Pengujian Stabilitas Model Impulse Response Function IRF

dari taraf nyata 5 persen. Adanya kointegrasi variabel terhadap variabel yang lain hal ini berarti terdapat hubungan jangka panjang diantara ABS Acrylonitrile Butadiene Stryrene, PP Polypropilene, dan PS Polystyrene.

4.7.5 Estimasi VECM Vector Error Correction Model

Pengaruh suatu variabel yang terkointegrasi terhadap variabel lainnya dalam jangka panjang dapat dilihat dari analisis menggunakan metode Vector Error Correction Model VECM. Interpretasi hasil dilakukan dengan melihat koefisien kointegrasinya dan pembacaan tanda adalah terbalik dari tanda koefisiennya. Koefisien kointegrasi dikatakan signifikan jika mutlak nilai t-statistic lebih besar daripada nilai t-tabel yaitu 1,96. Tabel 8. Estimasi VECM Vector Error Correction Model Cointegrating Eq Cointegrating Eq1 ABS 1.000000 PP 0.930352 [1.95240] PS 2.870379 [2.59531] Dari hasil estimasi VECM pada tabel di atas diketahui bahwa apabila penjualan PP meningkat satu persen maka akan menurunkan penjualan ABS sebesar 0.93 persen. Sedangkan apabila penjualan PS meningkat satu persen, maka juga akan menurunkan penjualan ABS sebesar 2.87 persen.

4.7.6 Pengujian Stabilitas Model

Pengujian selanjutnya yaitu pengujian stabilitas model VECM. Berdasarkan hasil AR Root Table, model dikatakan stabil apabila nilai modulusnya kurang dari satu. Terlihat pada tabel dibawah ini bahwa semua nilai modulus kurang dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa model VECM tersebut telah stabil. Berikut adalah hasil pengujian stabilitas VECM. Tabel 9. Pengujian Stabilitas Model Root Modulus 0.959089 0.959089 0.790458 0.790458 -0.617894 0.617894 0.465037-0.213163i 0.511564 0.465037+0.213163i 0.511564 -0.156347 0.156347

