Evaluasi Rasio Selter Lobster Yang Berbeda Terhadap Respons Stres Dan Kinerja Produksi Pendederan Lobster Pasir Panulirus Homarus

EVALUASI RASIO SELTER : LOBSTER YANG BERBEDA
TERHADAP RESPONS STRES DAN KINERJA PRODUKSI
PENDEDERAN LOBSTER PASIR Panulirus homarus

SUHAIBA DJAI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Evaluasi Rasio Selter :
Lobster yang Berbeda terhadap Respons Stres dan Kinerja Produksi Pendederan
Lobster Pasir Panulirus homarus adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2017
Suhaiba Djai
NIM C151130521

RINGKASAN
SUHAIBA DJAI. Evaluasi Rasio Selter : Lobster yang Berbeda terhadap Respons
Stres dan Kinerja Produksi Pendederan Lobster Pasir Panulirus homarus.
Dibimbing oleh EDDY SUPRIYONO dan KUKUH NIRMALA.
Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu jenis lobster air
laut yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat sebab jumlah permintaan pasar
yang tinggi baik pasar lokal maupun internasional. Kegiatan budidaya pembesaran
lobster telah dilakukan dengan keramba jaring apung (KJA), namun kegiatan ini
masih memiliki kelemahan yaitu rendahnya tingkat kelangsungan hidup.
Rendahnya tingkat kelangsungan hidup disebabkan sifat kanibalisme lobster hingga
menimbulkan kematian. Kanibalisme terjadi saat lobster moulting, selain itu benih
yang tidak seragam dapat menyebabkan pula terjadinya kanibalisme. Salah satu
untuk mengatasi kanibalisme yaitu dengan menyediakan selter yang berfungsi
sebagai tempat persembunyian/berlindung lobster dalam media pemeliharaan. Hal
ini diadaptasi sesuai habitat lobster pasir di alam yang memanfaatkan terumbu

karang sebagai tempat berlindung. Penelitian ini bertujuan menganalisis rasio selter
yang berbeda terhadap respons stres dan kinerja produksi pendederan lobster pasir
Panulirus homarus.
Metode penelitian menggunakan rancangan acak lengkap, dengan 4
perlakuan dan 2 ulangan, perlakuan yang digunakan yaitu rasio selter (a) 1 : 5, (b)
3 : 5, (c) 4 : 5 dan (d) 5 : 5. Lobster pasir yang digunakan berasal dari pengumpul
benih di daerah Pelabuhan Ratu, Sukabumi dengan berat rata-rata 30,64±0,58
g/ekor, dan panjang rata-rata 100,11±1,42 mm/ekor yang dipelihara dengan
kepadatan 23 ekor/bak dan lama pemeliharan selama 60 hari. Jenis pakan yang
digunakan yaitu potongan ikan rucah dengan FR 3% bobot lobster, dan frekuensi
pemberian pakan 1 kali sehari pada pukul 18.00 WIB.
Parameter kualitas air yang diuji selama pemeliharaan yaitu suhu, salinitas,
pH, oksigen terlarut (DO), amonia, nitrat dan nirit. Parameter respons stres yang
digunakan untuk menganalisi tingkat stres lobster yaitu total hemocyte count (THC)
dan kadar glukosa hemolymph. Parameter kinerja produksi yaitu frekuensi
moulting, rasio konversi pakan (FCR), bobot, laju pertumbuhan harian (LPH) dan
tingkat kelangsungan hidup (TKH)).
Hasil penelitian menunjukkan kondisi kualitas air selama penelitian masih
memenuhi standar untuk pertumbuhan lobster pasir. Perlakuan rasio selter 4 : 5
lebih efektif menekan tingkat stres lobster hal ini ditunjukkan oleh nilai THC dan

kadar glukosa hemolymph selama penelitian dalam kondisi yang stabil. Serta
menghasilkan kinerja pertumbuhan yaitu pertumbuhan bobot sebesar 57,28±0,15
g/ekor, LPH 0,94±0,04% dan TKH 91,31±2,60%.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan dengan penggunaan rasio selter 4
: 5 pada pendederan lobster Panulirus homarus memberikan respons stres yang
lebih baik, ditinjau dari respons THC, dan kadar glukosa hemolymph, selama
penelitian mampu menekan tingkat stres dan menghasilkan tingkat pertumbuhan
dan kelangsungan hidup yang lebih baik dibanding perlakuan lainnya.
Kata kunci: Lobster, rasio selter, glukosa, THC, kelangsungan hidup

SUMMARY
SUHAIBA DJAI. Evaluation of the different Shelter Ratio towards Stress
Responsse and Production Performance of Spiny Lobster Panulirus homarus.
Supervised by EDDY SUPRIYONO and KUKUH NIRMALA.
Spiny lobster Panulirus. homarus is one of lobster species commonly
cultivated by fish farmer concerning the high demand, both in the local and
international market. Lobster grow out farming activities have been conducted in
floating net cages (KJA); however, these activities still have a weakness that is low
survival rate due to cannibalism which leads to lobster death. Cannibalism occurs
when lobster molts. Moreover, a varied size of lobster seeds will also cause

cannibalism. One effort to overcome the cannibalism is by providing shelter that
serves as a hiding place in lobster culture tank. It is adapted to the natural habitat of
spiny lobster utilizing coral reefs as a shelter. This study was aimed to analyze the
effect of the ratio of shelter different lobster on the stress responsse and production
performance of spiny lobster Panulirus homarus.
The research method used was a completely randomized design, with four
treatments and two replications. Shelter ratios used were a) 1:5, (b) 3:5, (c) 4:5 and
(d) 5:5. Spiny lobsters were obtained from lobster seed collectors in Pelabuhan Ratu,
Sukabumi with an average weight of 30.64±0.58 g/lobster and an average length of
100.11±1.42 mm/lobster. Lobster seeds were then cultured at a density of 23
lobster/tank for 60 days and were fed once a day at 6 pm with a feeding rate of 3%
using trash fish.
Water quality parameters were tested during maintenance such as
temperature, salinity, pH, dissolved oxygen (DO), ammonia, nitrate, and nitrite.
Stress responsse parameter used to analyze the lobster stress levels namely total
hemocyte count (THC) and hemolymph glucose level. The parameters of
production performance were molting frequency, feed conversion ratio (FCR),
weight gain, daily growth rate (DGR) and survival rate (SR).
The results show that the water quality conditions throughout the study met
the standard for the growth of spiny lobster. Treatment with shelter ratio of 4:5 gave

the best result as indicated by stable stress responsse during the experiment such as
total hemocyte count and hemolymph glucose level. Moreover, growth
performances obtained were a weight gain of 57.28±0.15 g/lobster, a daily growth
rate of 0.94±0.04%, and survival rate of 91.31±2.60 %.
Based on the study result, it is concluded that the use of shelter ratio of 4:5
in the nursery of Panulirus homarus lobster resulted in better stress responsse, in
terms of the responsse of total hemocyte count and glucose level during the study.
The treatment was also able to reduce the stress level and produce better growth
rate and survival rate than other treatments.
Keywords: lobster, shelter ratio, glucose, total hemocyte count, survival rate

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


EVALUASI RASIO SELTER : LOBSTER YANG BERBEDA
TERHADAP RESPONS STRES DAN KINERJA PRODUKSI
PENDEDERAN LOBSTER PASIR Panulirus homarus

SUHAIBA DJAI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis:

Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc


Judul Tesis : Evaluasi Rasio Selter : Lobster yang Berbeda terhadap Respons Stres
dan Kinerja Produksi Pendederan Lobster Pasir Panulirus homarus
Nama
: Suhaiba Djai
NIM
: C151130521

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Eddy Supriyono, MSc
Ketua

Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Akuakultur

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Widanarni, MSi

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 12 Jan 2017

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dapat diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu “ Evaluasi Rasio Selter : Lobster yang Berbeda terhadap
Respons Stres dan Kinerja Produksi Pendederan Lobster Pasir Panulirus homarus
“ yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2015 ini sampai Januari 2016 di
Laboratorium Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Ancol
Timur, Jakarta Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Dr Ir Eddy Supriyono, MSc selaku ketua komisi pembimbing yang telah
memberikan tema dan fasilitas penelitian kepada penulis, serta memberikan
bimbingan dan arahan selama penelitian hingga penyelesaian tesis.
2. Dr Ir Kukuh Nirmala, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyelesaian
tesis.
3. Dr Ir Agus Oman Sudrajat, MSc sebagai dosen penguji tamu dan Ibu Dr Ir
Widanarni, MSi sebagai komisi program studi yang telah banyak memberikan
saran pada sidang ujian tesis.
4. Kukuh Adiyana, ST, MSi yang telah memberi fasilitas dan saran di lapangan
selama penelitian, Bapak Mardi yang membantu selama penelitian, serta rekanrekan Tim Riset Lobster 2015 atas bantuan dan kerja sama selama penelitian.
5. Ayahanda La Djai, ibunda Wandoliwu, kakak Sumana, Sairin, Suriyati, Salwia,
La ode Haerudin, Indah Jessica Nurhasana, serta adik Ahmad Syri Akbar dan
Ahmad Faizin Alfareza yang selalu mencurahkan kasih sayang, do’a dan
motivasi yang tiada henti kepada penulis.
6. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) atas penyediaan Beasiswa
Pendidikan Pascasarjana Dalam Negeri (BPP-DN) tahun 2013 sehingga
penulis dapat melanjutkan studi di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.

