Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Tangerang

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA TANGERANG

ELSYA BAGEA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Penerapan
Konsep Kota Hijau di Kota Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan
dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014
Elsya Bagea
NIM A44090050

ABSTRAK
ELSYA BAGEA. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Tangerang
Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.
Pembangunan kawasan perkotaan saat ini semakin cepat. Meningkatnya
pembangunan fisik kota menyebabkan ketidakseimbangan antara pertumbuhan
perkotaan dengan peningkatan kulitas lingkungan. Kondisi seperti ini
menyebabkan kota menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Oleh karena itu
perencanaan kota perlu diarahkan untuk menggunakan konsep kota hijau. Kota
hijau merupakan kota yang sehat yang mempertimbangkan aspek ekologis dalam
perencanaannya. Penelitian dilakukan di Kota Tangerang dengan menggunakan
Gap Analysis untuk mengetahui kondisi aktual Kota Tangerang dalam
menerapkan konsep kota hijau dan membandingkannya dengan kondisi ideal.
Hasil evaluasi menunjukan bahwa penerapan indikator kota hijau di Kota
Tangerang masih dalam tahap pengembangan. Hal ini terlihat dari jumlah
penerapan yang belum maksimal, serta pesebaran yang belum merata di seluruh
wilayah kota.

Kata kunci: kota hijau, kota yang nyaman, lanksap perkotaan
ABSTRACT
ELSYA BAGEA. Evaluation of Implementation Green City Concept in
Tangerang City Supervised By ALINDA FM ZAIN.
Development of urban areas grew rapidly. Increasing physical development of the
city cause the imbalance between urban growth and the attempt to increase the
quality of the environment. The condition makes an uncomfortable city to live.
Therefore the future urban planning could be directed to use the green city
concept. Green city is a healthy city that considers the aspects of ecological
planning. This research was conducted in Tangerang city by using Gap Analysis
to find out the actual condition in applying the concept of green cities and
comparing it with the ideal condition. The evaluation showed that implementation
of green city concept in Tangerang city was still continue. It could be seen from
the implementation of eight indicators of green city which had not been
maximized, and spreaded through the region.
Keywords : green city, liveable city, urban landscape

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU
DI KOTA TANGERANG


ELSYA BAGEA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Tangerang
Nama
: Elsya Bagea
NRP
: A44090050


Disetujui oleh

Dr. Ir. Alinda FM Zain, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia–Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah
mengenai konsep Kota Hijau. dengan judul skripsi “Evaluasi Penerapan Konsep
Kota Hijau di Kota Tangerang”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Alinda FM Zain, Msi selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada

saya dalam menyusun dan menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga sampaikan
terima kasih kepada Dr. Indung Sitti Fatimah, Msi selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan banyak arahan selama mengikuti perkuliahan.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepada Dinas dan
Instansi Kota Tangerang yang telah memberikan izin pengambilan data terkait
skripsi ini. Tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada keluarga yang
telah memberikan doa dan motivasi, teman–teman penulis utamanya teman satu
bimbingan Amira, Damaria, Nurul serta teman–teman ARL 46, juga seluruh pihak
yang telah memberikan doa, bantuan serta dukungannya.
Penulis menyadari penelitian ini jauh dari sempurna. Penulis berharap
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak Pemerintah Kota Tangerang
dan pihak lain yang memerlukan.
Bogor, Maret 2014
Elsya Bagea

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

ix


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2


Kerangka Pikir

2

TINJAUAN PUSTAKA

4

Kawasan Perkotaan

4

Kota dan Masalah Lingkungan Perkotaan

4

Kota Hijau

5


Green Planning and Design

5

Green Open Space

6

Green Building

6

Green Waste

7

Green Transportation

8


Green Water8
Green Energy

8

Green Community

8

Gap Analysis

9

METODOLOGI

10

Lokasi dan Waktu Penelitian


10

Alat dan Bahan

10

Batasan Penelitian

10

Metode Penelitian

11

Inventarisasi

11

Analisis


12

Evaluasi

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

25

Profil Wilayah Kota Tangerang

25

Kondisi Fisik dan Lingkungan

25

Topografi

25

Iklim

26

Geologi

27

Hidrologi

27

Penduduk

27

Penggunaan Lahan

27

Pola dan Sebaran kegiatan

28

Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Tangerang

28

Green Planning and Design

28

Kondisi Ideal Green planning and Design

28

Kondisi Aktual Kota Tangerang

30

Analisis dan Evaluasi

35

Green Open Space

36

Kondisi Ideal Green Open Space

36

Kondisi Aktual Kota Tangerang

39

Analisis dan Evaluasi

44

Green Building

45

Kondisi Ideal Green Building

45

Kondisi Aktual Kota Tangerang

46

Analisis dan Evaluasi

48

Green Waste

49

Kondisi Ideal Green Waste

49

Kondisi Aktual Kota Tangerang

51

Analisis dan Evaluasi

55

Green Transportation

56

Kondisi Ideal

56

Kondisi Aktual Kota Tangerang

59

Analisis dan Evaluasi

64

Green Water

65

Kondisi Ideal Green Water

65

Kondisi Aktual Kota Tangerang

66

Analisis dan Evaluasi

67

Green Energy

68

Kondisi Ideal Green Energy

69

Kondisi Aktual Kota Tangerang

70

Analisis dan Evaluasi

71

Green Community

72

Kondisi Ideal Green Community

73

Kondisi Aktual Kota Tangerang

74

Analisis dan Evaluasi

75

Hasil Evaluasi Penerapan

76

SIMPULAN DAN SARAN

82

Simpulan

82

Saran

82

DAFTAR PUSTAKA

83

LAMPIRAN

88

RIWAYAT HIDUP

89

DAFTAR TABEL

1. Alat dan bahan penelitian
2. Jenis data dan sumber data penelitian
3. Batasan penentuan skoring indikator Green Planning and Design
4. Batasan penentuan skoring indikator Green Open Space
5. Batasan penentuan skoring indikator Green Building
6. Batasan penentuan skoring indikator Green Waste
7. Batasan penentuan skoring indikator Green Transportaion
8. Batasan penerapan indikator green water
9. Batasan penentuan skoring indikator Green Energy
10. Batasan penentuan skoring green community
11. Luas Kecamatan Kota Tangerang
12. Evaluasi penerapan indikator green planning and design
13. Luas Ruang Terbuka Hijau Kota Tangerang
14. Evaluasi penerapan indikator green open space
15. Evaluasi penerapan indikator green building
16. Komposisi sampah berdasarkan sumber sampah
17. Komposisi sampah di TPA Rawa Kucing
18. Evaluasi penerapan indikator green waste
19. evaluasi penerapan indkator green transportation
20. Evaluasi penerapan indikator green water
21. Evaluasi penerapan indikator green energy
22. Evaluasi penerapan indikator green community
23. hasil evaluasi penerapan indikator kota hijau

