bekerja, sekolah, belanja, dsb.
Trasnportasi berasal dari kata latin yaitu transportare, dimana trans berarti
seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Menurut
Morlok (1998) dalam Maryati (2013) transportasi adalah usaha dan kegiatan

8
mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup
dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial
demografis wilayah memiliki pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah
tersebut. Sistem transportasi berkelanjutan lebih mudah terwujud pada sistem
transportasi yang berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan
sistem yang berbasis pada penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi
berkelanjutan merupakan tatanan baru sistem transportasi di era globalisasi saat ini.
Menurut Kusbantoro (2009) dalam Maryati (2013) pada dasarnya sistem
transportasi merupakan keterkaitan antara empat aspek elementer, yaitu sistem
kegiatan, sistem pergerakan, sistem jaringan (infrastruktur), dan kelembagaan.
1. Sistem kegiatan (transport demand)
Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan.
Kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan
membangkitkan pergerakan dan akan menarik kegiatan seperti kegiatan
sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Besarnya pergerakan berkaitan
dengan jenis dan intensitas yang dilakukan.
2. Sistem jaringan atau sistem infrastruktur (transport supply)
Pergerakan orang dan barang membutuhkan infrastruktur. Infrastruktur
transportasi terdiri dari simpul (stasiun, terminal, pelabuhan, bandar udara)
dan jaringan (jalan raya, rel kereta api, alur pelayanan, dan jalur
penerbangan)
3. Sistem pergerakan (traffic)
Pergerakan timbul akibat interaksi antara sistem kegiatan dan sistem
jaringan sehingga menghasilkan pergerakan orang dan barang dengan
menggunakan kendaraan
4. Sistem kelembagaan
Kelembagaan menjamin terwujudnya pergerakan yang aman, nyaman,
lancar, murah, dan handal sesuai dengan kondisi lingkungan.
Sampah
Permasalahan persampahan merupakan permasalahan yang tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan manusia. Menurut Maryati (2013) sampah adalah semua
yang timbul sebagai dampak sampingan dari aktivitas manusia yang umumnya
berbentuk padat dan merupakan material yang tidak berguna atau tidak diinginkan.
Pengertian sampah dan jenis sampah sampah (waste) memiliki banyak pengertian
dalam batasan ilmu pengetahuan. Namun pada prinsipnya pengertian
sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Bentuk sampah bisa
berada dalam setiap fase materi yaitu padat, cair, dan gas. Secara sederhana, jenis
sampah dapat dibagi berdasarkan sifatnya. Sampah dipilah menjadi sampah organik
dan anorganik. Sampah organik atau sampah basah ialah sampah yang berasal dari
makhluk hidup, seperti dedaunan dan sampah dapur. Sampah jenis ini sangat mudah
terurai (degradable). Sementara itu, sampah anorganik atau sampah kering adalah
sampah yang tidak dapat terurai (undegradable). Karet, plastik, kaleng, dan logam
merupakan bagian dari sampah kering. Sampah merupakan material sisa yang tidak
diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia

9
menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada
konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama
proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia
didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenisjenisnya.
Pada saat ini terutama di kota-kota besar, infrastruktur persampahan
merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia.
Jumlah timbulan sampah terus mengalami peningkatan akibat pertambahan jumlah
penduduk dan kemajuan masyarakat sehingga diperlukan upaya pengelolaan
sampah yang ditempuh melalui berbagai strategi, di antanya pengurangan dari
sumber, daur ulang dan pengomposan, pembakaran, dan landfill. Kebutuhan
infrastruktur sampah ditentukan oleh timbulan sampah dan karakteristiknya.
Sampah dihasilkan dari beberapa sumber yang diklasifikasikan sebagai berikut:
1. perumahan dan komersial, terdiri dari sampah organik dan anorganik
yang berasal dari sisa kegiatan perumahan dan komersil,
2. fasilitas umum, seperti sekolah, rumah sakit, kantor pemerintahan.
sampah yang dihasilkan dari sumber ini pada umumnya berupa kertas,
plastik, kayu, sisa makanan, gelas, kaleng, dan limbah berbahaya,
3. konstruksi dan domulisi, merupakan sampah yang dihasilkan dari
aktivitas konstruksi, pemugaran, dan renovasi rumah secara individu,
bangunan komersil maupun struktur-struktur lainnya,
4. pelayanan masyarakat, merupakan sampah yang dihasilkan dari operasi
dan pemeliharaan fasilitas pemerintahan, seperti pembersihan jalan dan
taman kota, hewan-hewan mati, dan kendaraan,
5. fasilitas pengolahan dan sisa lainnya, merupakan sampah yang berasal
dari sisa pengolahan air minum, air limbah, dan industri,
6. industri, merupakan sampah yang dihasilkan dari lokasi industri.
Sampah dari sumber ini dapat dibagi dua yaitu sampah dari industri dan
sampah dari non industri, seperti debu, sampah dari kegiatan konstruksi
dan demolisi, dan limbah berbahaya, dan
7. pertanian, merupakan sampah yang dihasilkan dari aktivitas pertanian
yang beragam, seperti penanaman, dan pemanenan tanaman pangan,
produksi susu,dan pemberian makan ternak.
Air
Air merupakan kebutuhan mutlak yang diperlukan oleh semua makhluk
hidup. Air pada dasarnya merupakan bagian terbesar dari bumi (Maryati 2013). Air
di bumi dapat berwujud air laut, air sungai, air tanah, uap air, dan lain-lain.
Perkembangan infrastruktur air bersih khususnya di negara berkembang pada
umumnya tidak dapat menandingi perkembangan peningkatan kebutuhan air bersih.
Air digunakan untuk berbagai keperluan diantaranya untuk keperluan domestik,
irigasi, industri, dan lain-lain. Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan
secara wajar untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia dan kegiatan-kegiatan
lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan akan air bersih berbeda-beda tergantung
dari penggunaannya. Secara garis besar, penggunaan air dapat dibagi kedalam

10
keperluan rumah tangga (domestic use), dan keperluan non rumah tangga (non
domestic use).
Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan secara wajar untuk
memenuhi keperluan pokok manusia dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
memerlukan air. Kebutuhan akan air bersih berbeda-beda tergantung dari
penggunaanya. Secara garis besar penggunaan air dibagi menjadi dua yaitu sebagai
berikut :
1. keperluan rumah tangga (domestic use), meliputi keperluan minum dan
masak, mandi dan membersihkan diri, keperluan cuci-mencuci, fasilitas
sanitasi dalam rumah, dan keperluan dalam rumah tangga, dan
2. keperluan non rumah tangga (non domestic), meliputi penggunaan air
untuk keperluan fasilitas umum dan sosial, seperti fasilitas pendidikan,
komersial, dan sebagainya. Besarnya kebutuhan air untuk keperluan non
rumah tangga pada umumnya adalah 20%.
Sanitasi dan Air Limbah
Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan
maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya
yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan
kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitikberatkan pada pemutusan
mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sanitasi adalah usaha untuk membina dan
menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang kesehatan, terutama kesehatan
masyarakat. Sanitasi lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup
manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara.
Air limbah perupakan air sisa atau air bekas digunakan sebagai ait bersih
yang dapat digunakan kembali untuk tujuan semula. Air limbah bersumber dari
permukiman, komersial, institusi, industri, infiltrasi, inflow, dan air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi. Air limbah yang berasal dari permukiman, komersial,
dan institusi disebut air limbah domestik, air limbah yang berasal dari industri
disebut air limbah industri, dan air hujan yang jatuh ke permukaan bumi disebut air
limpasan.
Kualitas Udara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia udara adalah campuran berbagai
gas yang tidak berwarna dan tidak berbau seperti oksigen dan nitrogen yang
memenuhi ruang di atas bumi seperti yang kita hirup apabila bernafas. Sedangkan
kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu atau kadar. Indeks Kualitas Udara
(IKU) adalah suatu nilai yang menunjukkan mutu atau tingkat kebaikan udara
menurut sifat-sifat unsur pembentuknya. IKU merupakan gambaran atau nilai hasil
transformasi parameter-parameter (indikator) individual polusi udara yang
berhubungan menjadi suatu nilai sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat
awam. IKU dihitung berdasarkan emisi dari dua polutan udara yaitu karbon
monoksida (CO) dan nitrogen oksida (NOx). Kedua jenis polutan ini dijadikan

11
sebagai komponen IKU karena pengaruh keduanya yang sangat signifikan terhadap
kehidupan manusia.
Tata Kelola Lingkungan
Tata kelola lingkungan adalah konsep dalam ekologi politik dan kebijakan
lingkungan yang menganjurkan keberlanjutan (sustainable development) sebagai
pertimbangan tertinggi untuk mengelola semua manusia kegiatan politik, sosial dan
ekonomi. Menurut UU RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup, yang tertera dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang
meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan
sumberdaya alam disebutkan dalam ayat 10 mencakup sumberdaya alam hayati
maupun non hayati dan sumberdaya buatan.
Pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu
mengakibatkan daya dukung lingkungan hidup terganggu dan daya tampung
lingkungan hidup menurun. Hal ini akan menyebabkan pencemaran lingkungan,
menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
menjelaskan mengenai pencemaran lingkungan bahwa yang dimaksud dengan
pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya atau
fungsinya.
Indeks Kebahagiaan
Tingkat kebahagiaan juga dikenal dengan Index of Happiness. Dalam World
Happiness Report 2013 kata “happiness” berarti aspirasi dari setiap hal yang
dilakukan oleh manusia dan juga dapat diartikan sebagai
ukuran dari
perkembangan sosial. Kata “happiness” diartikan dalam dua hal yaitu emosi dan
evaluasi. Emosi yaitu mengenai “apakah anda bahagia?” sedangkan evaluasi
mengenai “apakah anda bahagia dengan kehidupan anda sekarang?”. Index of
Happiness adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kebahagiaan masyarakat. Tingkat
kebahagiaan diperoleh dengan menggunakan pertanyaan “apakah anda bahagia
kemarin?”, sedangkan untuk evaluasi atau penilaian dengan menanyakan “apakah
anda bahagia dengan kehidupan anda sekarang?”. Badan Pusat Statistik (BPS)
mengklaim indeks kebahagiaan dapat mengukur capaian kinerja pembangunan
pemerintah menjadi lebih valid, sekaligus menjadi pertimbangan pemerintah dalam
mendorong kesejahteraan masyarakat.

12

METODE
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bukittinggi, Propinsi Sumatera Barat
(Gambar 3). Letak Kota Bukittinggi secara astronomis terletak antara 1000 20’ –
1000 25’ BT dan 000 16’ - 00020 LS. Kota Bukittinggi memiliki luas 25.239 km2
dengan jumlah penduduk 114 415 jiwa (BPS Kota Bukittinggi, 2012). Penelitian
ini dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Juli 2014.

Gambar 3 Lokasi penelitian
Sumber : http://geospasial.bnpb.go.id, 2012
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah voice recorder untuk merekam suara, dan kamera
untuk mengambil gambar di lapang. Bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah delapan kategori Asian Green City Index, kuesioner untuk mengumpulkan
data persepsi masyarakat yaitu Index of Happiness, peta dasar sebagai panduan
pengambilan, pengolahan dan analisis data berdasarkan kondisi tapak, Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengetahui rencana pengembangan ruang
kota, dan bahan pustaka untuk studi literatur.
Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja Kota Bukittinggi
menerapkan konsep kota hijau berdasarkan 8 (delapan) kategori Asian Green City
Index dan Index of Happiness sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi
pemerintahan dan pengembang swasta dalam mewujudkan kota hijau di Kota
Bukittinggi.
Metode Penelitian
Evaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi ini mengacu
kepada Asian Green City Index yang memiliki 8 (delapan) kategori. Masing-masing

