Analisis Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT
KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

BONITA DWI ANGGRAINI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Program
Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di
Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Insititut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013
Bonita Dwi Anggraini
NIM I34090145

ABSTRAK
BONITA DWI ANGGRAINI. Analisis Program Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa
Barat. Dibimbing oleh FREDIAN TONNY NASDIAN.
Sebagai bentuk tanggung jawabnya kepada masyarakat, PT Indocement memiliki
program tanggung jawab sosial perusahaan yang juga mendukung usaha
pembangunan berkelanjutan yaitu program penanaman jarak pagar. Program ini
seharusnya bisa mengurangi dampak sosial dan lingkungan yang diberikan oleh
perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis program CSR PT
ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR; (2) menganalisis sejauh mana
implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program CSR PT ITP; (3)
menganalisis sejauh mana implementasi program pembangunan berkelanjutan
mampu menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan PT ITP.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan kualitatif menggunakan

kuesioner serta panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa program penanaman jarak pagar ini belum dapat memberikan keuntungan
yang signifikan bagi perusahaan namun sudah dapat meningkatkan kualitas
lingkungan dan kehidupan masyarakat. Program ini memiliki tingkat keberhasilan
yang tinggi dalam pengimplementasian pembangunan berkelanjutan, yang sudah
dapat menganggulangi dampak sosial namun belum untuk dampak lingkungan.
Kata kunci: corporate social responsibility, pembangunan berkelanjutan, dampak
lingkungan, dampak sosial

ABSTRACT
BONITA DWI ANGGRAINI. Corporate Social Responsibility Program Analyzes
on Sustainable Development in Lulut, Bogor Regency, West Java. Supervised by
FREDIAN TONNY NASDIAN.
As responsibilities to local communities, PT Indocement has a corporate social
responsibililty program that also supports the sustainable development called
jathropa plantation. The program should be able to reduce social and
environmental impacts provided by the company. The purpose of this study was:
(1) analyze PT ITP’s CSR program and its compliance with the three pillars of
CSR; (2) analyze the implementation of sustainable development in the CSR
program of PT ITP; (3) analyze how the implementation of sustainable

development programs tackle the environmental and social impact from PT ITP.
The research was carried out by quantitative and qualitative methods using
questionnaries and in-depth interview. The result indicates that the program is not
able yet to provide a significant advantage for the company but has been able to
improve the quality of the environment and people’s lives. The program also has a
high rate of success in the implementation of sustainable development, which able
to cope with the social impact but not with the environmental impact.
Keywords:

corporate social responsibility,
environmental impact, social impact

sustainable

development,

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI DESA LULUT
KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT


BONITA DWI ANGGRAINI

Skripsi
sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Analisis Program Corporate Social Responsibility
(CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa
Lulut, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

: Bonita Dwi Anggraini
: I34090145

Disetujui oleh

Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS
Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan : ___________________________

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala berkat dan penyertaanNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012
hingga November 2012 ini ialah tanggung jawab sosial atau corporate social

responsibility (CSR), dengan judul Analisis Program Corporate Social
Responsibility (CSR) dalam Pembangunan Berkelanjutan di Desa Lulut,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Fredian Tonny Nasdian,
MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak memberikan saran,
masukan serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih
juga diucapakan kepada Bapak Ali Irawan sebagai kepala pekerja kebun jarak
pagar yang selalu menemani dan membantu penulis dalam mencari data. Selain
itu, penulis juga sangat berterima kasih kepada Bapak Fajar Fathoni dan Bapak
Usman dari PT ITP yang juga membantu dalam proses pengumpulan data.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, Bobby Wenas, ibu,
Budiarti Rahyanto, dan kakak, Bertha Mahestarini atas doa, kasih sayang dan
dukungannya. Tak lupa kepada Tiara Anja Kusuma, teman satu bimbingan dan
seperjuangan, Mona, Yanti, Rosita, Ayu, Agustin, Jajang, Novia, teman-teman
seperjuangan akselerasi, Andreas, Ira, Gracia, Melisa, Vici, Enca, Sondang,
Lenny, Stefan, Richard, Faithy, Romi, Jabbar, Muriani, dan juga teman-teman
SKPM 46 lainnya serta pihak-pihak yang mendukung, memotivasi serta
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat.


Bogor, Januari 2013
Bonita Dwi Anggraini

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

viii
x
xii
1
1
3
4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility
Pembangunan Berkelanjutan
Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional

7
7
11
14
15
16
16

PENDEKATAN LAPANG

Lokasi dan Waktu
Teknik Sampling
Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data

19
19
19
20
20

PROFIL DESA
Kondisi Geografis
Kondisi Ekonomi
Kondisi Pendidikan
Karakteristik Penduduk
Mobilitas Penduduk
Struktur Sosial Masyarakat
Pola Kebudayaan Masyarakat
Pola-Pola Adaptasi Ekologi Masyarakat

Ikhtisar

21
21
23
23
25
26
27
28
29
29

PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Program CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
Program CSR – Community Development (Lima Pilar)
Program CSR – Sustainable Development
Program Penanamaan Jarak Pagar (Jatropha curcas)
Awal Pelaksanaaan Program
Implementasi Program

Hasil Program
Analisis Program
Ikhtisar

31
31
32
32
33
34
35
36
37
39

IMPLEMENTASI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Tujuan Ekonomi
Peluang Usaha
Peluang Kerja
Tujuan Ekologi
Tujuan Sosial
Keberhasilan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan
Ikhtisar

41
41
41
43
45
47
49
50

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN
HUBUNGANNYA DENGAN DAMPAK PERUSAHAAN
Dampak Perusahaan
Dampak Lingkungan
Dampak Sosial
Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dengan Dampak Lingkungan
Hubungan Pembangunan Berkelanjutan dengan Dampak Sosial
Ikhtisar