10
11
13
15
18
19
20
21
22
24
25
35
39
44
48
52
52
55
64
68
72
75
76

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka pikir penelitian
2. Lokasi penelitian
3. Grafik suhu udara rata–rata Kota Tangerang 2011
4. Grafik kelembaban rata–rata Kota Tangerang 2011
5. Grafik curah hujan rata–rata Kota Tangerang 2011
6. Jumlah penduduk Kota Tangerang Tahun 2008 – 2012
7. Ilustrasi kawasan mix use vertikal dan horizontal
8. Peta administrasi Kota Tangerang
9. Peta rencana struktur kota 2012–2032
10. Peta rencana kawasan strategis kota
11. Kawasan Sudirman One (Mixed Use Development)
12. Fasilitas TOD
13. Cooling effect dari keberadaan ruang hijau
14. Taman Kota
15. Hutan Kota
16. Jalur hijau sungai dan jalan
17. Lahan pertanian sawah dan kebun
18. Peningkatan fungsi estettika pada RTH
19. Peta rencana ruang terbuka hijau berdasarkan rencana pola ruang

2
10
26
26
26
27
29
31
32
33
34
34
38
40
41
41
42
42
43

20. Pemanfaatan cahaya matahari dan tanaman dalam ruangan
21. penggunaan kaca pada fasad bangunan
22. Penggunaan waste material
23. Ilustrasi penerapan ecotech garden
24. Kegiatan di tempat pembuangan sampah terpadu
25. Bank sampah di masyarakat
26. Unit pengolahan grey water di Perumahan P dan K Cipondoh
27. Kegiatan pengomposan dan penangkapan gas metan di TPA
28. Tipologi angkutan umum di Indonesia
29. Kondisi jalur pedestrian
30. Kondisi jalur sepeda di Jl. Sudirman
31. Peta rencana jalur sepeda
32. Peta rencana sistem jaringan transportasi
33. Proses pembangunan ekodrainase di Jl. M Yamin
34. Pemanfataan eceng gondok sebagai sumber energi
35. Pelaksanaan kegiatan hijau dimasyarakat
36. Kegiatan car free day

47
47
48
51
53
53
54
55
56
59
60
62
63
67
71
74
74

1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkotaan yang ada di Indonesia kini semakin berkembang, perkembangan
tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk yang tinggal di kota
akibat urbanisasi maupun ledakan jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah
penduduk ini secara tidak langsung membawa beberapa dampak negatif bagi
kawasan perkotaan, diantaranya peningkatan area terbangun yang tidak terpola
dengan baik sehingga jaringan transportasi menjadi tidak efektif dan berakibat
pada meningkatnya polusi udara (Rima 2012). Masalah lain yang timbul akibat
meningkatnya jumlah penduduk yaitu menurunnya jumlah lahan hijau dan
meningkatnya produksi sampah perkotaan. Kondisi lingkungan perkotaan yang
terus seperti ini dan tanpa adanya penanganan yang tepat maka akan menjadikan
kota menjadi semakin tidak sehat dan menciptakan kondisi yang tidak nyaman
bagi penghuninya.
Kota Tangerang saat ini terus berkembang, baik untuk kawasan permukiman
maupun kawasan industrinya. Sebagai suatu kota, tentunya permasalahan tersebut
juga dialami oleh kota ini. Meningkatnya jumlah penduduk secara tidak langsung
mengarahkan kota ini menjadi kota yang padat penduduk. Jumlah penduduk Kota
Tangerang pada tahun 2011 sebanyak 1 792 027 jiwa dan pada tahun 2012 jumlah
penduduk meningkat menjadi 2 039 294 jiwa (TDA 2012). Dengan meningkatnya
jumlah penduduk maka kota terus membangun kawasan permukiman, serta
kawasan pendukung lainnya sehingga meningkatkan ruang terbangun dan
semakin mengurangi ruang hijaunya.
Untuk mengatasi permasalahan perkotaan yang sedang terjadi saat ini maka
pembangunan kota
selanjutnya perlu memperhatikan keselarasan dengan
lingkungan. Kondisi lingkungan kota yang sehat dapat meningkatkan kenyamanan
bagi para penghuninya. Untuk itu perkembangan kota selanjutnya dapat
dikembangkan dengan konsep kota Hijau. Kota hijau yaitu kota yang ramah
lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan
energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin
kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan berdasarkan
perencanaan dan perancangan kota yang berpihak pada prinsip–prinsip
pembangunan berkelanjutan yang dapat menyelaraskan kebutuhan kota dengan
menjaga kelestarian ligkungan. Untuk mewujudkan kota hijau, setiap kota dapat
menerapkan delapan atribut kota hijau secara bertahap yang meliputi peningkatan
kualitas rencana tata ruang dan rancang kota yang sensitif pada agenda hijau
(green planning and design), peningkatan jumlah dan kualitas Ruang Terbuka
Hijau (green open space), pengembangan jaringan kerjasama antara pemerintah
dan masyarakat (green community), peningkatan kualitas air dan udara, penerapan
konsep ekodrainase dan zero runoff (green water), pengurangan dan pengolahan
limbah (green waste), pemanfaatan energi yang efisien dan ramah lingkungan
(green energy), pengembangan sistem transportasi berkelanjutan (green
transportation), serta penerapan bangunan hijau (green building) (Departemen
Pekerjaan Umum 2011).

2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. bagaimana perkembangan dan penataan Kota Tangerang saat ini
2. seperti apa Kota Tangerang sudah menerapkan konsep Kota Hijau pada
pembangunan kotanya

Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah merencanakan konsep
pengembangann Kota Tangerang berdasarkan delapan indikator kota Hijau.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. mengidentifikasi pengembangan dan penataan kota hijau pada Kota Tangerang
2. mengevaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Tangerang
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan
pengetahuan baru bagi peneliti, serta dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi perencana dan pemerintah dalam merencanakan sebuah kota dengan konsep
kota hijau. Dengan menggunakan konsep ini diharapkan perkembangan kota
selanjutnya dapat lebih berorientasi pada lingkungan.

Kerangka Pikir
Kerangka pikir di bawah ini menggambarkan permasalahan Kota
Tangerang terkait penerapan delapan indikator pembentuk kota hijau. Setelah itu
dilakukan identtfikasi terkait penerapannya yang dilihat dari indikator green
planning and design, green open space, green building, green waste, green
transportation, green water, green energy dan green community. Tahapan yang
dilakukan selanjutnya yaitu melakukan analisis yang dilakukan dengan
menggunakan metode Gap Analysis, yaitu analisis yang digunakan untuk
membandingkan kondisi ideal dari suatu kota hijau dengan kondisi aktual di kota.
Setelah itu dilakukan evaluasi penerapan sebagai hasil akhir dari penelitian.
Adapun kerangka pikir penelitian disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.

3

Kota Tangerang

Permasalahan Kota Tangerang Terkait
Penerapan Konsep Kota Hijau

Identifikasi Permasalahan Terkait Penerapan 8 Indikator Kota Hijau
di Kota Tangerang
Gap Analysis
Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau

4
TINJAUAN PUSTAKA
Kawasan Perkotaan
Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian, degan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan, dan distribusi, pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial
dan kegiatan ekonomi perkotaan (Adisasmita, 2010).
Kota dan Masalah Lingkungan Perkotaan
Kota adalah suatu pusat permukiman penduduk yang besar dan luas.
Dalam kota terdapat berbagai ragam kegiatan ekonomi dan budaya. Adakalanya
kota didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat.
Kota merupakan sebuah sistem yang terbuka baik secara fisik maupun sosial
ekonomi, bersifat tidak statis dan dinamis. Kota merupakan suatu wilayah
berkembangnya kegiatan sosial, budaya, dan ekonomi perkotaan yang tidak
berstatus sebagai kota administratif atau kotamadya. Kota pada umumnya
memiliki watak dan karakter sebagai refleksi dari kondisi alam, manusia, dan
budayanya. Karakter suatu kota tercermin dari kondisi kota itu sendiri. Aktivitas
kota telah menimbulkan banyak permasalahan lingkungan seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk. Majunya aspek pembangunan juga ikut
menimbulkan berbagai implikasi, khusunya di kota besar. Berbagai implikasi
besar tersebut diantaranya menyangkut industrialisasi, mobilitas manusia yang
terus meningkat, dan masalah daya dukung lingkungan. Adanya implikasi ini
menyebabkan udara mengalami perubahan temperatur dan kelembaban sampai
aspek estetika di alam terbuka yang semakin suram (Irwan, 2008).
Kota merupakan tempat para warga melangsungkan berbagai aktivitasnya,
sehingga pengembangannya mestinya diarahkan agar dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan fisik dan spiritual. Tapi banyak ditemukan suatu kota yang
perencanaannya dilakukan secara kurang memadai, sehingga menjadi lesu, sakit,
dan semrawut. Langkah Pemerintah Kota yang kini bermaksud mengembangkan
Hutan Kota termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), karenanya perlu mendapat
apresiasi. Dengan dibentuknya ruang–ruang terbuka hijau tersebut, dapat disusun
suatu jaringan ruang terbuka hijau kota yang berfungsi meningkatkan kualitas
lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, sehat, dan indah
(Samsoedin, 2007)
Menurut Zahnd (2007), Pengaruh perencanaan kota terhadap pembangunan
kota dalam realitanya masih relatif kecil. Pertumbuhan kota semakin cepat,
sehingga para perencana dan pengelola kota kurang mampu mengontrol
perkembangannya, hal ini menyebabkan pertumbuhan kota hanya terjadi di
beberapa daerah saja. Lebih lanjut lagi Adhisasmita (2010) menyatakan bahwa
tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam di
massa depan adalah bagaimana cara menata, memanfaatkan, dan memelihara
sumberdaya alam secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Terdapat sepuluh kriteria utama yang perlu diperhatikan dalam
merencanakan sebuah kota, diantaranya

5
1. mencermati penggunaaan lahan kota
2. mengintegrasikan pembangunan kota yang formal dan informal
3. membentuk ruang perkotaan yang multifungsi
4. membayangi ruang perkotaan dengan pepohonan
5. membagi ruang gerak perkotaan
6. menyesuaikan tipologi bangunan
7. melindungi kawasan
8. membagi jaringan prasarana
9. mendukung identitas masyarakat
10. merencanakan perkembangan

Kota Hijau
Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2011) kota hijau dikenal sebagai
kota ekologis yang dapat pula dikatakan sebagai kota yang sehat. Kota yang sehat
menciptakan keseimbangngan antara pembangunan dan perkembangan kota
dengan kelestarian lingkungan. Kota sehat juga merupakan suatu kondisi dari
suatu kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat untuk dihuni. yang dimaksud
dengan kota hijau adalah kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan
secara efektif dan efisisen sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah,
menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan,
mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan
perancangan kota yang berpihak pada prinsip pembangunan berkelanjutan.
Terdapat delapan indikator yang dapat diterapkan dalam menciptakan kota hijau
di Indonesia, yaitu, green planning and design, green open space, green building,
green waste, green transportation, green water, green energy, dan green
community.
Green Planning and Design
Green Planning and Design adalah suatu perencanaan dan perancangan
wilayah, kota atau kawasan yang memperhatikan kapasitas daya dukung
lingkungan, efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya dan ruang, mengutamakan
keseimbangan lingkungan alami dan terbangun dalam rangka mewujudkan
kualitas ruang wilayah perkotaan yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan.
Kwanda (2001) mengatakan bahwa New Urbanism merupakan suatu konsep
untuk mengatasi masalah lingkungan di perkotaan. Permasalahan diatasi dengan
perencanaan permukiman yang berorientasi pada pejalan kaki, multi fungsi,
kepadatan tinggi, sehingga mengurangi kendaraan bermotor dan berakibat pada
berkurangnya kemacetan lalu lintas dan polusi udara. Karakter fisik dan sosial
lainnya adalah multi tipe rumah, taman publik yang lebih banyak dan rumah
berteras depan yang akan mendorong interaksi sosial dalam lingkungan
perumahansering juga disebut antara lain sebagai Traditional Neighborhood
Development (TND), perencanaan neotradisional, Transit–Oriented–Development
(TOD).
Secara umum, gerakan New Urbanism berpegang pada beberapa prinsip
perencanaan untuk pembangunan kota, yaitu:

6
1. Restorasi pusat kota dan kota yang ada dalam satu kesatuan wilayah
metropolitan.
2. Pembentukan kembali kawasan permukiman pinggiran kota yang tak teratur
menjadi suatu lingkungan masyarakat yang hidup dan penggunaan lahan yang
multi fungsi
3. Konservasi lingkungan alam
4. Pelestarian peninggalan–peninggalan lingkung buatan
5. Penggunaan lahan dan penghuni harus beragam dalam suatu lingkungan
masyarakat
6. Pejalan kaki termasuk juga kendaraan umum dan mobil harus dirancang dalam
suatu lingkungan masyarakat
7. Kota harus dibentuk oleh bentuk fisik yang jelas dan ruang publik yang mudah
dicapai
8. Kawasan kota harus dibentuk oleh desain arsitektur dan lansekap yang
menghargai sejarah lokal, iklim, ekologi, dan praktek pembangunan.
Green Open Space
Green open space adalah bagian dari ruang–ruang terbuka suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi endemik atau
introduksi guna mendukung manfaat langsung dan tidak langsung yang dihasilkan
oleh RTH dalam kota tersebut, yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan
keindahan wilayah perkotaan. Green Open space memiliki berbagai fungsi,
diantaranya fungsi ekologis, fungsi sosial budaya, fungsi planologis, fungsi
ekonomi dan fungsi estetika. Selain memiliki fungsi yang beragam, ruang terbuka
hijau juga dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, diantaranya taman
lingkungan, taman kota, hutan kota, tempat pemakaman umum, jalur hijau dan
lain–lain. Luasan mimimal dari ruang hijau dari suatu wilayah adalah 30% dari
total luas wilayahnya. Jumlah ini dapat dicapai dengan 20% RTH publik dan 10%
RTH privat. Selain meningkatkan jumlah RTH, peningkatan kualitas juga perlu
dilakukan.untuk mengoptimalkan fungsi ekologis dan sosialnya (Panduan Kota
Hijau 2013)
Green Building
Menciptakan bangunan yang ramah lingkungan tidak semata–mata
menciptakan bangunan dengan dominasi warna hijau atau menggunakan tanaman
saja. Ramah lingkungan disini mencakup berbagai aspek, mulai dari perencanaan,
penggunaan material sampai pada sistem pengoprasian bangunan itu kedepannya.
Green building adalah upaya dalam meningkatkan desain konstruksi sehingga
bangunan yang dibangun akan lebih tahan lama, biaya operasional yang hemat,
dan tidak membahayakan kesehatan. Menurut Redaksi Butaru, terdapat tiga
konsep utama dalam mendirikan green buiding yaitu :
1 life cycle assessment (uji Amdal)
Dalam melakukan suatu perencanaan bangunan seharusnya dilakukan
dahulu kajian Amdal, apakah dalam pengadaan suatu bangunan dapat
mempengaruhi lingkungan sekitarnya, baik dari segi sosial, ekonomi, maupun
alam sekitarnya. Jika dengan adanya keberadaan bangunan memberikan
pengaruh yang cukup besar maka bangunan tersebut sudah menyalahi konsep
dasar green building.

7

2 efisiensi desain struktur
Dasar dalam setiap proyek bermula pada tahap konsep dan desain. Tahap
konsep merupakan salah satu langkah utama dalam proyek yang memiliki
dampak besar pada kinerja proyek. Tujuan utaman merencanakan bangunan
dengan konsep green building adalah untuk meminimalkan dampak yang akan
disebabkan oleh banguna itu sendiri, baik selama pelaksanaan dan penggunaan.
Perencanaan bangunan yang tidak efisien dalam struktur juga memberikan efek
buruk terhadap lingkungan, yaitu pemakaian bahan bangunan yang sangat
banyak sehingga terjadi pemborosan.
3 efisiensi energy
Green building sering kali mencakup langkah–langkah untuk mengurangi
konsumsi energi, baik yang diperlukan untuk kehidupan segari–hari, seperti
kondisi bangunan yang memudahkan angin dan sinar matahari mudah masuk
kedalam bangunan. Selain itu segi pelaksanaan juga harus diperhatikan, seperti
penggunaan kayu dalam pembangunan gedung yang akan menghasilkan energi
buangan yang lebih rendah dibandingkan dengan bangunan yang menggunakan
batu bata, beton ataupun baja.
Green Waste
Green Waste adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, swasta dan
masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah yang disebabkan oleh adanya
sampah atau limbah. Upaya yang dimaksudkan diatas meliputi pengurangan
(reduce), pemanfaatan kembali (re–use) dan daur ulang (re–cycle) yang dikenal
sebagai pedekatan 3R. Pengelolaan sampah secara terpadu dilakukan agar sampah
dapat memberikan nilai lebih. Salah satu nilai lebih adalah dengan menanfaatkan
sampah sebagai sumber energi.
Sebagaimana diketahui, tumpukan sampah menghasilkan gas metana. Gas
ini berbahaya bagi manusia. Karena itu tumpukan sampah ditimbun dengan tanah
dan ditutupi dengan membran (plastik), agar gas metan tidak keluar. Kemudian di
bawah tumpukan sampah itu dipasang saluran gas, sehingga gas metana yang
keluar dapat dialirkan dan menggerakkan mesin yang dapat menghasilkan listrik.
Untuk menghasilkan listrik dari sampah, ada tiga teknologi yang digunakan.
Pertama, landfill gasification yaitu menangkap gas–gas yang dihasilkan sampah
kemudian dijadikan sebagai penggerak mesin yang dapat menghasilkan listrik.
Kedua, teknologi thermal process and gasification, yaitu dengan cara
memisahkan sampah kemudian diproses di ruang hampa atau tertutup. Teknologi
yang ketiga, yaitu anaerobic gasification, yaitu dengan cara menggunakan
sampah organik kemudian difermentasi (Dewan energi nasional 2010).
Tujuan dari green waste adalah agar masalah lingkungan seperti banjir,
penyakit dan lingkungan kotor yang disebabkan oleh sampah tidak lagi terjadi di
perkotaan. Sedangkan manfaatnya adalah untuk memunculkan kesadaran seluruh
masyarakat terhadap pengelolaan sampah itu sendiri, berkurangnya volume
sampah yang menjadi beban kota, berkurangnya ancaman banjir dan penyakit,
meningkatkan kesuburan dan kualitas tanah serta membangkitkan kota yang
kreatif melalui kegiatan daur ulang. Pengelolaan sampah yang baik akan
meningkatkan kualitas kesehatan perkotaan.

8

Green Transportation
Green Trasnportation diartikan sebagai suatu usaha pembangunan dan
pengembangan sistem transportasi yang berprinsip pada pengurangan dampak
negatif terhadap lingkungan, efisiensi penggunaan bahan bakar, dan berorientasi
pada manusia yang meliputi pengembangan jalur–jalur khusus pejalan kaki dan
sepeda, pengembangan angkutan umum massal yang memanfaatkan energi
alternatif terbarukan yang bebas polusi dan ramah lingkungan, serta
mempromosikan gaya hidup sehat dalam bertransportasi. Tujuan dari program ini
diantaranya mengarahkan pembangunan dan pengembangan sistem transportasi
yang ramah lingkungan yang berorientasi pada manusia dan pemanfaatan sumber
energi alternatif terbarukan yang bebas polusi, untuk mencapai kualitas
lingkungan yang sehat dan nyaman (Panduan Kota Hijau 2013).
Green Water
Green Water dapat didefinisikan sebagai suatu konsep untuk menyediakan
kemungkinan penyerapan air dan mengurangi puncak limpasan, sehingga tercapai
efisiensi pemanfaatan sumberdaya air. Konsep green water dilakukan untuk
meminimalkan efek yang terjadi pada lingkungan dan memaksimalkan efisiensi
penggunaan sumberdaya yang ada, dimana pada akhirnya dapat menghemat uang
yang dikeluarkan. Tujuan dari green water adalah menawarkan suatu solusi
lingkungan untuk masalah air dan sanitasi dalam lingkungan rumah, komersial,
industri dan pertanian. Dalam skala yang lebih luas, green water dapat
menawarkan suatu solusi lingkungan pada tingkatan perkotaan.
Green Energy
Green energy merupakan energi yang dihasilkan dari sumber–sumber
yang ramah lingkungan atau menimbulkan dampak negatif yang sedikit bagi
ekosistem lingkungan. Konsep green energy berkembang karena adanya dampak
negatif yang luar biasa akibat dari penggunaan energi fosil. Tujuan dari green
energy adalah menemukan sumber–sumber energi alternatif selain energi fosil,
yang dapat meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan. Manfaat dari
penggunaan green energy. Undang–Undang (UU) terkait pengaturan energi tertera
pada UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi diantaranya: 1) tersedianya energi
alternatif yang mampu memenuhi ketersediaan energi nasional, 2) terjaganya
kelestarian lingkungan hidup, 3) pemannfaatan energi dan energi terbarukan untuk
kemakmuran masyarakat.
Green Community
Green community dapat diartikan sebagai sebuah komunitas atau kelompok
warga yang peduli terhadap masalah lingkungan dan sosial budaya. Green
community diperlukan untuk mengupayakan perubahan perilaku warga untuk
menjadi lebih ramah terhadap lingkungan dan lebih peka terhadap perubahan yang
terjadi dengan tujuan akhir untuk mendorong perwujudan lingkungan dan hunian
yang nyaman, aman, lestari serta berkelanjutan sesuai dengan aspirasi warga
sosialnya. Dalam mewujudkan kota hijau pemerintah bekerja sama dengan
masyarakat melalui penyuluhan dan partisipasi aktif masyarakat serta bermitra

9
dengan masyarakat dalam mengadakan tanaman hijau di lingkugan masyarakat
(Direktorat Budidaya dan Pasca Panen Florikultura, 2011).

Gap Analysis
Metode gap analysis dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithamet, dan
Barry yang mulai dikenalkan pada tahun 1988. Metode gap analysis merupakan
suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu
perusahaaan atau institusi. Metode ini digunakan untuk mengetahui kinerja dari
sistem yang sedang berjalan dengan sistem yang standar. Metode ini bermanfaat
untuk menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dengan suatu
standar yang diharapkan, mengetahui peningkatan kriteria yang diperlukan dan
mengetahui dasar pengambilan keputusan terkait prioritas (Muchsan, 2011)
Gap analysis merupakan metode analisis yang mempunyai pendekatan
bottom up yang dapat memberikan masukan berharga bagi pemerintah, terutama
dalam perbaikan dan peningkatan kinerja pelayanan kepada masyarakat. Dalam
penelitian ini, Gap analysis digunakan untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi
antara kondisi ideal dengan kondisi aktual di suatu kota dalam menerapkan
konsep kota hijau. Gap analysis juga dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam perencanaan dan pengembangan kota terkait penerapan konsep
kota hijau, sehingga dapat diketahui permasalahan terkait pengembangan konsep
serta solusi pengembangan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

10
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kota Tangerang, Provinsi Banten. Kota
Tangerang merupakan sebuah kota yang berada di sebelah barat Kota Jakarta,
dengan jarak ke Ibu Kota Negara sejauh 65 km dan memiliki luas wilayah sebesar
154 km2 (BKPM, 2011). Penelitian dilakukan selama delapan bulan, yaitu pada
bulan Februari hingga bulan September 2013.

Gambar 2 Lokasi penelitian
Sumber : maps.google.com
Alat dan Bahan
Penelitian mengenai konsep kota hijau ini menggunakan peralatan baik
perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software. Bahan yang
digunakan berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data
yang didapatkan secara langsung di lapang, dan data sekunder adalah data–data
pendukung lain yang sesuai dan valid. Adapun alat dan bahan yang akan
digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini
Tabel 1 Alat dan bahan penelitian
Alat dan Bahan
Alat
Kamera digital
Bahan
Peta Kota Tangerang
Peta RTRW Kota Tangerang
Bahan Pustaka

Kegunaan
Mengambil gambar di tapak
Mengetahui kondisi kota
Mengetahui rencana perkembangan kota
Studi literatur

Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi aktual Kota
Tangerang dalam menerapkan konsep kota hijau dan melakukan evaluasi terkait
penerapan dan pengembangan konsep kota hijau di Kota Tangerang yang berbasis
lingkungan dan berkelanjutan.

11
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah metode
survei lapang untuk mengetahui penerapan delapan indikator kota hijau di Kota
Tangerang. Metode ini merupakan metode yang memusatkan pada survei
langsung pada tapak untuk mengetahui seperti apa penerapan yang sudah
dilakukan terkait penerapan delapan indikator kota hijau. Tahapan penelitian yang
dilakukan adalah tahap pengumpulan data atau inventarisasi, analisis, dan
evaluasi. Adapun penjelasan dari tahapan penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut.
Inventarisasi
Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data yang dibutuhkan baik data
primer maupun data sekunder. Data primer diambil secara langsung yang
didapatkan melalui wawancara dengan dinas terkait serta pengamatan di lapang.
Sedangkan data sekunder merupakan data yang dikumpulkan dari sumber lain
yang digunakan dalam penelitian dengan desk study, yaitu metode pengumpulan
data berupa laporan–laporan studi terdahulu, paper atau makalah, serta data
sekunder lain yang dibutuhkan. Adapun data–data yang dikumpulkan dapat dilihat
pada Tabel 2 di bawah ini.
2 dan
Jenis
data dan
Lanjutan Tabel Tabel
2 Data
sumber
datasumber data penelitian
Jenis
Cara
No
Data
Sumber Data
Data
Pengambilan
Letak, luas,
batas tapak
Profil Kota
Tangerang,
Kondisi Geologi
RTRW Kota
Studi
Umum
Hidrologi
1
Sekunder
Tangerang
pustaka
Kota
Tata guna
Tangerang lahan
Iklim

2

Indikator
Kota
Hijau

Green
planning and
design
Green open
space
Prrimer,
Green
Sekunder
building
Green waste
Green
transportation
Green water

Survei,
RTRW Kota
Tangerang,
Dinas terkait

Survei, Studi
pustaka

12
Lanjutan Tabel 2 Data dan sumber data penelitian
Jenis
Cara
No
Data
Sumber Data
Data
Pengambilan
Green
planning and
design
Green open
space
Survei, RTRW
Indikator
Green
Primer,
Kota
Survei, Studi
2
Kota
building
Sekunder
pustaka
Tangerang,
Hijau
Dinas terkait
Green waste
Green
transportation
Green water
3

Aspek
sosial

Jumlah
penduduk

Sekunder

Dinas
Kependudukan

Studi
pustaka

Analisis
Tahapan analisis dimulai dengan merumuskan konsep ideal kota hijau
melalui desk study dengan pendekatan delapan indikator kota hijau. Setelah itu
dilanjutkan dengan mengidentifkasi kondisi eksisting di tapak yang dilanjutkan
dengan menganalisis dengan metode Gap Analysis deskriptif. Dalam penelitian ini
metode Gap Analysis dilakukan untuk membandingkan kondisi ideal dari suatu
kota hijau dengan kondisi aktual dari Kota Tangerang.
Evaluasi
Penelitian ini menghasilkan evaluasi sebagai hasil dari penelitian. Pada
tahap ini, dilakukan penilaian pada setiap indikator yang telah dilterapkan.
Kriteria yang digunakan dalam mengkuantifikasi data (skoring) yaitu dengan
memberikan skor 0, 1, 2, 3, 4. Dimana 0 merupakan skor minimal dan 4
merupakan skor maksimal. Semakin besar nilai penerapan menunjukan hasil yang
semakin baik. Kriteria pemberian skor mengacu pada batasan yang telah
ditentukan. Setelah melakukan skoring pada tiap model penerapan, langkah
selanjutnya yaitu melakukan penghitungan nilai penerapan dari setiap indikator
dengan persamaan berikut ini:

Dimana :

x1
xn
Xt
Xmax





= nilai skoring penerapan 1
= nilai skoring penerapan ke–n
= nilai penerapan total setiap indikator
= nila maksimal setiap indikator



Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai maksimal dan nilai persentase penerapan
dengan persamaan berikut ini:

13

rs t s

r p

ik t r

i ip
i i

r p
ksi

t t

t

Setelah dilakukan perhitungan presentase penerapan dari setiap indikator,
dapat diketahui indikator apa saja yang sudah diterapakan dengan baiik dan dapat
ditentukan perlakuan atau rencana yang akan dilakukan selanjutnya untuk
menciptakan kota hijau yang ideal.Adapun kriteria untuk melakukan skoring
dapat dilihat pada Tabel 3–Tabel 10 di bawah ini.

Tabel 3 Batasan penentuan skoring indikator Green Planning and Design
Penerapan
(Program)

Skor
Skor 0

Skor 1

Skor 2

Skor 3

Skor 4

Compact City

1. Tidak ada
1 Sudah ada
1 Sudah ada
1 Sudah ada
1 Sudah ada
rencana untuk
arahan untuk
rencana untuk
rencana untuk
rencana untuk
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
kota dengan
compact city
compact city
compact city
compact city
menggunakan
yang tertera
yang tertera
yang tertera
yang tertera
compact city dan
dalam RTRW.
dalam RTRW.
dalam RTRW.
dalam RTRW.
tidak tertera
2 Sudah ada
2 Sudah ada
dalam RTRW.
2 Sudah ada
2 Sudah ada
penerapan pada
penerapan pada
penerapan pada
penerapan
2. Tidak ada
beberapa
beberapa
beberapa
dengan
komponen
komponen
komponen
membentuk
penerapan.
pembentuk
pembentuk
pembentuk
kawasan
compact city
compact city
compact city
compact city.
(bangunan
(bangunan
(bangunan
vertikal,
vertikal,
vertikal,
3 Adanya
pengembangan
penentuan
penentuan
penentuan
KDH).
KDH), serta
KDH), serta
jalur pejalan kaki
di sekitar
adanya
adanya
kawasan
pengembangan
pengembangan
compact city dan
jalur pejalan
jalur pejalan kaki
terintegrasi
di sekitarnya.
kaki di
dengan jaringan
sekitarnya dan
transportasi
terintegrasi
umum, serta
dengan jaringan
dapat mengatasi
transportasi
masalah
umum.
perkotaan terkait
urban sprawl.

Mixed–Use
Development

1. Tidak ada
1. Sudah ada
rencana untuk
arahan untuk
pengembangan
pengembangan
kota dengan
mixed use
menggunakan
development
mixed use
namun belum
development dan
tertera dalam
tidak tertera
RTRW.
dalam RTRW.

1.Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
mixed use
development
yang tertera
dalam RTRW.

1.Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
mixed use
development
yang tertera
dalam RTRW.

1.Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
mixed use
development
yang tertera
dalam RTRW.

14
Lanjutan Tabel 3 Batasan penentuan skoring indikator Green Planning and
design
Penerapan
(Program)

Skor
Skor 0

Skor 1

Skor 2

Skor 3

Skor 4

Mixed–Use 2. Tidak ada
Development
penerapan.

2. Sudah ada
2. Sudah ada
2. Sudah ada
2. Sudah ada
penerapan dengan
penerapan dengan
penerapan dengan
usaha
usaha
usaha
usaha
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
produk
produk properti
produk properti
produk properti
properti, namun
(perkantoran,
(perkantoran,
(perkantoran,
pengembangan
hotel, tempat
hotel, tempat
hotel, tempat
belum
tinggal)
tinggal) dan
tinggal) dan
bertujuan untuk
pengembangan
pengembangan
membentuk
jalur pejalan kaki
jalur pejalan kaki
kawasan mixed
di sekitarnya.
used.
di sekitarnya serta
terintegrasi
dengan jaringan
transportasi
umum.

Kawasan
1. Tidak ada
rencana untuk
Pejalan Kaki
pengembangan
kota dengan
menggunakan
kawasan
pejalan kaki
dan tidak
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
1.Sudah ada
arahan untuk
rencana untuk
pengembangan
pengembangan
kawasan
kawasan pejalan
pejalan kaki
kaki yang tertera
namun belum
dalam RTRW.
tertera dalam
2.Sudah ada jalur
RTRW.
untuk pejalan
2. Sudah ada
kaki, namun
penerapan
tanpa disertai
dengan usaha
dengan fasilitas
pengembangan
pendukung yang
memadai.
jalur pejalan
kaki.

2. Tidak ada
penerapan.

Transit
1.Tidak ada
Oriented
rencana untuk
Development
pengembangan
(TOD)
kota dengan
menggunakan
TOD dan tidak
tertera dalam
RTRW.
2.Tidak ada
penerapan.

1.Sudah ada
arahan untuk
pengembangan
TOD namun
belum tertera
dalam RTRW.
2.Penerapan
model TOD
baru sebatas
pada
pemanfaatan
angkutan
massal
perkotaan.

1.Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
kawasan pejalan
kaki yang tertera
dalam RTRW.

1.Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
kawasan pejalan
kaki yang tertera
dalam RTRW.

2.Terdapat di pusat
kota dengan
kegiatan
intensitas tinggi.

2.Terdapat di pusat
kota dengan
kegiatan
intensitas tinggi.

3.Tersedia fasilitas
pendukung untuk
pejalan kaki.

3.Sudah
membentuk
kawasan yang
terintegrasi
dengan tempat
lain, serta
tersedianya
fasilitas
pendukung untuk
pejalan kaki.

1.Sudah ada
1.Sudah ada
1.Sudah ada
rencana untuk
rencana untuk
rencana untuk
pengembangan
pengembangan
pengembangan
TOD yang tertera
TOD yang tertera
TOD yang tertera
dalam RTRW.
dalam RTRW.
dalam RTRW.
2.Penerapan model 2.Sudah ada
TOD baru sebatas
penggunaan
pada pemanfaatan
angkutan massal
angkutan massal
dan pejalan kaki
perkotaan.
serta sepeda,
namun belum
terintegrasi
seluruhnya.

2.Memaksimalkan
penggunaan
angkutan massal
(BRT, MRT,
Angkutan kota)
serta dilengkapi
dengan jaringan
pejalan kaki dan
sepeda yang
saling
terintegrasi.
3.Jaringan angkutan
massal
menghubungkan
tempat–tempat
fungsional.

15
Tabel 4 Batasan penentuan skoring indikator Green Open Space
Penerapan/
Skor
Taman
Lingkungan

Skor 0

Skor 1

Skor 2

Skor 3

Skor 4

Tidak ada
1. Sudah ada
1. Sudah ada
1. Sudah ada
1. Sudah ada
rencana untuk
arahan untuk
rencana untuk
rencana untuk
rencana untuk
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
kota dengan
taman
taman
taman
taman lingkungan
implementasi
lingkungan
lingkungan yang
lingkungan yang
yang tertera
taman
namun belum
tertera dalam
tertera dalam
dalam RTRW.
lingkungan dan
tertera dalam
RTRW.
RTRW.
tidak tertera
RTRW.
2. Sudah ada
dalam
2. Sudah ada
penerapan
2. Sudah ada
terhadap taman
RTRW.Tidak ada 2. Sudah ada
penerapan
penerapan
lingkungan, dan
penerapan.
penerapan
terhadap taman
terhadap taman
ukuran taman
terhadap taman
lingkungan,
lingkungan, dan
lingkungan,
namun ukuran
ukuran taman
lingkungan sudah
taman
lingkungan
namun belum
memenuhi
lingkungan
memenuhi
standar minimal
sudah memenuhi
belum memenuhi
standar yang
250 m².
standar minimal
standar minimal
baik bagi
250 m².
250 m².
taman
3. Hanya memiliki
lingkungan.
satu fungsi RTH 3. Memiliki lebih
yaitu sebagai
3. Hanya memiliki
dari satu fungsi
RTH (ekologis,
satu fungsi RTH
sarana sosial
estetika,
yaitu sebagai
budaya (interaksi
planologis,
sarana sosial
sosial).
ekonomi, dan
budaya (interaksi
sosial budaya).
sosial).
4. Lokasi sudah
menyebar
dengan baik di
sekitar
perumahan.

Taman Kota

1.Tidak ada
rencana untuk
pengembangan
kota dengan
implementasi
taman kota dan
tidak tertera
dalam RTRW.
2.Tidak ada
penerapan.

1. Sudah ada
arahan untuk
pengembangan
taman kota
namun belum
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
taman kota yang
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
taman kota yang
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
taman kota yang
tertera dalam
RTRW.

2. Sudah ada
2. Sudah ada
2. Sudah ada
2. Sudah ada
penerapan
penerapan
penerapan
terhadap taman
terhadap taman
terhadap taman
penerapan
kota, dan ukuran
kota, dan ukuran
kota, dan ukuran
terhadap taman
taman kota sudah
taman kota
taman kota belum
kota, namun
memenuhi
belum
memenuhi
sudah memenuhi
standar sekitar
memenuhi
standar sekitar
standar kurang
9000 m² – 24000
9000 m² – 24000
standar yang
dari 9000 m².
m².
m².
baik bagi
taman kota.
3. Lokasi belum
3. Lokasi berada di
menyebar dengan 3. Lokasi belum
menyebar dengan
baik dan tidak
pusat wilayah
baik dan tidak
berada di pusat
pelayanan kota.
berada di pusat
wilayah
wilayah
4. Memenuhi
pelayanan kota.
pelayanan kota.
fungsi taman
kota sebagai
penyumbang
RTH perkotaan.

16
Lanjutan Tabel 4 Batasan penentuan skoring indikator Green Open Space
Penerapan/
Skor

RTH Jalur
Hijau (jalan
dan sungai)

Skor 0
1.Tidak ada
rencana untuk
pengembangan
kota dengan
implementasi
RTH jalur hijau
dan tidak tertera
dalam RTRW.
2.Tidak ada
penerapan.

Hutan Kota

1.Tidak ada
rencana untuk
pengembangan
kota dengan
implementasi
hutan kota dan
tidak tertera
dalam RTRW.
2.Tidak ada
penerapan.

Pertanian
Perkotaan

1.Tidak ada
rencana untuk
pengembangan
kota dengan
implementasi
pertanian
perkotaan dan
tidak tertera
dalam RTRW

Skor 1
1. Sudah ada
arahan untuk
pengembangan
RTH jalur
hijau namun
belum tertera
dalam RTRW.
2. Sudah ada
penerapan
terhadap RTH
jalur hijau
namun belum
memenuhi
standar yang
baik bagi RTH
jalur hijau.

1. Sudah ada
arahan untuk
pengembangan
hutan kota
namun belum
tertera dalam
RTRW.
2. Sudah ada
penerapan
hutan kota
namum fungsi
dan luasan dari
taman kota
belum
memenuhi
standar.

1. Sudah ada
arahan untuk
pengembangan
pertanian
perkotaan
namun belum
tertera dalam
RTRW.

Skor 2
1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
RTH jalur hijau
yang tertera
dalam RTRW.

Skor 3
1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
RTH jalur hijau
yang tertera
dalam RTRW.

Skor 4
1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
RTH jalur hijau
yang tertera
dalam RTRW.

2. Keberadaan RTH 2. Keberadaan RTH 2. Menghubungkan
jalur hijau belum
jalur hijau belum
jalur hijau yang
saling terhubung
saling terhubung
satu dengan
satu sama lain
satu sama lain
yang lainnya
(terputus).
(terputus).
(tidak terputus)
3. Fungsi RTH jalur 3. Memiliki fungsi 3. Memiliki fungsi
hijau yang ada
RTH seperti
RTH seperti
fungsi ekologis
fungsi ekologis
baru sebatas pada
(menyerap
(menyerap
fungsi estetika
namun belum
polutan,
polutan,
memenuhi fungsi
pembentuk iklim
pembentuk iklim
ekologis.
mikro, dan
mikro, dan
pembentuk RTH
pembentuk RTH
utama di kawasan
utama di
tersebut) dan
kawasan
fungsi estetika
tersebut) dan
fungsi estetika
(pengarah jalan,
(pengarah jalan,
kenyamanan
kenyamanan
user).
user).
1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
hutan kota yang
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
hutan kota yang
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
hutan kota yang
tertera dalam
RTRW.

2. Sudah ada
2. Luasan sudah
2. Luasan sudah
penerapan hutan
memenuhi
memenuhi
kota namum
standar yaitu
standar yaitu
fungsi dan luasan
10% dari luas
10% dari luas
dari taman kota
kota.
kota.
belum memenuhi
3. Fungsi hutan kota 3. Memiliki
standar.
belum
maksimal dari
dikembangkan
fungsi ekologis
secara maksimal.
dari hutan kota
(penghasil
oksigen di
perkotaan,
peredam suara,
perbaikan iklim,
konservasi, dan
habitat satwa),
fungsi lanskap,
dan fungsi
estetika.
1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
pertanian
perkotaan yang
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
pertanian
perkotaan yang
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
pertanian
perkotaan yang
tertera dalam
RTRW.

17
Lanjutan Tabel 4 Batasan penentuan skoring indikator Green Open Space
Penerapan/
Skor
Pertanian
Perkotaan

Skor 0
2. Tidak ada
penerapan.

Skor 1
2. Penerapan
pertanian
perkotaan baru
sebatas pada
pertanian
perkotaan
berupa
persawahan.

Skor 2
2. Penerapan
pertanian
perkotaan berupa
sawah maupun
kebun.

Skor 3

Skor 4

2. Penerapan
2. Penerapan
pertanian
pertanian
perkotaan berupa
perkotaan berupa
sawah maupun
sawah maupun
kebun dengan
kebun dengan
kegiatan
kegiatan
pertanian yang
pertanian yang
produktif dan
produktif, namun
sudah ada
belum adanya
kerjasama yang
kerjasama yang
baik antara
baik antara
pemerintah
pemerintah
dengan
dengan
masyarakat dalam
masyarakat
mengelola
dalam mengelola
pertanian
pertanian
perkotaan.
perkotaan.
3. Adanya
pemanfaatan
lahan terbuka
pada area
terbangun untuk
dijadikan urban
farming seperti
kegiatan
berkebun
organik.

Taman
Pemakaman
Umum (TPU)

1.Tidak ada
rencana untuk
pengembangan
kota dengan
implementasi
TPU dan tidak
tertera dalam
RTRW.
2.Tidak ada
penerapan.

1. Sudah ada
arahan untuk
pengembangan
TPU namun
belum tertera
dalam RTRW.
2. Sudah ada
penerapan
RTH dalam
bentuk TPU
namun belum
memenuhi
standar yang
sesuai dan
belum dikelola
dengan baik
oleh
pemerintah.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
TPU yang tertera
dalam RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
TPU yang tertera
dalam RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pengembangan
TPU yang tertera
dalam RTRW.

2. Sudah ada
2. Fungsi utama
2. Fungsi utama
penerapan RTH
TPU seperti daya
TPU seperti
dalam bentuk
tampung harus
daya tampung
TPU namun
terpenuhi dengan
harus terpenuhi
belum memenuhi
baik, fungsi RTH
dengan baik,
standar yang
dikembangkan
fungsi RTH
sesuai dan belum
dengan cara
dikembangkan
dikelola dengan
pengurangan
dengan cara
baik oleh
penggunaan
pengurangan
pemerintah.
penggunaan
beton pada desain
beton pada
makam sehingga
desain makam
akan
sehingga akan
memaksimalkan
memaksimalkan
area hijau untuk
area hijau untuk
daerah resapan
daerah resapan
air.
air.
3. Belum dikelola
baik oleh pihak
3. Sudah dikelola
pemerintah.
baik oleh
pemerintah
daerah.

18
Tabel 5 Batasan penentuan skoring indikator Green Building
Penerapan
(Program)

Skor
Skor 0

Skor 1

Skor 2

Pembangunan 1. Tidak ada
1 Sudah ada
1. Sudah ada
Green
rencana untuk
arahan untuk
rencana untuk
Building
pengembangan
pembangunan
pembangunan
kota dengan
green building
green building
namun belum
yang tertera
pembangunan
tertera dalam
dalam RTRW.
green building
RTRW.
dan tidak
2. Sudah ada
tertera dalam
2 Sudah ada
penerapan ,
RTRW
penerapan ,
namun belum
namun belum
2. Tidak ada
memenuhi
memenuhi
penerapan.
standar yang baik
standar yang
dari green
baik dari green
building (baru
building (baru
diterapkan pada
diterapkan
beberapa aspek
pada beberapa
pembentuk green
aspek
building.
pembentuk
green building.

Skor 3

Skor 4

1. Sudah ada
rencana untuk
pembangunan
green building
yang tertera
dalam RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
pembangunan
green building
yang tertera
dalam RTRW.

2. Minimun luas
gedung atau
bangunan adalah
2 500 m².

2. Minimun luas
gedung atau
bangunan adalah
2 500 m².

3. Fungsi gedung
sesuai dengan
peruntukan lahan
berdasarkan
RTRW setempat.

3. Fungsi gedung
sesuai dengan
peruntukan lahan
berdasarkan
RTRW setempat.

4. Diterapkan pada
bangunan
perkantoran
maupun
perumahan.

4. Diterapkan pada
bangunan
perkantoran
maupun
perumahan.

5. Berorientasi pada 5. Berorientasi pada
manusia sebagai
manusia sebagai
pengguna utama
pengguna utama
bangunan seperti
bangunan seperti
harus tahan
harus tahan
gempa, standar
gempa, standar
keselamatan bagi
keselamatan bagi
bahaya–bahaya,
bahaya–bahaya,
adanya
adanya
standarisasi
standarisasi
aksesibilitas bagi
aksesibilitas bagi
penyandang
penyandang cacat
dan berorientasi
cacat dan
pula bagi
berorientasi pula
lingkungan untuk
bagi lingkungan
menjaga
untuk menjaga
kelestarian
kelestarian
lingkungan
lingkungan
sekitarnya.
sekitarnya.
6. Belum
tersertifikasi oleh
GBCI.

6. Sudah
tersertifikasi oleh
GBCI (Green
Building Council
Indonesia).

19
Tabel 6 Batasan penentuan skoring indikator Green Waste
Penerapan
(Program)

Skor
Skor 0

Skor 1

Penerapan 1. Tidak ada rencana
Konsep 3R
untuk penerapan
3R dan tidak
tertera dalam
RTRW.
2. Tidak ada
penerapan.

Pemilahan
(Bank
Sampah)

Skor 2

Skor 3

Skor 4

1. Sudah ada arahan
menerapkan 3R
namun belum
tertera dalam
RTRW.

1. Sudah ada
rencana
penerapan 3R
yang tertera
dalam RTRW.

1. Sudah ada
rencana untuk
penerapan 3R
yang tertera
dalam RTRW.

2. Sudah ada
penerapan pada
beberapa rumah
tangga saja.

2. Sudah ada
penerapan pada
tingkat
RT/TPSt/TPA.

2. Sudah
2. Sudah dilakukan
dilakukan pada
secara mandiri
oleh masyarakat,
RT dan TPSt
serta terdapat
juga penerapan
pada tiap TPSt
dan TPA yang
ada.

1. Sudah ada
rencana
penerapan bank
sampah yang
tertera dalam
RTRW

1. Sudah ada
1. Sudah ada
rencana
rencana
penerapan bank
penerapanbank
sampah yang
sampahyang
tertera