123 Sementara penyusunan matrik faktor strategi eksternalnya dapat terlihat
secara jelas pada Tabel 18 di bawah ini : Tabel 18. Ringkasan Faktor Strategi Eksternal
Faktor Strategis Eksternal Bobot
Rating Skor
Penilaian
A. PELUANG
1. Kebutuhan tanaman pangan dan hortikultura yang
terus meningkat 0.15
4 0.60
Sangat penting 2.
Pasar selalu terbuka luas 0.10
4 0.40
Sangat penting 3.
Pengembangan teknologi budidaya tanaman pangan dan hortikultura cukup besar
0.05 4
0.20 Cukup penting
4. Peluang kerjasama dengan investor swasta cukup
besar 0.05
4 0.20
Cukup penting 5.
Pengembangan agrobisnis 0.05
4 0.20
Cukup penting 6.
Produk tanaman pangan dan hortikultura berpeluang untuk ekspor
0.05 4
0.20 Cukup penting
7. Komitmen para pemangku kepentingan
0.10 4
0.40 Cukup penting
B. ANCAMAN
1. Adanya impor tanaman pangan dan hortikultura
yang berakibat pada rendahnya harga di pasaran. 0.05
1 0.05
Cukup penting 2.
Terjadinya persaingan produk, produktifitas dan kualitas tanaman dari daerah lain
0.05 2
0.10 Cukup penting
3. Harga jual tanaman pangan dan hortikultura relatif
rendah saat panen raya. 0.05
2 0.10
Cukup penting 4.
Terjadinya pengalihan usaha ke sektor lain 0.10
2 0.20
Cukup penting 5.
Terjadinya konversi lahan 0.15
3 0.45
Kurang penting 6.
Budidaya tanaman yang kurang baik akan mempengaruhi jumlah dan mutu
0.05 2
0.10 Cukup penting
TOTAL
1.00 3.20
5.4.3. Analisis SWOT
Melalui Prosedur
IFAS dan
EFAS pada
Pengembangan Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sesuai dengan kondisi-kondisi internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman yang telah dianalsis sebelumnya, maka dapat
dikembangkan dalam bentuk strategi utama untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura dalam upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten
Halmahera Barat, maka disusun hasil analisis SWOT melalui suatu prosedur Internal Strategic Factor Analysis Summary IFAS
atau Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Strategic Factor Analysis Summary EFAS atau Analisis
Lingkungan Eksternal. Strategi-strategi tersebut terdiri atas empat komponen, yaitu strategi S-O kekuatan-peluang, S-T kekuatan-ancaman, W-O
kelemahan-peluang, dan W-T kelemahan-ancaman sebagaimana disajikan pada Tabel 19 dibawah ini.
124 Tabel 19. Analisis Keterkaitan Faktor-faktor Internal dan Faktor-faktor Eksternal
Matriks SWOT Pertanian Tanaman Pangan dan hortikultura
IFAS
EFAS KEKUATAN S
1. Faktor geografis yang strategis
karena berdekatan dengan ibukota propinsi dan daerah
Kabupaten kota sekitarnya
2. Ketersediaandaya dukung
lahan dengan kondisi fisik lingkungan sangat sesuai
dengan syarat tumbuh tanaman
3. Komoditas tanaman pangan
dan hortikultura merupakan bahan makanan yang
merupakan kebutuhan hidup
4. Petani sudah terbiasa menanam
tanaman tersebut 5.
Adanya dukungan dari pemerintah
6. Adanya Perusahan Daerah
Gamakarya 7.
Adanya Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian
KELEMAHAN W 1.
Luas lahan garapan petani relatif masih sempit
2. Tingkat pendidikan petani masih
rendah 3.
Produksi dan Produktivitas masih rendah
4. Akses dan informasi pasar
belum memadai 5.
Dukungan biaya usaha tani belum memadai
6. Keberpihakan dari pemerintah
daerah masih rendah 7.
Terbatasnya Infrastruktur dan lembaga ekonomi
8. Adopsi inovasi teknologi budidaya
lambat diterima petani 9.
Belum berfungsinya kelompok tani dengan baik
10. Tenaga PPL masih terbatas baik
jumlah maupun kualitas PELUANG O
1. Kebutuhan
tanaman pangan dan hortikultura
yang terus meningkat
2. Pasar selalu
terbuka luas 3.
Pengembangan teknologi
budidaya tanaman pangan
dan hortikultura cukup besar
4. Peluang
kerjasama dengan investor
swasta cukup besar
5. Pengembangan
agrobisnis dan Agroindustri
6. Produk tanaman
pangan dan hortikultura
berpeluang untuk ekspor
7. Komitmen para
pemangku kepentingan
STRATEGI SO 1.
