I. PENDAHULUAN
Ikan lele Clarias sp. merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Permintaan akan ikan lele di pasar
meningkat setiap tahunnya. Secara nasional, produksi ikan lele cukup tinggi. Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP memprediksi produksi ikan lele
tahun 2012 menjadi 400.000 ton, naik dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 346.000 ton. Menurut Ketut Sugema, Dirjen Perikanan Budidaya KKP, konsumsi
ikan lele masih didominasi wilayah Jawa sebanyak 250 ton per hari. Kebutuhan ikan lele per hari di ibukota yang mencapai 80 ton, baru terpenuhi sekitar 62,5
saja atau sekitar 50 ton. Selain Jakarta konsumsi ikan lele terbanyak berada di Yogyakarta Handoyo, 2012.
Dalam pemeliharaannya, ikan ini termasuk ke dalam jenis ikan yang mudah untuk dipelihara karena mampu beradaptasi dengan baik pada lingkungan yang
memiliki kualitas air yang buruk seperti kadar oksigen terlarut yang rendah. Ikan lele dapat memijah sepanjang musim di mana ketersediaan induk yang berkualitas
tinggi sangat mempengaruhi produksi benih yang dihasilkan. Dari data produksi benih yang didapatkan yaitu terjadi peningkatan produksi benih lele selama
periode tahun 2008-2009 yaitu sebesar 1,95. Pada tahun 2008 diproduksi benih sebanyak 6.782.595.000 ekor dan tahun 2009 sebanyak 6.914.739.000 ekor, tetapi
pada tahun 2010-2011 terjadi penurunan produksi benih lele yaitu masing –masing
pada tahun 2010 sebesar 6.651.787.060 ekor dan tahun 2011 sebesar 5.388.892.373 ekor Lampiran 1. Berdasarkan data tersebut, dibutuhkan
peningkatan produksi benih ikan lele untuk mengimbangi permintaan pasar yang ada. Peningkatan produksi ini sangat dipengaruhi oleh kualitas dari induk yang
dipijahkan. Untuk meningkatkan kualitas induk dapat dilakukan dengan berbagai cara,
salah satu di antaranya adalah dengan meningkatkan kecepatan proses pematangan gonad induk. Pada ikan jantan, kualitas sperma yang dihasilkan
mempengaruhi derajat pembuahan maupun viabilitas embrio yang dihasilkan menjadi calon benih. Kualitas dan kuantitas sperma dapat ditingkatkan melalui
2 penambahan bahan perangsang untuk memicu kematangan gonad lebih cepat dan
berkualitas tinggi. Purwoceng Pimpinella alpina Molk. merupakan salah satu bahan yang
dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah spermatozoa karena dapat meningkatkan kadar LH, FSH dan testosteron Juniarto, 2004. Hal ini sesuai
dengan penelitian dari Taufiqurrahman dan Wibowo 2005 yang menunjukkan bahwa pada dosis 25 mg dan 50 mg ekstrak purwoceng yang diimplankan
langsung ke dalam mulut tikus jantan dewasa dapat meningkatkan kadar testosteron dan LH dengan lama pemberian 30 hari.
Berdasarkan kandungan
purwoceng tersebut,
diharapkan dengan
penambahan purwoceng pada pakan dapat meningkatkan jumlah sperma dari induk ikan lele yang diberikan pakan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi pengaruh dosis pemberian ekstrak purwoceng Pimpinella alpina Molk. melalui pakan terhadap perkembangan spermatogenesis ikan lele Clarias
sp. berdasarkan gambaran histologi gonad.
II. BAHAN DAN METODE