1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Suhu permukaan laut merupakan salah satu faktor yang mendapat
banyak perhatian dalam penelitian kelautan dan penginderaan jauh, karena data tersebut dapat dimanfaatkan untuk mempelajari proses fisika dan biologi di
lautan serta kaitannya dengan kehidupan organisme di laut. Wilayah perairan di utara Papua dikenal mempunyai karakter oseanografi yang sangat dinamis.
Perairan wilayah ini merupakan tempat berkumpulnya massa air yang datang dari bumi belahan selatan melalui South Equatorial Current SEC dan utara dari
samudera pasifik melalui North Equatorial current NEC serta North Equatorial Cuanter Current NECC Wyrtki, 1961; Kashino et al., 2011.
Secara langsung suhu berpengaruh terhadap kehidupan organisme seperti laju fotosintesis tumbuhan dan fisiologi hewan seperti metabolisme dan
reproduksi. Secara tidak langsung, suhu berpengaruh terhadap daya larut O
2
yang akan digunakan untuk respirasi biota laut Nybakken, 1988. Saat ini pengukuran suhu permukaan laut SPL telah dipermudah oleh adanya teknologi
penginderaan jauh yang dapat mendeteksi SPL secara sinoptik yang dapat digunakan untuk mempelajari proses perubahan fisik permukaan laut. SPL dapat
diestimasi secara langsung oleh sensor satelit yang bekerja pada spectrum infra merah termal seperti satelit National Oceanic and Atmospheric Administration –
Advanced Very High Resolution Radiometer NOAA – AVHRR. Satelit ini memiliki sensor berupa radiometer yang menggunakan 6 sensor yang merekam
radiasi pada panjang gelombang yang berbeda. Untuk mengestimasi SPL, telah banyak dikembangkan algoritma seperti
IR SST Infra Red Sea Surface Temperature Evans dan Podestà, 1998, MCSST Multy Chanel Sea Surface Temperature, NLSST Non Linear Sea
Surface Temperature Walton et al. 1998 dalam Kumar et al., 2003, dan PFSST Pathfinder Sea Surface Temperature Quirin et al., 2008.
Pengembangan algoritma SPL ini umumnya dilakukan dan divalidasi di daerah lintang menengah
dan tinggi. Khusus untuk perairan tropis, pengembangan dan validasi algortima SPL
masih jarang dilakukan mengingat sumber daya dan fasilitas yang sangat terbatas. Faktor cuaca yang memiliki frekuensi tutupan awan tinggi serta curah
hujan yang tinggi menjadikan algoritma yang dikembangkan di lintang menengah dan tinggi algoritma yang tersedia saat ini menjadi kurang cocok diaplikasikan
untuk perairan Indonesia lokal Nababan, 2009. Faktor kisaran SPL yang cukup tinggi di perairan sub tropis dan lintang tinggi menjadikan algoritma SPL
yang ada saat ini kurang akurat dan kurang tepat juga diaplikasikan untuk perairan Indonesia yang memiliki kisaran SPL yang relatif rendah. Oleh karena
itu, demi meningkatkan tingkat akurasi atau ketelitian estimasi SPL dari satelit terkait, maka pengembangan algoritma SPL diperairan tropis khususnya perairan
Indonesia sangat penting dilakukan. Untuk penelitian ini data hasil pengukuran dari buoy Tropical Atmosphere
Ocean TAO yang terletak di perairan utara Papua dan data SPL dari satelit NOAA – AVHRR Pathfinder 5.0 digunakan untuk pengembangan dan validasi
algoritma SPL untuk perairan utara Papua.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pola dan variabilitas SPL serta pengembangan dan validasi algoritma estimasi SPL dari satelit NOAA –
AVHRR di perairan utara Papua.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA