20
IV. PROFIL WILAYAH MASYARAKAT LINGKAR TAMBANG
PERTAMBANGAN NIKEL DI KOTA BAUBAU
Bab ini berupaya menjelaskan bagaimana profil lingkungan atau kondisi eksisting wilayah di sekitar kawasan pertambangan. Hal ini perlu dijelaskan
karena ada beberapa hal yang ingin dicapai. Pertama, membantu peneliti untuk melihat sejauh mana pengaruh yang mungkin ditimbulkan terhadap wilayah
sekitar baik secara sosial maupun ekologis. Kedua, membantu peneliti dalam menjelaskan potensi dan eskalasi konflik yang mungkin timbul akibat keberadaan
dari aktivitas pertambangan. Untuk memudahkan dalam menjelaskan situasi lingkungan kawasan sekitar tambang maka penjelasannya dibagi dalam beberapa
aspek yaitu kondisi geografis, kondisi demografis, sistem ekonomi, organisasi dan kelembagaan dan sumberdaya lokal.
Secara administratif sesuai dengan rencana kawasan pertambangan yang tertuang dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Baubau
Perda No 1 tahun 2012, Izin Usaha Pertambangan IUP PT BIS mencakup dua kecamatan yakni Kecamatan Sorawolio dan Kecamatan Bungi. Namun dalam
menjelaskan pengaruh keberadaan dari aktivitas pertambangan tidak dapat dibatasi oleh wilayah administratif. Hal ini disebabkan karena faktor ekologi
merupakan suatu sistem yang tidak dipengaruhi oleh batasan adminitrasi suatu wilayah, namun sebaliknya batas wilayah administrasi terkadang menggunakan
elemen lingkungan sebagai batas wilayah administrasi seperti sungai dan lain-lain. Selain itu, aktivitas sosial tidak dapat dibatasi oleh batas administrasi. Mobilitas
sosial sering kali menembus batas administrasi baik karena motif ekonomi, politik atau motif lainnya.
Guna untuk memfokuskan kajian terhadap lokasi penelitian, penjelasan tentang lingkungan kawasan sekitar tambang tersebut mesti merujuk pada suatu
tempat atau wilayah yang jelas. Tempat atau wilayah itu ditentukan berdasarkan kedekatan wilayah ekologis dan sosial masyarakat. Untuk itu, setidaknya ada
empat kecamatan yaitu Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea.
Kondisi Geografis
Secara administrasi, lokasi penelitian meliputi 4 kecamatan yang ada di Kota Bau-Bau yaitu Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna,
dan Kecamatan Lea-Lea. Jumlah kelurahan dan luas wilayah masing-masing kecamatan disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah desakelurahan dan luas wilayah kecamatan
Kecamatan Jumlah DesaKelurahan
Luas Km
2
Sorawolio 4
83,25 Bungi
5 47,71
Kokalukuna 6
9,44 Lea-Lea
5 28,93
Sumber: Kota Bau-Bau Dalam Angka BPS, 2011
Kondisi topografi wilayah penelitian terdiri dari sebagian besar daerah pesisir Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea dan daerah perbukitan
21
Kecamatan Bungi dan Kecamatan Sorawolio. Secara geografis, batas-batas wilayah ke-4 kecamatan tersebut yaitu sebagai berikut:
a. Batas wilayah Kecamatan Sorawolio yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Bungi, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sampolawa dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Wolio.
b. Batas wilayah Kecamatan Bungi yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Lea-lea, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Kapuntori, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sorawolio dan sebelah barat
berbatasan dengan Selat Buton.
c. Batas wilayah Kecamatan Kokalukuna yaitu sebelah utara berbatasan dengan
Kecamatan Bungi,
sebelah timur
berbatasan dengan
Kecamatan Sorawolio,sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Wolio dan sebelah
barat berbatasan dengan Selat Buton. d.
Batas wilayah Kecamatan Lea-lea yaitu sebelah utara berbatasan dengan Selat Buton, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bungi, sebelah
selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Buton. Kecamatan Sorawolio dan Kecamatan Bungi yang terletak di bagian utara
Kota Bau-Bau merupakan wilayah pertanian yang subur. Secara umum, kondisi iklim di Kota Bau-Bau sama dengan daerah lain di sekitarnya yang mempunyai 2
musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau dengan suhu udara berkisar 20°C- 33°C.
Tabel 4.2 Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan serta rasio jenis kelamin di Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna
dan Kecamatan Lea-Lea.
Sumber: Kecamatan Sorawolio, Bungi, Kokalukuna dan Lea-Lea dalam Angka BPS, 2012
Kondisi Demografis
Jumlah penduduk sekitar kawasan pertambangan PT BIS di Kota Baubau adalah Kecamatan Sorawolio 7.122 jiwa dimana penduduk perempuan 3.656 jiwa
dan laki-laki 3.557 jiwa, Kecamatan Bungi 7.096 jiwa dimana penduduk perempuan 3.568 jiwa dan laki-laki 3.510 jiwa, Kecamatan Kokalukuna 16.736
jiwa dimana jumlah penduduk perempuan adalah 8.439 jiwa dan laki-laki adalah 8.297, dan Kecamatan Lea-Lea 6.630 jiwa dimana jumlah penduduk perempuan
sebesar 3.407 jiwa dan laki-laki berjumlah 3.223. Dari jumalah tersebut dapat diketahui rasio jenis kelamin masing-masing kecamatan adalah Kecamatan
Sorawolio 99,80, Kecamatan Bungi 97,9, Kecamatan Kokalukuna 98,3 dan Kecamatan Lea-Lea 94,60.
Kecamatan Jumlah Penduduk jiwa
Rasio jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan Sorawolio
3.557 3.656
99.8 Bungi
3.510 3.586
97.9 Kokalukuna
8.297 8.439
98.3 Lea-Lea
3.223 3.407
94.6 Jumlah
18.587 19.088
22
Keadaan demografis dari jumlah kepala keluarga KK kecamatan Sorawolio sebanyak 1.381 KK, Kecamatan Bungi sebanyak 1.496, Kecamatan Kokalukuna
sebanyak 3.497 dan Kecamatan Lea-Lea 1.516. Jumlah total kepala keluarga dari keempat kecamatan tersebut adalah 7.890 KK. Dari sisi kepadatan penduduk
jiwakm
2
masing Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea adalah 86, 194, 1.773 dan 229.
Tabel 4.3. Jumlah kepala Keluarga KK dan kepadatan penduduk di Kecamatan Sorawolio,
Kecamatan Bungi,
Kecamatan Kokalukuna
dan Kecamatan Lea-Lea.
Kecamatan Jumlah Kepala Keluarga
Kepadatan Penduduk Sorawolio
1381 86
Bungi 1496
194 Kokalukuna
3497 1773
Lea-Lea 1516
229 Jumlah
7890
Sumber: Kecamatan Sorawolio, Bungi, Kokalukuna dan Lea-Lea dalam Angka BPS, 2012
Usia merupakan faktor penentuan jumlah tenaga kerja. Di wilayah Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna
dan Kecamatan Lea-Lea dibagi menjadi tiga kelompok umur dimana usia 15-60 tahun
adalah usia produktif dalam ketenagakerjaan sedangkan kelompok usia yang lain adalah tidak produktif. Kelompok usia tersebut adalah 0-14 tahun tidak
produktif, 15-59 tahun usia produktif dan 60 usia tidak produktif. Peta sebaran penduduk di lokasi studi dapat dilihat pada Gambar 4.1
Tabel 4.4. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok usia penduduk di Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna
dan Kecamatan Lea-Lea.
Golongan Umur tahun
Kec. Sorawolio
Kec. Bungi Kec. Kokalukuna
Kec. Lea-Lea 0 -14
2933 2536
5953 2558
15 – 59 3794
4102 9838
3599 60
395 458
945 473
Sumber: Kecamatan Sorawolio, Bungi, Kokalukuna dan Lea-Lea dalam Angka BPS, 2012
Sistem Ekonomi
Menurut data Badan Pusat Statistik bahwa lapangan pekerjaan utama penduduk Kota Baubau terlihat bahwa pada umumnya bekerja pada 3 sektor
utama yaitu sektor Perdagangan, pertanian dan jasa-jasa. Sektor jasa-jasa mampu menyerap 29.17 tenaga kerja, sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebesar
18.42 , sedangkan sektor Perdagangan menyerap 27.14 . Sementara sektor lainnya hanya menyerap di bawah 10 tenaga kerja, dan yang terkecil adalah
sektor pertambangan yaitu sebesar 0.33 . Sedangkan penduduk yang bekerja di lihat dari tingkat pendidikannya terbesar adalah tamatan SLTA umum sebesar
14.852 orang atau sekitar 26.31 , sementara itu SLTA kejuruan yang mempunyai keahlian khusus persentasenya paling rendah yaitu 9.44 yang
mengindikasikan masih rendahnya minat bersekolah di sekolah menengah kejuruan SMK.
23
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea adalah mayoritas petani. Hal ini
dikarenakan pada kecamatan tersebut merupakan pusat lahan dan kegiatan pertanian. Kecamatan Sorawolio merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah
penduduknya disebabkan wilayah ini merupakan wilayah hunian penduduk yang berbasis pertanian dan perkebunan. Kemudian wilayah Kecamatan Bungi
merupakan wilayah pertanian yang menjadi buffer stock penyangga stock bahan pangan bagi penduduk Kota Baubau. Areal pertanianpersawahan dan
peternakan di wilayah ini digerakkan oleh etnis Jawa, Bali, Bugis, Toraja dan relatif sedikit penduduk asli etnis Buton. Sementara itu Kecamatan Lea-Lea
adalah kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut sehingga mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani budidaya rumput
laut.
Padi sawah dengan irigasi teknis merupakan komoditi utama yang memiliki luasan lahan terbesar di kecamatan-kecamatan tersebut. Kecamatan Sorawolio
dengan luas panen 133 ha dengan produksi 425.60 ton, Kecamatan Bungi seluas 2.257 ha dengan produksi 11.510,70 ton serta kecamatan Lea-Lea seluas 126 ha
dengan produksi 428.40 ton.
Infrastruktur atau sarana perekonomian di Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea mayoritas berupa
Warungkios. Sarana pasar rakyat juga ada namun tidak aktif setiap hari namun terdapat pada semua desa.
Tabel 4.5 Jumlah pasar, Toko, KiosWarung di Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea.
Kecamatan Pasar Umum
toko Kioswarung
Sorawolio 1
1 88
Bungi -
122 Kokalukuna
2 -
- Lea-Lea
3 -
93
Sumber: Kecamatan dalam angka, 2011
Sumberdaya Lokal Sumberdaya alam
Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea adalah empat dari 7 kecamatan di Baubau yang masih
memiliki kondisi alam yang masih cukup baik dan memiliki daya dukung lingkungan cukup baik. Kecamatan sorawolio memiliki topografi yang berbukit-
bukit serta memiliki luas yaitu 83,25 Km², jumlah penduduk tahun 2009 6.941 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 2,44 dan kepadatan
penduduk 83. Sorawolio bukan merupakan daerah pesisirtepi pantai,dengan topografi yang dilalui sungaikali, yakni Kelurahan Kaisabu Baru, Kelurahan
Karya Baru,Kelurahan Bugi dan Kelurahan Gonda Baru.
Kecamatan Bungi memiliki luas yaitu 47,71 Km² atau 21,59 dari luas Kota Bau – Bau dengan jumlah penduduk menurut BPS tahun 2009 adalah 6369 jiwa
dan padatan penduduk 133. Terdiri dari 5 Kelurahan, 17 rukun warga serta 44 rukun tetangga. Di Kecamatan Bungi terdapat daerah pesisirtepi pantai yakni
Kelurahan Tampuna serta beberapa daerah yang dilalui sungaikali, yakni Kelurahan Ngkari - Ngkari, Kampeonaho serta Kelurahan Waliabuku.
24
Kecamatan Kokalukuna memiliki luas yaitu 9,44 Km² atau 4,27 dari luas kota Baubau dengan jumlah penduduk tahun 2009 16.122 jiwa dan laju
pertumbuhan penduduk sebesar 2,56 serta memiliki kepadatanpenduduk 1.707 kmjiwa. Terdiri dari 6 Kelurahan 23 rukun warga serta 61 rukun tetangga,
Kecamatan Kokalukuna termasuk daerah pesisirtepi pantai yang meliputi Kelurahan Kadolomoko,Waruruma, Lakologou, Liwuto dan Kelurahan Sukanayo
serta
beberapa daerah
yang dilalui
sungaikali, yakni
Kelurahan Kadolomoko,Waruruma, Lakologou serta Kelurahan Kadolo.
Kecamatan Lea - Lea memiliki luas yaitu 28,93 Km² atau 13,09 dari luas Kota Baubau yang terdiri dari kelurahan, 15 rukun warga serta 34 rukun
tetangga,Kecamatan Lea - Lea merupakan daerah pesisir tepi pantai kecuali kelurahan Kantalai. Jumlah penduduk tahun 2009 mencapai 7.123 jiwa dengan
laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,44 dengan kepadatan penduduk 246 jiwakm.
Sumberdaya manusia.
Mayoritas penduduk di Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea adalah etnis Buton walaupun ada pula etnis
pendatang. Etnis pendatang tersebut antara lain Bugis dan Bali. Hadirnya etnis Bali di Kota Baubau karena adanya program transmigrasi tahun 1970-an dan
mereka terkonsentrasi di Kecamatan Bungi.
Tingkat kekerabatan dan kerjasama asosiasi masyarakat di Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea
masih sangat erat. Hal ini ditandai dengan masih aktifnya berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan secara rutin baik itu kerja bakti misalnya perbaikan jalan desa dan
rumah ibadah, pertemuan tingkat desa dan kecamatan serta tidak adanya konflik horizontal yang terjadi. Pola interaksi antara etnis pribumi maupun pendatang
sangat harmonis baik itu hubungan ekonomi, politik ataupun interaksi sosial lainnya. Bahkan antara etnis pribumi dan pendatang telah terjadi hubungan
pernikahan.
Mayoritas dari penduduk di Kecamatan Sorawolio, Kecamatan Bungi, Kecamatan Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea adalah beragama Islam. Di
Kecamatan Bungi pemeluk agama hindu cukup tinggi karena konsentrasi pemukiman etnis Bali berada di kecamatan tersebut. Pola kehidupan dan tradisi
etnis Bali di Kota Baubau menunjukkan kesamaan dengan etnis di Bali. Hal ini dapat terlihat dari bentuk arsitektur dan upacara adat.
Masyarakat Kecamatan
Sorawolio, Kecamatan
Bungi, Kecamatan
Kokalukuna dan Kecamatan Lea-Lea didominasi oleh etnis Buton karena itu tradisi adat Buton masih terjaga baik. Setiap desa memiliki perangkat adat yang
telah dijalankan dan dipertahankan sejak masa kesultanan Buton. Tradisi adat yang turun-temurun masih terpelihara dengan baik seperti pesta adat Mata’a
pesta panen, pernikahan, serta peringatan hari besar Islam sangat bercorak tradisi Buton.
Selain lembaga dan perangkat adat, lembaga-lembaga formal lainnya juga masih tetap berjalan. Lembaga formal tersebut diantaranya Badan Perwakilan
Desa BPD, Kelompok Tani, Kelompok Nelayan, Dasa Wisma dan Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PKK. Lembaga-lembaga tersebut merupakan arahan
langsung dari pemerintah Kota Baubau.
25
V. SEJARAH PENGGUNAAN DAN PENGUASAAN