53
53
53
54
56
57
58

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

61
61
61

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

63
65
77

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

11

12

13

14

15

16

17

Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Rencana jadwal penelitian
Luas wilayah Desa Lulut menurut penggunaan
Karakter ekologi Desa Lulut berdasarkan kampung
Jumlah dan persentase penduduk Desa Lulut berdasarkan jenis
pekerjaan dan jenis kelamin
Jumlah penduduk Desa Lulut menurut tingkat pendidikan dan
jenis kelamin Tahun 2010
Jumlah, kepadatan dan reit pertumbuhan penduduk Desa
Lulut Tahun 2000-2010
Reit migrasi masuk, reit migrasi keluar dan reit migrasi
kasar Desa Lulut Tahun 2008 dan 2010
Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang usaha
yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012
Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan peluang kerja
yang muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012
Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan kepedulian
program terhadap lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan partisipasi
terhadap program Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat
keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan program
CSR di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor
Tahun 2012
Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan persepsi
mengenai lingkungan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012
Jumlah dan persentase peserta program berdasarkan keresahan sosial
di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012
Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan
terhadap persepsi terhadap lingkungan di Desa Lulut,
Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
Persentase keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan
terhadap tingkat keresahan sosial di Desa Lulut, Kecamatan
Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012

9
19
22
22
24
24
25
27

42

44

46

48

49

54

55

56

58

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

8

9

10

11

12

13

The triple bottom line (3PS)
Hubungan antara tiga tujuan pembangunan berkelanjutan
Piramida keberlanjutan
Standard kerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia
Kerangka analisis dari analisis program corporate social
responsibility (CSR) dalam pembangunan berkelanjutan
Piramida penduduk DesaLulut
Persentase peserta program berdasarkan peluang usaha yang
muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012
Persentase peserta program berdasarkan peluang kerja yang
muncul di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012
Persentase peserta program berdasarkan kepedulian program
terhadap lingkungan Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012
Persentase peserta program berdasarkan partisispasi terhadap
program di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012
Persentase responden berdasarkan tingkat keberhasilan
implementasi pembangunan berkelanjutan program CSR di
Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor Tahun 2012
Persentase peserta program berdasarkan persepsi mengenai
lingkungan di Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor Tahun 2012
Persentase peserta program berdasarkan keresahan sosial di
Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten
Bogor Tahun 2012

8
12
13
14
16
26

42

44

47

48

50

54

56

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Peta lokasi
Daftar peserta program
Kuesioner
Pedoman wawancara mendalam
Dokumentasi
Makalah

65
66
67
71
73
75

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya
alam melimpah. Sumber daya alam tersebut dikelola agar pada akhirnya dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam di
Indonesia dilakukan baik oleh pemerintah maupun perusahaan. Sayangnya
pengelolaan sumber daya ini rentan dengan isu kerusakan lingkungan dan
kesejahteraan masyarakat yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam
tersebut. Jumlah perusahaan yang ada di Indonesia pun cederung bertambah.
Menurut data BPS (2007), berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2006, seluruh
perusahaan di Indonesia tercatat sebanyak 22.7 juta (43.03%); terdiri dari 9.8 juta
(56.97%) perusahaan tidak permanen dan 12.9 juta perusahaan permanen. Bila
dibandingkan dengan Sensus Ekonomi tahun 1996, data ini meningkat sebanyak
6.2 juta (3.32%) per tahunnya. Menurut data Jumlah Perusahaan menurut
Subsektor yang dikeluarkan oleh BPS (2009), bila kita membandingkan data pada
tahun 2001 dan 2009, jelas terlihat adanya peningkatan jumlah perusahaan di
Indonesia. Peningkatan jumlah ini tentunya membuat isu kerusakan lingkungan
dan kesejahteraan masyarakat semakin menguat.
Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah di Indonesia juga mengeluarkan
Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam undangundang tersebut, tiap perusahaan diwajibkan untuk melakukan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan
lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat,
maupun masyarakat pada umumnya 1. Perusahaan sadar bahwa keberhasilan dan
berjalannya perusahaan dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh
pihak-pihak internal namun juga oleh komunitas yang ada di sekelilingnya
(Rahman 2009). Hal ini membuat bisnis kini tidak hanya mengembangkan tujuan
untuk mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya, namun juga mulai
memikirkan bagaimana tanggung jawab perusahaan terhadap keadaan sosial di
tempat perusahaan ini berada. Akibat adanya kedua hal tersebut, berkembanglah
konsep tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) yang dilakukan
oleh perusahaan.
Definisi mengenai corporate social responsibility (CSR) sendiri beragam;
tergantung pada visi dan misi perusahaan yang disesuaikan dengan needs, desire,
wants dan interest dari komunitas (Rahman 2009). Corporate social responsibility
sendiri diartikan oleh Holme dan Watts dalam Sitepu (2008) sebagai komitmen
yang dilakukan perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi pada
pembangunan ekonomi, meningkatkan kualitas hidup pekerja serta keluarganya
disamping komunitas sekitar dan masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan The
World Business Council of Sustainable Development (WBCSD) (1999) dalam
Rahman (2009) mengartikan CSR sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan
perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (local) dan
1Undang-Undang

No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 1 Butir 3

2

masyarakat secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Konsep CSR ini dilandasi dengan konsep the triple bottom line yang dikemukaan
oleh Elkington, dimana ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu profit, people
dan planet. Konsep planet dalam hal ini menunjukkan bahwa perusahaan turut
mengambil bagian dalam usahanya menjaga dan mengingkatkan kualitas
lingkungan hidup. Melalui konsep ini berarti perusahaan harus memperhatikan
aspek lingkungan ketika melakukan kegiatan bisnisnya.
Konsep CSR terus berkembang dimana masyarakat bukan hanya
menginginkan kontribusi perusahaan dalam tiga aspek, namun masyarakat juga
menginginkan adanya keberlanjutan dari aspek-aspek tersebut. Keberlanjutan ini
akan menjamin masyarakat di generasi selanjutnya untuk dapat memanfaatkan
sumber daya yang ada, yang juga telah digunakan oleh perusahaan. Selain itu,
masyarakat juga menginginkan adanya keberlanjutan dalam pembangunan yang
dilakukan oleh perusahaan. Akibatnya muncul konsep sustainable development.
Sustainable development muncul pada tahun 1987 dalam UNCTAD Report atau
dikenal dengan The Brundtland Report. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa
kemiskinan merupakan penyebab utama adanya kerusakan lingkungan. Di
dalamnya dijelaskan pula bahwa pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memperhatikan kebutuhan di masa yang akan datang tanpa
mengganggu kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi
kebutuhannya. Ada tiga hal yang terkait dengan konsep keberlanjutan yaitu
people, planet dan profit, atau yang dikenal dengan tiga pilar dari sustainability
(Ghiga dan Ghiga 2006).
Pada kenyataannya implementasi CSR tidaklah semudah itu. Menurut
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) konsep CSR di Indonesia
diterjemahkan dengan salah. CSR pada praktiknya hanya sebagai promosi
terselubung 2. Selain itu pelaksanaan CSR yang seharusnya sukarela, banyak yang
berubah menjadi wajib. Banyak pula CSR di Indonesia yang dilakukan berpindahpindah 3. Akibatnya pelaksanaan program CSR tidak berkelanjutan. Padahal di
satu sisi CSR merupakan sebuah konsep pembangunan yang berkelanjutan 4.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. atau PT ITP adalah salah satu
produsen semen terbesar di Indonesia yang didirikan sejak tahun 1985 dan
merupakan salah satu perusahaan yang telah mengimplementasi tanggung jawab
sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dalam menjalankan
usahanya. Indocement merupakan salah satu produsen semen terbesar di
Indonesia yang memproduksi berbagai jenis semen bermutu. Indocement kini
telah mengoperasikan 12 pabrik, sembilan diantaranya berlokasi di Citeureup,
Bogor, Jawa Barat; dua di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat; dan satu di Tarjun,
Kotabaru, Kalimantan Selatan.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility
(CSR) terus menjadi elemen kunci dari operasional Indocement dimana dapat
membantu memperbaiki lingkungan sosial di tempat Indocement beroperasi dan
memberikan nilai tambah. Program CSR yang dijalankan oleh Indocement
dibangun berdasarkan lima pilar utama, yaitu: pendidikan, kesehatan, ekonomi,
2

Republika www.republika.co.id/berita/csr/padamu-guru/11/10/03/lshedt-indonesia-salah-kaprahterjemahkan-csr [diunduh tanggal 9 Mei 2012]
3
Protespublik.com/penerapan-csr-di-indonesia-masih-kacau-balau [diunduh tanggal 9 Mei 2012]
4
Goodcsr.wordpress.com/about/menuju-csr-yang-berkelanjutan [diunduh tanggal 9 Mei 2012]

3

sosial-budaya-agama-olahraga dan keamanan. Dalam kerangka Tujuan
Pembangunan Milenium / Millenium Development Goals (MDG), program CSR
Indocement terutama fokus pada tujuan: penanggulangan kemiskinan, pendidikan,
danlingkungan. Program terbaru dari CSR PT ITP adalah program sustainable
development. Program tersebut merupakan upaya pencegahan pemanasan global
secara konkrit yang dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan,
dengan menitikberatkan dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan,
ekonomi dan sosial sesuai dengan konsep the triple bottom lines. Terdapat enam
program utama sustainable development, yaitu :
1. Budidaya jarak pagar (Jatropha curcas) di lahan bekas tambang;
2. Pengolahan sampah rumah tangga menjadi energi;
3. Pengembangan energi alternatif (biogas);
4. Peternakan dan inkubator peternak domba Garut;
5. Bengkel sepeda motor terpadu; dan
6. Rumah seni dan budaya
Program-program di Indocement dirancang untuk memenuhi kebutuhan strata
sosial yang berbeda dalam masyarakat. Banyak kegiatan berupaya melibatkan dan
memberikan manfaat bagi sebagian besar anggota masyarakat yang kurang
mendapatkan kesempatan, sementara yang lain bertujuan untuk menciptakan
kesempatan yang lebih besar bagi individu dan tokoh masyarakat yang berpotensi.
Beberapa dari keenam program sustainable development dilaksanakan di
Desa Lulut, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Desa Lulut merupakan
desa jantung dari PT Indocement Tunggal Prakarsa. Secara geografis letaknya
dekat dengan Kantor Pusat PT Indocement Tunggal Prakarsa dan juga pusat
eksplorasi tambang semen PT ITP. Beberapa aset strategis milik ITP juga berada
di desa ini. Oleh karenanya, Desa Lulut dijadikan sebagai salah satu desa binaan
corporate social responsibility (CSR) PT ITP. Tiga kegiatan program sustainable
development yang ada di Desa Lulut yaitu penanaman dan pemeliharaan jarak
pagar, perawatan jalan putih, dan bengkel terpadu. Tanaman jarak dipilih karena
buah dari tanaman tersebut dapat diproses untuk menjadi bio-fuel, yang
merupakan salah satu sumber bahan bakar alternatif bagi PT ITP. Namun untuk
sekarang ini, produksi jarak masih kurang sehingga diusahakan agar dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi PT ITP sendiri. Kegiatan penanaman jarak pagar
merupakan fokus dari penelitian ini. Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan
untuk menjawab pertanyaan utama penelitian yakni bagaimana implementasi
program CSR PT ITP dalam pembangunan berkelanjutan.

Masalah Penelitian
PT ITP telah melaksanakan berbagai macam program CSR, salah satunya
program sustainable development. Pertama, kita perlu melihat seperti apa program
CSR yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini. Program CSR yang
dimaksud adalah program CSR yang terkait dengan isu lingkungan dan masalah
pembangunan berkelanjutan. Dalam pelaksanaan program CSR, terdapat tiga pilar
utama dalam implementasinya yaitu the triple bottom line. The triple bottom line
ini menurut Elkington terdiri dari people, planet dan profit. Dalam konsep CSR
menurut Susiloadi (2008), the triple bottom line merupakan suatu konsep dimana