7. Teman-teman Ilmu Akuakultur 2013 Ega Aditya Prama, Rudiansyah, Aisyah
Lukmini, Wiwi Hildayanti, Tuti Puji Lestari, Nurina, Tira Silvianti, Windu
Sukendar, Kak Muthahharah Muchtar, Sophia, dan Ika Wahyuni Putri atas
kebersamaan dalam menempuh studi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2017
Suhaiba Djai

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
2
2
3
3

2 METODE
Waktu dan Tempat
Rancangan Penelitian
Prosedur Penelitian
Parameter Penelitian
Analisis Data

3
3
3
3
4
6

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pembahasan

6
6
12

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

18
18
18

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

23

RIWAYAT HIDUP

32

DAFTAR TABEL
1 Kisaran kualitas air selama pemeliharaan lobster pasir

8

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7

Nilai THC lobster pasir selama penelitian
Kadar glukosa hemolymph lobster pasir selama penelitian
Frekuensi moulting lobster pasir selama penelitian
Nilai rasio konversi pakan lobster selama penelitian
Bobot lobster pasir selama penelitian
Laju pertumbuhan harian lobster pasir selama penelitian
Tingkat kelangsungan hidup lobster pasir selama penelitian

8
9
9
10
11
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Denah bak pemeliharaan lobster pasir
Skema letak selter pada setiap perlakuan
Jenis selter paralon yang digunakan
Analisis ragam dan uji lanjut Duncan respons stres lobster
Analisis ragam dan uji lanjut Duncan kinerja produksi lobster

24
25
25
26
30

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lobster air laut merupakan salah satu produk unggulan perikanan yang
bernilai ekonomi tinggi. Permintaan lobster air laut di dunia mengalami
peningkatan sekitar 15% per tahun (Jones 2010). Kenaikan permintaan pasar
internasional dipengaruhi meningkatnya pasar ekspor ke negara Hongkong, Taiwan
dan Jepang, sedangkan pasokan lobster di Indonesia tidak tersedia secara terusmenerus. Ketersediaan lobster di Indonesia diperoleh dari hasil penangkapan di
alam, hasil tangkapan lobster mengalami penurunan, sesuai data penangkapan pada
2013 (16.482 ton/tahun), dan 2014 (10.086 ton/tahun) (KKP 2015). Selain itu
kegiatan penangkapan yang terus-menerus menimbulkan penangkapan berlebih (overfishing), sehingga berdampak pada kapasitas induk (broodstock) sebagai penghasil
benih untuk budidaya.
Diperlukan kegiatan budidaya untuk menjaga ketersediaan induk lobster di alam.
Melalui kegiatan budidaya, diharapkan kebutuhan lobster untuk pasar ekspor maupun
domestik akan terpenuhi, baik dalam jumlah, kualitas, maupun kontinuitas . Di
Indonesia telah dilakukan kegiatan budidaya pembesaran lobster dengan keramba
jaring apung (KJA) seperti di wilayah Nusa Tenggara Barat (Lombok), Jawa Barat
(Pelabuhan Ratu) dan Yogyakarta (Pantai Gunung Kidul). Salah satu jenis lobster
yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat adalah lobster pasir (Panulirus
homarus), permintaan terhadap jenis lobster tersebut cukup tinggi baik pasar lokal
maupun pasar internasional. Lobster pasir membutuhkan waktu 6 bulan
pemeliharaan untuk mencapai ukuran jual (200-300 g) lebih cepat dibanding jenis
lobster mutiara (Panulirus ornatus) yang memerlukan 9-10 bulan pemeliharan
untuk mencapai ukuran jual, dan ketersedian benih lobster pasir lebih merata
disetiap daerah (Suastika et al. 2008; Chau et al. 2008).
Pemeliharaan lobster dalam KJA masih memiliki kelemahan yaitu rendahnya
tingkat kelangsungan hidup (40-50%) (Suastika et al. 2008). Rendahnya
kelangsungan hidup disebabkan sifat kanibalisme lobster. Kanibalisme terjadi pada
saat lobster moulting (post moulting) (Boot dan Kittaka 1994). Selain itu, Johnston
et al. (2006) menyatakan ukuran benih yang beragam dalam budidaya, dapat
menyebabkan potensi terjadinya kanibalisme hingga menimbulkan kematian. Sifat
kanibalisme lobster merupakan faktor penting yang menjadi perhatian oleh para
pembudidaya. Upaya yang telah dilakukan untuk mengurangi tingginya tingkat
kanibalisme adalah dengan penggunaan selter pada wadah pemeliharaan. Selter
diadaptasi dari habitat lobster di alam yang memanfaatkan terumbu karang sebagai
tempat berlindung dari serangan predator dan saat lobster moulting (Eggleston et al.
1997; Fourzan dan Alvares 2001).
Pembudidaya lobster telah menggunakan beberapa jenis selter konvensional
pada media budidaya seperti potongan bambu, jaring, karung plastik, dan rumput
laut (Suastika et al. 2008), namun belum optimal dalam meningkatkan
kelangsungan hidup lobster. Telah ada beberapa penelitian menggunakan selter
pipa PVC, dan sistem kompartemen. Penggunaan selter pipa PVC pada pendederan
lobster P. homarus menghasilkan tingkat kelangsungan hidup 65,26±1,41% dan
laju pertumbuhan harian 1,38±0,04%/hari (Adiyana et al. 2014). Penggunaan
sistem kompartemen dalam keramba jaring apung dengan kepadatan terendah 25

2
ekor/m2 menghasilkan kelangsungan hidup mencapai 84% dan laju pertumbuhan
harian 0,77±0,014%/hari (Lesmana 2013). Menurut Lukito dan Prayugo (2003)
penggunaan pipa PVC lebih dianjurkan baik di akuarium ataupun di kolam karena
memiliki daya tahan yang lebih lama, tidak mudah pecah dan dapat dipotong sesuai
ukuran lobster yang dipelihara apabila dibandingkan dengan batu bata atau mesh.
Respons stres merupakan salah satu variabel fisiologis yang mempengaruhi
tingkat kesehatan, pertumbuhan, reproduksi, efisiensi pakan dan kelangsungan
hidup lobster (Verghese et al. 2007). Respons stres dapat dievaluasi secara subjektif
dengan menggunakan pengamatan tingkah laku atau secara kuantitatif dengan
mengukur perubahan pada beberapa variabel fisologis seperti penggunaan oksigen,
komposisi darah, pH, hormon, ion dan hemosit (Lorenzon et al. 2007). Menurut
Jussila et al. (2001), salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai indikator
terjadinya stres pada krustasea dengan melihat Total Hemocyte Count (THC).
Menurut Adiyana et al. (2014) dengan menggunakan jenis selter paralon pada
pendederan benih lobster Panulirus homarus skala laboratorium secara indoor
dengan menggunakan sistem resirkulasi memberikan SR 65,26% dan menghasilkan
respons stres yang lebih rendah.
Penelitian mengenai selter telah dilakukan, namun belum adanya informasi
berapa jumlah selter yang optimal untuk budidaya lobster, sehingga perlu dilakukan
kajian lebih lanjut. Penerapan rasio selter dalam budidaya lobster diharapkan dapat
menjadi solusi dalam mengatasi kanibalisme dan mampu menekan tingkat stres,
sehingga dapat menghasilkan kinerja produksi yang optimal. Budidaya lobster
dengan rasio selter dapat menjadi teknologi produksi yang efektif dan efisien baik
produktivitas maupun kontinuitasnya.
Perumusan Masalah
Salah satu kendala dalam kegiatan budidaya lobster pasir P. homarus adalah
rendahnya tingkat kelangsungan hidup, penyebab utama kematian lobster selama
masa pemeliharaan adalah kanibalisme. Kanibalisme terjadi ketika lobster
moulting, selain itu ukuran benih yang tidak segaram dapat menyebabkan pula
terjadinya kanibalisme. Upaya untuk membudidayakan lobster pasir dengan
menggunakan selter merupakan salah satu solusi dalam mengurangi kematian.
Penerapan selter telah dilakukan pada kegiatan pendederan secara indoor, namun
belum ada informasi mengenai rasio selter, sehingga perlu dikaji lebih lanjut
mengenai rasio selter lobster. Dengan aplikasi rasio selter diharapkan dapat
meningkatkan kelangsungan hidup lobster, menghasilkan benih yang seragam dan
adaptif, hingga siap ditebar pada kegiatan pembesaran dengan KJA.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ialah menganalisis rasio selter lobster yang berbeda
terhadap respons stres dan kinerja produksi, serta menentukan rasio selter terbaik
yang lebih efektif meminimumkan tingkat stres dalam budidaya lobster pasir.

