II. BAHAN DAN METODE
2.1. Materi Uji
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan Mei 2011 di Kolam Babakan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Ikan lele yang digunakan merupakan ikan lele jantan yang memiliki kisaran bobot 200-300 g. Sedangkan bahan perlakuan yang digunakan merupakan tanaman
purwoceng yang didapatkan dari Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik di desa Gunung Putri, Cipanas, Bogor. Bagian tanaman yang
digunakan untuk perlakuan merupakan bagian daun. Dosis purwoceng yang diberikan dalam perlakuan adalah 2,5 gkg; 5 gkg; 7,5 g kg pakan versus Kontrol
tanpa perlakuan.
2.2. Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan serta satu kontrol dan setiap perlakuan menggunakan tiga ulangan,
yaitu : 1 Perlakuan tanpa dosis Purwoceng.
2 Perlakuan dengan dosis Purwoceng 2,5 gkg pakan. 3 Perlakuan dengan dosis Purwoceng 5,0 gkg pakan.
4 Perlakuan dengan dosis Purwoceng 7,5 gkg pakan. Model percobaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti rumus
Steel dan Torrie 1991 yaitu :
Keterangan: Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j. µ = Nilai tengah dari pengamatan.
σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i. εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j.
4 Model ini digunakan pada pengukuran diameter tubulus seminiferus.
Sedangkan untuk derajat spermatogenesis dilakukan pengukuran secara kualitatif menggunakan kriteria Johnsen. Adapun menurut Syahrum 1997, kriteria
Johnsen tersebut yaitu: 1
Nilai 10 : Kriteria spermatogenesis lengkap dan teratur dengan spermatozoa yang banyak dan epitel seminiferus normal. Lumen tubulus
seminiferus terbuka. 2
Nilai 9 : Spermatozoa banyak, tetapi epitel seminiferus tidak teratur. Tampak bagian epitel seminiferus yang lepas sloughing. Lumen tubulus
seminiferus tertutup. 3
Nilai 8 : Jumlah spermatozoa dalam tubulus seminiferus kurang dari sepuluh.
4 Nilai 7 : Tidak tampak spermatozoa dalam tubulus seminiferus, tetapi
masih banyak spermatid. 5
Nilai 6 : Tidak ada spermatozoa dan jumlah spermatid dalam tubulus seminiferus kurang dari sepuluh.
6 Nilai 5 : Tidak ada spermatozoa dan spermatid dalam tubulus
seminiferus tetapi masih banyak spermatid. 7
Nilai 4 : Tidak ada spermatozoa dalam tubulus seminiferus dan jumlah spermatosit kurang dari lima.
8 Nilai 3 : Sel kelamin dalam tubulus seminiferus hanya terdiri atas
spermatogonia. 9
Nilai 2 : Dalam tubulus seminiferus tidak terdapat sel kelamin, hanya sel sertoli.
10 Nilai 1 : Dalam tubulus seminiferus tidak terdapat sel.
2.3. Prosedur Penelitian 2.3.1. Persiapan Wadah