4

perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya dengan memberikan
perhatian dalam peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya
komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Melalui konsep ini
diharapkan perusahaan selain dapat memperoleh keuntungan yang sesuai,
perusahaan juga perlu memberikan multiplier effect yang diharapkan masyarakat
dengan memperhatikan masyarakat serta lingkungan. Oleh karenanya pertanyaan
penelitian yang ingin dijawab secara kualitatif adalah bagaimana program CSR
PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar CSR.
PT ITP mengemukakan bahwa program CSR yang dilakukan
perusahaannya merupakan program CSR yang berbasis pada pembangunan
berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan menurut World Commission on
Environment Development (1987) dalam Jalal (2010) adalah pembangunan
berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang
tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan bersifat jangka
panjang, dimana satu generasi tidak boleh menghabiskan sumber daya alam yang
ada serta perlu melestarikan daya dukung ekosistem. Ada dua ide utama dalam
konsep sustainability development: (1) pembangunan ekonomi dibutuhkan untuk
melindungi lingkungan; dan (2) pembangunan ekonomi harus memperhatikan
ketersediaan sumber daya alam untuk kehidupan di masa depan. Pembangunan
berkelanjutan itu sendiri memiliki tiga tujuan utama yaitu tujuan ekonomi, tujuan
ekologi dan tujuan sosial. Oleh karenanya akan dibahas selanjutnya mengenai
sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan dalam program
CSR PT ITP.
Dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, diperlukan adanya
sinergi antara usaha penyelesaian dampak lingkungan dan juga dampak sosial.
Menurut International Finance Corporation (IFC) (2006) dalam Nasdian (2012),
standar kinerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia, perlu adanya
integrasi antara resiko dan dampak lingkungan hidup serta sosial dalam
keberlanjutan lingkungan dan sosial. Oleh karena itu akan dibahas mengenai
sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan mampu
menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari kegiatan PT ITP.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Menganalisis program CSR PT ITP dan kesesuaiannya dengan tiga pilar
CSR
2. Menganalisis sejauh mana implementasi pembangunan berkelanjutan
dalam program CSR PT ITP
3. Menganalisis sejauh mana implementasi program pembangunan
berkelanjutan mampu menanggulangi dampak lingkungan dan sosial dari
kegiatan PT ITP

5

Kegunaan Penelitian

1.

2.

3.
4.

Kegunaan penelitian ini adalah:
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian untuk penelitian selanjutnya mengenai Analisis Implementasi
Program CSR dalam Kaitannya dengan Pembangunan Berkelanjutan.
Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran
PT Indocement dalam aktivitas CSR sebagai bentuk kepedulian terhadap
masyarakat sekitar.
Bagi perusahaan, sebagai sarana evaluasi mengenai bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan pelaksanaan CSR perusahaan.

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility
Konsep awal tanggung jawab sosial (social responsibility) muncul sejak
50 tahun yang lalu oleh H.R. Bowen yang mengatakan bahwa para pelaku bisnis
memiliki kewajiban untuk mengupayakan suatu kebijakan serta membuat
keputusan atau melaksanakan tindakan yang sesuai dengan tujuan masyarakat
(Wartick dan Cochran, 1985 dalam Solihin, 2009). Dua premis utama yang
dikemukakan Bowen adalah: (1) perusahaan bisa mewujud dalam masyarakat
karena adanya dukungan dari masyarakat, dalam hal ini perusahaan memiliki
kontrak sosial (social contract) yang berisi sejumlah hak dan kewajiban yang
akan mengalami perubahan sejalan dengan perubahan masyarakat; dan (2) pelaku
bisnis bertindak sebagai agen moral dalam masyarakat. Perusahaan harus
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai masyarakat (Solihin 2009).
Awal mula terbentuknya CSR (Sukada 2007) ialah akibat adanya realitas
tatanan ekonomi-politik dunia dimana perusahaan multinasional masih
menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi diperlakukan lebih istimewa
dibandingkan dengan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan. Terjadi
pula kehancuran sosial-budaya masyarakat di negara berkembang serta degradasi
kualitas ekosistem global yang diakibatkan oleh perusahaan multinasional. Bowen
dalam Eliyanora dan Zahara (2011) mendefinisikan CSR sebagai kewajiban
seorang pebisnis untuk mengusahakan dan melaksanakan tindakan-tindakan
dalam kerangka tujuan dan nilai-nilai dalam masyarakat. Definisi yang paling
utuh digagas oleh Carol dalam Eliyanora dan Zahara (2011) dimana idealnya
sebuah perusahaan memiliki empat tanggung jawab sosial yaitu ekonomi, hukum,
etika dan diskretionari. The Brundtland Roundtable dalam Solihin (2009)
menjelaskan bahwa tanggung jawab perusahaan ditujukan kepada masyarakat
sebagai salah satu pemangku kepentingan perusahaan yang mana turut juga dalam
membantu kelancaran berdirinya perusahaan. Menurut Iqbal dan Sudaryanto
(2008) pelaksanaan CSR perlu sejalan dengan peraturan hukum, mendatangkan
manfaat, bersifat etis, menghormati nilai-nilai sosial dan memenuhi aspek
akuntabilitas. Dengan kata lain, CSR merupakan tanggung jawab suatu
organiasasi perusahaan atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap
masyarakat dan lingkungan yang sifatnya etis, transparan, konsisten dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, memperhatikan
harapan para pemangku kepentingan, sesuai dengan hukum yang berlaku, sejalan
dengan norma-norma perilaku internasional dan terintegrasi dalam
ketatalaksanaan organisasi perusahaan. Minimal ada tujuh tanggung jawab sosial
perusahaan yaitu lingkungan, HAM, perburuhan, pemberdayaan, masyarakat, tata
kelola organisasi, isu konsumen dan praktik bisnis yang sehat. CSR juga dapat
dinyatakan sebagai manajemen dampak, yang dilakukan beyond regulation dan
bersifat voluntary.
Elkington (1997) dalam Susiloadi (2008) mengemukakan bahwa sebuah
perusahaan yang menunjukkan tanggung jawab sosialnya akan memberikan
perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit), masyarakat khususnya

8

komunitas sekitar (people) serta lingkungan hidup (planet). Konsep ini dikenal
sebagai ‘The Triple Bottom Line’. Selain dapat memperoleh keuntungan (profit)
yang sesuai, perusahaan juga perlu memberikan multiplier effect yang diharapkan
kepada masyarakat. Dengan memperhatikan masyarakat (people), perusahaan
dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Perhatian
terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas
serta pembuatan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan,
kualitas hidup dan kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan
memperhatikan lingkungan (planet), perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam
usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas hidup umat manusia
dalam jangka panjang. Keterlibatan perusahaan dalam pemeliharaan dan
pelestarian lingkungan berarti perusahaan berpartisipasi dalam usaha mencegah
terjadinya bencana serta meminimalkan dampak bencana yang diakibatkan oleh
kerusakan lingkungan. Dengan CSR, maka perusahaan tidak hanya memperoleh
keuntungan ekonomi semata, namun juga keuntungan sosial. Kini CSR sudah
menjadi etika bisnis global. Hal tersebut dapat dilihat dari Gambar 1.