3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi teknologi pada
kegiatan budidaya lobster pasir P. homarus skala pendederan secara indoor dengan
penggunaan rasio selter.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah pemeliharaan lobster dengan
menggunakan rasio selter tertentu akan mengurangi tingkat stres sehingga
meningkatkan kinerja produksi pendederan lobster pasir P. homarus.

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Januari 2016,
pemeliharan dilakukan selama dua bulan di Laboratorium Ilmu Kelautan IPB, Jalan
Pasir Putih 1 Ancol Timur – Jakarta Utara. Uji kadar glukosa hemolymph dilakukan
di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Uji kualitas air
dilakukan di Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan IPB
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4
perlakuan dan 2 ulangan. Jenis perlakuannya adalah rasio selter : lobster yaitu (A)
1 : 5, (B) 3 : 5, (C) 4 : 5, (C) 5 : 5 (Lampiran 1).
Rasio selter yang diterapkan pada penelitian ini merupakan modifikasi jumlah
selter pipa PVC yang digunakan pada penelitian jenis selter, rasio selter yang
digunakan 1 : 5. Diharapkan lobster dapat memanfaatkan selter yang disebar pada
media pemeliharaan.
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Penelitian ini menggunakan bak plastik berukuran (1 x 1 x 1) m3 dengan
dengan volume air laut 800 liter/bak, yang dilengkapi dengan sistem resirkulasi.
Penyuplai oksigen menggunakan aerator jenis diffuser sebanyak 2 titik aerasi pada
setiap bak. Di sekeliling dinding bak pemeliharaan dipasang waring. Selter yang
digunakan pada penelitian ini berupa susunan paralon yang terbuat dari bahan
polyvinyl chloride (PVC), yang berwarna putih dengan panjang 25 cm dan
berdiamater 5,5 cm bentuk selter dapat dilihat pada lampiran (Lampiran 2).
Persiapan Benih
Benih lobster yang digunakan pada penelitian ini yaitu lobster pasir P.
homarus dengan bobot rata-rata 30,64±0,58 g/ekor, dengan panjang rata-rata

4
100,11±1,42 mm/ekor. Benih diperoleh dari pengumpul benih di daerah Pelabuhan
Ratu, Jawa Barat. Benih lobster diaklimatisasi selama tujuh hari pada bak
aklimatisasi berukuran (4 x 1 x 1,1) m3, dengan ketinggian air 35 cm. Selama proses
aklimatisasi lobster diberi pakan ikan rucah 3% dari biomassa.
Pemeliharaan
Benih lobster yang telah diaklimatisasi disortir untuk mendapatkan lobster
yang sehat, tidak cacat dan bobotnya yang seragam. Selanjutnya benih ditebar pada
masing-masing bak perlakuan dengan padat tebar 23 ekor/perlakuan. Masa
pemeliharaan dalam penelitian ini selama 60 hari. Selama penelitian, pakan
diberikan sebanyak 3% dari bobot tubuh, dengan frekuensi pemberian pakan satu
kali sehari pada pukul 18.00 WIB. Pakan yang digunakan selama penelitian berupa
pakan ikan rucah, yang terdiri dari beberapa jenis ikan. Ikan ini didapat langsung
dari nelayan. Ikan yang digunakan sebagai pakan berupa daging (tidak termasuk
kepala, ekor dan isi dalam).
Selama pemeliharaan pengamatan kualitas air dilakukan setiap hari selama
penelitian, meliputi: suhu, salinitas, DO, dan pH. Untuk nitrat, nitrit, dan amonia
dilakukan setiap 10 hari. Pengamatan respons stres dan pengukuran bobot
dilakukan sampling setiap 10 hari. Tingkat kelangsungan hidup diamati pada akhir
penelitian.
Parameter Penelitian
Parameter Respons Stres
Total Hemocyte Count (THC)
Pemeriksaan THC hemolymph lobster dilakukan sebagai indikator stres,
pengamatan THC dilakukan pada hari ke 0, 10, 20, 30, 40, 50, dan hari ke-60.
Teknik pengambilan sampel hemolymph yaitu menggunakan syringe yang telah
dibilas dengan anti koagulan. Penambahan anti koagulan dilakukan untuk analisis
THC dengan perbandingan 2 : 1 (0,2 mL anti koagulan untuk 0,1 mL hemolymph).
Hemolymph lobster diambil pada bagian kaki jalan belakang dekat abdomen lobster.
Pengitungan THC menggunakan hemasitometer. Analisis THC dilakukan secara
in-situ mengacu pada metode Blaxhall dan Daisley (1973). Pengitungan THC
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
THC = rata-rata jumlah sel x
Kadar Glukosa Hemolymph





x faktor pengencer

Uji kadar glukosa dilakukan setiap 10 hari selama penelitian. Teknik
pengambilan sampel hemolymp yaitu menggunakan syringe yang telah dibilas
dengan anti koagulan. Hemolymph lobster diambil pada bagian kaki jalan belakang
dekat abdomen lobster. Sampel hemolimph kemudian dimasukkan ke dalam tabung
mikro. Selanjutnya, sampel diinkubasi selama 10 menit pada suhu 20 – 25C. Uji

5
kadar glukosa hemolymph lobster pasir dengan menggunakan metode GOD-PAP.
Analisis kadar glukosa hemolymph mengacu pada Barham dan Trinder (1972);
Teucher et al. (1971). Penghitungan kadar glukosa hemolymph dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
KG = 100 x
Keterangan:
KG
∆A sampel
∆A STD







[mg/dl]

= Kadar glukosa hemolymp (mg/dl).
= Absorbansi sampel
= Absorbansi standar

Parameter Kinerja Produksi
Frekuensi Moulting
Frekuensi moulting dihitung untuk mengetahui total lobster moulting
selama pemeliharaan. Frekuensi moulting dihitung dengan cara pengamatan
langsung karapas lobster yang lepas dari tubuh lobster pada media pemeliharaan
setiap perlakuan.
Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan (FCR) dihitung pada akhir penelitian. FCR dihitung
untuk mengetahui total pakan yang digunakan untuk membentuk biomassa lobster
saat panen. Rasio konversi pakan dihitung dengan menggunakan persamaan
(Effenfie 1979):


=

Keterangan:
FCR
= Rasio konversi pakan
F
= Jumlah pakan (g)
Bt
= Biomasa lobster pada akhir penelitian (g)
B0
= Biomasa lobster awal penelitian (g)

Laju Pertumbuhan Harian
Laju pertumbuhan bobot harian (LPH) dihitung untuk mengetahui persentase
pertambahan bobot lobster setiap harinya. LPH dihitung dengan menggunakan
persamaan (Effenfie 1979):
�� = [



-1] x 100

6
Keterangan;
LPH
= Laju pertumbuhan harian (%)
Wt
= Berat rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
W0
= Berat rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
t
= Periode penelitian (hari)

Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup (TKH) dihitung untuk mengetahui presentase
dari jumlah total lobster yang hidup hingga akhir pemeliharaan. TKH dihitung
dengan menggunakan persamaan (Effenfie 1979):
�=





Keterangan:
TKH
= Tingkat kelangsungan hidup (%)
Nt
= Jumlah udang akhir (ekor)
N0
= Jumlah udang awal (ekor)

Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan dari awal penelitian sampai akhir
penelitian yang meliputi; suhu, salinitas, pH dan oksigen terlarut (dissolved
oxygen/DO) dilakukan setiap hari secara in-situ. Analisis laboratorium dilakukan
pada hari ke-0,10, 20, 30, 40, 50 dan 60 yang meliputi amonia, nitrat dan nitrit
Pengukuran kualitas air mengacu pada metode APHA (1999).