4.7.7 Impulse Response Function IRF

Analisis IRF dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perubahan dari satu variabel pada variabel itu sendiri atau variabel lainnya. Dalam penelitian ini analisis IRF bertujuan untuk mengetahui dampak guncangan dari setiap variabel yaitu ABS Acrylonitrile Butadiene Stryrene, PP Polypropilene dan PS Polystyrene. 1. Apabila ABS di impuls shock 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel ABS Terhadap Shock Variabel ABS .00 .05 .10 .15 .20 .25 .30 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel PP Terhadap Shock Variabel ABS -.3 -.2 -.1 .0 .1 .2 .3 .4 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel PS Terhadap Shock Variabel ABS Gambar 3. Impulse Response ABS Respon yang pertama dianalisa yaitu apabila variabel ABS di impuls. Gambar pertama menunjukkan respon ABS terhadap guncangan variabel ABS sendiri. Berdasarkan gambar tersebut, diketahui bahwa respon yang diberikan ABS terhadap variabel itu sendiri pada satu standar deviasi terlihat bernilai positif. Pergerakan dari respon tersebut menurun pada periode ke dua sebesar 79 persen. Terjadi lonjakan pada periode ke tiga dengan nilai 88 persen. Akan tetapi menurun pada periode ke tiga hingga periode 11 dengan nilai yang cukup drastis yaitu hingga 59 persen. Respon kemudian bergerak cenderung stabil pada periode ke 12 hingga periode ke 60 dengan bertahan di angka 59 persen. Gambar selanjutnya menunjukkan respon variabel PP terhadap guncangan dari variabel ABS. Terlihat pada gambar, respon yang diberikan variabel PP pada perubahan standar deviasi ABS bernilai positif. Kenaikan yang cukup drastis terlihat pada periode ke dua dengan nilai 29 persen, dimana pada periode pertama berada pada nilai 0 persen. Pada periode berikutnya terjadi fluktuasi ringan hingga pada periode ke 12 respon terlihat stabil dengan nilai 15 persen. Dengan nilai respon yang positif disimpulkan bahwa guncangan dari penjualan produk ABS sebesar satu standar deviasi berpengaruh positif terhadap penjualan produk PP. Gambar berikutnya menunjukkan respon variabel PS terhadap guncangan dari variabel ABS. Jika dilihat pada gambar di atas, respon yang diberikan variabel PS pada perubahan satu standar deviasi variabel ABS cenderung bernilai negatif. Titik awal pada periode pertama bernilai 2 persen, selanjutnya mengalami peningkatan pada periode ke dua dengan nilai 31 persen. Respon variabel PS berikutnya terlihat penurunan hingga bernilai negatif. Penurunan tersebut dimulai dari periode ke dua sampai periode ke 12 dengan nilai yaitu -27 persen, dan nilai tersebut tetap bertahan hingga periode ke 50. Dengan nilai respon yang negatif dapat disimpulkan bahwa guncangan dari penjualan ABS sebesar satu standar deviasi berpengaruh negatif terhadap penjualan PS. 2. Apabila variabel PP di impuls shock 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel PP Terhadap Shock Variabel PP -.30 -.25 -.20 -.15 -.10 -.05 .00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel ABS Terhadap Shock Variabel PP -.12 -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 .16 .20 .24 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel PS Terhadap Shock Variabel PP Gambar 4. Impulse Response PP Respon kedua yang dianalisa yaitu apabila variabel PP di impuls. Terlihat pada gambar yang pertama menunjukkan respon dari variabel PP terhadap guncangan variabel PP itu sendiri. Respon yang diberikan variabel PP pada perubahan satu standar deviasi terhadap variabel PP itu sendiri bernilai positif. Dimana pergerakan respon variabel PP terhadap dirinya sendiri di setiap periodenya cenderung bergerak stabil, walaupun pada periode pertama setelah berada pada nilai 94 persen, terjadi penurunan di periode kedua dengan nilai 48 persen. Respon selanjutnya terjadi fluktuasi hingga pada periode ke 9, pergerakan selanjutnya dari periode ke 9 hingga periode ke 50 terlihat stabil dengan nilai 60 persen. Dengan nilai respon yang positif disimpulkan bahwa guncangan dari penjualan produk PP sebesar satu standar deviasi berpengaruh positif terhadap naik turunnya penjualan produk PP itu sendiri. Pada gambar selanjutnya terlihat respon dari variabel ABS terhadap guncangan variabel PP. Gambar tersebut menunjukkan respon yang diberikan variabel ABS pada perubahan standar deviasi PP bernilai negatif. Dari grafik yang ditunjukkan terlihat respon dari variabel ABS terhadap variabel PP sangat berfluktuatif, yang pada akhirnya mengalami kestabilan respon hingga periode 50. Dengan nilai respon yang negatif dapat disimpulkan bahwa guncangan dari penjualan produk PP sebesar satu standar deviasi berpengaruh negatif terhadap penjualan produk ABS. Gambar selanjutnya menunjukkan respon yang diberikan variabel PS terhadap guncangan dari variabel PP. Jika dilihat pada gambar di atas, respon yang diberikan variabel PS pada perubahan satu standar deviasi variabel PP cenderung bernilai negatif. Titik awal pada periode pertama bernilai 0 persen, selanjutnya mengalami peningkatan pada periode ke tiga dengan nilai 22 persen. Respon variabel PS berikutnya terlihat penurunan hingga bernilai negatif. Penurunan tersebut dimulai dari periode ke 3 sampai periode ke 11 dengan nilai yaitu -10 persen, dan nilai tersebut cenderung stabil sampai periode ke 50. Dengan nilai respon yang negatif dapat disimpulkan bahwa guncangan dari penjualan PP sebesar satu standar deviasi berpengaruh negatif terhadap penjualan PS. 3. Apabila variabel PS di impuls shock 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel PS Terhadap Shock Variabel PS -.30 -.25 -.20 -.15 -.10 -.05 .00 .05 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel ABS Terhadap Shock Variabel PS -.14 -.12 -.10 -.08 -.06 -.04 -.02 .00 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Respon Variabel PP Terhadap Shock Variabel PS Gambar 5. Impulse Response PS Respon ketiga yang dianalisa yaitu apabila variabel PS di impuls. Gambar pertama menunjukkan respon yang diberikan variabel PS terhadap guncangan dari variabel PS itu sendiri. Berdasarkan grafik di atas, respon yang diberikan oleh variabel PS pada perubahan satu standar deviasi variabel PS itu sendiri bernilai positif. Dimana respon yang diberikan cenderung menurun secara signifikan, dengan titik awal bernilai 100 persen pada periode pertama dan nilai respon terendah mencapai 12 persen berada pada periode ke 10. Selanjutnya nilai respon yang diberikan stabil dengan nilai 12 persen dari periode ke 10 hingga periode ke 50. Gambar selanjutnya menunjukkan respon variabel ABS terhadap guncangan dari variabel PS. Jika dilihat pada gambar di atas, respon yang diberikan variabel PS pada perubahan satu standar deviasi variabel PS cenderung bernilai negatif. Titik awal pada periode pertama bernilai 2 persen, selanjutnya mengalami sedikit peningkatan pada periode ke tiga dengan nilai 8 persen. Respon berikutnya terlihat penurunan hingga bernilai negatif. Penurunan tersebut dimulai dari periode ke 3 sampai periode ke 11 dengan nilai yaitu -25 persen, dan nilai tersebut cenderung stabil sampai periode ke 50. Dengan nilai respon yang negatif dapat disimpulkan bahwa guncangan dari penjualan PS sebesar satu standar deviasi berpengaruh negatif terhadap penjualan ABS. Gambar berikutnya menunjukkan respon variabel PP terhadap guncangan dari variabel PS. Dilihat dari respon yang diberikan variabel PP pada perubahan satu standar deviasi variabel PS bernilai negatif. Terlihat respon dari variabel PP terhadap variabel PS cenderung menurun, yang pada akhirnya mengalami kestabilan respon hingga periode 50. Penurunan terlihat pada periode pertama dengan nilai -3,8 persen, dimana titik awal pada periode pertama bernilai 0 persen. Kenaikan yang tidak begitu besar terjadi pada periode ke tiga dengan nilai -3,7 persen. Akan tetapi respon menurun kembali hingga nilai tersebut stabil sampai periode ke 50. Dengan nilai respon yang negatif dapat disimpulkan bahwa guncangan dari penjualan produk PS sebesar satu standar deviasi berpengaruh negatif terhadap penjualan produk PP.

4.7.8 Forecast Error Variance Decomposition FEVD