Aspek Ekonomi, Sosial, Budaya, Sarana dan Prasarana

58 7. 8. 9. Sahu Timur Ibu Ibu Selatan Ibu Utara Loloda 5.336 3.831 5.804 5.655 4.175 6.299 10.991 8.006 12.103 503.80 297.87 826.36 21,82 26,88 14,65 Total 51.747 54.822 106.569 3.199.72 44,08 Sumber : Monografi Bappeda Halmahera Barat, 2008 Dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 2,5, dalam jangka panjang akan memberikan dampak bagi meningkatnya permintaan terhadap berbagai fasilitas publik, sedangkan dilihat dari Rasio jenis kelamin menunjukan jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari laki-laki, sedangkan struktur umur penduduk Halmahera Barat tergolong pada strata usia muda. Hal ini terlihat jelas dengan banyaknya persentase golongan umur muda, sehingga menunjukkan tingginya fertilitas penduduk, yang artinya pada tahun-tahun ke depan penduduk Halmahera Barat lebih didominasi oleh usia muda, sehingga struktur penduduknya lebih dinamis. Kondisi ini perlu disikapi dengan baik yaitu dengan penyediaan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang menunjang perkembangan pemuda yang diharapkan mampu membangun Halmahera Barat. Mata pencaharian penduduk tersebar pada berbagai sektor, namun sektor yang dominasi adalah sektor pertanian 65,43 , yang didalamnya termasuk sub- sektor baik perikanan, perkebunan, peternakan, tanaman pangan dan hortikultura. Sektor-sektor lain yang menjadi mata pencaharian adalah industri lebih dari 14,21, jasa, perdagangan 20,36. Sebagai kabupaten yang didominasi oleh wilayah pesisir belum mengoptimalkan potensi di sektor perikanan dan kelautan. Padahal sektor ini sangat menjanjikan karena terdapat berbagai sumberdaya laut yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan kinerja ekonomi daerah.

4.4. Aspek Ekonomi, Sosial, Budaya, Sarana dan Prasarana

Petumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan suatu wilayah. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi secara makro pada suatu wilayah adalah dengan menggunakan pendapatan regional. Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah yang didefenisikan sebagai keseluruhan jumlah produksi nilai barang dan jasa dari berbagai unit produksi barang dan jasa yang dihasilkan dalam kurun waktu satu 59 tahun dan membandingkannya dengan cara mengukur pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Kinerja pembangunan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat dapat dilihat dari sisi pertumbuhan ekonomi atau PDRB atas dasar harga konstan. Seperti yang terlihat pada tabel 5 dibawah ini bahwa secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Halmahera Barat tahun 2005 sebesar Rp. 183.632,01 juta rupiah, meningkat menjadi Rp. 190.328.50 pada tahun 2006 dan terjadi peningkatan lagi pada tahun 2007 sebesar Rp. 196.341,51 jutaan rupiah atau rata-rata pertumbuhan sebesar 3,93. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. PDRB Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2005-2007 juta rupiah PDRB Atas Dasar Harga Tahun Berlaku Konstan 2000 Laju Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Harga Konstan 2005 205.954,22 183.632,01 - 2006 219.621,06 190.328,50 3,64 2007 238.527,68 196.341,51 4,21 Sumber : BPS Kabupaten Halmahera Barat, 2008 Dari data tersebut menunjukan bahwa perekonomian di Kabupaten Halmahera Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, dari laju pertumbuhan per sektor memperlihatkan bahwa sektor pertanian cukup besar dalam memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Barat. Lebih