Budidaya Dengan Sistem Kompartemen Individu Terhadap Respons Fisiologis Dan Kinerja Produksi Lobster Pasir Panulirus Homarus

BUDIDAYA DENGAN SISTEM KOMPARTEMEN INDIVIDU
TERHADAP RESPONS FISIOLOGIS DAN KINERJA PRODUKSI
LOBSTER PASIR Panulirus homarus

RIFQAH PRATIWI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul “Budidaya dengan
Sistem Kompartemen Individu terhadap Respons Fisiologis dan Kinerja Produksi
Lobster Pasir Panulirus homarus” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Rifqah Pratiwi
NIM C151140371

RINGKASAN
RIFQAH PRATIWI. Budidaya dengan Sistem Kompartemen Individu terhadap
Respons Fisiologis dan Kinerja Produksi Lobster Pasir Panulirus homarus.
Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan WIDANARNI.
Kanibalisme merupakan salah satu kendala yang menyebabkan tingginya
mortalitas dalam budidaya lobster. Hal ini terjadi karena pemeliharaan secara
komunal yang tidak kondusif, sehingga tingginya potensi kanibalisme saat lobster
molting. Kinerja produksi yang rendah ditunjukkan dengan mortalitas tinggi dan
tingkat pertumbuhan yang rendah. Hal inilah yang menyebabkan banyak
pembudidaya lobster merugi dan gagal panen. Upaya dalam pencegahan
kanibalisme lobster dapat dilakukan dengan penyediaan tempat persembunyian
buatan (shelter) dalam media pemeliharaan. Hal ini diadaptasi sesuai dengan
habitat lobster di alam, yang cenderung sering bersembunyi di batu, gua, atau

liang-liang karang.
Aplikasi shelter konvensional seperti rumput laut, karung plastik (teknik
pocong), potongan bambu, batu karang, kayu, atau jaring banyak diterapkan para
pembudidaya lobster, namun penggunaannya masih belum optimal mengatasi
masalah kanibalisme. Sistem kompartemen individu (SKI) yang diterapkan dalam
penelitian ini merupakan modifikasi bentuk shelter pipa PVC, dirancang untuk
menempatkan satu individu lobster pada satu ruang khusus. Perbedaan pada
bentuk SKI dirancang sebagai adaptasi dari bentuk gua atau liang-liang karang
tempat lobster bersembunyi di habitatnya, yaitu ada yang berbentuk bundar,
segitiga, dan persegi. Sistem ini dapat memastikan tidak terjadi kontak antar
lobster sehingga dapat mencegah kanibalisme. Selain itu, tidak terjadi kompetisi
pakan dan meminimumkan penggunaan energi untuk bergerak sehingga dapat
menghasilkan biomassa lobster yang lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi penggunaan SKI terhadap respons fisiologis (tingkat stres), kinerja
produksi, dan menentukan bentuk SKI yang lebih efektif meminimumkan tingkat
stres dalam budidaya lobster.
Metode penelitian ini adalah percobaan lapangan dengan menggunakan
rancangan acak lengkap, meliputi 4 perlakuan dan 2 ulangan. Perlakuan yang
digunakan adalah berbagai bentuk SKI yaitu SKI tabung, SKI segitiga, SKI
persegi, serta shelter pipa PVC sebagai kontrol. Lobster pasir Panulirus homarus

yang digunakan sebanyak 216 ekor, dengan ukuran bobot rata-rata 46,05±0,85
g/ekor dan panjang total 112,32±2,09 mm/ekor. Padat tebar yang digunakan
27 ekor untuk setiap perlakuan, dimana tiap 1 ekor lobster dimasukkan ke dalam 1
unit SKI. Lobster yang telah dimasukkan ke dalam unit SKI, lalu dimasukkan ke
dalam media pemeliharaan bak beton yang disusun dua tingkat. Pemeliharaan
lobster dilakukan secara outdoor yang berlangsung selama 60 hari. Jenis pakan
yang digunakan yaitu potongan ikan rucah dengan feeding rate 3 – 4% bobot
lobster. Pemberian pakan dengan metode at restricted dan frekuensi pemberian
1 kali sehari pukul 15.00 WIB. Manajemen kualitas air yang dilakukan yaitu
aplikasi sistem resirkulasi air yang dilengkapi dengan 2 macam filter, meliputi
2 unit trickling filter dan 1 unit protein skimmer.
Parameter respons fisiologis digunakan untuk menganalisis tingkat stres
lobster yaitu total hemocyte count (THC) dan kadar glukosa hemolim. Parameter

untuk menganalisis kinerja produksi yaitu tingkat kelangsungan hidup (SR),
frekuensi molting, laju pertumbuhan harian (SGR), pertumbuhan (panjang total
dan bobot), dan rasio konversi pakan (FCR). Parameter kualitas air yang diuji
selama pemeliharaan yaitu suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO), alkalinitas,
amonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), dan total organic matter (TOM).
Hasil penelitian ini menunjukkan respons fisiologis lobster dengan

perlakuan SKI persegi lebih efektif menekan tingkat stres lobster dibandingkan
perlakuan lainnya. Aplikasi SKI optimal dalam meningkatkan SR dan
pertumbuhan lobster. Secara keseluruhan, perlakuan SKI persegi menghasilkan
kinerja produksi lobster lebih optimal, yaitu hasil SR 88,89±5,24%, SGR
0,61±0,49%/hari, dengan ukuran panen panjang total 137,31±8,11 mm/ekor dan
bobot 58,83±4,78 g/ekor, serta FCR 22,71±1,72. Secara keseluruhan, kondisi
kualitas air selama pemeliharaan dalam kisaran optimal mendukung pertumbuhan
lobster.
Aplikasi sistem kompartemen individu (SKI) dalam budidaya lobster,
efektif menekan tingkat stres dan mendukung kinerja produksi yang optimal.
Pemeliharaan lobster menggunakan bentuk SKI persegi lebih efektif
meminimumkan tingkat stres, dibandingkan SKI tabung dan SKI segitiga.
Kata kunci : glukosa, hemosit, kanibalisme, lobster, sistem kompartemen individu

SUMMARY
RIFQAH PRATIWI. Aquaculture with The Individual Compartments System
on Physiological Response and Production Performance of Spiny Lobster
Panulirus homarus. Supervised by EDDY SUPRIYONO and WIDANARNI.
Cannibalism is one of the obstacles that cause high mortality in lobster
aquaculture. This occurs because cultured communally is not conducive, so has

high potential of cannibalism when lobster molting occurred. Low production
performance of lobster shown by high mortality and low growth rate. This is why
many lobster farmers losing money and failed lobster harvest. Efforts to
prevention of lobster cannibalism is provided by artificial hiding places (shelter)
in cultured media. It is adapted to lobster habitat in nature that tend to often hide
in stone, caves, or coral burrows.
Applications of conventional shelter such as seaweed, plastic sacks
(pocong technique), pieces of bamboo, rocks, wood, or nets was widely applied in
lobster farmers, but their use is not still optimally solve the problem of
cannibalism. The individual compartments system (SKI) that applied in this study
was modified of shelter PVC pipes, designed to one lobster placed into one
special room. Differences in the shape of SKI designed as adaptation of the shapes
cave or coral burrows hiding place of lobster in their habitat, i.e. there is tubular,
triangle, and square. This system can ensure that there is no contact between
lobsters as to prevent cannibalism. In addition, no feed competition and minimize
use of energy to move, so that it more optimal to produce biomass lobster. This
study aimed to evaluate the application of SKI on physiological responses (stress
level), production performance, and determine the shape of SKI more effective to
minimize stress level of lobster aquaculture.
The method of study used field experiments, with completely randomized

design, for 4 treatments and 2 replications. The treatments used application
various shape of SKI was tubular SKI, triangle SKI, square SKI, and shelter PVC
pipes as control. Spiny lobster Panulirus homarus was total used 216 ind with size
of weight average 46.05±0.85 g/ind and total length 112.32±2.09 mm/ind.
Stocking density used 27 ind for each treatments, where one lobster placed into
one SKI unit. Lobster which has been placed into SKI unit, then placed into
cultured media of concrete ponds composed two levels. Cultured lobster was
conducted with outdoor for 60 days. Type of feed used piece of trash fish feeding
rate by 3 – 4% weight lobster. Feed method was at restricted with frequency of 1
times a day at 15.00 p.m. Water quality management conducted the application of
water recirculation system with two kinds of filters, covers 2 unit trickling filter
and 1 unit protein skimmer.
Parameter of physiological responses used to analyzed stress level lobster,
which total hemocyte count (THC) and glucose hemolymph level. Parameter of
production performance used survival rate (SR), molting frequency, specific
growth rate (SGR), growth (total length and weight), and feed conversion ratio
(FCR). Parameter of water quality tested during maintenance such as temperature,
salinity, pH, dissolved oxygen (DO), alkalinity, ammonia (NH3), nitrite (NO2),
nitrate (NO3), and total organic matter (TOM).