13
kategori Asian Green City Index terdiri dari beberapa indikator yang terbagi dalam
dua aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Penelitian ini dilakukan
dengan beberapa tahapan yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, dan evaluasi.
Persiapan
Tahapan persiapan yaitu tahapan persiapan administrasi dan perizinan
terhadap dinas yang dituju dalam melakukan penelitian. Persiapan administrasi
yang dilakukan adalah pembuatan surat izin penelitian yang ditujukan kepada dinas
terkait yang menangani masing-masing kategori Asian Green City Index.
Inventarisasi
Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data berupa data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh
peneliti pada lokasi penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang
dikumpulkan dari literatur yang membantu peneliti dalam mengolah data. Data
primer yang dikumpulkan merupakan data visual berupa dokumentasi eksisting
kondisi tapak dan wawancara terhadap pihak dinas terkait penerapan konsep kota
hijau di Kota Bukittinggi. Data sekunder adalah data yang tidak bisa didapatkan
langsung dari lokasi penelitian. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari
pihak dinas terkait penerapan konsep kota hijau serta literatur pendukung. Untuk
mengetahui Index of Happiness dan persepsi masyarakat, dilakukan pengumpulan
data menggunakan kuesioner Index of Happiness. Tabel jenis dan sumber data
primer dan sekunder yang dikumpulkan terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian
No.
1

2

3

Data

Data yang diambil

Kondisi
umum Kota
Bukittinggi

Letak, luas, batas
tapak, hidrologi,
iklim, demografi,
dan penggunaan
lahan.
Aspek
1) Energy & CO2
Kuantitatif 2) Land use and
Asian
Buildings
Green City 3) Transport
Index*
4) Waste
5) Water
6) Sanitation
7) Air Quality
Aspek
Kualitatif
Asian
Green City
Index*

1) Energy & CO2
2) Land Use and
Buildings
3) Transport
4) Waste
5) Water
6) Sanitation
7) Air Quality
8) Environmental
Governance

Jenis Data

Sumber Data

Primer
Sekunder

a. Bukittinggi dalam Angka
2013,
b. RTRW Kota Bukittinggi

Sekunder

Primer
Sekunder

a. Bukittinggi dalam
Angka 2013,
b. RTRW Kota Bukittinggi
c. Dinas Kebersihan dan
Pertamanan
d. Kantor Lingkungan
Hidup
e. Dinas Pekerjaan Umum
f. Dinas Perhubungan
a. Bukittinggi dalam
Angka 2013,
b. RTRW Kota Bukittinggi
c. Dinas Kebersihan dan
Pertamanan
d. Kantor Lingkungan
Hidup
e. Dinas Pekerjaan Umum
f. Dinas Perhubungan

Cara
Pengambilan data
Studi
Pustaka

Studi
Pustaka

Wawancara
Studi
Pustaka

14
Tabel 1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian (lanjutan)
No.

Data
Index of
Happiness

4

Data yang diambil
Tingkat
Kebahagiaan
Masyarakat Kota
Bukittinggi

Jenis Data
Primer

Sumber Data
Kuesioner Index of
Happiness
Jumlah sampel 100
responden (rumus
Slovin). Teknik
pengambilan sampel
probability random
sampling

Cara
Pengambilan data
Kuesioner
Wawancara

*Asian Green City Index, 2011

Setiap kategori Asian Green City Index memiliki indikator. Indikator dari
setiap kategori dibagi menjadi dua tipe yaitu kuantitatif dan kualitatif. Data yang
diambil untuk setiap indikator berbeda-beda. penjelasan untuk setiap kategori dan
indikator Asian Green City Index tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Data yang diambil untuk kategori Asian Green City Index
No
1

