Gambar 4.5 menunjukkan gabungan pola XRD film LiTaSiO
5
pada suhu annealing 850
o
C, 900
o
C selama 8 jam dan 15 jam. Pada Gambar 4.5 dapat dilihat intensitas LiTaSiO
5
lebih tinggi dibandingkan dengan intensitas LiTaO
3
. Hal ini menunjukkan kualitas kristal LiTaSiO
5
lebih baik dibanding LiTaO
3
. Tabel 4.1 menunjukkan nilai parameter kisi a
dan c film LiTaO
3
hampir mendekati nilai parameter kisi literatur. Pada Tabel 4.2
diperoleh nilai parameter kisi LiTaSiO
5
yang sama pada suhu annealing 850°C, 900°C
selama 8 jam dan 15 jam. Masing-masing sampel mempunyai enam puncak LiTaSiO
5
. Nilai parameter kisi a, b dan c untuk
LiTaSiO
5
yang diperoleh hampir mendekati nilai parameter kisi literatur.
4.2 Karakterisasi Konduktivitas Listrik
Nilai konduktivitas material bergantung dari material tersebut. Suhu mempengaruhi
nilai resistansi dan konduktivitas suatu material. Nilai konduktivitas listrik suatu
bahan material menunjukkan material tersebut bersifat isolator, semikonduktor atau
konduktor. Besarnya nilai konduktivitas listrik
berbanding terbalik
dengan resistansinya. Konduktivitas listrik akan
meningkat jika resistansi suatu bahan material menurun. Material yang bersifat
isolator konduktivitasnya akan meningkat jika suhunya ditingkatkan. Pada material
yang bersifat konduktor sebaliknya jika suhunya
ditingkatkan maka
nilai konduktivitasnya menurun.
Pengukuran konduktansi G dilakukan pada frekuensi 10 kHz, 50 kHz dan 100 kHz.
Konduktivitas listrik dari masing-masing sampel dengan variasi suhu annealing dan
waktu annealing
dapat dihitung
menggunakan persamaan 2.7.1. Luas kontak A dan jarak antar kontak l pada
setiap sampel berpengaruh untuk perhitungan konduktivitas listrik. Material semikonduktor
mempunyai nilai konduktivitas pada selang antara 10
-8
sampai 10
3
Scm. Nilai konduktivitas listrik film LiTaSiO
5
yang diperoleh berkisar antara 10
-7
Scm sampai 10
-5
Scm. Hal ini menunjukkan bahwa film LiTaSiO
5
adalah material semikonduktor. Semikonduktor merupakan bahan dengan
konduktivitas listrik yang berada diantara isolator dan konduktor. Sifat bahan baik
konduktor, isolator, maupun semikonduktor terletak pada struktur jalur atau pita energi
atom-atomnya, yang membedakan apakah bahan itu termasuk konduktor, isolator, atau
semikonduktor adalah energi Gap Eg. Energi gap adalah energi yang diperlukan
oleh elektron untuk memecahkan ikatan kovalen sehingga dapat berpindah jalur dari
jalur valensi ke jalur konduksi. Pada material semikonduktor, karena celah energinya
sempit maka jika suhu naik, sebagian elektron di pita valensi naik ke pita konduksi
dengan meninggalkan tempat kosong hole di pita valensi. Elektron yang telah berada di
pita konduksi maupun hole di pita valensi akan bertindak sebagai pembawa muatan
untuk terjadinya arus listrik. Konduktivitas listrik akan naik jika suhu dinaikkan. Cara
perhitungan nilai konduktivitas listrik ditunjukkan pada Lampiran 5.
Gambar 4.6 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik
film LiTaSiO
5
pada frekuensi 10 kHz
Gambar 4.7 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik
film LiTaSiO
5
pada frekuensi 50 kHz
Gambar 4.8 Hubungan lama waktu annealing dan suhu annealing terhadap konduktivitas listrik
film LiTaSiO
5
pada frekuensi 100 kHz
Dari Gambar 4.6, 4.7 dan 4.8 menunjukkan pada suhu annealing 800
o
C dan 850
o
C, semakin lama waktu annealing nilai konduktivitas listrik semakin menurun tetapi
pada waktu 22 jam kembali naik. Pada suhu annealing
900
o
C, nilai konduktivitas film LiTaSiO
5
semakin lama waktu annealing nilai
konduktivitas listrik semakin menurun.
Perbedaan ukuran butir kristal LiTaSiO
5
akibat suhu annealing dan waktu annealing mempengaruhi nilai konduktivitas listrik film
LiTaSiO
5
begitu juga semakin besar frekuensi yang diberikan maka nilai
konduktivitas listrik dari film LiTaSiO
5
semakin meningkat.
4.3 Karakterisasi Konstanta dielektrik