These results was indicated physiological responses of lobsters with square
SKI treatment more effective to reduce stress level, compared with other
treatments. Applications of SKI more optimal to improved SR and growth of
lobster. Overall, treatment of square SKI was optimal related to production
performance, that was result of SR 88.89±5.24%, SGR 0.61±0.49%/day, with
harvest size of total length 137.31±8.11 mm/ind and weight 58.83±4.78 g/ind, and
FCR 22.71±1.72. Overall, conditions of water quality was still in range of optimal
in support growth of lobster.
Application of SKI in lobster aquaculture was effective to reduce stress
level and optimal to supported of production performance. Lobster aquaculture
used shape of square SKI was effective to minimize stress level, compared with
tubular SKI and triangle SKI.
Keywords : cannibalism, glucose, hemocytes, individual compartments system,
lobster

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

BUDIDAYA DENGAN SISTEM KOMPARTEMEN INDIVIDU
TERHADAP RESPONS FISIOLOGIS DAN KINERJA PRODUKSI
LOBSTER PASIR Panulirus homarus

RIFQAH PRATIWI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan tesis berjudul
“Budidaya dengan Sistem Kompartemen Individu terhadap Respons Fisiologis
dan Kinerja Produksi Lobster Pasir Panulirus homarus” dapat terselesaikan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2015,
bertempat di Laboratorium Ilmu Kelautan IPB Ancol Timur, Jakarta Utara.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :
1. Ayahanda H. Abd Hae, SH dan ibunda Dra Hj. Nurlina, serta seluruh
keluarga, atas doa dan dukungan yang diberikan, baik secara moril dan materi
selama menempuh studi.
2. Dr Ir Eddy Supriyono, MSc selaku ketua komisi pembimbing yang telah
memberikan tema dan fasilitas penelitian kepada penulis, serta memberi
bimbingan dan arahan selama penelitian.
3. Dr Ir Widanarni, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyelesaian tesis.

4. Kukuh Adiyana, MSi yang telah memberi fasilitas dan arahan kepada penulis
selama penelitian di lapangan.
5. Dr Alimuddin, SPi, MSc selaku ketua program studi Departemen Budidaya
Perairan dan Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku dosen penguji
luar komisi pada sidang ujian tesis.
6. Rekan-rekan seperjuangan “Tim Riset Lobster 2015” atas bantuan dan kerja
sama selama proses penelitian.
7. Keluarga besar BDP IPB 47 dan AKU IPB 2014 yang telah memberikan
dukungan dan semangat kepada penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para
pembaca dalam pengembangan budidaya lobster.

Bogor, Juni 2016

Rifqah Pratiwi

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN


xiv
xiv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis Penelitian

1
1
2
3
3
3

2 METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Rancangan Penelitian
Sistem Kompartemen Individu
Persiapan Bahan dan Wadah
Manajemen Pakan
Manajemen Kualitas Air
Metode Pengambilan Sampel
Parameter Respons Fisiologis
Parameter Kinerja Produksi
Parameter Kualitas Air
Analisis Data

3
3
3
3
4
5
5
5
6
6
7
7

3 HASIL
Respons Fisiologis
Kinerja Produksi
Kualitas Air

8
8
9
12

4 PEMBAHASAN

14

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

22
22
22

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

23
28
46

DAFTAR GAMBAR
1 Dimensi berbagai bentuk sistem kompartemen individu (SKI):
(a) SKI tabung, (b) SKI segitiga, (c) SKI persegi, dan (d) kontrol
2 Total hemocyte count (THC) lobster selama masa pemeliharaan
3 Kadar glukosa hemolim lobster selama masa pemeliharaan
4 Tingkat kelangsungan hidup (SR) lobster saat panen
5 Frekuensi molting lobster selama masa pemeliharaan
6 Laju pertumbuhan harian (SGR) lobster selama pemeliharaan
7 Pertumbuhan lobster selama 60 hari masa pemeliharaan:
(a) Panjang total dan (b) Bobot
8 Rasio konversi pakan (FCR) lobster selama masa pemeliharaan
9 Kondisi kualitas air selama masa pemeliharaan lobster:
(a) suhu, (b) salinitas, (c) pH, dan (d) oksigen terlarut
10 Kondisi kualitas air selama masa pemeliharaan lobster:
(a) alkalinitas, (b) amonia, (c) nitrit, (d) nitrat, dan (e) TOM
11 Filter yang digunakan dalam sistem resirkulasi pada media
pemeliharaan lobster pasir P. homarus: trickling filter (kiri) dan protein
skimmer (kanan)

4
8
9
9
10
10
11
11
12
13

28

DAFTAR LAMPIRAN
1 Desain posisi sistem resirkulasi dan denah perlakuan pada wadah
pemeliharaan lobster pasir Panulirus homarus
2 Prosedur analisis sampel respons fisiologis lobster pasir Panulirus
homarus
3 Analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut metode Tukey parameter
respons fisiologis terhadap perlakuan SKI
4 Analisis ragam (ANOVA) dan uji lanjut metode Tukey parameter
kinerja produksi terhadap perlakuan SKI

28
29
30
41

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lobster pasir Panulirus homarus merupakan salah satu komoditas laut
yang mulai popular dibudidayakan di Indonesia. Hal ini disebabkan lobster
termasuk dalam komoditas ekspor bernilai ekonomis tinggi. Harga jual lobster
tergolong tinggi di pasar domestik yaitu berkisar Rp 250.000 – 500.000/kg, dan
pasar ekspor berkisar Rp 360.000 – 630.000/kg (HULH 2015). Permintaan lobster
di pasar internasional mencapai 2.500 ton per tahun, dengan tujuan ekspor yaitu
Hongkong, Taiwan, Cina, Singapura, dan Jepang (Suastika et al. 2008). Produksi
udang tangkapan (udang dan lobster) periode tahun 2007 hingga 2011 mengalami
penurunan sebesar 2,97%, yaitu tahun 2007 sebesar 258,98 ton, kemudian
menurun pada tahun 2011 menjadi 228,87 ton (KKP 2011). Upaya dalam
memenuhi permintaan lobster yang meningkat dan mengatasi permasalahan
merosotnya populasi lobster di alam serta kerusakan habitatnya (Erlania et al.
2014; Hargiyatno et al. 2013), maka peran usaha budidaya sangat diperlukan.
Kinerja produksi yang rendah ditunjukkan dengan tingginya mortalitas dan
tingkat pertumbuhan yang rendah. Tingkat kelangsungan hidup pembesaran
lobster di wilayah Lombok dan Sukabumi hanya berkisar 30 – 50% (Lesmana
2013). Mortalitas yang tinggi dalam budidaya lobster, umumnya disebabkan oleh
kanibalisme. Sifat kanibalisme muncul pada lobster sehat dan sebagai sasaran
mangsanya yaitu lobster yang lemah karena dalam kondisi sedang atau pasca ganti
kulit (molting). Secara fisik lobster pasca molting memiliki ciri karapas yang
lembek, berwarna putih pucat, dan mengeluarkan aroma yang menarik selera
pemangsa (Setyono 2006). Upaya pencegahan kanibalisme dalam sistem budidaya
lobster, dapat dilakukan dengan penyediaan tempat persembunyian buatan
(shelter). Hal ini diadaptasi sesuai habitat lobster di alam, yang sering
bersembunyi di batu atau liang karang untuk menghindari serangan predator
(Erlania et al. 2014; Musbir et al. 2014; Pratiwi 2008), dan juga rumput laut dan
lamun sebagai tempat berlindung sekaligus makanannya (Thangaraja &
Radhakrishnan 2012).
Aplikasi shelter konvensional yang biasa digunakan para pembudidaya
lobster seperti rumput laut, karung plastik (teknik pocong), potongan bambu
(Suastika et al. 2008), batu karang, kayu, atau jaring (Nguyen et al. 2009), masih
belum optimal dalam meningkatkan kelangsungan hidup lobster. Berbagai
penelitian dalam meningkatkan kelangsungan hidup lobster, telah banyak
dilakukan antara lain menggunakan shelter pipa PVC, sistem kompartemen, dan
sistem housing. Efektivitas penggunaan shelter pipa PVC pada pendederan lobster
P. homarus menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 65,26±1,41% dan laju
pertumbuhan harian 1,38±0,04%/hari (Adiyana et al. 2014). Penggunaan sistem
kompartemen dalam keramba jaring apung dengan kepadatan terendah 25 ekor/m2
menghasilkan kelangsungan hidup mencapai 84% dan laju pertumbuhan harian
0,77±0,014%/hari (Lesmana 2013). Penggunaan shelter pipa PVC dan sistem
kompartemen hanya dapat meminimalkan kontak antar benih lobster, namun
diduga masih kurang efektif untuk mengatasi kanibalisme. Sistem housing yaitu
lobster yang dipelihara secara komunal dan individu menunjukkan pemeliharaan
secara individu lebih efektif mencegah kanibalisme (Irvin & Williams 2009).

2

Sistem kompartemen individu (SKI) yang diterapkan dalam penelitian ini
merupakan modifikasi bentuk shelter pipa PVC, dirancang untuk menempatkan
satu individu lobster pada satu ruang khusus. Sistem ini bersifat individual
sehingga dapat memastikan tidak terjadi kontak antar lobster dan mencegah
kanibalisme. Selain itu, tidak terjadi kompetisi pakan dan meminimalkan
penggunaan energi untuk bergerak, sehingga dapat menghasilkan biomassa yang
lebih optimal. Material dalam pembuatan SKI memanfaatkan potensi lokal dan
tersedia di seluruh daerah, sehingga dapat diaplikasikan para pembudidaya lobster
skala menengah di Indonesia.
Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fungsi mekanik, fisik, dan
biokimia pada organ, jaringan, atau sel makhluk hidup. Penggunaan bentuk SKI
yang berbeda, memungkinkan tingkat stres yang berbeda pula sebagai respons
fisiologisnya. Respons stres merupakan salah satu variabel fisiologis yang
mempengaruhi tingkat kesehatan, pertumbuhan, reproduksi, efisiensi pakan, dan
kelangsungan hidup lobster (Verghese et al. 2007). Respons stres dapat dievaluasi
secara objektif dengan pengamatan tingkah laku, atau secara kuantitatif dengan
mengukur perubahan beberapa variabel fisologis, seperti penggunaan oksigen,
komposisi darah, pH, hormon, ion, dan hemosit (Lorenzon et al. 2007).
Berbagai penelitian yang mengkaji tingkat stres telah banyak dilakukan,
yaitu dengan menggunakan hemolim sebagai indikator untuk menganalisis total
hemosit dan kadar glukosa hemolim. Total hemocyte count (THC) adalah salah
satu parameter yang dapat digunakan sebagai indikator terjadinya stres pada
krustase (Celi et al. 2015; D’Agaro et al. 2014; Arifin et al. 2014; Adiyana et al.
2014; Rustam et al. 2013). Selain itu, produk metabolik seperti glukosa hemolim
dapat digunakan untuk mengetahui tingkat stres pada krustase akibat perlakuan
dalam pemeliharaan, polutan, penanganan, perubahan lingkungan, dan
pascatransportasi (Arifin et al. 2014; Bislimi et al. 2013; Gulec & Aksu 2012;
Lorenzon et al. 2007; Jussila et al. 2001).
Penelitian mengenai pengaruh aplikasi SKI terhadap tingkat stres dan
kinerja produksi lobster belum pernah ada, sehingga perlu dilakukan kajian lebih
lanjut. Penerapan SKI dalam budidaya lobster diharapkan dapat menjadi solusi
dalam mengatasi kanibalisme dan mampu menekan tingkat stres, sehingga dapat
menghasilkan kinerja produksi yang optimal. Budidaya lobster dengan SKI dapat
menjadi teknologi produksi yang efektif dan efisien, sehingga produktivitas
lobster tetap terjamin, baik jumlah, kualitas, maupun kontinuitasnya.

Perumusan Masalah
Produksi lobster pada segmen pendederan sering terjadi kanibalisme
sehingga banyak benih mati sebelum waktu panen. Selain itu, tingkat stres yang
tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, tingginya potensi
terserang penyakit, dan kematian massal. Aplikasi SKI dalam budidaya lobster
adalah solusi yang dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan produktivitas.
Lobster dalam perlakuan ini diharapkan lebih adaptif, tumbuh optimal, serta
mampu menekan tingkat stres, sehingga menghasilkan kinerja produksi yang
optimal.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan sistem
kompartemen individu (SKI) terhadap respons fisiologis (tingkat stres), kinerja
produksi, dan menentukan bentuk SKI yang lebih efektif meminimumkan tingkat
stres dalam budidaya lobster.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah tentang
tingkat stres dan pertumbuhan lobster yang dipelihara menggunakan SKI,
sehingga dapat membantu para pembudidaya lobster dalam meningkatkan
produksi.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh aplikasi SKI
terhadap respons fisiologis dan menghasilkan kinerja produksi lobster yang
optimal.