Profit
Economy
Sustainable
Bussines

Ethical Bussines

People
Equity

Planet
Environment
Eco-Efficient
Business

Sumber: Elkington (1998) dalam Nasdian(2012)

Gambar 1 The triple bottom line (3PS)
Konsep tanggung jawab sosial sendiri mengalami perubahan dari awal
terbentuknya hingga saat ini. Pergerakan tersebut mulai dari usaha tanggung
jawab sosial sebagai program kedermawanan (charity) hingga menjadi good
corporate citizenship (GCC). Tabel 1 menggambarkan pergerakan tersebut.
Melalui tabel tersebut dapat terlihat bahwa konsep tanggung jawab sosial sebagai
charity hanya merupakan kewajiban sedangkan tanggung jawab sebagai
philantrophy menekankan adanya kepentingan bersama, dimana penerima
manfaat bukan hanya sekedar orang miskin seperti dalam charity namun juga
masyarakat luas dan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab
sosial juga lebih tepat bila dianggap sebagai community development (comdev)
dan comdev merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR.
Moratis dan Cochius (2011) menuliskan adanya tujuh prinsip tanggung
jawab sosial dalam ISO 26000, sebagai standar penerapan tanggung jawab sosial,
yaitu :

9

1. Akuntabilitas; terkait tanggung jawab perusahaan terhadap efek yang
ditimbulkan pada lingkungan dan masyarakat serta menjadi akuntabel
terhadap efek tersebut. Akuntabilitas juga mencakup tanggung jawab
terhadap kegiatan yang salah serta mengambil langkah untuk mencegah
terjadinya hal tersebut.
2. Transparansi; terkait organisasi harus transparan dalam penggambilan
keputusan serta aktivitas terkait masyarakat dan lingkungan. Organisasi
harus mengkomunikasikan peraturan, keputusan serta aktivitasnya.
3. Perilaku etis; terkait empat sikap yang harus dimiliki dalam aktivitas
perusahaan yaitu kejujuran, kesamaan dan integritas.
4. Respek terhadap kebutuhan stakeholder; terkait bagaimana organisasi
menghargai, mempertimbangkan dan merespon kepentingan setiap
stakeholder yang ada.

No.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tabel 1 Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Good Corporate
Paradigma
Charity
Philantrophy
Citizenship
(GCC)
Agama,
Norma, etika, Pencerahan diri
tradisi,
dan
& rekonsiliasi
adaptasi
hukum
dengan
Motivasi
universal
Ketertiban
sosial
Mengatasi
Mencari dan
Memberikan
masalah
mengatasi akar kontribusi
Misi
setempat
masalah
kepada
masyarakat
Jangka
Terencana,
Terinternalisasi
pendek,
terorganisir,
dalam kebijakan
Mengatasi
terprogram
perusahaan
Pengelolaan
masalah
Sesaat
Kepanitiaan
Yayasan / dana Keterlibatan
abadi /
baik
Pengorganisasian
profesionalitas
dana maupun
sumberdaya lain
Orang miskin Masyarakat
Masyarakat luas
Penerima
luas
dan perusahaan
Manfaat
Hibah sosial
Hibah
Hibah (sosial &
pembangunan
Pembangunan
serta
Kontribusi
Keterlibatan
sosial)
Kewajiban
Kepentingan bersama
Inspirasi

Sumber : Za’im Zaidi, Sumbangan Sosial Perusahaan (2003) dalam Ambadar (2008)

10

5. Respek terhadap peraturan hukum; terkait bahwa setiap perusahaan harus
mengikuti hukum yang berlaku sebagai dasar dari kegiatan bisnis dalam
alur tanggung jawab sosial.
6. Respek terhadap norma perilaku internasional; terkait kegiatan yang
dilakukan tidak boleh melewati norma yang ada di dunia internasional.
7. Respek terhadap HAM; terkait organisasi harus menghargai HAM serta
mengakui dan menyadari pentingnya HAM.
Salah satu subyek dan isu dari tanggung jawab sosial sendiri adalah mengenai
lingkungan. Krisis yang terjadi belakangan ini dipercayai merupakan hasil dari
tindakan manusia (Moratis dan Cochius 2011). Perusahaan juga mengambil andil
dalam masalah ini serta memiliki peran untuk menyelesaikan masalah dengan cara
mengurangi kerusakan ekologi. Menurut Ismelina (2009) perlu adanya
pengintegrasian dalam hal ekonomi (perusahaan) dengan lingkungan karena
keduanya memiliki pandangan yang saling bertolak belakang. Para ekonom
menganggap sumberdaya alam sebagai potensi ekonomi yang perlu dimanfaatkan
untuk kehidupan manusia. Sebaliknya, pada environmentalist sangat
memperhatikan keterbatasan daya dukung lingkungan dalam melakukan aktivitas.
Akibatnya muncul empat subyek isu dari lingkungan dalam masalah tanggung
jawab sosial, menurut ISO 26000 (Moratis dan Cochius 2011) yaitu :
1. Mencegah polusi;
2. Penggunaan sumberdaya alam berkelanjutan;
3. Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim; dan
4. Perlindungan terhadap lingkungan dan degradasi habitat alam
Pada akhirnya dalam kaitannya dengan lingkungan, ISO 26000
mendefinisikan CSR sebagai :
“Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and
activities on society and the environment, through transparent and
ethical behaviour that contributes to sustainable development, health
and the welfare of society; takes into account the expectations of
stakeholders; is in compliance with applicable law and consistent with
international norms of behaviour; and is integrated throughout the
organization and practiced in its relationships. ”

Secara singkatnya CSR juga didefinisikan sebagai upaya manajemen yang
dijalankan oleh entitas bisnis berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan
lingkungan, dengan meminimumkan dan mengkompensasi dampak negatif
sertamemaksimumkan dampak positif di setiap pilar (Jalal 2010). Tujuan dari
CSR pada kedua definisi ini ialah pembangunan berkelanjutan. Kondisi utama
yang harus ada dalam melaksanakan CSR berkelanjutan adalah :
1. Perusahaan haruslah sehat dan tumbuh (Permana 2008 dalam Samosir
2011). Artinya perusahaan harus dapat memliki profit yang cukup untuk
melakukan CSR.
2. Program CSR baru dapat menjadi berkelanjutan apabila program yang
dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama
dari segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri (Lesmana
2008 dalam Samosir 2011). Dengan demikian, perlu ada dialog dengan

11

3.
4.