Memanfaatkan Potensi Daerah dalam pengelolaan lahan dan
usaha tani dengan tekhnologi budidaya dalam rangka
meningkatkan produk tanaman pangan dan hortikultura untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pasar lokal,
regional, nasional bahkan internasional
S1,S2,S3,O1,O3,O6,O7
2. Peningkatan pengetahuan dan
keterampilan petani dalam menggunakan berbagai input
usaha tani, melalui program pelatihan dan permagangan petani
untuk pemanfaatan tekhnologi budidaya dalam meningkatkan
kualitas produk melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi
serta optimalisasi pembinaan dari petugas penyuluh pertanian
S4,S5,O3,O7
3. Diperlukan political will yang
jelas dan terarah dari Pemerintah Daerah, untuk menarik investor
dalam bidang pertanian khususnya agribisnis dan agroindustri
S1,S2,S3,S4,S6,S7,O4,O5, O6,O7.
STRATEGI WO 1.
Tingkatkan fungsi kelompok tani sebagai kelompok usaha bersama
dalam usahatani sebagai unit produksi
W2,W3,W4,W9,O1,O2, O3,O4,O7
2. Meningkatkan kerja sama dengan
pihak swasta dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
keterampilan petani dalam mengembangkan usaha
W1,W2,W3,W5,W7,W8,O4, O5,O7
3. Meningkatkan peranan
pemerintah daerah terutama untuk mengatasi masalah
transportasi dalam upaya menembus pasar
W4,W6,W7,O1,O2,O4,O5,O6, O7
4. Memanfaatkan dan mengadopsi
berbagai teknologi baru yang direkomendasikan untuk
meningkatkan skala usaha sekaligus meningkatkan mutu
W1,W3,W5,W6,W8,W9,O2, O3,O4,O5,O6,O7
5. Membantu petani untuk dapat
memperoleh kredit usaha tani yang lebih produktif
W5,W6,W7,O1,O2,O4,O7.
125
ANCAMAN T 1.
Adanya impor tanaman pangan
dan hortikultura yang berakibat
pada rendahnya harga di
pasaran.
2. Terjadinya
persaingan produk,
produktifitas dan kualitas
produk tanaman dari daerah lain
3. Harga jual
tanaman pangan dan hortikultura
yang relatif rendah saat
panen raya.
4. Terjadinya
pengalihan usaha ke sektor
lain
5. Terjadinya
konversi lahan 6.
Budidaya tanaman yang
kurang baik akan
mempengaruhi jumlah dan
mutu STRATEGI ST
1. Manfaatkan daya dukung lahan
dan kondisi geografis untuk pengembangan budidaya tanaman
dalam meningkatkan produksi dan Memperbaiki teknis paskapanen
yang benar sehingga kualitas mutu produksi yang dihasilkan dapat
dipertahankan, agar meningkatkan pendapatan rumahtangga tani
S1,S2,S4,S5, S6, T1,T2,T6.
2. Meningkatkan kemampuan petani
dalam mengelola usaha tani, terutama dengan dukungan
berbagai sarana produksi melalui subsidi yang diberikan oleh
pemerintah, S4,S5,S6,T1,T2,T5,T6
3. Penerapan teknologi tepat guna
untuk pengolahan produk tanaman pangan dan hortikultura
S3,S4,S6,S7,S8, T1,T2,T4,T6
4. Manfaatkan Perusahan Daerah
bermitra dengan perusahaan swasta untuk membeli produk
lokal dalam pengembangan agrobsinisagroindustri
S3,S4,S6,S7,T1,T2,T3,T5,T6,
5. Pemerintah lebih aktif dalam
menyediakan saranaprasarana dan mengalokasikan anggaran secara
khusus untuk meningkatkan mutu dan mengembangkan tanaman
tersebut serta menciptakan iklim usaha yang kondusif
S4,S6,S7,T2,T4,T5,T6 STRATEGI WT
1. Meningkatkan keterampilan
petani untuk memanfaatkan teknik budidaya
W2,W3,W6,W8,T2,T3, T4,T5, T6
2. Pengembangan jaringan
informasi pemasaran melalui media cetak maupun elektronik
W4,W6,T1,T3
3. Mengoptimalkan fungsi dan
peran lembaga ekonomi Bank dan koperasi yang dapat
mendukung kegiatan usahatani W5,W6,W7, T2,T5,T6
4. Bekerjasama dengan perguruan
tinggi untuk meningkatkan kemampuan petani dalam
menganalisis usahatani serta teknis pascapanen yang baik
agar mutu dan kualitas produk dapat dipertahankan, sehingga
kesalahan dan kegagalan dalam usahatani dapat dikurangi
W2,W3,W4,W6,W8,W9, T1,T2,T4,T5,T6
5.4.3.2. Strategi S-O
1. Pemanfaatan Potensi Daerah dalam Pengembagan Sub-Sektor Tanaman
Pangan dan Hortikultura Pengembangan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera
Barat adalah sebuah keharusan, walaupun dalam hitungan matematis tanaman ini tidak termasuk dalam sektor basis karena nilainya lebih kecil dari satu Tabel 11,
tetapi didasarkan pada fakta yang ada bahwa setiap hari terjadi akifitas bongkar- muat barang di pelabuhan Jailolo berupa tanaman pangan dan hortikultura yang
siap diekspor ke daerah tujuan utama yaitu Kota Ternate dan beberapa daerah sekitarnya, hanya saja aktifitas tersebut tidak didata secara langsung oleh petugas
terkait. Terbukti juga bahwa sebagian masyarakat ikut terlibat dalam budidaya dan pengolahan tanaman pangan dan hortikultura, serta adanya dukungan
Lanjutan tabel 19
126 pemerintah Kabupaten Halmahera Barat dalam pengembangan usaha ini. Dengan
demikian, pengembangan tanaman pangan dan hortikultura akan dapat menciptakan keunggulan komparatif comparative advantage dan kompetitif
competitive advantage dalam menghasilkan produk-produk olahan tanaman pangan dan hortikultura, sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan
menyediakan lapangan kerja, menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan daerah sehingga kemiskinan yang dialami oleh 253 KK atau 38 KK miskin yang
sesuai dengan hasil analisis sebelumnya Tabel 14 dapat teratasi. Dapat diketahui juga bahwa Kabupaten Halmahera Barat merupakan kutub
pertumbuhan di wilayah Propinsi Maluku Utara, dimana secara geografis Halmahera Barat diapit oleh beberapa wilayah Kabupatenkota serta ibukota
Propinsi Maluku Utara. Hal ini merupakan peluang besar bagi daerah ini untuk mengembangkan tanaman pangan dan hortikultura, karena selain didukung oleh
berbagai sumber air sungai, danau dan air terjun, struktur tanah dengan kualitas syarat tumbuh tanaman pangan dan hortikultura, juga mempunyai peluang pasar
domestik yang memadai untuk menjual produk tersebut. Sementara dari data yang diperoleh di daerah penelitian ini tercatat
sebanyak 10.887 KK atau 41 dari jumlah total penduduk 26.642 KK masih dikategori miskin. Begitu pula hasil analisis sebelumnya, menunjukan bahwa
jumlah rumahtangga miskin yang bergerak dibidang usaha tanaman pangan dan hortikultura sangat sedikit, dibandingkan dengan rumahtangga miskin yang
bergerak dibidang usaha jasa dan perdagangan, sub-sektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Perbandingan antara rumahtangga miskin
petani tanaman pangan dan hortikultura dengan keseluruhan rumahtangga miskin di Kabupaten Halmahera Barat adalah sebanyak 2 atau 253 KK berbanding
10.887 KK miskin. Dapat dikatakan pula bahwa rumahtangga miskin petani tanaman pangan dan hortikultura yang terdapat di Kabupaten Halmahera barat
adalah sebesar 0,95 dari jumlah total kepala keluarga 26.642 KK Kabupaten Halmahera Barat.
Masyarakat Kabupaten Halmahera Barat yang menekuni usaha budidaya sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura sebanyak 665 KK tersebar di
sembilan kecamatan. Masing-masing berspesialisasi pada tanaman panganpalawija
127 sebanyak 396 KK, tanaman sayur-sayuran 142 KK dan tanaman buah-buahan
sebanyak 127 KK. Walaupun dari tahun ke tahun terjadi penurunan tingkat kemiskinan, namun tercatat pada tahun 2007, jumlah rumahtangga tani sebanyak
665 KK yang bermatapencahrian pada sub-sektor tanaman tersebut masih dikategori miskin sebanyak 253 KK.
Data tersebut di atas juga dapat dibuktikan dengan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan data quisioner yang telah dianalisis, dan terbukti
bahwa dari 90 responden terdapat 38 rumahtangga tani mempunyai tingkat pendapatan dibawah garis kemiskinan. Ini berarti bahwa dari jumlah rumahtangga
tani tanaman pangan dan Hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat yang di data oleh Dinas Pertanian sebanyak 665 KK, terindikasi miskin secara absolut
sebanyak 38 atau sama dengan 253 KK. Secara kasatmata di lokasi penelitian maupun dari data yang diperoleh
menunjukan bahwa masih sedikit animo masyarakat Kabupaten Halmahera Barat mengembangkan usaha tanaman pangan dan hortikultura dibandingkan dengan
usaha pada sub sektor pertanian lainnya. Hal ini dapat disebabkan oleh, tingkat pendidikan masyarakat di sektor pertanian masih rendah, kemampuan modal
usahanya masih rendah, tekhnik budidaya masih bersifat tradisional, tidak stabilnya harga dari produk tanaman, akses ke pasar tidak baik, sarana dan
prasarana jalan yang belum memadai. Dari hasil analisis dan pengamatan tersebut, dapat menjadikan sebuah
strategi dalam mengembangkan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura dengan memanfaatkan potensi daerah terutama daya dukung alam, sumberdaya
manusia, adanya institusi perguruan tinggi dan yang terpenting adalah dukungan pemerintah secara politik dan finansial.