jelas lagi dapat dilihat pada tabel 6 yang menunjukan kontribusi seluruh sub-sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Barat, dimana sektor pertanian masi memberikan kontribusi lapangan usaha terbesar, yaitu rata- rata sebesar 37,26 persen bila dibandingkan dengan sektor lainnya. Walaupun demikian, data ini juga memperlihatkan bahwa pertumbuhan sektor pertanian masi rendah setiap tahun, yaitu sebesar 2,90 jika dibandingkan dengan sektor pertambangan dan penggalian 8,97, sektor bangunan 13,26 dan sektor perdagangan hotel dan restoran 6,27. Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Halmahera Barat tahun 2007, menunjukan bahwa kontribusi masing-masing sub- 60 sektor pertanian terhadap sektor pertanian yang secara berurutan adalah tanaman pangan dan hortikultura sebesar 13,43, perkebunan sebesar 64,14, peternakan dan hasil-hasilnya 9,71, sementara sub-sektor perikanan sebesar 9,38 yang kemudian diikuti oleh sub-sektor kehutanan yaitu sebesar 3,32. Dimana sub- sektor tanaman pangan dan hortikultura tanaman bahan makanan berada pada posisi kedua terbesar setelah tanaman perkebunan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Struktur PDRB seluruh sektor di Kabupaten Halmahera Barat atas dasar harga konstanTahun 2000 Tahun 2006 Tahun 2007 No Sektor Ekonomi Nilai Nilai Pertum buhan 1 Pertanian 71.383.75 37,50 73.454.54 37,03 2,90 2 Pertambangan Penggalian 255.05 0,13 277.93 0,14 8,97 3 Industri Pengolahan 43.269.02 22,73 45.094.97 22,73 4,22 4 Listrik, Gas Air Bersih 1.228.47 0.64 1.244.3 0.62 1,29 5 Bangunan 1.085.28 0.57 1.229.19 0.61 13,26 6 Perdagangan, Hotel Restoran 49.085.87 25,79 52.164.2 26,30 6,27 7 Pengangkutan Komonikasi 11.349.61 5,96 11.785.56 5,94 3,84 8 Keu, Persewaan Jasa Perusahaan 5.503.44 2,89 5.719.06 2,88 3,92 9 Jasa-Jasa 7.168.01 3,76 7.371.76 3,71 2,84 Jumlah 190.328.50 100 198.341.51 100 Sumber : BPS Kabupaten Halmahera Barat, 2008 Berdasarkan tabel di atas, menunjukan bahwa sektor primer memberikan konstribusi yang dominan terhadap fundamental ekonomi halmahera barat, dengan demikian dibutuhkan pengembangan sektor pertanian yang merupakan basis ekonomi masyarakat, disisi lain serapan angkatan kerja juga disumbangkan oleh sektor pertanian, utamanya pada sub-sektor perkebunan, perikanan dan tanaman pangan, sehingga kedepan perlu dikembangan produk-produk unggulan yang mampu menguasai pasar lokal, regional dan nasional, bahkan jika dimungkinkan pada beberapa jenis produk dapat diorentasikan untuk ekspor. Sektor lain yang juga mulai memberikan dampak positif adalah sektor transportasi 61 dan komunikasi, bangunan, dan jasa-jasa, hal ini disebabkan penyelenggaraan pemerintahan yang sudah terfokus di Jailolo sebagai ibukota kabupaten. Diharapkan dengan terus meningkatnya kinerja ekonomi, dapat menyerap angkatan kerja usia produktif secara bertahap untuk mengurangi angka penganguran yang mencapai 34,32, sehingga pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan implikasi bagi pemerataan distribusi pendapatan, yang mampu meningkatkan daya beli masyarakat, dengan harga yang terjangkau. Untuk mendorong makin membaiknya perekonomia Halmahera Barat dibutuhkan merumuskan kembali sistem pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sesuai dengan karekteristik ekonomi Halmahera Barat, untuk meningkatkan pendapatannya, melalui peningkatan skill pengelolaan usaha mikro, koperasi dan menengah UMKM. Mencermati kondisi sosial dan budaya Kabupaten Halmahera Barat