5.

6.

para stakeholders untuk memahami kebutuhan dan keinginannya
(Bronchain 2008 dalam Samosir 2011).
Outcome/result CSR yang terukur/measurable (The Chartered Quality
Institute 2008 dalam Samosir 2011).
Harus memiliki sistem management yang dapat mampu mencakup
(mengcover), sehingga CSR dapat mencapai tujuan yang diinginkan (The
Chartered Quality Institute 2008 dalam Samosir 2011)
Menerapkan prinsip triple bottom line (profit, people dan planet), sehingga
program CSR ada kaitannya dengan operasional dan tujuan perusahaan,
sehingga semuanya berjalan sustainable (Permana 2008 dalam Samosir
2011). Perusahaan harus berorientasi untuk mencari keuntungan yang
memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang (profit),
perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia
(people) dan perusahaan harus peduli terhadap lingkungan hidup dan
keberlanjutan keragaman hayati. (Suharto 2010 dalam Samosir 2011).
Dalam pandangan Asia, CSR adalah komitmen perusahaan untuk
beroperasi dengan mencapai keberlanjutan dalam aspek ekonomi, sosial
dan lingkungan dan mencapai keseimbangan kepentingan pemangku
kepentingan (Fukukawa 2010 dalam Samosir 2011)
Memasukkan CSR dalam bisnis inti dan proses organisasi (Pratomo 2008
dalam Samosir 2011). Dalam hal ini mengetahui indeks keberkelanjutan
dalam aktivitas CSR perlu melakukan penilaian terhadap aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan (Munasinghe 1993 dalam Samosir 2011), serta
diidentifikasi atribut-atribut dari masing-masing aspek atau dimensi.

Pembangunan Berkelanjutan
Istilah CSR dan pembangunan berkelanjutan masih saling berkait, bahkan
istilah keduanya dapat dipertukarkan (Hay et al. 2005 dalam Samosir 2011).
Bahkan CSR dikatakan sebagai suatu konsep pembangunan yang berkelanjutan
atau sustainable development (Permana 2008 dalam Samosir 2011).
Keberlanjutan disini didefinisikan sebagai kapasitas penampung dari ekosistem
untuk mengasimilasikan pemborosan agar tidak sampai berkelebihan dengan
rataan hasil dari sumber daya yang terbaharui tidak akan berlebihan pada rataan
generasi (World Bank Group dalam Rudito et al 2004 dalam Samosir 2011).
Konsep pembangunan berkelanjutan juga muncul dari usaha pengintegrasian
antara aspek ekologi dan ekonomi (Ismelina 2009). World Commission on
Environment and Development (WCED) (1987) dalam Ismelina (2009)
menjelaskan mengenai konsep pembangunan berkelanjutan dalam laporannya
yang berjudul Our Common Future, dimana terdapat program nyata dalam
mengintegrasikan kepedulian lingkungan dan pembangunan ekonomi di tingkat
ekonomi dan internasional. Ada dua ide utama dalam konsep sustainability
development: (1) pembangunan ekonomi dibutuhkan untuk melindungi
lingkungan; dan (2) pembangunan ekonomi harus memperhatikan ketersediaan
sumber daya alam untuk kehidupan di masa depan. Konsep ini dibangun oleh The
Brundtland Comission sebagai tanggapan dari peningkatan kerusakan lingkungan
hidup dan sumber daya alam yang semakin cepat.

12

WCED (1987) dalam Jalal (2010) mendefinisikan pembangunan
berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang
tanpa mengurangi kemampuan generasi-generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Dalam hal ini pembangunan berkelanjutan bersifat jangka
panjang, dimana satu generasi tidak boleh menghabiskan sumber daya alam yang
ada serta perlu melestarikan daya dukung ekosistem. Pembangunan berkelanjutan
memiliki tiga tujuan, menurut Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2007),
yaitu tujuan ekonomi, tujuan sosial serta tujuan ekologi. Tujuan ekonomi
berkaitan dengan masalah efisiensi serta pertumbuhan. Tujuan sosial terkait
masalah kepemilikan serta tujuan ekologi terkait masalah kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan. Tiga tujuan tersebut saling terkait seperti disajikan pada
Gambar 2.
Tiga pilar utama dari pembangunan berkelanjutan sendiri merupakan the
tripple bottom line yaitu profit, people, dan planet. Konsep tersebut kemudian
diadopsi oleh perusahaan-perusahaan dengan membuat laporan tentang dampak
perusahaan terhadap sosial, ekonomi dan lingkungan secara sukarela, dan dikenal
dengan sustainability report. Bagaimana bentuk keberlanjutan dapat dilihat dari
piramida keberlanjutan menurut Herman Daly (Jalal 2010).

- Distibusi pendapatan
- Kesempatan kerja
- Asistensi yang
ditargetkan

Tujuan ekonomi :
Efisiensi dan
Pertumbuhan

Tujuan sosial:
Kepemilikan /
Keadilan

- Penilaian terhadap
lingkungan
- Penilaian
- Internalisasi
Tujuan ekologi :
Kelestarian dan
Lingkungan

- Partisipasi rakyat
- Konsultasi
- Pluralistik
Sumber : Sanim (2006) dalam Saptana dan Ashari (2007)

Gambar 2 Hubungan antara tiga tujuan pembangunan berkelanjutan
Menurut Daly (1983) dalam Jalal (2010), dasar dari keberlanjutan ialah
adanya keberlanjutan lingkungan. Bila tidak ada keberlanjutan lingkungan, maka
tidak akan ada segalanya, baik ekonomi, masyarakat dan kehidupan masyarakat
akan terganggu. Bila tidak ada keberlanjutan ekonomi, maka masyarakat tidak
dapat menjadi maju. Bisa tidak ada keberlanjutan pada masyarakat, maka
kehidupan bermasyarakat tidak dapat berkembang.

