Indonesia bisa sukses meningkatkan kinerja perekonomian daerah yang tercermin dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan dan
penanggulangan pengangguran. Selain itu, peningkatan yang cukup signifikan pada transfer dana ke daerah
melalui dana perimbangan telah menyebabkan keleluasaan belanja pemerintah pusat dalam pengalokasian dalam APBN secara agregat berkurang. Hal ini juga
berkonsekuensi berkurangnya kewenangan dan intervensi pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah sehingga program dan kebijakan pemerintah dalam
pembangunan ekonomi bisa tidak selaras dengan pemerintah daerah, akibatnya kinerja perekonomian daerah dan nasional bisa terganggu.
Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan yang menarik untuk diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kinerja keuangan pemerintah daerah sebelum dan sesudah desentralisasi fiskal diterapkan?
2. Bagaimanakah dampak desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia?
3. Bagaimanakah dampak desentralisasi fiskal terhadap kemiskinan di Indonesia?
4. Bagaimanakah dampak desentralisasi fiskal terhadap pengangguran di Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis kinerja keuangan pemerintah daerah.
2. Untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal komposisi fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap kemiskinan di Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh desentralisasi fiskal terhadap pengangguran di Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini antara lain : 1. Memberikan informasi pada pembaca mengenai kondisi terkini tentang
dampak kebijakan desentralisasi fiskal terhadap indikator penting dalam perekonomian Indonesia
2. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam rangka perbaikan kebijakan pengelolaan desentralisasi fiskal kedepannya
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap 33 propinsi di wilayah Indonesia dalam kurun waktu dari tahun 1994 hingga tahun 2008. Untuk kesinambungan data,
jumlah provinsi mengikuti keadaan tahun 1994, dimana jumlahnya sebanyak 26 provinsi, sehingga provinsi yang mekar setelah itu datanya diagregasikan ke
provinsi induk Karena pusat desentralisasi di Indonesia adalah tingkat KabupatenKota, sehingga estimasi yang dilakukan pada penelitian ini dengan
cara menjumlahkan masing-masing komponen desentralisasi fiskal dari setiap kabupatenkota dan propinsi dari setiap provinsi di Indonesia. Sehingga
komponen fiskal provinsi merupakan penjumlahan seluruh komponen fiskal di KabupatenKota dan Provinsi. Untuk menyeimbangkan level data apple to
apple , data-data yang berhubungan dengan harga distandarkan dengan
menggunakan tahun dasar 1993 dideflate dengan gdrp deflator. Sistem tahun anggaran yang digunakan Pemerintah Indonesia sebelum
tahun 2000 dimulai dari bulan April tahun ke-n hingga Maret tahun n+1. Sedangkan pada tahun 2000 tahun anggaran dimulai bulan April 2000 hingga
Desember 2000 9 bulan. Sementara pada tahun 2001 hingga saat ini tahun anggaran dimulai dari bulan Januari hingga Desember tahun yang sama. Sehingga
untuk menyeimbangkan data dilakukan penyesuaian tahun anggaran yaitu dimulai dari Januari hingga Desember. Tahun anggaran sebelum 2000 di gunakan rumus
¾ anggaran tahun ke-n ditambah ¼ anggaran tahun ke n-1. Sebagai contoh, untuk menghitung anggaran tahun 1999 adalah ¾ anggaran tahun 19992000
ditambah ¼ anggaran tahun 19981999. Sementara itu untuk penghitungan anggaran tahun 2000 digunakan rumus 100 anggaran tahun 2000 ditambah ¼
anggaran tahun 19992000. Sedangkan untuk anggaran tahun 2001 hingga 2008 tidak mengalami perubahan karena sudah berdasarkan tahun anggaran yang baru.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN