25 kerja yang berkualitas, akan dipaksa bekerja pada pekerjaan kasar yang
dihargai dengan upah yang rendah. Tanpa penguasaan aset yang cukup, rumahtangga miskin terbatas aksesnya kepada modal lain dan kekurangan
kesempatan kerja mandiri. 4.
Karakteristik sumber pendapatan Sektor pertanian dan kegiatan lain yang berhubungan langsung dengan
pertanian merupakan sumber pendapatan utama bagi rumahtangga miskin. Kegiatan di sektor pertanian ditandai oleh produktifitas yang rendah,
ketrampilankeahlian rendah, modal rendah dan upah rendah. 5.
Karakteristik lain Faktor spesifik masing-masing negara menyebabkan adanya karakteristik
tambahan. Faktor-faktor spesifik itu misalnya keragaan etnik, struktur kelas soaial, dinamika kemiskinan dan fenomena kemiskinan.
Berdasarkan karakteristik-karakteristik di atas, rumahtangga miskin dicirikan sebagai berikut : tinggal di pedesaan, total pendapatan yang rendah, total
konsumsi yang rendah, tingkat konsumsi pangan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan buta huruf, tingkat kematian bayi yang tinggi, kondisi tempat
tinggal yang kurang sehat, jumlah anggota rumahtangga yang besar, jumlah anggota rumahtanga yang berpenghasilan sedikit, pemilikan dan penguasaan
lahan pertanian yang sempit, dan bermata pencahrian utama sebagai petani.
2.7.2. Faktor-Faktor Penyebab Kemiskinan
Kemiskinan disebabkan oleh terbatasnya sumberdaya yang dimiliki atau dapat dimanfaatkan oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Keterbatasan itu berkaitan erat dengan rendahnya tingkat pendidikan. Dalam kondisi serba terbatas itu, sangat sulit bagi anak-anak keluarga miskin untuk
menempuh pendidikan, disamping itu tidak mampu menyediakan makanan bergizi bagi seluruh anggota keluarga.
Menurut Suryadiningrat 2003, kemiskinan pada hakekatnya disebabkan oleh kurangnya komitmen manusia terhadap norma dan nilai-nilai kebenaran
ajaran agama, kejujuran dan keadilan. Hal ini mengakibatkan terjadinya penganiayaan manusia terhadap diri sendiri dan orang lain. Penganiayaan pada
diri sendiri tercermin pada : 1 keengganan bekerja dan berusaha, 2 kebodohan,
26 3 motivasi renda, tidak memiliki rencana jangka panjang, 5 budaya kemiskinan
dan 6 pemahaman keliru terhadap kemiskinan.
2.7.3. Pembangunan Masyarakat Pedesaan dalam Mengatasi Kemiskinan
Pembangunan masyarakat dan pembangunan manusia merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan karena manusia secara kodrati mempunyai
kecenderungan untuk hidup bermasyarakat. Masyarakat dalam konteks pembangunan adalah masyarakat dalam arti komunitas, yaitu yang memiliki
sistem budaya, sistem sosial, dan sejarah tertentu Supriatna, 1997. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa karakteristik masyarakat bisa ditinjau dari
berbagai segi, yaitu bentuk organisasi, interaksi, stratifikasi, kekuasaan, komunikasi, kerjasama, maupun cara pencapaian tujuan. Oleh karena itu, hal
yang sangat penting dalam membangun masyarakat ialah memperhatikan karakteristik komunitas dan masyarakat umum, informasi yang bersifat global,
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dan sumber daya manusia karena faktor-faktor tersebut menjadi faktor utama bagi perubahan sosial dan
kemajuan masyarakat. Pembangunan masyarakat desa merupakan bagian dari pembangunan
masyarakat atau sosial, pembangunan desa, dan pembangunan desa terpadu yang diarahkan kepada kelembagaan dan partisipasi masyarakat miskin dalam
meningkatkan kesejahteraan pada satuan wilayah pedesaan. Masyarakat desa dapat dicirikan dengan taraf pendidikannya yang sangat rendah, kebanyakan
buta huruf, dan buta pengetahuan dasar yang menjadi permasalahan global Botkin, 1984 dalam Supriatna, 1997.
Konsep pembangunan pedesaan telah menjadi pusat perhatian negara- negara berkembang sejak tahun 1950-an sampai sekarang dalam pembangunan
nasionalnya. Hal ini terkait dengan strategi pembangunannya untuk memecahkan masalah-masalah laju pertumbuhan penduduk yang cepat,
kemiskinan, urbanisasi, dan pengangguran. Oleh karena itu, para pengambil kebijakan telah mengangkat masalah tersebut dalam haluan program serta
kegiatan pembangunan pedesaan secara menyeluruh yang menyangkut sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sosial, budaya, agama, dan
sebagainya.
27
2.8. Penelitian Terdahulu