13

Well-being
Society
Economic
Environmental
Sumber : Jalal (2010)

Gambar 3. Piramida keberlanjutan
Terdapat tiga isu yang saling berkaitan dalam pembangunan berkelanjutan
(Welford 1993 dalam Okafor 2008), yaitu :
1. Lingkungan; sumber daya yang ada di sekitar kita harus dilindungi. Hal ini
terkait dengan penggunaan seminimal mungkin sumberdaya yang tidak
dapat dilindungi serta meminimalisir gas emisi yang dihasilkan
2. Kesetaraan; kesetaraan dalam hal gender sangatlah penting dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan
3. Masa depan; peraturan terkait perusahaan harus proaktif dan menjaga
keberlanjutan dari lingkungan
Menurut The Brundtland Report, ketiga kondisi tersebut mengurangi kecepatan
habisnya sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Hakikatnya, pembangunan
perkelanjutan memiliki tiga pertimbangan proporsional yaitu pertimbangan
ekonomi, sosial dan ekologi. Selain itu perlu dipertimbangkan juga pengoptimalan
manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara
menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber daya alam
yang menopangnya. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, diperlukan tiga
syarat yaitu (Ismelina 2009) : keberlanjutan secara ekonomi, ekologi dan sosial.
Keberlanjutan ekonomi berarti tidak ada eksploitasi ekonomi dari pelaku kuat ke
pelaku yang lemah. Keberlanjutan sosial berarti pembangunan yang ada tidak
melawan, merusak atau menggantikan sistem dan nilai sosial yang positif yang
telah teruji sekian lama dan telah dipraktikkan oleh masyarakat. Keberlanjutan
ekologi berarti adanya toleransi manusia terhadap kehadiran makhluk lain selain
manusia itu sendiri.
Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan
setidaknya membahas berbagai hal antara lain yang berkaitan dengan :
1. upaya memenuhi kebutuhan manusia yang ditopang dengan kemampuan
daya dukung ekosistem
2. upaya peningkatan mutu kehidupan manusia dengan cara melindungi dan
memberlanjutkannya
3. meningkatkan sumberdaya manusia dan alam yang akan dibutuhkan pada
masa mendatang
4. mempertemukan kebutuhan-kebutuhan manusia secara antar generasi.

14

Agar pembangunan berkelanjutan perlu adanya peran dari perusahaan.
“…If sustainable development is to achieve its potential, it must be
integrated into the planning and measurement systems of business
enterprises.” (Robert Steele, AtKisson Group International [tanpa
tahun] dalam Jalal 2010)
Artinya, jika pembangunan berkelanjutan ingin dicapai secara maksimal, maka
hal tersebut harus diintegrasikan ke dalam perencanaan dan pengukuran sistem
dari perusahaan (Robert Steele, At Kisson Group Internasional [tanpa tahun]
dalam Jalal 2010). Pencapaian keberlanjutan lingkungan dan sosial dalam standar
kinerja perusahaan harus memiliki integrasi antara resiko dan dampak lingkungan
hidup dengan resiko dan dampak sosial (Gambar 4).

Sumber: International Finance Corporation (2006) dalam Nasdian (2012)

Gambar 4 Standard kerja sistem manajemen yang diterbitkan oleh Bank Dunia

Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan
Ukuran keberhasilan pembangunan berkelanjutan idealnya harus
ditentukan berdasarkan dimensi pembangunan berkelanjutan sendiri, yakni
tergantung kepada fokus dan orientasi pembangunan yang dilaksanakan dan
dimensi mana yang lebih menjadi perhatian bersama bagi (Tohir 2009):
1. Pengambil keputusan (decision maker)
2. Perencana (planner) sebagai perencana dan perancang (berbagai aktifitas
pembangunan, tujuan dan targetnya serta pelaksanaannya),
3. Pelaksana pembangunan itu sendiri sebagai pihak yang menjalankan atau
sering disebut juga sebagai agen pembangunan,
4. Masyarakat yang menjadi sasaran pembangunan.
Dimensi yang menjadi perhatian ini kemudian diberikan indikator. Indikatorindikator dari berbagai dimensi pembangunan inilah yang kemudian dijadikan
tolok ukur atau ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Secara teori
semua kelompok dimensi pembangunan yang telah dikemukakan terlebih dahulu,
dapat dicarikan indikator-indikatornya dan kemudian dipergunakan sebagai
ukuran keberhasilan pelaksanaan pembangunan. Meskipun demikian, dalam

15

kenyataannya berbagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan di
berbagai tingkatan menerapkan ukuran dan indikator yang berbeda-beda untuk
menunjukkan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembangunan.
Pengukuran keberhasilan pembangunan harus melewati dua tahap, yaitu:
1. Tahapan identifikasi target pembangunan, yaitu tahapan yang diperlukan
agar dapat menentukan secara jelas siapa yang akan menikmati hasil
pelaksanaan pembangunan dan bagaimana upaya-upaya yang dapat
dilakukan agar hasil pembangunan tersebut benar-benar dinikmati oleh
mereka yang berhak
2. Tahapan aggregasi karakteristik pembangunan, yaitu karakteristik
pembangunan diperlukan untuk menjaga agar ketika skala kegiatan
pembangunan diperluas, target yang dituju tetap memenuhi karakteristik
dan kriteria yang telah ditetapkan pada tahap identifikasi.
Untuk indikator pembangunan berkelanjutan dengan wawasan lingkungan,
maka diusulkan serangkaian parameter yang mengacu pada masalah yang
mungkin timbul dalam kehidupan masyarakat serta disesuaikan dengan
perundangan yang berlaku. Indikator tersebut ialah sebagai berikut (Pitono [tanpa
tahun]).
1. Pengertian masyarakat mengenai pembangunan berkelanjutan berwawasan
lingkungan;
2. Pengertian masyarakat mengenai hak, kewajiban, dan peran masyarakat
dalam melaksanakan
pembangunan
berkelanjutan berwawasan
lingkungan;
3. Pengertian masyarakat mengenai wewenang pengelolaan lingkungan
hidup;
4. Pelestarian fungsi lingkungan hidup;
5. Kriteria mengenai baku kerusakan lingkungan hidup, pencegahan dan
penanggulangan kerusakan serta pemulihan daya dukungnya;
6. Persyaratan penataan lingkungan hidup;
7. Pemasyarakatan hasil AMDAL;
8. Pegawasan lingkungan hidup;
9. Audit lingkungan hidup;
10. Ganti rugi;
11. Kelembagaan; serta
12. Keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup

Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan memiliki cara masing-masing dalam melaksanakan
program CSR, termasuk CSR PT ITP. Namun, implementasi CSR sebagai suatu
tindakan sosial perusahan tentunya harus berdasar pada tiga dasar utama. Ketiga
dasar tersebut disebut dengan the triple bottom line yaitu people, planet dan profit.
Ketika implementasi corporate social responsibility sesuai dengan dasar tersebut,
maka usaha itu mendukung terwujudnya tujuan pembangunan berkelanjutan, yaitu
tujuan ekonomi, ekologi dan sosial. Tujuan ekonomi dari pembangunan
berkelanjutan dapat dilihat melalui adanya peluang berusaha serta kesempatan
bekerja. Tujuan ekologi dari pembangunan berkelanjutan dapat dilihat melalui

16

penilaian terhadap lingkungan serta kepedulian terhadap lingkungan. Tujuan
sosial dari pmebangunan berkelanjutan dapat dilihat melalui partisipasi
masyarakat.
Implementasi CSR
Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan:
1. Tujuan Ekonomi
- Tingkat peluang
usaha
- Tingkat peluang kerja
2. Tujuan Ekologi
- Tingkat kepedulian
terhadap lingkungan
3. Tujuan Sosial
- Tingkat partisipasi

Dampak Kegiatan
Perusahaan :
1. Dampak Lingkungan
- Persepsi terhadap
lingkungan
2. Dampak Sosial
- Tingkat keresahan
sosial

Gambar 5 Kerangka analisis dari analisis program corporate social responsibility
(CSR) dalam pembangunan berkelanjutan
Dukungan terhadap terpenuhinya tujuan pembangunan berkelanjutan dapat
mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan sendiri. Dampak
tersebut meliputi dampak lingkungan dan dampak sosial. Dampak lingkungan
dapat dilihat persepsi peserta program terhadap lingkungan terutama di daerah
penanaman jarak pagar. Dampak sosial, salah satunya, dapat dilihat melalui
adanya keresahan sosial. Adapun bagan kerangka analisis dapat dilihat pada
Gambar 5.

Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini diantaranya:
1. Semakin tinggi tingkat keberhasilan implementasi pembangunan
berkelanjutan dalam program CSR maka semakin tinggi tingkat
keberhasilan menanggulangi dampak lingkungan
2. Semakin tinggi tingkat keberhasilan implementasi pembangunan
berkelanjutan dalam program CSR maka semakin tinggi tingkat
keberhasilan menanggulangi dampak sosial

Definisi Operasional
1. Tingkat keberhasilan implementasi pembangunan berkelanjutan yaitu
seberapa tinggi pencapaian dari dimensi pembangunan berkelanjutan itu

17

sendiri. Diukur menggunakan kuesioner dari tiga dimensi dengan empat
variabel yaitu tingkat peluang kerja, tingkat peluang usaha, kepedulian
terhadap lingkungan serta partisipasi dengan menggunakan skala ordinal
“Ya” atau “Tidak”. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan
tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan jika
dikategorikan rendah adalah “1”. Maka pengkategorian keberhasilan
implementasi pembangunan berkelanjutan, tinggi, sedang, rendah adalah
sebagai berikut:
a. Tinggi
: jika skor total keempat variabel berjumlah 10-12
b. Sedang
: jika skor total keempat variabel berjumlah 7-9
c. Rendah
: jika skor total keempat variabel berjumlah 4-6
Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing
ialah sebagai berikut:
a. Tingkat peluang kerja yaitu seberapa besar peluang kerja yang
timbul akibat adanya kegiatan dari CSR. Diukur dengan
menggunakan delapan pernyataan pada kuesioner dengan skala
ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan menjadi tinggi, sedang,
dan rendah dengan indeks sebagai berikut:
1. Tinggi
: jika menjawab ya sebanyak >5-8 pernyataan
2. Sedang
: jika menjawab ya sebanyak > 2-5 pernyataan
3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak 4 pernyataan
2. Sedang
: jika menjawab ya sebanyak > 2-3 pernyataan
3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pernyataan
c. Tingkat kepedulian terhadap lingkungan; adalah seberapa besar
tingkat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan setelah adanya
kegiatan CSR. Diukur dengan menggunakan tujuh pernyataan pada
kuesioner dengan skala ordinal “Ya” dan “Tidak”. Dikategorikan
menjadi tinggi, sedang, dan rendah dengan indeks sebagai berikut:
1. Tinggi
: jika menjawab ya sebanyak >5 penyataan
2. Sedang
: jika menjawab ya sebanyak > 3-5 pernyataan
3. Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 3 pernyataan
d. Tingkat

Dokumen yang terkait

Pengaruh Publikasi Program Corporate Social Responsibility Dalam Periklanan Terhadap Peningkatan Minat Beli Konsumen Pada Produk Air Mineral Aqua

1 70 100

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerialdan Kepemilikan Institusionalserta Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 55 104

Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Nilai Perusahaan, Dan Kualitas Audit, Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

4 98 116

Pengalokasian Dana Corporate Social Responsibility sebagai Alternatif Biaya Pembangunan di Pemerintahan Kota Medan

2 90 101

Implementasi Program Corporate Social Responsibiliti (CSR) Oleh PT. Sorikmas Mining Di Desa Banua Rakyat

1 65 217

Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Toba Samosir (Studi Kasus: Kecamatan Porsea)

17 118 108

Dampak Program Corporate Social Responsibility PT. Telkom tbk Terhadap Akses Mata Pencaharian Masyarakat Peri - Urban Di Desa Sampali, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

0 41 151

Program Corporate Social Responsibilty (CSR) Dan Citra Perusahaan (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Program Corporate Social Responsibility (CSR) “Satu untuk Sepuluh” Terhadap Citra AQUA di Kalangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

5 38 137

VISI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PADA PERUSAHAAN DI CIREBON

0 0 17

ANALISIS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI JAWA TIMUR DENGAN PRESPEKTIF POLICY GOVERNANCE

0 0 14