Sebelum  melakukan  analisis  terhadap  permintaan  impor  karet  alam  dari negara  China,  harus  terlebih  dahulu  dilakukan  penghitungan  terhadap  permintaan
karet  alam  negara  China,  kemudian  dilakukan  penganalisisan  pembagian  pasar dari  negara-negara  yang  menjadi  pengekspor  karet  ke  negara  ini,  seperti  Malaysia,
Indonesia  dan  Thailand.  Untuk  penganalisisan  tersebut  digunakan  metode  AIDS, pemilihan  metode  AIDS  dikarenakan  metode  ini  dapat  menganalisis  data  empiris
yang  berupa  time  series  lebih  spesifik.  Metode  ini  diperkenalkan  oleh  Deaton  dan Muellbauer  1980  yang  ditujukan  untuk  menganalisis  permintaan.  Lebih  jelasnya
dapat dilihat  pada Gambar   18  berikut  ini:
Gambar   18. Kerangka  Pemikiran  Operasional  Penelitian
4.  METODE PENELITIAN Waktu  Penelitian
Pengumpulan  data  rencananya  akan  dilakukan  selama  kurang  lebih  dua bulan  yakni  bulan  Agustus  hingga  Desember  2013  yang  selanjutnya  dilakukan
pengolahan  data.  Pengolahan  data  dilakukan  untuk  memperoleh  jawaban  dari pertanyaan  perumusan  masalah  yang  diajukan.
Meningkatnya Ekonomi Negara China yang Menjadikannya Sebagai Raksasa Ekonomi Baru
Dunia
Posisidaya saing karet alam Indonesiadi pasar karet alam China? Terjadinya Krisis di Amerika dan Uni Eropa
Menurunkan Ekspor Karet Indonesia
Menganalisa hasil pengolahan data yang diperoleh Analisis  faktor-faktor  yang  mempengaruhi
volume perdagangan
karet alam
menggunakan Metode Regresi Berganda. Melakukan
Analisis elastisitas
permintaan  karet  alam  dari  masing- masing  negara  untuk  melihat  daya
saing  dengan  menggunakan  metode Almost Ideal Demands System AIDS.
Implikasi dan Strategi  Pengembangan Karet Alam Indonesia
Jenis dan  Sumber  Data
Jenis  data  yang  digunakan  adalah  data  sekunder  berupa  data  mentah.  Data yang  diambil  dimulai  dari  tahun  2000  hingga  tahun  2013.  Pengambilan  data
bersumber  dari  lembaga  yang  memiliki  peranan  dalam  perdagangan  karet,  antara lain  Direktorat  Jenderal  Perkebunan  dibawah  naungan  Kementrian  Pertanian,
Kementrian  Perdagangan,  Biro  Pusat  Statistik  BPS  dan  Gabungan  Pengusaha Karet  Indonesia  GAPKINDO  dan  sumber  lain  yang  berhubungan  dengan
penelitian.
Metode Pengumpulan  Data
Penelitian  ini  menggunakan  data  sekunder  dan  data  yang  dikumpulkan merupakan  data  time  series  sehingga  metode  pengumpulan  datanya  dilakukan
dengan  melakukan  desk  study  yakni  mengumpulkan  berbagai  literatur  dan data-data  sekunder  terkait  dengan  penelitian  ini,  baik  dari  laporan-laporan,  hasil
penelitian,  artikel,  surat  kabar  maupun  hasil  survey  yang  telah  dilakukan sebelumnya.  Melakukan  pencarian  data  melalui  lembaga-lembaga  terkait  dengan
penelitian  ini  seperti  kementrian  pertanian,  gabungan  pengusaha  karet  Indonesia GAPKINDO, Un-Comtrade,  world trade organization dan lain-lain.
Metode Analisis Data
Metode  analisis  data  digunakan  untuk  mencari  faktor-faktor  yang mempengaruhi  ekspor  karet  alam  negara  Indonesia  ke  China  serta  faktor-faktor
yang  mempengaruhi  impor  karet  alam  terhadap  negara-negara  di  sekitarnya.  Di dalam  penelitian  ini  terdapat  beberapa  analisis  yang  digunakan  yakni  analisis
diskripsi,  analisis  permintaan  karet  alam  China  dan  analisis  Almost  Ideal Demands  System  AIDS.  Berikut  metode  analisis  data yang  digunakan  :
Analisis Deskripsi
Analisis  ini  dilakukan  untuk  mengetahui  gambaran  ekspor  karet  alam negara  Indonesia,  Malaysia  dan  Thailand  terhadap  China,  data  yang  digunakan
merupakan  data  sekunder.  Data  yang  telah  dikumpulkan  nantinya  akan  ditabulasi untuk  mempermudah  melakukan  analisis.  Setelah  itu  peneliti  akan  menganalisis
dengan  menggunakan  bantuan  komputer  dengan  Software  STATA,  MINITAB dan Microsoft  Office  Excel  2007.
Permintaan  Impor  Negara China
Pada  langkah  pertama,  permintaan  karet  alam  negara  China  dapat  dihitung dengan  menggunakan  model  sebagai  berikut  :
Ln ε =α
+ α
1
δnPt + α
2
LnPS
t
+ α
3
LnGDPPC
t
+ α
4
δnEXR  + α
5
LnD
Dimana  : LnM
=   Impor  karet China t LnPt
=   harga riil  karet alam  dunia USDt.
LnPS =   harga riil  karet sintetik dunia USDt.
LnGDPPC    =   pendapatan perkapita negara China USDkapita LnEXR
=   Nilai  tukar mata uang china terhadap dolar YuanUS LnD
=   Dummy   1 = ACFTA diberlakukan,  0 = ACFTA belum  diberlakukan
Model Analisis Almost Ideal Demand System AIDS
Metode  analisis  untuk  menjawab  pertanyaan  dari  perumusan  masalah  yang diajukan  menggunakan  metode  analisis  ekonometri  dengan  menggunakan  sistem
persamaan  permintaan.  Salah  satu  model  permintaan  yang  memenuhi  kondisi kontinyu  dan  tidak  menurun  dalam  harga  dan  utilitas  dan  konkaf  dan  homogen
berderajat  satu  terhadap  harga  Silberbeg,  1990  adalah  model  AIDS  yang dikembangkan  oleh  Deaton  dan  Muellbauer  1980  Mutondo  and  Shida.  2007,
Taljaard.  2003,  Griffith  et  al.  2001.  Model  matimatika  yang  digunakan  adalah aproksimasi  linier  dari  model  AIDS  LAAIDS,  Linier  AproximationAlmost  Ideal
Demand  System  dengan  menggunakan  software  STATA  versi  12,0.  Adapun spesifikasi  model  yang  digunakan  dalam  penelitian  adalah  sebagai  berikut  :
Negara Thailand  :
Negara Indonesia  :
Negara Malaysia  :
Dimana  : S
= Pembagian  pasar  share  in  market  dari  negara-negara  yang
memproduksi  karet  alam  i  =  Indonesia,  Malaysia  dan Thailand
dalam sekali
waktu t
= β000,β001,β00β…..β011.
P =
Harga  dari  Karet Alam  USDt PS    =
Harga  dari  Barang  Substitusi  karet  sintetikUSDt MWD  =
Total  pengeluaran  China  atas  karet  alam  dari  ASEAN USDt
P     = Translog  index  harga  dari  waktu  ke waktu.
GDPC  = Gross Domestic  Bruto  negara  China
EXR    = Nilai  tukar  mata  uang  China  terhadap  Dolar
D =
Dummy   0 = sebelum  ACFTA,  1 = Sesudah  ACFTA Translog  Indeks  diukur  dengan  menggunakan  indeks  stone  :
Ln  p = Pangsa  pasar  merupakan  indikator  yang  menunjukan  daya  saing  masing-
masing  kelompok  yang  dianalisis  dalam  model  AIDS.  Model  Umum  AIDS  yang dibangun  dalam  dalam  penelitian  ini  diadopsi  dari  model  yang  digunakan  oleh
Rifin  2010  dan  Kriss  2013  yang  kemudian  mengalami  sedikit  modifikasi sesuai  dengan  keperluan.  Dalam  usaha  menjamin  asumsi  maksimisasi  kepuasan
agar  terpenuhi,  maka  terdapat  tiga  restriksi  yang  harus  dimasukkan  kedalam model,  yaitu  restriksi  penjumlahan  adding  up,  restriksi  homogenitas  dan  simetri,
namun  dalam  penelitian  ini  tidak  digunakan  karena  permintaan  yang  dianalisis adalah  permintaan  impor  suatu  negara  atau  beberapa  negara  dikatakan  dunia.
