13
III. METODOLOGI PENELITIAN
Seperti telah dikemukakan sebelumnya bahwa konflik pertambangan nikel yang terjadi di Kota Baubau terjadi akibat pertentangan antar aktor dan terjadi
secara vertikal yang kemudian berakibat pada konflik horizontal antar komunitas masyarakat. Pada tataran vertikal konflik terjadi antara pemerintah, korporasi PT
BIS dan komunitas masyarakat, LSM dan mahasiswa. Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu masyarakat lingkar tambang yang berada di
Kecamatan Sorawolio, Bungi dan Lea-Lea. Dari ketiga kecamatan tersebut, untuk Kelurahan Waliabuku Kecamatan Bungi, Kelurahan Lowu-Lowu dan Kelurahan
Kolese Kecamatan Lea-Lea konfliknya mengemuka manifest dan untuk kelurahan-kelurahan lainnya konflik yang tebentuk adalah later tersembunyi.
Sementara pada wilayah horizontal konflik terjadi antara masyarakat itu sendiri yaitu terjadi di kelurahan Lowu-Lowu dan Kolese Kecamatan Lea-Lea.
Kepentingan aktor yang berkonflik terjadi pada dua kepentingan yaitu kepentingan ekonomi dan lingkungan konservasi sehingga posisi aktor dalam
konflik pertambangan nikel ini hadir dalam dua kepetingan tersebut. Hal ini ada yang memposisikan diri pada aktor karena kepentingan konservasi dan pada
kepetingan ekonomi, aktor merepresantasikan diri sebagai kelompok dominan konservasi dalam melakukan aksi-aksi terhadap persoalan pertambangan nikel
dengan jargon “menolak keberadaan tambang” dan hal tersebut hanya merupakan bagian dari kepentingan aktor demi kepentingan ekonominya dan gerakan tersebut
dilakukan sesuai dengan kebutuhan aktor dua kelas. Pada kelompok masyarakat posisi tersebut tidak hadir dalam dua sisi namun dalam bentuk pro dan kontra.
Dengan melihat dinamika yang terjadi terhadap anatomi konflik pertambangan nikel di Kota Baubau maka yang terlihat betapa komunitas menjadi
objek tawar-menawar oleh kekuatan eksternal dan hal tersebut membelenggu nilai-nilai yang sesungguhanya ada pada komunitas tersebut baik itu dari sisi
kearifan lokal oleh masyarakat maupun pada wilayah idealisme oleh kelompok mahasiswa dan LSM. Berangkat dari hal tersebut maka mengantarkan peneliti
untuk mengkaji sesungguhnya penyebab terjadinya konflik tersebut seperti apa dan siapa saja aktor-aktor yang bermain pada konflik yang terjadi dan dalam
mengkajinya memerlukan metodologi kumpulan cara.
Metode
Dalam melakukan kerja-kerja penelitian tentunya memerlukan paradigma sebagai bentuk dasar filosofis untuk mengantarkan atau memandu seorang
peneliti. Moleong 2010 menyatakan bahwa penelitian pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih
membenarkan kebenaran dan usaha untuk mengejar kebenaran dilakukan oleh para filsuf, peneliti maupun para praktisi melalui model-model tertentu. Model
tersebut biasanya dikenal dengan paradigma, menurut Bogdan dan Biklen 1982 bahwa paradigma adalah kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang
bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian. Sementara Ritzer dan Goodman 2003 mengemukakan bahwa Paradigma
membantu dalam menentukan apa yang mesti dikaji, pertanyaan apa yang mesti diajukan, bagaimana cara mengajukannya dan apa aturan yang harus diikuti dalam
menafsirkan jawaban yang diperoleh. Paradigma adalah unit konsensus terluas
14
dalam bidang ilmu tertentu dan membantu membedakan satu komunitas ilmiah subkomunitas tertentu dari komunitas ilmiah yang lain.
Paradigma menggolongkan, menetapkan dan menghubungkan eksemplar, teori, metode dan
isntrumen yang ada didalamnya. Berangkat dari hal tersebut maka paradigma penelitian akan berimplikasi pada
pilihan metodologi dan teori apa yang digunakan dalam suatu penelitian. Terkait dengan hal tersebut Guba dan Lincoln dalam Denzin and Lincoln 2009
menyatakan bahwa empat paradigma yang saat ini sedang bersaing atau hingga belakangan ini telah bersaing agar bisa diterima sebagai paradigama pilihan dalam
memantapkan dan membimbing jalanya penelitian, terutama penelitian kualitatif yakni positivisme, postpositivisme, teori kritis berikut posisi ideologi terkait dan
konstruktivisme. Berdasar pada rumusan masalah dan tujuan penelitian seperti telah diungkapkan sebelumnya, maka paradigma yang digunakan dalam penelitian
ini adalah paradigma teori kritis dan teori konstruktivisme.
Untuk mengungkap masalah penyebab konflik pertambangan nikel di kota Baubau dan aktor-aktor yang terlibat serta memetakan jejaring kuasa diatara
aktor-aktor yang terlibat dalam konflik tersebut menggunakan paradigma teori kritis subjectivism. Sementara untuk memotret bagaimana peta penguasaan
sumberdaya alam dan bagaimana aktor memahami kepentingannya terhadap pertambangan nikel serta jalan keluar dari opsi-opsi penyelesaian menurut aktor
menggunakan paradigma konstruktivisme Interpretivism.
Kemudian lebih lanjut dikatakan oleh Guba Lincoln seperti dikutip dalam Denzin dan Lincoln 2009 bahwa dalam teori kritis ontologinya yaitu realisme
historis, epistemologinya yaitu transaksional dan subjektivis dan metodologinya bersifat dialogis dan dialektis. Comstock 1980 dalam Zainudin 2012
menyatakan bahwa penggunaan paradigma kritis dalam penelitian sosial, dimulai dari adanya masalah-masalah sosial nyata yang dialami oleh sekelompok individu,
kelompok-kelompok atau kelas-kelas yang tertindas dan teralienasi dari proses- proses sosial yang sedang tumbuh dan berkembang. Melihat permasalahan
tersebut, ilmuwan sosial tidak selayaknya mengacuhkan masyarakat demi mengejar obyektivitas ilmu semata tetapi harus menyadari posisi dirinya sebagai
aktor perubahan sosial dan harus menjawab masalah- masalah tersebut dengan mengajak masyarakat untuk kritis melalui aksi-aksi sosial agar mereka yang
tertindas mampu melepaskan diri dari belenggu struktur yang menindas. Oleh karena itu implementasi secara praksis dari paradigma ini adalah menjalin
hubungan intern subjektif antara peneliti dan tineliti untuk bersama-sama menyusun program aksi untuk merubah kondisi-kondisi sosial yang menindas.
Secara analitis penelitian kritis harus dapat menciptakan hubungan dinamis antar subyek dalam situasi sosial. Riset kritis harus melakukan kritik ideologi
berdasarkan perbandingan antara struktur sosial buatan dengan struktur sosial nyata.
Dalam konteks komunitas, untuk membangun kesadaran kritis terutama pada kelompok masyarakat dan mahasiswa pelu dilakukan dengan kehati-hatian,
mengingat sejak tahun 2007 hingga sekarang pertambangan nikel di kota Baubau telah hadir menjadi pertarungan kepentingan aktor. Hal ini terlihat sejak tahun
2009 gerakan perlawanan “mahasiswa” terhadap keberadaan tambang diawali dengan gerakan yang masif. Gerakan tersebut terbaca pada saat beberapa
mahasiswa telah dipekerjakan dalam korporasi tersebut. Selain itu beberapa
15
individu yang diangkap kritis mulai dilemahkan sehingga aksi-aksi yang dilakukanpun jadi bergeser pada kepentingan ekonomi. Kemudian pada aras
masyarakat, pihak korporasi mulai berhasil menarik kelompok masyarakat untuk dipekerjakan sebagai tenaga kerja dan menyelesaikan masalah pembebasan lahan.
