Pengujian Mekanis Dinding Racking Test

Hasil yang diperoleh dari pengukuran berat jenis kayu pada rangka dinding sampel berkisar antara 0.54 – 0.62. Berat jenis tertinggi dimiliki oleh kayu pada dinding plus, yaitu sebesar 0,62. Sedangkan berat jenis terendah dimiliki oleh kayu pada dinding kontrol, yaitu sebesar 0,54. Menurut Martawijaya et al. 1981 berat jenis kayu meranti berkisar antara 0,3 – 0,86. Rata-rata berat jenis kayu lapis yang diperoleh adalah 0,34 dan panel bambu sandwich 0,22. Menurut Sharma dan Mehra 1970 dalam Sonisa 1995 dinding bambu bagian luar memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan bagian dalam. Hal ini tergantung dari kandungan serabut yang sangat bervariasi kerapatannya dalam batang. Berat jenis bambu yang diperoleh dari pengukuran adalah 0,66.

4.2 Pengujian Mekanis Dinding Racking Test

Pengujian dinding geser pada produk panel bambu sandwich dilakukan untuk mendapatkan nilai racking stiffness dan racking strength. Untuk mendapatkan nilai beban lateral maksimum yang akan digunakan, maka dilakukan racking test terhadap panel bambu sandwich tanpa bresing dan panel bambu sandwich dengan bresing diagonal. Dari pengujian tersebut diperoleh hasil beban lateral maksimum sebesar 4,913 kN untuk panel bambu sandwich tanpa bresing dan 6,737 kN untuk panel bambu sandwich dengan bresing diagonal. Untuk kepentingan keselamatan saat diaplikasikan pada rumah pra-fabrikasi, maka nilai beban lateral maksimum yang digunakan dalam penghitungan nilai racking stiffness adalah nilai beban lateral maksimum yang terkecil. Nilai racking stiffness diperoleh dari persamaan: Racking Stiffness= 1 2 �9−�6 �9−�6 + �19−�16 �19−�16 kNmm Ket: F6 = beban pada step ke-6 V6 = displacement pada step ke-6 F9 = beban pada step ke-9 V9 = displacement pada step ke-9 F16 = beban pada step ke-16 V16 = displacement pada step ke-16 F19 = beban pada step ke-19 V19 = displacement pada step ke-19 Berdasarkan hasil pengujian panel bambu sandwich yang diperoleh dapat dilihat bahwa pemasangan bresing dapat menurunkan nilai racking stiffness Tabel 1. Nilai racking stiffness pada panel bambu sandwich kontrol adalah yang tertinggi, sedangkan panel bambu sandwich dengan bresing vertikal memiliki nilai racking stiffness terendah dibanding dengan panel bambu sandwich lainnya. Hasil tersebut tidak sesuai dengan fungsi bresing, karena bresing berperan sebagai batang pengaku untuk menjaga kestabilan komponen struktur dalam menerima beban lateral. Tabel 1 Hasil Pengujian Dinding Geser Dinding Panel Bambu Sandwich Sampel Panel Bambu Sandwich Racking Stiffness kNmm Racking Strength kN Displacement maks mm Kontrol tanpa Bresing 2,570 5,168 66,80 Vertical Bresing 0,839 5,521 90,02 Horizontal Bresing 1,571 7,384 74,32 Plus Bresing 2,018 5,521 72,08 Nilai racking strength merupakan beban maksimum yang dapat ditahan oleh dinding saat pengujian. Nilai racking strength yang diperoleh dari pengujian menunjukkan hasil yang berlawanan dengan nilai racking stiffness. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa pemberian bresing dapat meningkatkan nilai racking strength. Nilai racking strength tertinggi dimiliki oleh panel bambu sandwich dengan bresing horizontal, sedangkan yang terendah dimiliki oleh panel bambu sandwich kontrol. Tabel tersebut juga memperlihatkan besarnya displacement yang dialami oleh masing-masing dinding panel bambu sandwich. Displacement merupakan perubahan bentuk, dimensi, dan posisi dari suatu materi dalam skala waktu dan ruang. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa panel bambu sandwich kontrol mengalami displacement terkecil, sedangkan panel bambu sandwich dengan vertikal bresing mengalami displacement terbesar dibandingkan panel bambu sandwich yang lainnya. Agar dapat menentukan zona gempa yang tepat untuk mengaplikasikan dinding panel bambu sandwich, maka harus dilakukan perhitungan gaya gempa terlebih dahulu. Karena belum adanya standar untuk menghitung beban gempa pada bangunan rumah satu lantai, maka perhitungan gempa dilakukan pendekatan menggunakan standar SNI 03-1726-2002 yang berlaku untuk perhitungan beban gempa bangunan dua lantai atau lebih. Berdasarkan SNI 03-1726-2002, perhitungan gaya gempa dilakukan menggunakan cara analisis gempa static ekuivalen. Asumsi tipe rumah yang digunakan untuk menentukan beban vertikal adalah rumah pra-fabrikasi tipe 21 yang berada di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, namun dengan adanya pengembangan atau modifikasi maka perhitungan gaya gempa menggunakan asumsi rumah tipe 36. Bangunan rumah kayu pra-fabrikasi dikategorikan sebagai bangunan beraturan dengan tinggi dinding 2400 mm dan diperuntukan rumah tinggal. Bangunan rumah pra-fabrikasi ini ditetapkan pada jenis tanah keras karena menggunakan pondasi model umpak yang dibangun di atas tanah yang rata dan stabil . a. Berat Bangunan W t Berat bangunan yang diperhitungkan adalah beban mati efektif struktur bangunan yang bekerja pada saat terjadinya gempa. Beban mati efektif ini meliputi beban mati atap dan beban mati dinding Wijaya 2007. Tabel 2 Perhitungan Beban Mati Efektif Bangunan Kayu Pra-fabrikasi tipe 36 No. Komponen W kN Jumlah W t kN 1. Panel dinding 1,471 16 23,536 2. Langit-langit 0,971 4 3,884 3. Penutup atap 12,658 2 25,316 4. Kuda-kuda 0,392 6 2,352 5. Lantai 5,884 1 5,884 6. Aksesoris 0,785 1 0,785 Total 61,757 b. Koefisien Gempa C Berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai koefisien gempa yang diperoleh dari Spektrum Respon Gempa Rencana dengan jenis tanah keras adalah seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Koefisien Gempa dari Spektrum Respon Gempa Rencana Komponen Zona Gempa 1 2 3 4 5 6 Koefisien gempa rencana 0,05 0,15 0,23 0,30 0,35 0,42 c. Faktor Keutamaan I Struktur Faktor Keutamaan adalah faktor pengali dari pengaruh Gempa Rencana pada berbagai kategori gedung, untuk menyesuaikan perioda ulang gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh tersebut selama masa layan gedung itu. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 faktor keutamaan I untuk gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan, atau perkantoran adalah sebesar 1. d. Faktor Reduksi Gempa R Faktor Reduksi Gempa R adalah rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail. Untuk mendapatkan nilai R bergantung pada faktor daktilitas µ struktur rumah tersebut. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai µ diperoleh dengan persamaan : 1,0 ≤ ≤ µ m Ket: δm = simpangan maksimum akibat pengaruh gempa rencana saat mencapai kondisi sebelum keruntuhan. δy = simpangan struktur rumah pada saat terjadi leleh yield pertama. µ m = nilai faktor daktilitas maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur yang bersangkutan 5,3. Faktor reduksi gempa R diperoleh dari persamaan : 1,6 ≤ R = µf1 ≤ Rm dimana f1 adalah faktor kuat lebih beban dan beban yang terkandung di dalam struktur rumah. Nilai f1 ditetapkan sebesar 1,6. Jika R=1,6 berarti faktor reduksi gempa untuk struktur rumah berperilaku elastik penuh, sedangkan Rm adalah faktor reduksi gempa maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem struktur yang bersangkutan. Table 4 Faktor Daktilitas Struktur dan Faktor Reduksi Gempa No. Panel Bambu Sandwich Faktor Daktilitas µ Faktor Reduksi Gempa R 1. Kontrol 3,11 4,976 2. Plus bresing 2,23 3,568 3. Horizontal bresing 1,84 2.944 4. Vertikal bresing 2,36 3.776 Dari hasil perhitungan faktor respon gempa R yang diperoleh, maka diasumsikan bahwa struktur tersebut merupakan daktail parsial dengan nilai µ terbesar 3,11 sehingga didapat nilai R sebesar 4,976. e. Gaya Geser Horizontal Gempa V Berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai V diperoleh dari persamaan : Ket : C = Nilai Faktor Respon Gempa yang didapat dari Spektrum Respon Gempa Rencana menurut Tabel 3. I = Faktor Keutamaan Struktur R = Faktor Respon Gempa W t = Berat total gedung Tabel 5 Nilai Gaya Geser Horizontal Gempa Komponen Zona Gempa Kecil Sedang Besar 1 2 3 4 5 6 Gaya Geser Horizontal Gempa V kN 0,620 1,862 2,854 3,723 4,344 5,213 Dinding kontrol - - - - 5,168 - Dinding vertikal - - - - - 5,521 Dinding horizontal - - - - - 7,384 Dinding plus - - - - - 5.521 Hasil yang diperoleh dari perhitungan gaya gempa dapat dilihat bahwa dinding panel bambu sandwich kontrol memiliki faktor daktilitas dan faktor respon gempa terbesar, sedangkan dinding panel bambu sandwich dengan bresing horizontal memiliki faktor daktilitas dan faktor respon gempa terkecil. Pada grafik beban-displacement untuk panel bambu sandwich kontrol terlihat bahwa beban lateral maksimum yang mampu ditahan adalah sebesar 5,168 kN Gambar 7, sedangkan displacement maksimumnya sebesar 14,68 mm. Gambar 8 Grafik beban-displacement pada panel bambu sandwich kontrol. Gambar 9 Grafik beban-displacement dinding panel dengan bresing vertikal. Dari grafik hasil dinding panel bambu sandwich dengan bresing vertikal Gambar 8 dapat dilihat bahwa dinding ini memiliki kemampuan menahan beban lateral maksimum yang sama dengan dinding panel dengan bresing plus, yaitu sebesar 5,521 kN dengan displacement maksimum sebesar 13,14 mm. Dinding panel bambu sandwich dengan bresing vertikal ini memiliki racking stiffness dan displacement maksimum yang paling rendah disbanding dengan dinding yang -1,000 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 -20 20 40 60 80 B e b a n la te ra l k N Displacement mm -1,000 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 20 40 60 80 100 B e b a n L a te ra l k N Displacement mm lain. Kerusakan yang terjadi sama seperti dinding lainnya. Yang membedakan adalah pada dinding panel dengan bresing vertikal ini kayu lapis mengalami sobekan pada bagian sambungan rangka hingga bagian antara kayu rangka dengan potongan bambu yang telah direkatkan bersama kayu lapis Gambar 13a dan 13b. a b c Gambar 10 Kerusakan pada dinding vertikal; a Panel bambu sandwich bagian depan, b Panel bambu sandwich bagian belakang, dan c Panel bambu sandwich tampak samping. Grafik hasil racking test untuk dinding panel bambu sandwich dengan bresing horizontal Gambar 10 menunjukkan beban lateral maksimum yang dapat ditahan adalah sebesar 7,384 kN dengan displacement maksimum sebesar 32,8 mm. Dinding dengan jenis bresing ini memiliki racking strength terbesar dibanding dengan jenis bresing lainnya. Kerusakan yang terjadi saat pengujian berada pada ujung dinding panel bambu sandwich. Kerusakan yang terjadi berupa tercabutnya paku pada kayu lapis sehingga menyebabkan kayu lapis terangkat dari kayu rangka. Selain itu, paku pada sambungan rangka kayu juga terjadi pembengkokan dan mulai tercabut sehingga menyebabkan kayu kolom vertikal terangkat dari balok horizontal. Gambar 11 Grafik beban-displacement dinding panel dengan bresing horizontal. Gambar 12 Grafik beban-displacement pada panel bambu sandwich bresing plus. Pada dinding panel bambu sandwich dengan bresing plus diperoleh grafik hasil seperti yang terlihat pada Gambar 11, yaitu bresing plus dapat menahan beban lateral maksimum sebesar 5,521 kN dengan displacement maksimum sebesar 27,38 mm. Kerusakan yang terjadi pada saat pengujian adalah pada bagian sambungan ujung panel, dimana kayu lapis mengalami kerusakan karena tertarik -1,000 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 20 40 60 80 100 B e b a n la te ra l k N Displacement mm -1,000 0,000 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 -20 20 40 60 80 B e b a n L a te ra l k N Displacement mm saat menahan beban lateral. Selain itu, paku mengalami tekukan dan sedikit tercabut dari rangka kayu sewaktu menahan beban lateral yang besar. a b c Gambar 13 Kerusakan pada dinding plus; a Ujung panel bagian depan, b Ujung panel bagian belakang, dan c Ujung panel tampak samping rangka terangkat. Hasil gaya geser horizontal gempa Tabel 3 yang diperoleh berdasarkan SNI 03-1726-2002 menunjukkan bahwa dinding panel bambu sandwich dengan semua jenis bresing dapat diaplikasikan pada wilayah zona gempa 6, sedangkan dinding kontrol cocok diaplikasikan pada zona gempa 5. Dan semua jenis dinding yang diuji tersebut juga mengalami kerusakan yang hampir sama pada saat pengujian. Hal ini disebabkan oleh kurang tepatnya jenis pemasangan sambungan kayu pada rangka dinding panel bambu sandwich. Hal inilah yang menyebabkan kekuatan sambungan pada rangka kayu lemah dan paku mengalami pembengkokan serta tercabut.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dinding panel bambu sandwich kontrol atau tanpa bresing memiliki racking stiffness tertinggi. Sedangkan dinding dengan jenis bresing vertikal yang terendah. 2. Racking strength pada dinding panel sandwich kontrol memiliki nilai terendah, sedangkan yang tertinggi adalah pada dinding panel dengan bresing horizontal. 3. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 hasil pengujian dinding panel bambu sandwich kontrol memiliki nilai faktor daktilitas µ dan faktor respon gempa R terbesar, sedangkan dinding panel bambu sandwich dengan bresing horizontal memiliki nilai µ dan R terkecil. 4. Berdasarkan nilai gaya geser horizontal gempa V yang diperoleh menunjukkan bahwa dinding panel bambu sandwich dengan bresing plus, horizontal, dan vertikal dapat diaplikasikan sebagai komponen rumah tahan gempa pada wilayah zona gempa 6, sedangkan dinding kontrol dapat diaplikasikan pada zona gempa 5.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan tipe sambungan rangka yang lebih kuat. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan bambu sebagai bresing. 3. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan model bresing lainnya. 4. Perlu dilakukannya penelitian lanjutan dengan dilakukannya pengawetan terlebih dahulu pada komponen dinding panel bambu sandwich.