Analisis Data
Data hasil pengukuran parameter respons stres dan kinerja produksi
ditabulasi dengan program software Microsoft Exel 2013. Uji ANOVA dianalisis
dengan menggunakan software SPSS Versi 22 dengan tingkat selang kepercayaan
95%. Perlakuan yang berbeda nyata diuji lanjut dengan uji lanjut Duncan. Untuk
parameter kualitas air dianalisis secara deskriptif.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil penelitian terdiri dari tiga parameter utama yaitu kualitas air, respons
stres dan kinerja produksi. Kualitas air meliputi: suhu, salinitas, DO, pH, amonia,
nitrat dan nitrit. Respons stres meliputi: THC dan kadar glukosa hemolymph.

7
Kinerja produksi meliputi; frekuensi moulting, rasio konversi pakan, pertumbuhan
bobot, laju pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup.
Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air selama pemeliharaan lobster pasir yang
meliputi suhu, salinitas, pH dan DO menunjukkan kondisi yang cenderung
homogen pada semua perlakuan. Secara keseluruhan, kondisi suhu, salinitas, dan
pH media selama masa pemeliharaan masing-masing berkisar 26,5 – 29,6 oC, 29,5
– 34,5 ppt, dan 7,6 – 8,8. Kondisi DO selama pemeliharaan mengalami fluktuasi
yaitu berkisar 4,5 – 8,8 mg/L.
Kondisi amonia cenderung homogen pada hari ke-10 hingga ke-30.
Selanjutnya, meningkat pada hari ke-40, dan kembali mengalami penurunan pada
hari ke-50 hingga akhir penelitian. Secara keseluruhan nilai amonia berkisar antara
0,002-0,061 mg/L. Kondisi nitrit dan nitrat untuk semua perlakuan cenderung
berfuktuasi. Secara keseluruhan konsentrasi nitrit dan nitrat berkisar 0,001-0,012
dan 0,001-0,290 mg/L. Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Kisaran kualitas air selama masa pemeliharaan lobster pasir
Parameter
Kualiatas
Air

1:5

3:5

4:5

5:5

Suhu (°C)

27,2 ‒ 29,4

26,5 ‒ 29,5

27,2 ‒ 29,5

27,2 ‒ 29,6

Salinitas
(ppt)
DO
(mg/L)

30 ‒ 34

30 ‒ 34

29.5 ‒ 33.5

30 ‒ 34,5

4,6 ‒ 8,8

4,6 ‒ 8,8

4,6 – 8,8

4,5 ‒ 8,8

pH

7,6 ‒ 8,6

7,6 ‒ 8,8

7,6 ‒ 8,6

7,6 ‒ 8,6

0,003 – 0,060

0,002 – 0,059

0,002 – 0,059

0,002 – 0,061

0,001 – 0,280

0,001 – 0,260

0,001 – 0,290

0,001 – 0,290

0,001 – 0,080

0,001 – 0,120

0,001 – 0,080

0,001 – 0,090

Amonia
(mg/L)
Nitrat
(mg/L)
Nitrit
(mg/L)

Rasio selter Loster
Kisaran optimum
o

26-33 C (Mojjada et
al. 2012)
28-35 ppt (Drengstig
dan Bergheim 2013)
> 3,4 mg/L (Mojjada
et al. 2012)
7,8-8,2 (Wickins &
Lee, 2002)
0,1 mg/L (Wickins &
Lee, 2002)
>100 mg/L(Wickins
& Lee, 2002)
< 5 mg/L (Wickins &
Lee, 2002)

Respons Stres
Respons Total Hemocyte Count (THC)
Konsentrasi THC lobster pasir pada berbagai perlakuan mengalami fluktuasi.
Konsentrasi THC selama penelitian 12,00±3,50 – 32,85±5,75 x 104 sel/mL. Awal
penelitian nilai THC 12,00±0,0 x 104 sel/mL semua perlakuan, hari ke-10 perlakuan
rasio selter : lobster 1 : 5 dan 4 : 5 mengalami peningkatan dan untuk rasio selter :
lobster 3 : 5 dan 5 : 5 mengalami penurunan, namun nilai THC pada hari ke-10
sampai hari ke-50 tidak memberikan nilai yang beda nyata terhadap semua
perlakuan (p>0,05). Nilai THC pada akhir penelitian (hari ke-60) menunjukan nilai

8

THC (104 sel/mL)

yang beda nyata terhadap semua perlakuan (p