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2015.
Pemeliharaan lobster dilakukan di Laboratorium Ilmu Kelautan IPB, Jalan Pasir
Putih 2 Ancol Timur, Jakarta Utara. Analisis respons fisiologis dilakukan secara
in-situ dan di Laboratorium Fisiologi FKH IPB. Analisis kualitas air dilakukan
secara in-situ dan beberapa parameter di Laboratorium Lingkungan Budidaya
Perairan FPIK IPB.
Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan lapangan. Penelitian
ini menggunakan rancangan acak lengkap, terdiri 4 perlakuan dan 2 ulangan.
Perlakuan yang digunakan adalah pemeliharaan lobster dengan aplikasi berbagai
bentuk SKI yaitu SKI tabung, SKI segitiga, SKI persegi, dan shelter pipa PVC
sebagai kontrol.
Sistem Kompartemen Individu
Sistem kompartemen individu (SKI) yang diterapkan dalam penelitian ini
merupakan modifikasi bentuk shelter pipa PVC, dirancang untuk menempatkan
satu individu lobster pada satu ruang khusus. Sistem ini dapat memastikan tidak
terjadi kontak antar lobster sehingga dapat mencegah kanibalisme. Selain itu,
tidak terjadi kompetisi pakan dan meminimalkan penggunaan energi untuk

4

bergerak sehingga dapat menghasilkan biomassa yang lebih tinggi. Material
dalam pembuatan SKI memanfaatkan potensi lokal dan tersedia di seluruh daerah,
sehingga dapat diaplikasikan para pembudidaya lobster skala menengah di
Indonesia. SKI yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari berbagai bentuk
yaitu SKI tabung modifikasi dari pipa PVC, SKI segitiga modifikasi dari talang
air PVC, dan SKI persegi modifikasi dari keranjang plastik komersil, serta shelter
pipa PVC sebagai kontrol perlakuan. Perbedaan pada bentuk SKI dirancang
sebagai adaptasi dari bentuk gua atau liang-liang karang tempat lobster
bersembunyi di habitatnya, yaitu ada yang berbentuk bundar, segitiga, dan persegi
(Gambar 1).
SKI dirancang dengan setiap bagian sisinya terdapat lubang-lubang kecil
(diameter 2 cm), berfungsi untuk mempermudah pemberian pakan, pengeluaran
sisa pakan/feses, serta pemantauan lobster pasca molting. Kedua bagian sisi pada
unit SKI tabung dan SKI segitiga serta bagian permukaan SKI persegi ditutup
menggunakan jaring nilon, direkatkan dengan tali dan tusuk bambu, sehingga
lobster yang dikurung tidak dapat keluar dari unit SKI (Gambar 1). Perbedaannya
dengan kontrol adalah shelter pada kedua sisinya tidak ditutup dengan jaring,
sehingga memungkinkan lobster untuk bebas keluar masuk.

Gambar 1 Dimensi berbagai bentuk sistem kompartemen individu (SKI):
(a) SKI tabung, (b) SKI segitiga, (c) SKI persegi, dan (d) kontrol.
Persiapan Bahan dan Wadah
Benih lobster yang digunakan yaitu ukuran pendederan, dengan bobot ratarata 46,05±0,85 g/ekor dan panjang total 112,32±2,09 mm/ekor. Total individu
lobster yang digunakan adalah sebanyak 216 ekor. Pemeliharaan lobster dilakukan

