2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suhu Permukaan Laut SPL
Suhu merupakan besaran fisika yang menyatakan banyaknya bahang yang terkandung dalam suatu benda. Suhu permukaan laut SPL merupakan salah satu parameter oseanografi
yang mencirikan massa air di lautan dan berhubungan dengan keadaan lapisan air laut yang terdapat di bawahnya, sehingga dapat digunakan dalam menganalisis fenomena-fenomena yang
terjadi di lautan seperti fenomena arus, upwelling, front pertemuan dua massa air yang berbeda, dan aktifitas biologi di laut Robinson, 1985.
Menurut Hutabarat dan Evans 1986 pembagian SPL secara horizontal akan sangat tergantung pada letak lintangnya. Semakin tinggi letak lintangnya, maka nilai SPL nya akan
semakin rendah, karena daerah ekuator menerima lebih banyak radiasi matahari dari daerah lintang tinggi. Ada 3 faktor yang menyebabkan daerah tropis lebih banyak menerima bahang
dibanding kutub, yaitu: 1
Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer sebelum sampai di daerah kutub akan banyak kehilangan bahang dibandingkan dengan daerah ekuator.
2 Besarnya perbedaan sudut sinar datang matahari ketika mencapai permukaan bumi. Pada
daerah kutub, sinar matahari yang sampai di permukaan bumi akan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada daerah ekuator.
3 Permukaan bumi di daerah kutub banyak menerima bahang yang dipantulkan kembali ke
atmosfer. Perbedaaan tersebut sebenarnya diakibatkan oleh sudut relatif matahari yang mencapai permukan bumi.
Perubahan suhu musiman pada suatu perairan, selain disebabkan oleh panas matahari yang menyinari permukaan laut juga dipengaruhi oleh faktor arus permukaan, keadaan awan,
pertukaran massa air secara horizontal dan vertikal maupun adanya upwelling. Distribusi SPL secara horizontal biasanya berhubungan dengan fenomena musiman. Pada musim angin timur
terlihat jelas SPL lebih dingin menunjukkan adanya massa air bagian laut dalam masuk ke Laut Jawa. Laut Jawa relatif lebih panas dibandingkan pada angin muson timur, pada muson barat
pengaruh curah hujan pada SPL dekat pantai sangat nyata Potier, 1998 dalam Atmadja, Nugroho, Suwarso, Hariato, Mahisworo, 2003.
Pergerakan angin musson menyebabkan variasi SPL di Laut Jawa, dimana pada saat periode musson tenggara musim timur, angin dan arus di Laut Jawa bergerak dari timur ke
barat membawa massa air yang relatif lebih dingin masuk ke arah barat. Pada saat itu rata-rata SPL di Laut Jawa sekitar 27,25-28.25
o
C dengan SPL yang lebih tinggi berada di sebelah barat sedangkan pada periode musson barat laut musim barat massa air dari Laut Cina Selatan masuk
ke Laut Jawa dan mendorong massa air kearah timur sesuai dengan arah pergerakan angin dan arus Gaol dan Sadhotomo, 2007.
Laevastu dan Hayers 1982 menyatakan suhu merupakan parameter yang biasa digunakan dan mudah diamati. Setiap spesies organisme laut memiliki tingkatan suhu optimum
dan batas toleransi terhadap suhu sekitar 0,1 °C. Ikan merupakan hewan yang tubuhnya dapat menyesuaikan dengan suhu lingkungan di sekitarnya atau juga bisa disebut hewan berdarah
dingin poikilothermal. Pengukuran suhu permukaan laut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama dengan
menggunakan alat pengukur suhu permukaan laut yang disebut thermometer atau CTD di lokasi
pengamatan atau biasa disebut in-situ measurement. Cara kedua adalah dengan memanfaatkan wahana satelit penginderaan jauh dengan menggunakan penginderaan jauh sistem termal.
2.2 Konsentrasi Klorofil-a