Elastisitas  permintaan  dari  model  AIDS  dihitungan  dengan  menggunakan  formula Chalfant  Jung  dan Ko. 2000:
Elastisitas harga sendiri :
Elastisitas harga silang :
Elastisitas harga pengeluaran   : Koefisien  regresi  pada  model  AIDS  diduga  dengan  metode  Seemingly
Unrelated  Regression  SUR.  Sementara  itu,  untuk  menduga  koefisien  regresi pada  model  permintaan  impor  karet  alam  digunakan  metode  OLS  Ordinary  Least
Square.  Uji-F  dan  uji-t  dilakukan  guna  melihat  kesesuaian  model.
Berdasarkan output  pengolahan  model  AIDS,  ditentukan  nilai  elastisitas-elastisitas  untuk  Thailand,
Indonesia  dan  Malaysia  yaitu:  1  elastisitas  harga  sendiri,  2  elastisitas  harga  silang, dan  3  elastisitas  pengeluaran  dunia  atas  impor  lada  putih  atau  dengan  kata  lain
elastisitas  nilai  impor  lada  putih  dunia.  Elastisitas  harga  sendiri  dihitung  dengan persamaan  16,  elastisitas  harga  silang  dengan  persamaan  17,  dan  elastisitas  nilai
impor  lada  putih  dunia  dengan  persamaan  18.
Tabel  6. Ukuran-ukuran  Elastisitas  Model  AIDS
No Besar
Elastisitas Istilah
Keterangan
1. Elastisitas  Harga  Sendiri
a. Ep = 0 Inelastis  sempurna    Pangsa  pasar karet alam  dunia  suatu
negara  pengekspor  sumber  impor tidak  berubah  tetapkonstan  dengan
adanya  perubahan  harga  karet alam negara  pengekspor  sumber  impor
tersebut.
b. 0  Ep  1 Inelastis
Pangsa  pasar karet alam  dunia  suatu negara  pengekspor  sumber  impor
berubah  dengan  persentase  yang lebih  kecil  dari  pada perubahan
harga  karet alam  negara  pengekspor sumber  impor  tersebut.
c. Ep = 1 Elastisitas  unit
Pangsa  pasar karet alam  dunia  suatu negara  pengekspor  sumber  impor
berubah  dengan  persentase  yang sama  dengan  perubahan  harga  karet
alam  negara
d. 1  Ep Elastis
Pangsa  pasar karet alam  dunia  suatu negara  pengekspor  sumber  impor
berubah  dengan  persentase  yang lebih  besar dari  pada perubahan  karet
alam   negara  pengekspor  sumber impor  tersebut.
e. Ep = ω
Elastis  sempurna Berapapun  pangsa  pasar karet alam
dunia  suatu  negara  pengekspor sumber  impor,  karet alam   negara
pengekspor  sumber  impor  tersebut tidak  berubah  tetapkonstan.
2. Elastisitas  Silang
a. Ec  0 positif
Barang  substitusi Kenaikan  harga  barang  substitusi
karet alam   dari  suatu  negara pengekspor  sumber  impor  tertentu
berakibat  pada meningkatnya  pangsa pasar karet alam   dunia  suatu  negara
pengekspor  sumber  impor  tersebut.
b. Ec  0 negatif
Barang komplemen
Kenaikan  harga  barang  komplemen karet alam   dari  suatu  negara
pengekspor  sumber  impor  tertentu berakibat  pada turunnya  pangsa
pasar karet alam   dunia  suatu  negara pengekspor  sumber  impor  tersebut.
a. Ec  0 positif
Barang  substitusi Kenaikan  harga  barang  substitusi
karet alam   dari  suatu  negara pengekspor  sumber  impor  tertentu
berakibat  pada meningkatnya  pangsa pasar karet alam   dunia  suatu  negara
pengekspor  sumber  impor  tersebut.
3. Elastisitas  Nilai  Impor  Karet Alam   Dunia
a. Ei   0 positif Pangsa  pasar karet alam   dunia  suatu
negara  pengekspor  sumber  impor tertentu  naik,  sejalan  dengan
kenaikan  nilai  impor  karet alam dunia  kenaikan  nilai  impor  dunia
mewakili  perkembangan  produksi
karet alam   [kebutuhan  input  karet alam   yang  meningkat]  dunia  yang
juga  menggambarkan  perkembangan negara-negara  di dunia.
b. Ei   0 negatif Pangsa  pasar
karet alam
dunia  suatu negara  pengekspor  sumber  impor
tertentu  turun,  sementara  nilai  impor
karet alam
dunia
Pendugaan  Model dan Pengujian  Hipotesis
Koefisien  regresi  pada  model  AIDS  diduga  dengan  metode  Seemingly Unrelated  Regression  SUR.  Sementara  itu,  untuk  menduga  koefisien  regresi
pada  model  volume  perdagangan  lada  putih  digunakan  metode  OLS  Ordinary Least  Square.  Uji  asumsi  yang  dilakukan  untuk  memenuhi  syarat  OLS  adalah  uji
multikolineritas,  uji  normalitas,  uji  heteroskedastisitas,  dan  uji  autokorelasi,  yaitu sebagai  berikut:
1.