Pertimbangan ini didasarkan bahwa komoditas tanaman pangan dan hortikultura merupakan bahan makanan yang tidak bisa terlepas dari kebutuhan
hidup dari populasi penduduk yang terus meningkat. Artinya bahwa peluang pasar selalu terbuka, baik lokal, interregional, nasional bahkan internasional. Selain itu
pengembangan tekhnologi tanaman pertanian ini cukup besar sehingga bisa digunakan dalam pengelolaan atau budidaya tanaman secala lebih baik.
Dengan demikian maka tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten
128 Halmahera Barat perlu terus dikembangkan baik kuantitas maupun kualitasnya.
Hal tersebut mengisaratkan perhatian secara khusus dari pemerintah daerah dalam memberikan dukungannya kepada masyarakat pedesaan, karena sebagian besar
atau 90 penduduk Kabupaten Halmahera Barat berdomisili di wilayah perdesaan dan didominasi pekerjaannya pada sktor pertanian yang sebagiannya
hidup dibawah garis kemiskinan.
2. Membangun Mitra Usaha dalam Meningkatkan Ekonomi Lokal
Kabupaten Halmahera Barat Kabupaten Halmahera Barat mempunyai sebuah perusahaan daerah
Perusda yang bergerak dibidang usaha sektor jasa, tetapi beberapa tahun terakhir perusahaan ini tidak menunjukan kontribusi yang berarti. Seharusnya keberadaan
perusahaan ini,
membuka peluang
pemerintah daerah
untuk dapat
memberdayakan dan mengembangkan potensi sektor pertanian yang ada di daerah. Disisi lain, pemerintah daerah dapat bekerjasama atau membangun mitra
usaha dengan perusahanindustri pangan, sehingga pengembangan sektor pertanian khususnya tanaman pangan dan hortikultura lebih berdayaguna. Bentuk
kerjasama tersebut dapat berfungsi sebagai wahana partisipasi dalam perencanaan, penyusunan strategi, dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan program-
program pembangunan ekonomi lokal di Kabupaten Halmahera Barat, khususnya yang terkait dengan pengembangan tanaman pangan dan hortikultura.
Strategi dalam membangun mitra usaha tersebut di atas secara langsung akan melibatkan masyarakat perdesaan termasuk rumahtangga tani tanaman
pangan dan hortikultura. Dengan demikian dapat meningkatkan pendapatan dan secara otomatis akan mengurangi kemiskinan. Hal ini akan memberikan dampak
signifikan kepada pembangunan ekonomi lokal Kabupaten Halmahera Barat. Sekalipun tanaman pangan dan hortikultura merupakan komoditas servis tetapi
mempunyai peluang untuk ditingkatkan menjadi komoditas basis ataupun menjadi komoditas unggulan, sejalan dengan pengembangan sektor lain di daerah.
3. Penguatan Kegiatan Promosi dan Pengembangan Jaringan Pemasaran di
Luar Daerah Peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura adalah sebuah
kebutuhan dalam menangkal tingkat konsumsi masyarakat lokal, regional nasional, bahkan internasional. Selain itu harus mengembangkan produk-produk
129 olahan tanaman tersebut sehingga akan memberikan manfaat lebih nilai tambah
bagi masyarakat dan daerah, apabila disertai dengan intensitas promosi dan meningkatkan jaringan pemasaran produk tersebut. Pengembangan jaringan
pemasaran perlu dilakukan untuk meningkatkan potensi permintaan produk- produk tanaman pangan dan hortikultura di berbagai wilayah.
Tujuan pemasaran tanaman pangan dan hortikultura saat ini hanya ke Kota ternate, Kota Tidore, Kota Tobelo dan dibeberapa Ibukota Kabupaten dalam
wilayah Propinsi Maluku Utara. Tujuan-tujuan pemasaran ini perlu dikembangkan, termasuk dengan volumenya. Namun untuk mencapai tujuan ini
harus didukung dengan kualitas produk dan harga yang kompetitif.
5.4.3.3. Strategi S-T
1. Pembinaan Kemampuan Tani dalam Meningkatkan Produk dan Mutu Usaha
Faktor geografis dan dayadukung lahan yang sesuai sangat menunjang aktifitas produksi usaha tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten
Halmahera Barat. Selain peningkatan produksi, kualitas produk juga sangat mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga dapat bersaing di pasaran.
Peningkatan kemampuan petani dalam mengelola usaha tanaman pangan dan hortikultura tersebut tidak terlepas dari dukungan pemerintah, melalui kebijakan
berupa bantuan sarana dan prasarana produksi, pemberian pelatihan dan ketrampilan tekhnis serta segala kemudahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
usaha tani tersebut. Apabila petani sudah diberikan segala kemudahan usahanya, maka secara
otomatis dapat menunjang kehidupan rumahtangga, sehingga kualitas, kuantitas dapat dipertahankan, bahkan para petani tidak akan mengalihkan usaha dan
lahannya di sektor lain karena menganggap bahwa usaha di sub-sektor ini dapat menunjang tingkat pendapatan rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. 2.
Aplikasi Teknologi Tepat Guna untuk Pengolahan Produk Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mengembangkan produk tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat sebenarnya telah tersedia,
misalnya berbagai metode pengolahan komoditas tanaman pangan dan
130 hortikultura berupa beras, pakan ternak dari jagung, tepung tapioka, aneka
minuman dan kue atau makanan ringan yang dikemas sehingga dapat meningkatkan nilai tambah value added dari produk tersebut, pada akhirnya
dapat meningkatkan kesempatan kerja, serta pendapatan rumahtangga petani. Namun, pengolahan produk-produk tersebut tetap harus memperhatikan kondisi
permintaan dan stabilitas harganya sekaligus pengembangan secara terintegrasi dan mengedepankan aspek kualitas sehingga dapat bersaing di pasaran.
3. Peran Pemerintah Daerah dalam Menunjang Pengembangan Tanaman
Pangan dan Hortikultura
Dukungan Pemerintah
sangat menentukan
kelangsungan hidup
rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat. Produk pertanian tanaman pangan dan hortikultura, merupakan salah satu
faktor yang dapat menunjang perkembangan seluruh sektor ekonomi di wilayah ini, sehingga diperlukan dukungan kebijakan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah harus dapat menjamin harga dasar tanaman pangan dan hortikultura melalui Badan Usaha Milik Daerah BUMD. Disamping itu,
pemerintah juga melakukan pembinaan dan koordinasi dengan pengusaha pedagang pengumpul, pedagang besar dalam mempertahankan tingkat harga yang
layak agar petani tetap tertarik melakukan usahanya di bidang pertanian. Adanya lembaga penunjang seperti ini, serta keseriusan pemerintah daerah dalam
menyikapi kebutuhan usaha rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura, akan meringankan sebagian beban usaha yang digelutinya. Dengan demikian,
peningkatan pendapatan rumahtangga tani dapat terlaksana, dan secara langsung kemiskinan dapat teratasi sebagaimana mestinya.
4. Menjadikan Iklim Usaha yang Kondusif
Penciptaan iklim usaha yang kondusif merupakan salah satu kewajiban pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, yakni dengan meningkatkan
pelayanan, penyediaan sarana dan prasarana, serta informasi untuk kegiatan ekonomi, penyederhanaan peraturan dan prosedur perizinan yang terkait
dengan kegiatan usaha, serta pengembangan kebijakan yang mendukung usaha tersebut. Dengan strategi ini diharapkan investor akan tertarik untuk
mengembangkan investasinya di daerah.
131
5. Pengembangan Pasar Domestik dan Ekspor
Pengembangan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura sebagaimana dijelaskan pada strategi sebelumnya akan meningkatkan volume dan jenis produk-
produk olahan. Untuk mendukung tujuan pengembangan tersebut, maka perlu dikembangkan tujuan-tujuan pemasaran baru, baik untuk tujuan pemasaran dalam
negeri maupun luar negeri, dengan melakukan pengembangan jaringan pemasaran marketing network
ke wilayah baru maupun lama, melakukan promosi-promosi dagang, serta pengembangan kualitas produk dan pengemasannya.
5.4.3.3. Strategi W-0
1. Pemberdayaan Petani dan Kelompok Tani
Strategi ini dilaksanakan dalam rangka mengatasi permasalahan lemahnya kualitas sumberdaya manusia sektor pertanian. Pemberdayaan petani
maupun kelompok tani dapat dilakukan dengan melakukan program-program pendidikan dan pelatihan aplikatif bagi rumahtangga tani, sehingga mereka
mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Intensitas penyelengaraan pendidikan dan pelatihan ini, dengan harapan
agar petani dapat meningkatkan ketrampilan budidaya serta dapat menerapkan segala bentuk inovasi tekhnologi pertanian khususnya pada tanaman pangan
dan hortikultura. Selain itu, dapat membangkitkan gairah usaha rumahtangga tani dalam pengelolaan produk tanaman yang dapat menambah nilai di
pasaran.
2. Penguatan Kelembagaan Penunjang
Kelembagaan-kelembagaan penunjang pengembangan produk tanaman pangan dan hortikultura perlu dikembangkan kemampuannya. Hal ini mencakup
pemberdayaan kelembagaan penunjang di sektor hulu pengadaan input dan produksi maupun sektor hilir pengolahan, pemasaran. Adapun kelembagaan--
kelembagaan penunjang tersebut terdiri dari dinas-dinas terkait, BUMD, kelompok tani, koperasi dan koperasi unit desa, lembaga dan aparat penyuluhan,
lembaga keuangan dan perbankan, serta lembaga pemasaran.