dari tingkat pendidikan, kesehatan, penerapan keluarga berencana dan budaya, maka dapat dilihat bahwa sesuai data tahun 2005, menunjukan jumlah penduduk usia sekolah dasar pada usia 7 sampai dengan 12 tahun, sebanyak 22.234 jiwa, dimana untuk kecamatan Jailolo, merupakan kecamatan dengan penduduk usia sekolah dasar yang paling banyak yaitu 7.448 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia sekolah yang paling rendah pada kecamatan Sahu dengan jumlah 2.647 jiwa, dengan angka partisipasi kasar APK, angka partisipasi murni APM, dan angka putus sekolah, yang paling banyak angka putus sekolah berada di kecamatan Jailolo yaitu sebesar 698, sedangkan yang paling rendah berada di Kecamatan Ibu, yaitu sebesay 180 jiwa. Pendidikan usia dini PUD, menjadi penting untuk terus dikembangkan sebagai landasan pembentukan sikap mental anak, dalam beradaptasi dengan lingkungannya, Halmahera Barat, terdapat 16 pendidikan taman kanak-kanak yang dikembangkan masyarakat, bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan usia dini, menunjukan bahwa masyarakat memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak di Halmahera Barat, jumlah guru 34 orang, yang terdiri dari guru negeri 15 orang dan guru swasta 19 orang, dengan jumlah peserta didik 460 siswa pada tahun 2005. taman kanak- kanak terbanyak di Kecamatan Jailolo, 11 sekolah, 21 guru, dan 236 murid, Kecamatan Jailolo Selatan, 1 sekolah, 3 guru, dan 66 siswa, Kecamatan Sahu, 5 62 sekolah, 5 guru, dan 51 siswa, kecamatan ibu, 2 sekolah, 2 guru dan 30 siswa, Kecamatan Loloda, 1 sekolah, 3 guru, dan 47 siswa. Persentase penduduk yang bersekolah pada semua kelompok usia yang ditunjukkan oleh Angka Partisipasi Kasar APK atau Angka Partisipasi Sekolah APS-- masih lebih rendah dari rata-rata nasional. APK di Kabupaten Halmahera Barat untuk penduduk berusia 7-12 SD sebesar 68,6 persen, SMPMTs sebesar 46,2 persen dan SMUSMKMA sebesar 36,0 persen. Padahal untuk tingkat nasional sudah mencapai 96,40 persen untuk penduduk berusia 7-12 tahun, 81,0 persen untuk penduduk berusia 13-15 tahun dan 51,0 persen untuk penduduk berusia 16-18 tahun. Keberadaan sekolah swasta menunjukan adanya peran serta dan partisipasi dari masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan. Akan tetapi angka partisipasi secara umum menunjukan kualitas pendidikan di Halmahera Barat masih rendah. Sementara dari sisi tenaga pengajar sangat diperlukan peningkatan kualitas, jumlah guru sekolah dasar di Halmahera Barat sebanyak 808 orang. total keseluruhan guru mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum adalah sebanyak 1.430 orang. Konflik horisontal yang sebelumnya terjadi telah menghancurkan infrastruktur pendidikan sehingga sangat mengganggu pengembangan sumberdaya manusia. Masalah ini memerlukan perhatian yang sangat serius, karena keterkaitan dengan upaya untuk membangun peradaban modern manusia Indonesia di Halmahera Barat yang menjunjung tinggi nilai-nilai spiritual agama, etika, sosial, rasional, demokratis, serta menghargai perbedaan latar belakang sara. Dilain sisi sistem pendidikan belum menciptakan ruang bagi berkembangnya nilai-nilai lokal, kreativitas siswa, dan wajib belajar yang intensif. Selain pendidikan formal juga membutuhkan program Kejar Paket A hingga paket C, untuk dapat menuntaskan buta aksara di masyarakat, sebagai upaya peningkatan kualitas hidup, oleh karena kebodohan ada sumber keterbelakangan dan kemiskinan, untuk itu diperlukan upaya serius dalam mengatasi