Uji  normalitas Untuk  mengetahui  normalitas  residual  error  atau  gangguan,  maka
digunakan  Uji  Jarque-Bera.  Hipotesis  yang  disusun,  yaitu:  H0:  Residual  error atau  gangguan  berdistribusi  normal.  Ha:  Residual  error  atau  gangguan  tidak
berdistribusi  normal.  Jika  nilai  probabilitas  Jarque-Bera  lebih  besar  dari  taraf nyata  α  yang  digunakan,  maka  disimpulkan  terima  H0.  Sehingga  dapat
dikatakan  residual  error  atau  gangguan  pada  model  terdistribusi  dengan  normal atau  dengan  kata lain  asumsi  normalitas  terpenuhi.
2.
Uji  heteroskedastisitas Uji  yang  digunakan  untuk  melihat  ada  atau  tidaknya  sifat  heteroskedastisitas
pada  model  adalah  Uji  Heteroskedastisitas  Umum  White.  Hipotesis  yang  disusun yaitu:  H0:  Tidak  ada  heteroskedastisitas.  Ha:  Ada  heteroskedastisitas.  Jika  nilai
probabilitas  ObsR- squared  Uji  White  lebih  besar  dari  taraf  nyata  α  yang
digunakan,  maka  disimpulkan  terima  H0.  Atau  dengan  kata  lain,  disimpulkan tidak  terdapat  heteroskedastisitas  pada model.
3. Uji  autokorelasi
Uji  yang  digunakan  untuk  melihat  ada  atau  tidaknya  autokorelasi  pada model  adalah  Uji  Breusch-Godfrey  Serial  Correlation  Lagrange  Multiplier.
Hipotesis  yang  disusun  yaitu:  H0:  Tidak  ada  autokorelasi.  Ha:  Ada  autokorelasi. Jika  nilai  probabilitas  ObsR-squared  Uji  Breusch-Godfrey  Lagrange  Multiplier
lebih  besar  dari  taraf  nyata  α  yang  digunakan,  maka  disimpulkan  terima  H0. Atau  dengan  kata lain,  disimpulkan  tidak  terdapat  autokorelasi  pada model.
4. Uji  multikolinearitas
Menurut  Mason  dan  Lind  1999,  korelasi  antara  variabel-variabel independen  yang  berada  pada  selang  -0.70  sampai  dengan  0.70  tidak
menyebabkan  masalah.  Adanya  multikolinearitas  juga  dapat  diuji  berdasarkan nilai  VIF  Variance  Inflation  Factors  nya.  Menurut  Lind,  Marchal,  dan  Wathen
2007,  VIF  yang  lebih  besar  dari  sepuluh  10  dianggap  tidak  memuaskan,  yang mengindikasikan  sebaiknya  variabel  bebas  tersebut  dibuang.  Pramesti  2009
menyebutkan,  jika  nilai  VIF  lebih  kecil  dari  sepuluh,  maka  dapat  dikatakan  model terbebas  dari  masalah  multikolinearitas.  Oleh  sebab  itu,  jika  nilai  korelasi  antar
variabel  independen  berada  pada  selang  -0.7  sampai  0.7  dan  nilai  VIF  setiap variabel  tersebut  lebih  kecil  dari  sepuluh,  maka  disimpulkan  tidak  terdapat
multikolinearitas  pada  model  regresi  linear.  Uji-F  digunakan  untuk  melihat kesesuaian  model  secara  keseluruhan,  sedangkan  uji-t  digunakan  untuk  melihat
nyata  atau  tidaknya  pengaruh  suatu  variabel  independen  bebas  terhadap  variabel dependen  tidak  bebas  di  dalam  model.  Pada  uji  dua  arah  dengan  uji-t,
mengharuskan  taraf  nyatanya  dibagi  dua αβ Sugiyono  1999.
5.  PASAR  KARET  ALAM NEGARA  CHINA Perkembangan  Perdagangan  Karet Alam  Dunia