5

secara outdoor dengan menggunakan wadah bak beton berukuran (4 x 1 x 1,1) m,
yang terdiri 2 bak untuk perlakuan dan 1 bak sebagai tandon air resirkulasi. Setiap
bak perlakuan dibersihkan dan dibuat sekat pemisah menjadi 4 ruang untuk 4
perlakuan. Selanjutnya, bak diisi dengan air laut setinggi 35 cm dari dasar bak
atau sebanyak 1,4 ton/bak. Selain itu, dilengkapi sistem aerasi dengan 4 titik
aerasi pada setiap perlakuannya.
Sebelum perlakuan, lobster diaklimatisasi selama 7 hari. Wadah
aklimatisasi yang digunakan yaitu bak beton ukuran (4 x 1 x 1,1) m dengan
volume air laut sebanyak 1,4 ton. Selain itu, dilengkapi shelter berupa potongan
pipa PVC sebagai tempat berlindungnya. Setelah aklimatisasi, lobster disortir dan
ditimbang agar bobotnya seragam. Padat tebar yang digunakan 27 ekor untuk
setiap perlakuan, dimana tiap 1 ekor lobster dimasukkan ke dalam 1 unit SKI.
Selanjutnya, SKI yang telah berisi lobster dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan
yang disusun 2 tingkat. Perlakuan ini berlangsung selama 60 hari masa
pemeliharaan.
Manajemen Pakan
Pemberian pakan pada masa aklimatisasi dan perlakuan digunakan pakan
segar, yaitu potongan ikan rucah yang diperoleh dari nelayan sekitar Dermaga
Ancol. Pakan ikan rucah yang diberikan adalah potongan daging ikan yang telah
bersih dari darah, sedangkan bagian kepala dan organ dalam tubuh ikan tidak
digunakan. Pemberian pakan pada lobster dilakukan dengan metode at restricted
dan frekuensi 1 kali sehari. Pakan diberikan pada sore hari pukul 15.00 WIB.
Feeding rate yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 – 4% bobot lobster.
Pemberian pakan dilakukan dengan cara memasukkan tiap potongan pakan
melalui lubang-lubang yang terdapat pada unit SKI.
Manajemen Kualitas Air
Penerapan sistem resirkulasi air digunakan untuk menjaga kualitas air
tetap optimal sehingga tidak perlu dilakukan penggantian air. Filter yang
digunakan dalam sistem resirkulasi terdiri dari 2 macam, yaitu trickling filter dan
protein skimmer (Lampiran 1). Jumlah filter yang digunakan yaitu 2 unit trickling
filter untuk setiap bak perlakuan dan 1 unit protein skimmer yang diletakkan pada
bak tandon.
Metode Pengambilan Sampel
Parameter uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah respons
fisiologis, kinerja produksi, dan kualitas air. Parameter tersebut bertujuan untuk
mengetahui tingkat stres, kelangsungan hidup dan pertumbuhan, serta keadaan
aktual lingkungan media terhadap masing-masing perlakuan yang diberikan
selama masa pemeliharaan.

6

Parameter Respons Fisiologis
Parameter respons fisiologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
total hemocyte count (THC) dan kadar glukosa hemolim. Pengambilan sampel
hemolim lobster dilakukan pada hari ke-0, 3, 7, 10, kemudian setiap 10 hari
hingga akhir penelitian. Jumlah lobster yang digunakan adalah masing-masing
2 ekor untuk setiap perlakuan dan ulangan.
Teknik pengambilan sampel hemolim yaitu menggunakan syringe yang
telah dibilas dengan anti koagulan. Penambahan anti koagulan dilakukan untuk
analisis THC dengan perbandingan 2 : 1 (0,2 mL anti koagulan untuk 0,1 mL
hemolim), sedangkan analisis kadar glukosa tanpa penambahan anti koagulan.
Hemolim lobster diambil pada bagian kaki jalan belakang dekat abdomen lobster.
Sampel hemolim kemudian dimasukkan ke dalam tabung mikro. Selanjutnya,
sampel disentrifius dengan kecepatan 1000 rpm selama 10 – 20 menit untuk
diperoleh plasmanya.
Analisis THC dilakukan secara in-situ mengacu pada metode Blaxhall dan
Daisley (1973). Analisis kadar glukosa hemolim dilakukan di laboratorium,
mengacu pada metode Wedemeyer dan Yasutake (1977) (Lampiran 2).
Parameter Kinerja Produksi
Pengamatan pertumbuhan lobster dilakukan secara in-situ pada hari ke-0,
10, 20, 30, 40, 50, 60, meliputi sampling bobot, panjang karapas, dan panjang
total lobster. Jumlah lobster yang digunakan untuk sampling adalah 10% dari total
populasi setiap perlakuan. Frekuensi molting diamati setiap hari dengan cara
pengecekan pada media perlakuan kontrol dan semua unit SKI hingga akhir
pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup (SR) dan rasio konversi pakan (FCR)
dihitung pada akhir penelitian. Data sampling kemudian dihitung ke dalam rumus
SR, SGR, panjang total, dan FCR.
1) Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) dihitung untuk
mengetahui persentasae dari jumlah total lobster yang hidup hingga akhir masa
pemeliharaan. SR dihitung dengan menggunakan persamaan Solanki et al. (2012):

