Konsep dan Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah

12 Dengan demikian, dalam penelitian ini istilah pembangunan dan pengembangan dapat dipertukarkan yang dimaknai sebagai upaya untuk mengembangkan ekonomi wilayah yang berorientasi pada upaya meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura yang selama ini telah ada, meskipun belum sepenuhnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah yang diteliti. Pembangunan atau pengembangan merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perubahan dalam arti meningkatkan kapasitas ekonomi melalui penentuan prioritas sumberdaya pembangunan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya sosial dan sumberdaya buatan agar dapat mengurangi kesenjangan pembangunan dan kemiskinan di daerah.

2.2. Konsep dan Strategi Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap negara berkembang mempunyai perbedaan prinsip yang dilandasi falsafah, hakikat, tujuan, strategi maupun kebijakan program pernbangunannya. Selain itu, pola, dan proses dinamika pembangunan ekonomi di suatu negara sangat ditentukan oleh banyak faktor, baik internal domestik maupun eksternal Tambunan, 2001. Faktor- faktor internal di antaranya adalah kondisi fisik termasuk iklim, lokasi geografi, jumlah dan kualitas sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, yang dimiliki, kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, sistem politik, serta peranan pemerintah di dalam ekonomi. Sedangkan faktor-faktor eksternal di antaranya adalah perkembangan teknologi, kondisi perekonomian dan politik dunia serta keamanan global. Berdasarkan kondisi-kondisi di atas, maka pola dan proses pembangunan di suatu negara akan berbeda dengan negara lainnya. Pada hakekatnya pembangunan merupakan sesuatu proses perubahan sosial kumulatif dengan ekonomi dan demokrasi politik di dalamnya yang paling terkait. Dengan perkataan lain, pernbangunan terjadi dalam, hubungan sebab- akibat kumulatif atau Circular Cumulative Caution Supriatna, 1997. Sedangkan Budiharsono 1998 menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu usaha untuk dapat menyediakan banyak alternatif yang sahih bagi setiap warga negara untuk mencapai aspirasi yang paling humanistik. Defenisi tersebut mengandung arti bahwa pembangunan bukan hanya untuk satu golongan tetapi 13 bagi seluruh masyarakat dan pembangunan bukan hanya dari segi fisik saja tetapi mencakup juga segi mental spiritual. Pembangunan paling tidak harus mempunyai tiga sasaran utama Todaro 2000, yaitu: Meningkatkan ketersediaa dan memperluas distribusi barang kebutuhan pokok seperti pangan, papan, kesehatan dan perlindungan. Meningkatkan taraf hidup yaitu, selain meningkatkan pendapatan juga memperluas kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap nilai-nilai budaya manusia yang keseluruhannya akan memperbaiki bukan hanya kesejahteraan material akan tetapi juga menghasilkan rasa percaya diri sebagai individu maupun sebagai suatu bangsa. 3. Memperluas pilihan ekonomi dan sosial yang tersedia bagi setiap orang dan setiap bangsa dengan membebaskan mereka dari ketergantungan bukan hanya dalam hubungan dengan orang dan negara lain akan tetapi juga masalah kebodohan dan kesengsaraan manusia. Pembangunan perekonomian dibagi atas dua sektor, yaitu sektor basis dan sektor non basis. Sektor basis adalah sektor-sektor yang merupakan tumpuan bagi pertumbuhan wilayah yang memiliki ciri-ciri kontribusi yang besar terhadap total output wilayah. Oleh karena itu, prioritas pembangunan ekonomi dapat bertitik tolak pada sektor-sektor mana yang menjadi basis perekonomian wilayah. Penentuan prioritas pembangunan yang tepat berarti membuat suatu program pembangunan yang sesuai dengan potensi-potensi yang ada di daerah tersebut serta mempertimbangkan sistem ekonorni, sosial, dan lingkungan yang ada. Hal ini berarti pula ada usaha optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya, alam, manusia, man-made capital, sosial capital wilayah sehingga secara langsung ataupun tidak langsung akan mengoptimalkan pemanfaatan kesejahteraan masyaraka. Supriatna 1997, mengemukakan ada empat konsep dan strategi pembangunan sebagai basil dari proses perkembangan pelaksanaan pembangun di berbagai negara, yaitu pembangunan, pertumbuhan dan pemerataan, pembangunan berkelanjutan, dan pembangunan manusia. Strategi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi 14 dan menganggap bahwa kesejahteraan masyararakat dapat ditingkatkan dengan cepat melalui pemacuan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output suatu sektor atau beberapa sektor kunci akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui proses penggandaan multiplier dan keterkaitan linkage antar sektor. Namun strategi ini menimbulkan permasalahan pembangunan, yaitu kemiskinan. Konsep pertumbuhan ekonomi yang menekankan pada growth yang tinggi sering menghadapi masalah trade off dengan pemerataan yang relatif rendah. Konsep pertumbuhan ekonomi yang baru mulai mengalami pergeseran paradigma dari strategi pertumbuhan ekonomi menjadi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan growth and equity of strategy development. Menurut strategi ini, pertumbuhan ekonomi yang dicapai ditujukan untuk pemerataan dalam bidang pendapatan, kesejahteraan sosial, dan kelestarian lingkungan hidup yang ditandai oleh struktur perubahan ekonomi dan sosial. Pemerataan hasil-hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan .masalah kesenjangan atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dengan masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan Tambunan, 2001. Secara logika, jurang pemisah gap yang semakin besar antara kelompok masyarakat kaya dan miskin mencerminkan distribusi pendapatan yang tidak merata. Dengan demikian, orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan. Para ahli ekonomi melakukan pembangunan dengan menggunakan berbagai metode untuk memaksimalkan kesejahteraan manusia dibawah kendala keterbatasan sumberdaya capital stock dan teknologi yang ada. Karena itulah perhatian mereka terfokus pada bagaimana mengelolah sumberdaya sedemikian rupa sehingga dapat memberikan tingkat pertumbuhan dan efisiensi yang tinggi. Akan tetapi pembangunan tersebut cenderung mengabaikan aspek ekologi maupun sosialnya. Sebagai akibatnya, semakin banyak orang yanng merasa bahwa pola pembangunan seperti ini telah melampaui batas kegunaannya dan bahkan beralih ke arah yang merugikan kesejahteraan manusia, yaitu kerusakan lingkungan melebihi manfaat pembangunan. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan harus memperhatikan aspek ekonomi maupun non ekonomi dan 15 mengintegrasikan tiga tujuan yang berbeda, yaitu: 1 tujuan ekonomi, yaitu pertumbuhan berkelanjutan dan efisiensi kapital, 2 tujuan sosial, yaitu pengentasan kemiskinan dan pemerataan, dan 3 tujuan ekosistem, yaitu pengelolaan sumberdaya yang menjamin keberlanjutan. Walaupun demikian, tidaklah mudah untuk menyatukan ketiga tujuan di atas dan akan terdapat trade off di antara tujuan-tujuan tersebut. Dengan demikian pembangunan berkelanjutan selain diukur perkembangan pembangunan berdasarkan ekonomi juga harus didukung oleh tolok ukur yang bersifat non ekonomis. Ukuran ekonomi seperti Gross National Product GNP, temyata tidak mampu mengukur adanya inequality dan kemiskinan serta, perkembangan sumberdaya manusia, adanya degradasi serta penyusutan sumberdaya alam dan lingkungan, dan aspek-aspek sosial, politik, dan spiritual manusia, Rustiadi et al . 2005. Setelah pembangunan berkelanjutan yang mulai memadukan sisi ekonomi dan non ekonomi sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan, namun yang menjadi target semua pembangunan tersebut adalah pembangunan bagi manusia. Fungsi manusia terdiri atas dua, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial dimana, manusia tersebut dapat dikatakan sebagai kapital. Anwar 2005 mengemukakan bahwa ada empat tipe, kapital, yaitu 1 man-made capital, seperti mesin, pabrik, bangunan dan bentuk infrastruktur dan teknologi lainnya, 2 natural capital, seperti sumberdaya alam SDA dan lingkungan hidup, 3 human capital atau sumberdaya manusia yang dihubungkan dengan kuantitas dan kualitas penduduk, dan 4 sosial capital, lebih dikaitkan kepada fungsi kelembagaan dan budaya yang berbasis sosial. Human Capital. Manusia merupakan subyek dan sekaligus sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan, maka kualitas dan kuantitas penduduk diharapkan dapat mendukung dan diandalkan dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan manusia. Sebagai obyek pembangunan, penduduk diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan menikmati hasil- hasil pembangunan. Oleh karena itu, pengembangan investasi surnberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting terutama dalam perencanaan strategi pembangunan. Bentuk-bentuk pengembangan sumberdaya manusia adalah 16 investasi di bidang pendidikan, kesehatan, tingkat gizi individu, dan lain-lain. Social Capital merupakan bentuk kapital yang lebih tertuju pada kelembagaan, hubungan, dan norma sebagai bentuk kualitas dan kuantitas interaksi masyarakat. Tata nilai dan kelembagaan dalam masyarakat, baik formal maupun non formal, merupakan fungsi kelembagaan dan budaya berbasis sosial yang penting dalam pelaksanaan pembangunan. Social capital mempunyai dampak yang penting untuk pengembangan teori, pembangunan, dan kebijakan karena menyangkut beberapa aspek yang dipelajari, yaitu aspek pendidikan, aspek kesehatan, aspek kelembagaan swasta, dan aspek terhadap akses ke pasar. Oleh karena itu, social capital ini sangat penting dalam pembangunan karena dapat mendukung tercapainya tujuan pembangunan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.

2.3. Teori Basis Ekonomi : Teori Lokasi