buta aksara yang mencapai 13,27 penduduk, utamanya pada daerah- daerah pedalaman. Di bidang kesehatan tercatat angka kematian bayi dari rata-rata angka kelahiran di Halmahera Barat cukup besar dimana dalam tahun 2005 dengan jumlah kelahiran yang hidup dan mati di rumah sakit, puskesmas, dan rumah 63 bersalin menunjukkan 1.686 kelahiran, dari angka tersebut yang lahir hidup 1.636 dan 49 diantaranya lahir mati., angka kelahiran tertinggi berada di kecamatan ibu 507, yang lahir hidup sebanyak 495 orang dan 12 diantaranya lahir mati, kecamatan Jailolo angka kelahiran 369, yang lahir hidup 354 orang dan 15 diantaranya lahir mati, Kecamatan Jailolo Selatan angka kelahiran 359 orang, 6 diantaranya meningal, dan 353 lahir hidup, Kecamatan Sahu, angka kelahiran 271, yang lahir hidup 254 sedangkan yang lahir mati 17 orang, dan Kecamatan Loloda angka kelahiran 180, dari data tersebut menunjukan angka bayi yang lahir mati tertinggi di Kecamatan Sahu dan Kecamatan Jailolo. Adapun jumlah anak yang mendapat vaksinasi menurut data tahun 2005 dengan rincian vaksinasi BCG sebanyak 548 anak, vaksinisasi DPT I sebanyak 1.094 anak atau 28, 44 , vaksinisasi polio 673 anak atau 14,22 , vaksinisasi campak 773 anak atau 19,33 . Jumlah ibu hamil yang mendapat vaksinisasi TT I dari 4.376 ibu hamil yang menjadi sasaran vaksinisasi hanya 1.025 ibu hamil atau 23 , sementara itu jumlah ibu yang mendapat vaksinisasi TT II ada 674 ibu hamil atau hanya 15 saja dari total yang seharusnya mendapatkan vaksinisasi. Peningkatan keluarga sejahtera kabupaten Halmahera Barat terus mengalami kemajuan yang berarti hingga tahun 2005 terdapat 21.837, yang terdiri dari keluarga pra sejahtra 13.925 keluarga, keluarga sejahtera 1, 5.986, kelurga sejahtera 2, 1.253, kelurga sejahtera 3.533, dan kelurga sejahtera plus 140. sebaran keluarga sejahtera yang hamper merata di seluruh kecamatan menunjukan kesadaran pengelolaan keluarga sejahtera makin membaik, namun yang perlu dikembangkan adalah kelompok usaha kelaurga sejahtera yang belum menunjukan kemajuan yang berarti. Dari sisi kebudayan Halmahera Barat memiliki akar sejarah yang patut untuk diperhatikan. Selain karena Jailolo yang merupakan satu dari empat kesultanan yang membentuk sebuah kebudayaan yang dikenal dengan nama ”Maloku Kie Raha”, juga karena daerah ini menyimpan beragam kekayaan sumber daya alam. Keempat kesultanan dimaksud adalah Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan. Keempat kesultanan atau kerajaan tersebut menurut hikayat bersaudara kandung. Penduduk yang 64 bermukim di Halmhaera Barat, didominasi suku-suku asli seperti, Suku Tobaru, loloda, wayoli, dan sahu, sedangkan pendatang yang mendiami wilayah Halmahera Barat dari Ternate, Tidore, Makian, Sanger, Bugis Makassar, Jawa, Ambon, dan Gorontalo. Pengembangan dari masyarakat adat juga menjadi perhatian untuk dapat teridentifikasinya kelembagaan adat sebagai penopang pembangunan daerah dari sektor kebudayaan. Kabupaten Halmahera Barat merupakan wilayah yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman, kehidupan toleransi telah dikembangkan sejak jaman dahulu, hubungan-hubungan toleransi itu dapat dilihat dari berbagai kegiatan keagamaan, perkawinan, kegiatan adat dan kegiatan pemerintah, hubungan-hubungan toleransi menjadi modal sosial social capital, bagi pembangunan Halmahera Barat kedepan. Konflik yang terjadi antara penduduk sekitar tahun 1999 benar-benar di luar kehendak dan keinginan masyrakat, faktor faktor eksternal yang begitu kuat mempengaruhi konsep toleransi yang memicu terjadinya konflik tersebut. Berdasarkan data yang di sajikan dalam Halmahera Barat dalam angka tahun 2005, menunjukan sebaran pemeluk agama di Halmahera Barat berdasarkan kecamatan, dengan asumsi 5 kecamatan sebelum di mekarkan menjadi 9 kecamatan adalah Kecamatan Jailolo dengan pemeluk agam Islam 15.536, agama KristenKatholik, 3.627, Kecamatan Jailolo Selatan jumlah pemeluk agama Isalam 12.527, Agama KristenKatholik 2.563, Kecamatan Sahu jumlah pemeluk agama Islam 60.750, Agama KristenKatholik 4.149, Kecamatan Ibu jumlah pemeluk agama Isalam 6.250, Agama KristenKatholik 15.922, Kecamatan Loloda jumlah pemeluk agama Islam 9.635, Agama KristenKatholik 5.819. Berdasarkan data yang disajikan dalam Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Maluku Utara tahun 2005, menunjukan angka harapan hidup masyarakat Halmahera Barat, pada usia 62,9 tahun, sedangkan angka melek huruf sebesar 95,3 persen, rata-rata lama sekolah sebesar 7,3 tahun, dan pengeluaran perkapita sebesar 580,1 dalam ribuan rupiah, sehingga data menunjukan angka indeks pembangunan manusia di Halmahera Barat sebesar 64,6, angka tersebut menempatkan posisi Halmahera Barat, pada peringkat ke 65 8 dari 8 kabupaten kota di provinsi Maluku Utara, sehingga dibutuhkan perhatian yang serius bagi perbaikan berbagai fasilitas-fasilitas pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan berbagai indikator lain yang memberikan dampak bagi meningkatnya kualitas hidup masyarakat Halmahera Barat. Fasilitas pendidikan di Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari TK 19 buah, satu negeri dan delapan belas swasta; SD sejumlah 148 sekolah, 116 negeri dan 32 swasta; Madrasah Ibtida’iyah MI 5 sekolah, seluruhnya swasta; SMP 31 sekolah, 9 negeri dan 14 swasta; Madrasah Tsanawiyah MTs 4 sekolah yang keseluruhannya swasta; SMA sebanyak 14 sekolah, 5 negeri dan 7 swasta; 4 Madrasah Aliyah MA swasta, sedangkan SMK berjumlah 2 sekolah, 1 negeri dan 1 swasta, sementara keberadaan sekolah tersebut hampir tersebar merata di semua kecamatan. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dan sebaran di setiap kecamatannya, maka jumlah fasilitas pendidikan ini terhitung memadai. Oleh karena itu, kedepan prioritas yang harus dilakukan adalah meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah- sekolah tersebut dengan memprioritaskan kualitas guru dan menambah fasilitas-fasilitas pembelajaran hingga memenuhi standar kualitas nasional. Fasilitas kesehatan di Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari 1 buah rumah sakit umum daerah di Jailolo, dengan kapasitas 60 tempat tidur, 8 puskesmas yang tersebar di semua kecamatan kecuali kecamatan ibu utara, 20 puskesmas pembantu dan 4 puskesmas keliling. Jumlah Posyandu total 163 buah. Jumlah dibidang kesehatan adalah 10 dokter umum, 1 dokter gigi, 3 apoteker, 6 sarjana kesehatan, 61 perawat, 1 asisten apoteker, 61 bidan, 8 ahli sanitasi, 3 ahli gizi, dan 12 pekarya SLA. Jumlah fasilitas ini terhitung mencukupi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Namun kendala yang biasa dialami penduduk adalah jarak dengan fasilitas kesehatan yang tidak sama. Beberapa tempat memiliki jarak yang demikian jauh dan harus ditempuh melalui laut, sehingga sistem transportasi sangat mempengaruhi akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan. Sarana dan prasarana transportasi baik darat maupun transportasi laut sangat penting karena wilayah pemukiman