3. Transportasi dan Pemasaran
Fasilitas trasportasi sangat menunjang kegiatan pertanian khususnya dalam mengalokasikan produk tanaman pangan dan hortikultura dari sentra-sentra
132 produksi, tempat pengolahan sampai di tempat pemasaran. Selain sebagai
kebutuhan, sarana dan prasarana transportasi merupakan fasilitas vital yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan produksi dan mobilitas produk
tanaman pangan dan hortikultura antar wilayah. Untuk itu pemerintah daerah harus membangun sarana dan prasarana
transportasi secara bertahap sesuai dengan kemampuan APBD, sehingga kebutuhan masyarakat dalam memasarkan hasil-hasil pertaniannya dapat terlayani
dengan baik.
4. Pemanfaatan Tekhnologi
Teknologi yang telah dihasilkan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan dan hortikultura meliputi varietas unggul,
efisiensi pengelolaan lahan, air, tanaman dan organisme penggangu, efisiensi pengairan, perbaikan teknologi pascapanen dan budidaya, harus dapat difahami
dan dimanfaatkan oleh petani. Secara evektif pemerintah daerah harus mengambil langkah strategis
merangsang petani untuk mengerti dan berminat untuk menggunakan tekhnologi tepat guna, melalui media informasisosialisasi baik dalam bentuk kegiatan formal
berupa pendidikan dan pelatihan para petani, media cetak atau elektronik maupun melalui arahan dari aparat penyuluh.
5. Mobilisasi Sumber Dana dan Pengembangan Infrastruktur
Strategi mobilisasi dana dikembangkan dalam rangka mengatasi kelemahan-kelemahan dan masalah-masalah permodalan yang dihadapi petani
dan pengolah sehingga mereka termotivasi dalam mengembangkan usaha secara maksimal.
Untuk merealisasikan tersedianya dana keuangan bagi pengembangan pertanian tanaman pangan dan hortikultura maka pemerintah daerah harus
bekerja sama dengan lembaga-lembaga keuangan yang ada di daerah seperti, Bank Rakyat Indonesia BRI, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia BNI,
dan Bank Pembangunan Daerah. Disamping itu, pemerintah daerah juga menyediakan sejumlah dana yang dialokasikan untuk kegiatan pengembangan
dan merupakan prioritas dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD.
133
5.4.3.4. Strategi W-T 1. Meningkatkan Ketrampilan Petani dan Pengembangan Jaringan
Informasi Pemasaran
Sub-sektor sektor tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat dapat menyerap sebagian tenaga kerja
dari sektor lain yang tumbuh di daerah. Hal ini merupakan potensi yang paling besar dalam
mengembangkan perekonomian, terutama dijadikan sebagai sumber pendapatan rumahtangga tani di perdesaan.
Dari hasil pendataan di lokasi penelitian, menunjukan bahwa sebagian besar petani tanaman pangan dan hortikultura memiliki tingkat pendidikan yang
rendah, hanya 11,11 saja yang memiliki pendidikan menengah atas SMA. Berarti bahwa kualitas dan keterampilan sumberdaya manusia yang
menggantungkan hidup pada sub-sektor ini masih tergolong rendah. Dengan demikian, sangat dibutuhkan perhatian Pemerintah Daerah agar dapat
bekerjasama dengan Perguruan Tinggi, untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan tekhnis budidaya, cara penerapan tekhnologi, sistim
pengolahan tanaman, serta mengatur strategi pemasaran hasil pertanian tanaman tersebut.
Kepedulian pemerintah seperti ini, dengan tujuan untuk merangsang petani tanaman pangan dan hortikultura dalam mengembangkan usaha, sekaligus dapat
meningkatkan pendapatan rumahtangga tani yang menekuni bidang usaha ini, sehingga keefektifan dalam penanggulangan kemiskinan dapat terlaksana dengan
baik sesuai rencana. Selain itu, diperlukan jaringan kerjasama lintas stakeholders birokrat,
petani dan kelompok tani, pengusaha, pedagang, lembaga keuangan perbankan yang ada di daerah Kabupaten Halmahera Barat, sehingga mereka dapat
mengatasi ancaman-ancaman yang ada. Kerjasama antar pemerintah daerah diberbagai tingkatan khususnya antara Kabupaten dan provinsi juga perlu
dikembangkan, sehingga mampu memasarkan produk-produk tanaman pangan dan hortikultura ke berbagai pasar tujuan.
Jaringan informasi pasar masih merupakan hambatan hingga saat ini, dimana sesuai dengan hasil analisis ini Tabel 15 dan pengamatan di lapangan
menunjukan bahwa akses pasar, termasuk akses terhadap informasi pasar sangat
134 berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan dan kemiskinan rumahtangga tani
tanaman pangan dan hortikultura. Pembuktian ini dapat dilihat pada nilai p dalam analisis sebesar 0,002 lebih kecil dari nilai alfa 5 dan nilai odds ratio untuk
variabel ini adalah sebesar 0,04, yang berarti bahwa petani yang mudah mengakses pasar, maka peluang untuk hidup dibawah garis kemiskinan sebesar
0,04 kali dibandingkan dengan yang sulit untuk mengakses pasar, sehingga pengembangan sistem informasi dan jaringan pemasaran, serta infrastruktur
sarana dan prasarana, diperlukan untuk dapat mengatasai permasalahan- permasalahan dalam memasarkan produk di pasar regional, nasional dan
internasional.
2. Optimalisasi Fungsi dan Peran Lembaga Ekonomi Bank dan Koperasi
untuk Mendukung Kegiatan Usahatani Kendala yang dihadapi dalam pengembangan sub-sektor tanaman pangan
dan hortikultura, yaitu lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan. Secara umum pemilikan modal petani masih relatif kecil, karena
modal ini biasanya bersumber dari penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Adakalanya petani sering terjerat pada sistem pinjaman di
perdesaan yang secara ekonomi merugikan pihak petani. Secara umum akses terhadap kredit, belum banyak terbuka bagi petani
karena adanya kendala-kendala teknis yang tidak bisa dipenuhi oleh petani. Kendala ini menyebabkan kredit relatif hanya banyak dinikmati oleh golongan
tertentu yang punya akses. Disamping itu lembaga keuangan yang ada pada umum tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Dalam pengembangan tanaman pangan dan hortikultura, yang perlu dikembangkan bukan sekedar unit-unit usaha fisik yang tidak berkelanjutan,
tetapi unit-unit usaha yang mampu berkembang karena memang dibutuhkan sebagai bagian dari keberlangsungan pengembangan tanaman tersebut. Dengan
kata lain, berbagai fungsi atau usaha yang bersifat melembaga perlu diupayakan melalui optimalisasi lembaga keuangan.
Kebutuhan permodalan dalam sistem dan usaha pengembangan tanaman pangan dan hortikultura akan selalu berlangsung sesuai perkembangan usaha.
Kebijaksanaan penyediaan modal credit program yang sifatnya langsung
135 berupa bantuan modal saja dapat menyebabkan ketergantungan para pelaku
usaha tani terhadap uluran tangan pemerintah. Oleh karena itu fokus kebijaksanaan perlu ditujukan untuk pengembangan lembaga keuangan agar
menjadi sumber permodalan bagi usaha-usaha pengembangan tanaman pangan dan hortikultura. Khusus bagi petani sebagai pelaku usaha sub-sektor tanaman
pangan dan hortikultura perlu diupayakan penyediaan kredit dengan prosedur sederhana, suku bunga kondusif serta sistem agunan yang dapat dipenuhi
rumahtangga tani. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh rumahtangga tani tanaman pangan
dan hortikultura saat ini masih banyak yang tergolong sebagai usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah, dimana umumnya usaha-usaha tersebut tidak
sepenuhnya dapat terlayani oleh lembaga perbankan bank umum. Oleh karena itu lembaga keuangan yang ideal untuk dikembangkan dalam mengatasi masalah
tersebut adalah Lembaga Keuangan Mikro LKM dipedesaan yang tentu saja harus didukung dengan kebijakan dari pemerintah daerah dan strategi
pengembangan LKM yang komprehensif. Hasil pengamatan di lapangan menunjukan bahwa, Jenis-jenis LKM
pedesaan yang dapat dibangun atau pantas dikembangkan antara lain BPR-BKD Bada Kredit Desa; BPR-Non BKD seperti Bank Desa, Bank Pasar dan Lembaga
Dana Kredit Pedesaan LDKP. Lembaga-lembaga keuangan yang sudah ada di Kabupaten Halmahera Barat seperti, Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
Pinjam perlu dipertahankan dan dimodernisasi. Kelembagaan pangan tradisional seperti kelembagaan
lumbung desakeluarga disetiap desakecamatan perlu dikembangkan kembali dan dijadikan
sebagai kelembagaan ketahanan pangan food security daerah. Sistem kelembagaan pangan yang berbasis pada keanekaragaman bahan pangan dan
budaya lokal akan mampu menjadi sistem ketahanan pangan daerah yang tangguh dan efisien. Oleh karena itu kelembagaan pangan yang demikian perlu dihidupkan
kembali. Selain beberapa hal tersebut diatas yang menyangkut dengan
kelembagaan, maka pengembangan organisasi ekonomi rakyat beserta jaringa bisnisnya perlu dikembangkan lebih lanjut. Organisasi ekonomi seperti koperasi
136 usaha tani perlu ditumbuh-kembangkan sebagai organisasi ekonomi petani.
Koperasi lebih intens untuk mengembangkan jaringan dalam bentuk usaha patungan dengan perusahaan swasta PMDN dan BUMD.