Untuk beberapa masyarakat yang masih bertahan untuk tidak dilepaskan tanahnya kepada kepentingan korporasi, kelompok masyarakat inilah yang sampai saat ini
menunjukkan perlawanan akan tetapi karena kekuasaan pemerintah yang dominan menjadikan posisi mereka tidak berani menunjukkan perlawanan.
Selain menggunakan paradigma kritis tersebut diatas dalam penelitian ini juga menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Guba Lincoln dalam
Denzin and Lincoln 2009 menyatakan bahwa dalam paradigma konstruktifis ontologinya relativis yaitu bisa dipahami dalam bentuk konstruksi mental yang
bermacam-macam dan tak dapat diindra yang didasarkan secara sosial dan pengalaman, berciri lokal dan spesifik dan bentuk serta isinya bergantung pada
manusia atau kelompok individual yang memiliki konstruksi tersebut. Epistemologinya yaitu transaksional dan subjektivis, dimana peneliti dan objek
penelitian dianggap terhubung secara timbal balik sehingga “hasil-hasil penelitian” tercipta secara literal seiring dengan berjalannya proses penelitian.
Metodologinya yaitu hermeneutis dan dialektis, artinya sifat variabel dan personal dari konstruksi sosial menunjukkan bahwa konstruksi individu hanya dapat
diciptakan dan disempurnakan melalui interaksi antara dan diantara peneliti dengan para responden.
Lenggono dalam Zainuddin 2012 mengatakan bahwa penelitian dengan pendekatan konstruktivisme dapat memotret realitas sosial, tidak hanya realitas
obyektif yang berada di luar orang yang diteliti tetapi juga realitas subyektif di dalam diri orang yang diteliti yang menyangkut kehendak dan kesadaranya. Hal
ini penting dilakukan karena kedua realitas ini memiliki hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi, dan untuk mencapai hal tersebut, maka peneliti harus
melakukan dua hal; Pertama, berjumpa dengan pribadi tineliti, bertanya dan mendapatkan jawaban. Kedua, dengan sungguh-sungguh mau memahami
verstehen realitas tersebut.
Pendekatan dan Teknik Penelitian
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana fakta dikonstruksi berdasarkan subyek tineliti.
Denzin dan Lincoln 1994 dalam Sitorus 1998 menyatakan bahwa istilah kualitatif menunjuk pada suatu penekanan pada proses-proses dan makna-makna
yang tidak teruji atau terukur jika sepenuhnya diukur secara ketat dari segi kuantitatif, jumlah, intensitas ataupun frekuensi. Peneliti-peneliti kualitatif
memberi penekanan pada sifat bentukan sosial realitas, hubungan akrab antara peneliti dan apa yang dikajinya serta kendala-kendala situasional yang menyertai
penelitian.
Sementara pendekatan atau strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dan studi historis. Seperti yang diungkapkan oleh
Sitorus 1998 bahwa studi kasus merupakan suatu strategi penelitian multi metode, lazimnya memadukan teknik pengamatan, wawancara dan analisis
dokumen sementara studi historis merupakan penafsiran atas dokumen sejarah dan catatan-catatan tertulis dari dan tentang masa lampau, meliputi buku harian,
16
surat-surat, koran, data sensus, literatur populer lainnya dan dokumen kebudayaan budaya. Adapun kasus terpilih terkait dengan topik penelitian yaitu pemaknaan
aktor terhadap konflik pertambangan nikel di Kota Baubau PT BIS mulai dari penyabab terjadinya konflik, aktor-aktor yang terlibat dalam kasus yang
menyebabkan konflik tersebut dan jejaring kuasa diantara aktor-aktor yang terlibat. Untuk studi historis lebih dikhususkan pada peta penguasaan sumberdaya
alam, dalam hal ini penguasaan tanah dilokasi penelitian dan makna sumberdaya alam hutan.