penduduk yang tersebar, pada beberapa tempat di Loloda, Ibu, dan Jailolo Selatan, belum dapat diakses 66 baik melalui jalan darat, sedangkan pada beberapa desa di jailolo dan loloda, hanya dapat dilalui melalui transportasi laut. Hingga saat ini baru terdapat 2 dua prasarana pelabuhan yang bisa dijadikan tempat bongkar muat barang dan penumpang, yaitu pelabuhan Jailolo, yang digunakan untuk pelabuhan kapal perintis, dan pelabuhan sidangoli yang merupakan pelabuha PT. ASDP Fery yang menghubungan pulau Ternate dan Tidore dengan pulau Halmahera, secara umum armada yang beroperasi sampai dengan tahun 2005 sebanyak 984 armada, jumlah penumpang 78.640 orang, serta bongkar muat 15.192 ton. Sedangkan untuk pelayanan transportasi laut di Kecamatan Loloda masih sangat terbatas, maka ke depan sangat diperlukan dalam peningkatan pelayanan tersebut utuk memacu perekonomian daerah. Pada tahun 2005, kondisi jalan berdasarkan klasifikasi jalan negara sepanjang 123.91 kilometer, dengan kondisi jalan yang dikategorikan baik sepanjang 77.9 kilometer, sedangk 13 kilometer, dan yang rusak spanjang 33,02 kilometer, jalan-jalan yang dikategorikan jalan negara, merupakan jalan-jalan yang menghubungkan antar wilayah kabupaten, sehingga menjadi sangat strategis untuk di bangun, untuk dapat memberikan multiplair terhadap perekonomian daerah. Untuk jalan provinsi, dengan panjang jalan 59,21 kilometer, dengan kondisi baik 26,1 kilometer, sedang 3,52 kilometer, dan jalan yang rusak sepanjang 30,59 kilometer. Kebutuhan akan jalan di Halmahera Barat, sangat strategis oleh karena wilayah yang luas, dengan pola pemukiman yang tersebar, baik antar desa, dan antar kecamatan sehingga membutuhkan pembangunan jalan, yang dapat mendukung mobilitas penduduk, barang, dan jasa. Dari panjang jalan 617,36 kilometer, yang merupakan jalan dengan permukaan yang telah diaspal 314,86 kilometer sedangkan jalan dengan jenis permukaan tanah sepanjang 302.50 kilometer, membutuhkan penangganan yang serius untuk dapat menuntaskan kebutuhan jalan di Halmahera Barat. Untuk Sistem transportasi darat yang dikembangkan sebagai integrasi moda transportasi, sampai dengan tahun 2005 untuk panjang jalan Kota Jailolo, panjang jalan 12 kilometer, terdapat 9 kilometer beraspal dan 3 kilometer jalan tanah, Kota Sidangoli panjang jalan 15 kilometer, jalan 67 beraspal 1.5 kilometer, dan jalan tanah 13.5 kilometer, Kota Akelamo Kao, panjang jalan 3 kilometer, masih merupakan jalan tanah, Kota Susupu panjang jalan 10 kilometer, beraspal 2 kilometer, dan jalan tanah 8 kilometer, Kota Akelamo panjang jalan 2 kilometer, yang sudah di aspal 1 kilmeter dan 1 kilometer jalan tanah, Kota Duono, panjang jalan 2 kilometer masih merupakan jalan tanah, Kota Tongute Sungi, panjang jalan 12 kilometer, yang telah diaspal 2 kilometr, dan 10 kilometer masih merupakan jalan tanah, Kota Talaga, dengan panjang jalan 5 kilometr masih merupakan jalan tanah, dan Kota Kedi dengan panjang jalan 5 kilometer yang telah diaspal 2 kilometer, dan 3 kilometer masih jalan tanah. Tabel 7. Jarak dan Waktu Tempuh Antar Ibu Kota Kabupaten dengan Ibukota Kecamatan Kabupaten Halmahera Barat Tahun 2005 No Nama Kota Jarak Km Waktu Tempuh Rata-rata 1 Jailolo-Sidangoli 32 Km 1 Jam 5 Menit 2 Jailolo-Akelamo Kao 93,5 Km 2 Jam 3 Jailolo-Akelamo 6,0 Km 5 Menit 4 Jailolo-Susupu 12,5 Km 30 Menit 5 Jailolo-Talaga 59,19 Km 1 Jam 15 Menit 6 Jailolo-Tungute Sungi 63,93 Km 1 Jam 30 Menit 7 Jailolo-Duono 95,19 Km 1 Jam 45 Menit 8 Jailolo-Kedi 83,39 Km 4 Jam Sumber : Dinas PU Kimpraswil Kab.Halmahera Barat, Tahun 2005 Frekuensi operasi kendaraan bus tahun 2006 sebanyak 122 bus dan angkutan kotadesa sebanyak 171, dengan rata-rata pertumbuhan kendaraan pertahun sebesar 8,7. Jumlah jembatan di Halmahera Barat sebanyak 81 jembatan, yang baru dibangun sebanyak 18 buah, total panjang jembatan 766,5 meter, yang dapat di jabarkan berdasatkan kecamatan, untuk kecamatan jailolo jumlah jembatan sebanyak 4 dengan panjang jembatan 31 meter, yang telah dibangun 3 buah, kecamatan Sahu jumlah jempatan 3 buah dengan panjang 26 meter, Kecamatan Ibu jumlah jembatan 41 buah yang telah dibangun 25 buah, dengan panjang jembatan 456 meter, Kecamatan Jailolo Selatan 16 buah jembatan, dengan panjang jembatan 49 meter, Kecamatan Loloda Selatan jumlah jembatan 17 buah dengan panjang jembatan 204,5 meter. 68 Pada tahun 2005, PLN dengan pembangkit listrik tenaga diesel PLTD, mengoperasikan 15 unit mesin dengan jumlah daya 3.002 KW yang melayani 9.378 pelanggan. Untuk ranting jailolo dengan jumlah mesin 7 unit, yang memiliki kapasitas produksi 5.422.526 Kwh, untuk didistribusikan pada 5.829 pelanggan, sub ranting jailolo selatan dengan 2 unit mesin, yang memiliki kapasitas produksi 899.263, terdistribusi pada 1.062 pelanggan, sub ranting Ibu, memiliki 3 unit mesin yang berkapasitas produksi 1.125.920 Kwh, dengan jumlah pelanggan 2.258, sub ranting kedi memiliki 3 mesin, yang berkapasitas produksi 110.103 Kwh, terdistribusi pada 229 pelanggan. Pembangunan pembangkit dan infrastruktur listrik ke depan menjadi demikian penting agar semua warga mendapat penerangan listrik dan terdukung kegiatan ekonominya. Pemanfaatan sumber energi alternatif selain minyak seperti batubara, tenaga angin, arus laut, dan panas matahari dalam skala kecil perlu dikembangkan sebagai alternatif pemanfaatan energi. Perusahanaan Daerah Air Minum PDAM Kabupaten Halmahera Barat, tahun 2007, terdapat 3 unit PDAM, dengan kapasitas sumber air 55 liter perdetik Ltdtk yang terdapat 2 sumber air, mampu memproduksi 19,5 Ltdtk, yang memiliki daya tampung reservoir sebesar 750,M 3 dengan jumlah pelanggan 1.214, IKK. Di kecamatan Ibu, dengan kapasitas sumber 25 Ltdtk, dengan 1 sumber air, mampu memproduksi 5 ltdtk, yang memiliki daya tampung 200 M 3 , jumlah pelanggan yang terlayani 227, sedangkan IKK kecamatan Sahu, dengan kapasitas sumber 42 ltdtk, pada 1 sumber air, yang memproduksi 12 ltdtk, dengan daya tampung 150,M 3 , melayani 253 pelanggan. Dari jumlah tersebut perlu di terus dikembangkan baik pada daerah-daerah yang belum memiliki akses air bersih secara baik, utamanya pada daerah Jailolo Selatan, Loloda, Jailolo Timur, dan Ibu Layanan telepon hingga saat ini baru menjangkau Jailolo sebagai ibukota kabupaten dengan, 439 pelanggan. Selain itu di beberapa tempat seperti Jailolo dan Jailolo Selatan telah dapat digunakan telepon seluler baik Simpati maupun Mentari, namun pada beberapa kecamatan seperti Loloda, Ibu, Dan Sahu, belum terjangkau pesawat telepon, untuk itu perlu dikembangkan jaringan telpon, baik dalam penggunaan jenis Vi Sat maupun perluasan cabang PT. Telkom, oleh 69 karena disaat melaju perkembangan komunikasi dan informasi yang begitu pesat, ternyata sebagian besar penduduk Halmahera Barat masih terisolasi dan jauh dari pesatnya perkembangan teknologi informasi. Pasar sebagai pusat transaksi masyarakat yang dibangun pemerintah adalah 3 unit pasar di Kecamatan Jailolo, Jailolo Selatan dan Kecamatan Ibu, namun