Keterangan:
SR = Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah lobster hidup pada akhir pemeliharaan (ekor)
No = Jumlah lobster hidup pada awal pemeliharaan (ekor)

2) Frekuensi Molting
Frekuensi molting dihitung untuk mengetahui total molting lobster selama
masa pemeliharaan. Frekuensi molting dihitung dengan cara pengamatan langsung
pada lobster disetiap perlakuan. Karapas lobster yang tanggal pada perlakuan SKI
tabung, SKI segitiga, dan SKI persegi dicatat per setiap unit SKI, sehingga dapat
diketahui frekuensi molting per individu lobster. Perlakuan kontrol karena
pemeliharaan bersifat komunal, maka dicatat total secara menyeluruh mewakili
jumlah lobster dalam perlakuan tersebut.

7

3) Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan harian atau specific growth rate (SGR) dihitung untuk
mengetahui persentase pertambahan bobot lobster setiap harinya. SGR dihitung
dengan menggunakan persamaan Solanki et al. (2012):
{(

)

Keterangan:
SGR = Laju pertumbuhan harian (%/hari)
Wt = Bobot rata-rata lobster pada akhir pemeliharaan (g)
Wo = Bobot rata-rata lobster pada awal pemeliharaan (g)
t
= Masa pemeliharaan (hari)

}

4) Panjang Total
Panjang total dihitung untuk mengetahui pertambahan panjang lobster
selama masa pemeliharaan. Panjang total dihitung dengan menggunakan
persamaan Solanki et al. (2012):

5) Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan (FCR) dihitung untuk mengetahui perbandingan
total pakan yang digunakan untuk membentuk biomassa akhir lobster saat panen.
FCR dihitung dengan menggunakan persamaan Zonneveld et al. (1991):

Keterangan:
FCR = Rasio konversi pakan
F
= Jumlah pakan (g)
Bt = Biomassa lobster akhir pemeliharaan (g)
Bo = Biomassa lobster awal pemeliharaan (g)

Parameter Kualitas Air
Pengukuran parameter suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (dissolved
oxygen/DO), dan alkalinitas dilakukan setiap hari secara in-situ. Analisis
laboratorium dilakukan pada hari ke-0, 10, 20, 30, 40, 50, dan 60, meliputi
parameter amonia, nitrit, nitrat, dan total organic matter (TOM). Pengambilan
sampel air sebanyak 500 mL untuk setiap perlakuan. Pengukuran kualitas air
mengacu pada metode APHA (1999).

Analisis Data
Data dianalisis menggunakan aplikasi statistik Minitab 16, dengan metode
analisis ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% ( = 0,05). Apabila hasil
uji statistik berbeda nyata, maka dilakukan uji lanjut menggunakan metode Tukey.

8

HASIL
Respons Fisiologis
Total Hemocyte Count (THC)
THC lobster selama pemeliharaan terlihat cenderung fluktuatif pada setiap
perlakuan. Secara keseluruhan, rata-rata nilai respons THC selama pemeliharaan
adalah kontrol 6,91±2,85 x 106 sel/mL, SKI segitiga 5,20±1,44 x 106 sel/mL,
SKI tabung 4,83±1,96 x 106 sel/mL, dan SKI persegi 4,60±1,30 x 106 sel/mL
(Gambar 2). THC pada perlakuan kontrol mendominasi fluktuasi tertinggi
dibandingkan perlakuan SKI tabung, SKI segitiga, dan SKI persegi. Perlakuan
SKI persegi menunjukkan tingkat THC yang lebih rendah dan fluktuasi yang lebih
stabil dibandingkan perlakuan lainnya. Uji statistik menunjukkan respons THC
pada semua perlakuan SKI tidak berbeda nyata terhadap kontrol (p>0,05), kecuali
pada pemeliharaan hari ke-20 perlakuan SKI persegi dan hari ke-40 SKI tabung
berbeda nyata terhadap kontrol (p