Penelusuran dokumen lebih diarahkan pada dokumen-dokumen yang terkait dengan materi konflik pertambangan nikel seperti dokumen AMDAL, surat-surat
keputusan Walikota, Guburnur, Kementerian Kehutanan dan Perhubungan, Laporan Hasil Komunitas Intelejen Daerah KOMINDA, Naskah Akademik
RTRW Kota Baubau 2004-2012 dan 2012-2030 dan Undang-Undang, serta Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah terkait dengan fokus kajian. Selain itu
dilakukan penelusuran terhadap hasil-hasil rekomendasi DPRD Kota Baubau risalah rapat terkait dengan persoalan PT BIS serta pernyataan sikap tertulis oleh
komunitas terhadap persoalan tambang tersebut serta penelusuran dokumen terkait sejarah kepemilikan tanah dan pengelolaan sumberdaya alam di lokasi studi.
Kemudian data-data terkait dengan informasi lokasi penelitian baik itu monografi desa, kecamatan dalam angka, kabupaten dalam angka dan dikomparasikan
dengan data podes. Untuk mengetahui keterkaitan antara topik masalah penelitian, pendekatan dan tujuan dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Dari pendekatan tersebut diatas maka diharapkan terkumpulnya dua jenis kelompok data yaitu data primer dan data sekunder. Untuk data sekunder
diperoleh melalui kajian laporan, arsip-arsip, surat kabar dan laporan statistik kabupaten kecamatan desa serta dokumen-dokumen pihak swasta yang diteliti.
Sementara data primer diperoleh melalui: 1. Wawancara mendalam, untuk menggali informasi sedalam-dalamnya
terhadap infroman-informan kunci yang didapatkan dari proses observasi dan rekomendasi dari informan sebelumnya pada tingkatan masyarakat
lokal, LSM, mahasiswa, pemerintah daerah, aparat negara bidang keamanan dan ketertiban serta pihak swasta. Wawancara mendalam pada tokoh-tokoh
lokal baik itu sekitar desa lingkar tambang ataupun tokoh lokal diluar desa tersebut.
2. Diskusi kelompok terfokus Focus Group Discussions di gunakan untuk menggali informasi terkait tematik tertentu yang peneliti anggap perlu
dilakukan pendalaman selama melakukan wawancara mendalam. Tabel 3.1 Keterkaitan topik masalah penelitian, pendekatan dan Tujuan
Penggunaannya.
Topik masalah
penelitian Pendekatan
Tujuan Sejarah
penggunaan dan
penguasaan Sumbedaya
Penelusuran dokumen,
analisis dokumen, dan
wawancara Mengetahui sejarah penggunaan dan penguasaan
SDA di lokasi penelitian. Mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap sumberdaya alam hutan di lokasi penelitian yang saat ini menjadi lokasi
17 Topik
masalah penelitian
Pendekatan Tujuan
Alam SDA mendalam
pertambangan nikel Aktor yang
terlibat wawancara
mendalam Mengetahui dan memahami aktor yang terlibat
dalam penggunaan dan penguasaan SDA Mengetahui peran dan kepentingan aktor terhadap
penggunaan dan penguasaan SDA Mengetahui bentuk bundle of power diantara aktor-
aktor yang terlibat Analisis
Konflik Penelusuran
dokumen, analisis
dokumen dan wawancara
mendalam serta FGD
Terungkapnya faktor-faktor menyebabakn konflik pertambangan di lokasi penelitian
Mengetahui tanggapan tineliti terhadap konflik pertambangan di lokasi penelitian
Cara Pengolahan dan Analisis data
Data yang terkumpul, dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam kajian lapangan. Data yang
ada tersebut diolah dan dianalisis dengan menggunakan tabulasi data, sedangkan teknik menganalisanya adalah dengan menggunakan analisa data kualitatif.
Menurut Miles dan Huberman 1992 dalam Sitorus dan Agusta 2006, analisis data kualitatif meliputi:
a Reduksi data adalah poroses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformai data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.
b Penyajian Data adalah sekumpulan data informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
c Kesimpulan adalah proses menemukan makna data, bertujuan memahami tafsiran dalam konteksnya dengan masalah secara keseluruhan.