2

3

4

5

6

Kategori
Energy & CO2

Land use and
Buildings

Transport

Waste

Water

Sanitation

Indikator
Jumlah emisi CO2 (kg)
Jumlah konsumsi energi di Kota
Bukittinggi (kWh/orang)
Kebijakan mengenai clean energy
Perencanaan aksi untuk
mengurangi perubahan iklim
Jumlah ruang terbuka hijau (%)
Kepadatan penduduk (orang/km2)
Kebijakan mengenai eco building
Kebijakan penggunaan lahan
Jaringan transportasi (km/km2)
Kebijakan mengenai transportasi
massa perkotaan
Kebijakan untuk mengatasi
kemacetan
Sampah yang dihasilkan (m3/hari)
Sampah yang di kelola (%)
Kebijakan pengumpulan sampah
Kebijakan dalam daur ulang
sampah
Jumlah konsumsi air per kapita
(liter/orang)
Kebocoran sistem air
(%)
Kebijakan mengenai kualitas air
Kebijakan mengenai keberlanjutan
air
Populasi yang telah memilki
jamban (%)
Jumlah limbah cair yang dapat
dikelola (%)
Kebijakan mengenai sanitasi

Tipe
Kuantitatif
Kuantitatif

Jenis Data
Sekunder

Kualitatif
Kualitatif

Primer
Sekunder

Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kuantitatif
Kualitatif

Sekunder
Primer
Sekunder
Sekunder
Primer
Sekunder

Kualitatif
Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif

Sekunder

Kuantitatif

Sekunder

Primer
Sekunder

Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif

Primer
Sekunder

Kuantitatif

Sekunder

Kuantitatif
Kualitatif

Primer
Sekunder

15
Tabel 2 Data yang diambil untuk kategori Asian Green City Index (lanjutan)
No
7

8

Kategori
Air Quality

Tatakelola
Lingkungan

Indikator
Konsentrasi NO2 di udara per hari
(µg/Nm3/hari)
Konsentrasi SO2 di udara per hari
(µg/Nm3/hari)
Konsentrasi PM10 diudara per hari
(µg/Nm3/hari)
Kebijakan mengenai kualitas
udara
Pengelolaan lingkungan
Pengawasan lingkungan
Partisipasi publik

Tipe
Kuantitatif

Jenis Data
Sekunder

Kuantitatif
Kuantitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif

Primer
Sekunder
Primer
Sekunder

Pengambilan data Index of Happiness dimulai dengan menghitung jumlah
sampel yang akan dijadikan responden penelitian. Penghitungan banyaknya sampel
dilakukan dengan perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin. Berikut
perhitungan jumlah sampel atau responden untuk mengukur Index of Happiness
terkait penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi:
n=

Keterangan

+ .

: n = Jumlah sampel atau responden
N = Jumlah populasi
d = Nilai presisi (dipakai 95% dengan α = 0.1)
Jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini adalah 99.912 orang dibulatkan
menjadi 100 orang. Perhitungannya sebagai berikut :
n=

+

.

=

.

Sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah pengambilan sampel acak (probability random sampling) yaitu
semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dalam
memilih sampel pada penelitian ini, peneliti memilih sampel dengan cara membagi
jumlah sampel yang diperoleh dengan rumus Slovin yaitu 100 sampel/responden
pada tiap kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi. Berikut pembagiannya tersaji
pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah sampel per kecamatan
No
1
2
3

Kecamatan
Guguk Panjang
Mandiangin Koto Selayan
Aur Birugo Tigo Baleh

Jumlah Penduduk
42 627
46 342
25 446

Banyaknya
sampel*
37
40
23

*[Banyaknya Sampel = Jumlah Penduduk Kecamatan / Jumlah Penduduk Kota x 100]
100 = jumlah sampel / responden

Analisis
Proses analisis dilakukan dengan menganalisis kondisi umum dan upaya
Kota Bukittinggi dalam penerapan konsep kota hijau. Kondisi umum kota
Bukittinggi terkait Kota Hijau diidentifikasi berdasarkan aspek kuantitatif Asian
Green City Index sedangkan untuk upaya diidentifikasi berdasarkan aspek kualitatif

16
Asian Green City Index. Indikator Asian Green City Index (AGCI) memiliki bobot
nilainya masing-masing yang akan dikalikan dengan hasil perhitungan data
kuantitatif dan hasil skoring data kualitatif masing-masing indikator.
1. Aspek Kuantit