54 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
2.2.1 Evaluasi Hasil RKPD Provinsi Papua Barat sampai dengan Triwulan II
Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD merupakan suatu proses untuk menilai kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah. Melalui evaluasi kinerja
pelaksanaan pembangunan akan dihasilkan informasi kinerja yang dapat menjadi masukan bagi proses perencanaan dan penganggaran yang didukung oleh ketersediaan
informasi dan data yang lebih akurat. Dengan demikian, program pembangunan menjadi lebih efisien, efektif, disertai dengan akuntabilitas pelaksanaannya yang jelas.
Keberhasilan pencapaian sasaran pada semua tingkat pelaksana pembangunan akan dapat diukur dengan menggunakan indikator kinerja yang telah didefinisikan secara
tepat sebelumnya. Evaluasi terhadap status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan daerah dilakukan dengan menggunakan Indikator Kinerja Utama yang
mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan pemerintahan
.
55 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Tabel 2.26 Evaluasi Hasil Pelaksanaan Pembangunan Daerah Tahun 2015 hal 55 s.d 74
75 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
2.3
Perubahan Kebijakan Umum APBD
2.3.1 Kondisi Perekonomian Nasional
Tantangan eksternal yang dihadapi oleh perekonomian domestik pada tahun 2015 adalah belum stabilnya perekonomian dunia, termasuk negara-negara
mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok yang diperkirakan akan kembali mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Kondisi tersebut yang disertai
dengan penurunan harga komoditas global terutama harga minyak mentah dunia berpotensi memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia. Dalam
merespon kondisi eksternal tersebut, Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia telah menempuh berbagai kebijakan untuk menjaga stabilitas
perekonomian domestik terutama stabilitas nilai tukar dan pengendalian inflasi. Pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah strategis di bidang fiskal
terutama dalam menjaga kesinambungan fiskal dan upaya mendukung perbaikan defisit neraca berjalan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah mengusulkan perubahan atas asumsi dasar ekonomi makro tahun 2015, sebagai berikut: 1 Inflasi diperkirakan
mencapai 5,0 persen atau lebih tinggi dari asumsi dalam APBN tahun 2015 sebesar 4,4 persen. Pemerintah bersama dengan Bank Indonesia melalui sinergi
kebijakan serta koordinasi pengendalian inflasi di tingkat pusat dan daerah senantiasa berupaya mengendalikan laju inflasi pada tahun 2015 agar tetap pada
rentang sasaran inflasi tahun 2015 sebesar 4,0 ± 1,0 persen. 2 Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS diperkirakan berada pada kisaran Rp12.200 per
USD yang semula asumsinya dalam APBN tahun 2015 sebesar Rp11.900 per USD. Sementara itu, relatif ketatnya likuiditas global sebagai dampak peningkatan
suku bunga acuan oleh the Fed diperkirakan berpotensi memberikan tekanan terhadap perkembangan nilai tukar rupiah ke depan. 3 Suku bunga SPN 3 bulan
diperkirakan akan turut mengalami tekanan dan sedikit lebih tinggi di atas asumsi APBN tahun 2015 yaitu dari 6,0 persen menjadi 6,2 persen. 4 Harga
minyak mentah Indonesia ICP diperkirakan akan berada pada kisaran rata-rata USD70 per barel atau lebih rendah dari asumsi ICP dalam APBN tahun 2015
sebesar USD105 per barel. Rendahnya harga minyak dunia diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2015 mengingat pasokan minyak yang masih berlebih,
terutama dengan adanya potensi pemanfaatan shale oil dan gas. Lifting minyak diperkirakan akan terealisasi sebesar 849 ribu barel per hari, lebih
rendah dibandingkan dengan asumsi dalam APBN tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 900 ribu barel per hari. 6 Lifting gas bumi diperkirakan mencapai 1.177
ribu barel setara minyak per hari, lebih rendah bila dibandingkan dengan asumsi lifting gas bumi pada APBN tahun 2015 yang ditetapkan sebesar 1.248 ribu barel
setara minyak per hari. Perubahan Kebijakan dalam RAPBN Perubahan Tahun 2015 RAPBN Perubahan tahun 2015 diajukan sebagai langkah untuk
menyesuaikan perubahan asumsi dasar ekonomi makro, menampung perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dalam rangka mengamankan pelaksanaan APBN
tahun 2015, dan juga untuk menampung inisiatif- inisiatif baru Pemerintahan terpilih sesuai dengan visi dan misi yang tertuang dalam konsep Nawacita dan
Trisakti. Kebijakan yang paling esensial yang ditempuh oleh Pemerintah dalam RAPBN Perubahan tahun 2015 adalah pengalihan belanja kurang produktif ke
belanja yang lebih produktif dalam rangka mempercepat pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan. Kebijakan tersebut antara lain ditempuh melalui
efisiensi belanja subsidi dengan tidak memberikan subsidi untuk BBM jenis premium, subsidi tetap fixed subsidy untuk BBM jenis minyak solar, dan tetap
76 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
memberikan subsidi untuk BBM jenis minyak tanah. Kebijakan tersebut selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Pemerintah dalam mendanai
programkegiatan yang lebih produktif, juga dimaksudkan untuk mewujudkan APBN yang lebih sehat dengan meminimalisir kerentanan fiskal dari faktor
eksternal seperti fluktuasi harga minyak mentah dunia dan nilai tukar rupiah. Sementara itu, perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal dan langkah-langkah
pengamanan pelaksanaan APBN tahun 2015 juga dilakukan baik pada pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran.
Mengacu pada perkembangan kondisi tersebut, asumsi dasar ekonomi makro tahun 2015 diperkirakan mengalami penyesuaian sebagai berikut :
Tabel 2.27 Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2014 No
Indikator Makro RAPBN
APBN RAPBN-P
APBN-P
1 Pertumbuhan ekonomi
,yoy 5,6
5,8 5,8
5,7 2
Inflasi ,yoy 4,4
4,4 5,0
5,0 3
Tingkat bunga SPN 3 bln 6,2
6,0 6,2
6,2 4
Rupiah RpUS 11.900
11.900 12.200
12.500 5
Harga minyak mentah IndonesiaUSbarel
105 105
70 60
6 Lifting minyak barelhar
845.000 900.000
849.000 825.000
7 Lifting gas ribu barel setara
minyak per hari 1.248
1.248 1.77
1.221
2.3.2 Kondisi Perekonomian Provinsi Papua Barat