Dokumen yang terkait

Uji model bresing pada dinding bambu Sandwich panel untuk rumah tahan gempa

1 9 81

Pengujian dinding geser dengan variasi batang pengaku (bresing) untuk rumah tahan gempa

0 5 62

PERILAKU KUAT GESER DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN DIAGONAL BAMBU Perilaku Kuat Geser Dinding Panel Dengan Perkuatan Tulangan Diagonal Bambu.

0 2 21

PERILAKU KUAT GESER DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN DIAGONAL BAMBU Perilaku Kuat Geser Dinding Panel Dengan Perkuatan Tulangan Diagonal Bambu.

0 4 15

UJI KUAT LENTUR DINDING PANEL MENGGUNAKAN TULANGANANYAMAN BAMBU DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG Uji Kuat Lentur Dinding Panel Menggunakan Tulangan Anyaman Bambu Dengan Agregat Pecahan Genteng Sebagai Pengganti Kerikil (Agregat Kasar).

0 2 19

UJI KUAT LENTUR DINDING PANEL MENGGUNAKAN TULANGANANYAMAN BAMBU DENGAN AGREGAT PECAHAN GENTENG Uji Kuat Lentur Dinding Panel Menggunakan Tulangan Anyaman Bambu Dengan Agregat Pecahan Genteng Sebagai Pengganti Kerikil (Agregat Kasar).

0 1 15

TINJAUAN KUAT LENTUR DINDING PANEL BATU APUNG DENGAN PENULANGAN BAMBU TINJAUAN KUAT LENTUR DINDING PANEL BATU APUNG DENGAN PENULANGAN BAMBU.

0 1 9

TINJAUAN KUAT LENTUR DINDING PANEL DENGAN TULANGAN ANYAMAN BAMBU Tinjauan Kuat Lentur Dinding Panel Dengan Tulangan Anyaman Bambu Antara Yang Diplester Dengan Yang Dicor.

0 1 19

DINDING PANEL BERTULANGAN BAMBU DENGAN BAHAN PASIR, SEMEN DAN KAPUR Dinding Panel Bertulangan Bambu Dengan Bahan Pasir, Semen Dan Kapur.

0 0 18

DINDING PANEL BERTULANGAN BAMBU DENGAN BAHAN PASIR, SEMEN DAN KAPUR Dinding Panel Bertulangan Bambu Dengan Bahan Pasir, Semen Dan Kapur.

0 0 17