Adapun proses analisis data mengacu pada teori akses Ribot dan Peluso 2003, Teori Kepemilikan Hak property right Ostrom dan Schlager 1992 dan
teori aktor dari Bryant and Beiley 1997. Untuk alat bantu menganalisis konflik menggunakan Fisher et al. 2001.
Lokasi, Waktu dan Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Baubau Provinsi Sulawesi Tenggara dan sebagai studi kasus penelitian yaitu konflik pertambangan nikel PT BIS. Studi
kasus ini didasarkan karena untuk Kota Baubau pengelolaan sumberdaya alam ekstraktif sampai saat ini yang melakukan kegiatan yaitu PT BIS, ini menjadi
salah satu potret pertambangan khususnya di Provinsi Sulawesi Tenggara dan dapat saja terjadi pada daerah-daerah lain diluar Provinsi Sulawesi Tenggara.
Untuk memperoleh gambaran informasi yang detail maka penelitian ini dilakukan pada dua wilayah kajian, pertama diwilayah administrasi Kota Baubau secara
Umum dan kedua di daerah lingkar tambang yaitu Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi dan Kecamatan Lea-Lea. Adapun lokasi penelitian tesebut
disajikan pada Gambar 3.1.
18
Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 empat bulan, dimana waktu tersebut sudah
termasuk identifikasi lokasi untuk menentukan masalah penelitian yang akan dikaji dan dilaksanakan untuk kebutuhan proposal penelitian yaitu dilakukan pada
bulan Januari tahun 2013. Kemudian setelah penelitian pendahuluan selasai, peneliti melakukan ujian proposal Kolokium. Kemudian peneliti melanjutkan
kembali penelitian lapang selama 3 bulan terhitung sejak tanggal 12 Maret-25 Mei tahun 2013. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan yaitu meliputi tahapan
pendahuluan, persiapan, pelaksanaan, analisis dan penulisan laporan, serta pertanggungjawaban hasil penelitian. Tahapan penelitian tersebut disajikan pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Deskripsi tahapan penelitian
No Tahapan
Uraian 1
Pendahuluan a Melakukan kunjungan ke beberapa komunitas
b Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi secara umum.
c Pengumpulan data sekunder terkait dengan profil lokasi penelitian
2 Persiapan
a Melakukan penelusuran dan mengumpulkan referensi yang sesuai dengan tematik
penelitian; b Mempersiapkan administratif penelitian;
c Menghubungi informan penelitian
19 No
Tahapan Uraian
d Melakukan identifikasi aktor kepentingan terkait dengan konflik pertambangan nikel di
Kota Baubau 3
Pelaksanaan a Pengumpulan data sekunder sebagai
kelengkapan penelitian b Pengumpulan data primer wawancan
mendalam terstruktur dan tidak terstruktur c Focus Group Discussion FGD
7
d Diskusi partisipatif dengan informan penelitian.
4 Analisis
dan Penulisan
Laporan a Mengidentifikasi temuan berdasarkan topik
masalah penelitian b Melakukan analisis berdasarkan temuan
penelitian c Penulisan hasil penelitian
7
FGD dilakukan hanya pada kelompok komunitas yaitu perwakilan akademisi, mahasiswa dan masyarakat dikediaman AG 39 dosen salah satu perguruan tinggi di Kota Baubau 24 Maret 2013 sementara untuk
komunitas masyarakat, pemerintah daerah, DPRD, Aparat negara bidang keamanan dan ketertiban tidak dapat dilaksanakan karena kondisi sosial ketika melakukan penelitian sedang menghadapi hiruk pikuk
pergantiang kepemimpinan Walikota dan kondisi masyarakat yang belum bisa dikumpulkan karena pertimbangan keamanan karena suhu konflik horizontal akibat pembebasan lahan oleh pihak korporasi
kepada masyarakat saat penelitian masih memanas pada wilayah kritis dalam eskalasi konfliknya
20
IV. PROFIL WILAYAH MASYARAKAT LINGKAR TAMBANG