Karakteristik Perairan Indonesia Utara Papua

Deteksi suhu permukaan laut juga dapat digunakan untuk mengetahui lokasi penangkapan ikan oleh para nelayan Indrawati, 2000. Data yang diperoleh dari citra satelit dianalisis berdasarkan fenomena dan kenampakan masing – masing parameter yang digabung dengan karakteristik ikan untuk memperoleh informasi tentang daerah potensi penangkapan ikan. Hasil analisa tersebut menjadi informasi dalam bentuk peta zona potensi ikan ZPI PPRUK, 2004.

2.2. Karakteristik Perairan Indonesia Utara Papua

Perairan utara Papua dikenal mempunyai karakter oseanografi yang sangat dinamis. Perairan wilayah ini adalah tempat berkumpulnya massa air yang datang dari bumi belahan selatan melalui South Equatorial Current SEC dan utara dari Samudera Pasifik melalui North Equatorial current NEC serta North Equatorial Cuanter Current NECC Kashino et al., 2011. Bercampurnya kedua massa air yang berbeda karakteristiknya sangat mempengaruhi keragaman salinitas terutama dilapisan termoklin dan lapisan pertengahan perairan. Pada wilayah ini selalu muncul suatu pusaran massa air eddy yang dikenal dengan Halmahera Eddy. Variabilitas Halmahera Eddy berkolerasi erat dengan neraca bahang dan air tawar di lapisan permukaan wilayah equator Pasifik Barat Harsono, 2011. Dalam Nontji 2005, pada bulan Juni – Agustus arus kuat datang dari utara Irian yang terlebih dulu melingkari ujung selatan Halmahera yang akan berbelok dan kembali ke samudera Pasifik bersatu dengan arus Sakal Khatulistiwa. Pada musim timur, di atas perairan utara Papua, angin muson tenggara bertiup dari tenggara menuju barat laut. Angin muson tenggara ini mempengaruhi kuatnya arus khatulistiwa selatan Southern Equatorial Current di perairan utara Papua dan penguapan yang tinggi di perairan Indonesia sehingga dapat menaikkan nilai salinitas perairan. Selain itu, pada musim ini arus sakkal ekuator utara juga mencapai kecepatan maksimum dan membawa massa air dari belahan bumi selatan. Pada musim barat di atas perairan utara Papua yang berada di bumi bagian selatan berhembus angin muson barat laut yang bergabung dengan angin passat timur laut yang dibelokkan ke tenggara saat melintasi garis khatulistiwa, sedangkan untuk wilayah yan berada di bumi bagian utara angin yang berhembus merupakan angin passat timur laut. Kondisi angin ini berpengaruh terhadap curah hujan yang terjadi di perairan utara Papua, yang akan mengakibatkan pengenceran air laut yang akan menurunkan nilai salinitas Wyrtki, 1961. Dengan karakteristik oseanografi yang sangat dinamis, perairan ini menjadi subur dengan kelimpahan hayati yang cukup tinggi. Pada wilayah ini angin pasat terjadi sepanjang tahun. Di sepanjang perairan tropis pasifik angin pasat ini menyeret massa air hangat tropis ke bagian barat samudera dan mengumpul di wilayah tropis perairan utara Papua. Oleh karena itu, wilayah ini dikenal dengan kolam air hangat warm pool. Massa air ini dikenal memiliki suhu hangat 29 °C dan berkadar garam rendah 32 ‰ Wyrtki, 1961. Hasegawa 2009 menyatakan bahwa secara musiman perairan utara Papua sangat subur yang dipicu ketika muncul Madden Julian Oscilation MJO dalam variasi skala 60 – 90 harian. Madden Julian Oscilation MJO merupakan suatu osilasi yang ditemukan oleh Rolland Madden dan Paul Julian pada tahun 1971 ketika menganalisa anomali angin di daerah tropis Pasifik. Madden Julian Oscilation MJO adalah fluktuasi musiman atau gelombang atmosfer yang terjadi di kawasan tropic, MJO berkaitan dengan variable cuaca penting dipermukaan maupun lautan ada lapisan atas dan bawah. MJO mengindikasi osilasi aktifitas pertumbuhan awan – awan sepanjang jalur di mulai dari atas perairan Afrika timur hingga perairan pasifik bagian barat utara Papua NOAA, 2005.

2.3. Satelit NOAA – AVHRR