Dalam rangka mengerakkan petani dalam jumlah besar dan serentak maka sangat diperlukan adanya suatu organisasi atau kelembagaan petani yang kuat dan
terorganisir dengan baik. Melalui organisasi dan lembaga tani yang baik, maka nilai tawar petani semakin kuat. Selain itu pemerintah dan organisasi
kemasyarakatan serta lembaga ekonomi makin mudah bekerja sama dengan petani karena ada representasi petani, sehingga tidak perlu menghubungi petani satu
persatu.
3. Membangun Kerjasama dengan Perguruan Tinggi untuk Meningkatkan
Kemampuan Petani Tingkat produksi, produktivitas, kualitas produk dan pendapatan
rumahtangga tani yang rendah merupakan permasalahan dasar dalam pengembangan produk tanaman pangan dan hortikultura. Oleh karena itu,
program pengembangan produksi, produktivitas, kualitas dari berbagai hasil usaha tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat harus terus
ditingkatkan, sehingga dapat menunjang pendapatan dan taraf hidup masyarakat terutama rumahtangga tani yang berada di pedesaan.
Sesuai dengan hasil analisis sebelumnya, bahwa di lokasi penelitian masih banyak rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura yang mengalami
kesulitan terhadap informasi, pengetahuan dan teknologi, dikarenakan fasilitas yang tidak memadai serta tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya tingkat
pendidikan tersebut dapat berakibat pada rendahnya kemampuan rumahtangga tani, sehingga usahanya tidak dapat berkembang dengan baik dan rata-rata
pendapatan menjadi rendah. Berdasarkan beberapa uraian permasalahan tersebut diatas, maka sangat
dibutuhkan kebijakan dari pemerintah daerah untuk menangkal berbagai problema dengan membangun kerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian di
Kabupaten Halmahera Barat serta Perguruan Tinggi terkait, sehingga diharapkan dapat meningkatkan sumberdaya manusia serta memberikan sumbangan nyata
dalam mendukung pengembangan pertanian khususnya tanaman pangan dan
137 hortikultura, melalui penerapan dan pemanfaatan teknologi yang telah dihasilkan
dan lebih intens pada kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan dan hortikultura yang meliputi varietas unggul, efisiensi pengelolaan lahan, air,
tanaman dan organisme penggangu, efisiensi pengairan, perbaikan teknologi pascapanen dan budidaya, termasuk cara pengolahan produk yang menghasilkan
nilai tambah serta strategi dalam memanfaatkan peluang pasar. Dengan demikian, maka petani dapat memahami dan memanfaatkan ilmu yang tersalurkan tersebut
untuk dapat bersaing dalam memasarkan produk pertanian sehingga dapat meningkatkan
pendapatan rumahtangganya.
Dengan demikian,
maka rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera
Barat tidak terbelengu pada jeratan kemiskinan.
138
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis pada uraian pembahasan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengembangan tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera
barat sangat berperan terhadap pembangunan wilayah karena dapat memberikan kontribusi terhadap total PDRB sebesar 5,42. Dukungan dari
berbagai pihak serta intensitas pengembangan tanaman pangan dan hortikultura akan dapat meningkatkan pendapatan rumahtangga tani dan
secara langsung dapat mengurangi tingkat kemiskinan. 2.
Pendapatan rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Halmahera Barat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel umur, pekerjaan
sampingan, luas lahan, dan sistem tanam dengan nilai koefisien determinan R
2
sebesar 55,4. Untuk umur seorang kepala keluarga tani lebih dewasa, dia lebih produktif dalam mengelolah dan meningkatkan produk usaha
taninya. Usaha sampingan juga sangat menentukan dalam menambahkan penghasilan keluarga dari usaha utamanya. Selain itu lahan pertanian yang
digarap lebih luas, akan dapat meningkatkan produksi pertaniannya dan apabila rumahtangga tani melakukan budidaya tanaman pangan dan
hortikultura secara tumpang sari akan memperoleh pendapatan lebih baik dibandingkan dengan sistim tanam secara monokultur. Dilain pihak
kemiskinan rumahtangga tani tanaman pangan dan hortikultura sangat dipengaruhi oleh variabel umur, jumlah tanggungan keluarga, dan akses pasar.
Pada variabel umur dapat dianalogikan bahwa semakin dewasa seorang petani maka dia secara maksimal dalam berusaha melakukan pekerjaan dan lebih
trampil dalam budidaya usaha tani, sampai pada tingkat pemasaran hasilnya. Hal tersebut akan berdampak pada kenaikan produksi yang akhirnya
berpengaruh pada peningkatan pendapatan, sehingga dia berpeluang hidup diatas garis kemiskinan. dimana nilai p dalam variabel ini menunjukan sebesar
0,000 lebih kecil dari alfa α=0,05 dan nilai odd rasio sebesar 0,88. Sementara itu, besarnya tanggungan terhadap anggota keluarga, cenderung
mengurangi tingkat pendapatan sehingga berdampak pada kemiskinan.