pada kecamatan-kecamatan lainnya pasar-pasar rakyat dikembangkan oleh masyarakat setempat, sehingga hampir diseluruh kecamatan terdapat pasar, sedangkan pasar Jailolo dan pasar ibu belum digunakan secara optimal, sehingga lokasi pasar yang juga merupakan terminal antar kota terbengkalai, dan yang perlu mendapat perhatian serius adalah pasar sidangoli yang merupakan wilayah transit pulau Halmahera, kedepan perlu dikembangkan pasar moderen yang dapat melayani kebutuhan belanja masyarakat. Disisi lain perlu diperhatikan penyediaan pasar bagi industri rumah tangga, dan barang kerajinan masyarakat, sehingga hasil-hasil produksi masyarakat memiliki tempat yang layak dalam perdagangan. Pengelolaan pemerintahan Kabupaten Halmahera Barat, yang dijabarkan dalam struktur organisasi tergolong dalam organisasi yang gemuk dan cenderung tidak efisien dan efektif dalam penyelenggaraan pemerintahan, untuk itu perlu dianalisa untuk merumuskan kembali struktur yang ramping namun kaya fungsi agar kinerja dari struktur tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsi yang jelas dan tata kelembagaan yang efektif. Halmahera Barat memiliki 4 Sekretariat, 7 badan, 14 dinas, 3 kantor, dan 9 bagian, dengan jumlah pegawai sebanyak 3.102 orang, yang dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin, untuk jumlah pegawai pria sebanyak 2.225 orang, dan jumlah pegawai perempuan sebanyak 877 orang, hal ini menunjukan peran perempuan dalam birokrasi relatif masih sedikit dibandingkan dengan laki-laki, sedangkan jika dilihat dari rasio penduduk, dengan jumlah penduduk yang terserap di bidang pemerintahan sebesar 2,20 dari total penduduk, hal yang sama dalam penentuan ratio pelayanan penduduk, dari jumlah penduduk 113.044 jiwa, maka diperoleh rasio jumlah penduduk dan pegawai di kabupaten Halmahera Barat sebesar 45, artinya bahwa 1 pegawai dapat melayani 45 penduduk Halmahera Barat, hal ini 70 menunjukan bahwa sebaran jumlah pegawai tersebut jika di optimalkan, akan mampu mendorong produktivitas masyarakat. Kabupaten Halmahera Barat terdiri dari 9 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 194 desa, dengan rincian desa swadaya sebanyak 79 desa, desa swakarya sebanyak 53 desa dan swasembada sebanyak 18 desa. Jumlah desa atau kelurahan yang paling banyak terdapat di kecamatan Jailolo, yaitu sebanyak 29 desa, kemudian kecamatan Jailolo Selatan 18 desa, dan yang paling sedikit adalah kecamatan Jailolo Timur dengan 6 desa. Dengan melihat data yang ada masih banyaknya desa swadaya di beberapa kecamatan perlu untuk ditingkatkan kembali dan banyaknya desa swakarya juga pelu untuk ditingkatkan lagi menuju desa swasembada. Kecamatan dengan jumlah desa swadaya paling banyak adalah kecamatan Jailolo dengan jumlah desa swadaya sebanyak 20 desa, dan yang paling sedikit adalah kecamatan Jailolo Selatan dengan 10 desa swadaya. Kecamatan yang memiliki desa swakarya paling banyak adalah Kecamatan Ibu dengan 16 desa, dan yang paling sedikit adalah kecamatan Jailolo Selatan dan Kecamatan Loloda dengan jumlah desa 8 desa swakarya. Kecamatan yang memiliki desa swasembada paling banyak adalah kecamatan Sahu dengan 7 desa dan paling sedikit adalah kecamatan Jailolo Selatan dan Kecamatan Loloda, yang masing-masing 2 desa swasembada. Desa yang ada dikabupaten Halmahera Barat mayoritas desa swakarya dengan melihat data yang ada peningkatan desa dari swakarya ke swasembada perlu untuk ditingkatkan lagi.

4.5. Karakteristik Usaha Tanaman Pangan dan Hortikultura