BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik BPS Jakarta, BPS Provinsi di Indonesia,
Bank Dunia dan Departemen Keuangan. Data yang tercakup dalam penelitian ini adalah data keuangan daerah, Produk Domestik Regional Bruto PDRB,
ketenagakerjaan, angka kemiskinan, jumlah penduduk, lama sekolah, kesehatan dan Indeks Pembangunan Manusia IPM. Data-data pendukung lainnya seperti
buku, artikel, jurnal dan lain-lain diperoleh dari Lembaga Sumberdaya Informasi LSI IPB, perpustakaan BPS, perpustakaan di lingkungan IPB, perpustakaan
Bappenas, perpustakaan Perguruan Tinggi lainnya seperti UI, ITS, STIS, dan situs-situs yang berkaitan dengan penelitian.
3.2 Alat Analisis dan Cakupan Penelitian
3.2.1 Analisis Deskriptif
Analisis ini dipergunakan untuk memberi gambaran umum perkembangan keuangan daerah di Indonesia beserta kondisi sosial makro ekonomi daerah
dengan bantuan grafik dan tabel.
3.2.2 Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Menurut Landiyanto 2005, ciri utama suatu daerah mampu melaksanakan otonomi daerah adalah: a kemampuan keuangan daerah, yang
berarti daerah tersebut mempunyai kemampuan dan kewenangan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangannya sendiri
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah. b ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, oleh karena itu PAD harus menjadi
sumber keuangan terbesar yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
Untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah, salah satunya dapat diukur melalui kinerja keuangan daerah. Menurut Musgrave
dan Musgrave 1991 dalam mengukur kinerja keuangan daerah dapat digunakan derajat desentralisai fiskal dan kemandirian daerah.
a. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian ditunjukkan oleh
besarnya pendapatan asli daerah dibandingkan dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain pihak ekstern antara lain: Bagi hasil pajak,
Bagi hasil Bukan Pajak Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Dana Pinjaman Halim, 2001.
Rumus yang digunakan untuk menghitung Rasio Kemandirian adalah: Rasio kemandirian =
Ekstern Pihak
dari Pendapatan
Sumber Daerah
Asli Pendapatan
......... 3.1 Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap
sumber dana ekstern. Semakin tinggi resiko kemandirian mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah dan
demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio
kemandirian, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah.
Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah menggambarkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin tinggi.
Tabel 3.1 Pola hubungan tingkat kemampuan daerah
Kemampuan Keuangan Kemandirian
Pola hubungan Rendah sekali
0-25 Instruktif
Rendah 25-50 Konsultatif
Sedang 50-75 Partisipatif
Tinggi 75-100 Delegatif
Sumber : Anita 2001
b. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal