76 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah  Provinsi Papua Barat
memberikan  subsidi  untuk  BBM  jenis  minyak  tanah.  Kebijakan  tersebut  selain bertujuan  untuk  meningkatkan  kemampuan  Pemerintah  dalam  mendanai
programkegiatan  yang  lebih  produktif,  juga  dimaksudkan  untuk  mewujudkan APBN  yang  lebih  sehat  dengan  meminimalisir  kerentanan  fiskal  dari  faktor
eksternal  seperti  fluktuasi  harga  minyak  mentah  dunia  dan  nilai  tukar  rupiah. Sementara  itu,  perubahan  pokok-pokok  kebijakan  fiskal  dan  langkah-langkah
pengamanan  pelaksanaan  APBN  tahun  2015  juga  dilakukan  baik  pada pendapatan negara, belanja negara, maupun pembiayaan anggaran.
Mengacu  pada  perkembangan  kondisi  tersebut,  asumsi  dasar  ekonomi  makro tahun 2015 diperkirakan mengalami penyesuaian sebagai berikut :
Tabel 2.27   Perubahan Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2014 No
Indikator Makro RAPBN
APBN RAPBN-P
APBN-P
1 Pertumbuhan ekonomi
,yoy 5,6
5,8 5,8
5,7 2
Inflasi ,yoy 4,4
4,4 5,0
5,0 3
Tingkat bunga SPN 3 bln 6,2
6,0 6,2
6,2 4
Rupiah RpUS 11.900
11.900 12.200
12.500 5
Harga minyak mentah IndonesiaUSbarel
105 105
70 60
6 Lifting minyak barelhar
845.000 900.000
849.000 825.000
7 Lifting gas ribu barel setara
minyak per hari 1.248
1.248 1.77
1.221
2.3.2 Kondisi Perekonomian Provinsi Papua Barat
Ekonomi    Papua    Barat    triwulan    I-2015  dibanding    triwulan    I-2014    y-on-y mengalami  kontraksi  sebesar  1,50    persen.    Kontraksi    tertinggi  dicapai  oleh
lapangan usaha Industri Pengolahan sebesar  10,87  persen;  Pertambangan  dan Penggalian  sebesar  4,99  persen;  dan  diikuti  oleh Pengadaan  Listrik  dan  Gas
sebesar    2,12    persen.  Sedangkan    pertumbuhan    tertinggi    dicapai    oleh  Jasa Kesehatan    dan    Kegiatan    Sosial;    Jasa  Pendidikan;  dan  Jasa  Keuangan  dan
Asuransi. Struktur  PDRB    Papua    Barat    dengan    migas    menurut    lapangan    usaha    atas
dasar  harga  berlaku pada triwulan I-2015  didominasi oleh  Industri Pengolahan 30,39 persen;  Pertambangan dan Penggalian
18,57    persen;    dan    Konstruksi    13,74    persen.    Sedangkan    PDRB    Papua Barat    tanpa    migas    menurut  lapangan  usaha  atas  dasar  harga  berlaku
didominasi  oleh  Konstruksi  25,02  persen;    Pertanian,  Kehutanan,  dan Perikanan  19,55  persen;  dan  Administrasi  Pemerintahan,  Pertahanan  dan
Jaminan  Sosial  Wajib 17,28 persen. Bila  dilihat  dari  penciptaan    sumber    pertumbuhan  ekonomi    Papua    Barat
triwulan  I-2015  y-on-y, Konstruksi  memiliki  sumber  pertumbuhan tertinggi sebesar    0,75    persen,  diikuti  Administrasi  Pemerintahan,    Pertahanan    dan
Jaminan    Sosial  Wajib    sebesar    0,69    persen;    Pertanian,  Kehutanan,  dan Perikanan    sebesar    0,49    persen;    dan  Perdagangan    Besar-Eceran;    Reparasi
MobilSepeda  Motor  sebesar  0,43  persen.  Sementara yang  memiliki  sumber pertumbuhan    terendah  adalah    Industri    Pengolahan    -3,46;  Pertambangan
dan Penggalian -0,96. Pertumbuhan    Ekonomi    Triwulan    I-2015  Terhadap  Triwulan  IV-2014  q-to-q
Pertumbuhan  ekonomi  Papua  Barat  triwulan  I-2015  terhadap  triwulan  IV- 2014    masih    sangat  dipengaruhi    oleh    Industri    Pengolahan    yang  mengalami
kontraksi  sebesar  2,39  persen.
77 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah  Provinsi Papua Barat
Kontraksi    juga    terjadi    pada    lapangan    usaha  Pertanian,    Kehutanan,    dan Perikanan    sebesar   2,55  persen;    Jasa   Pendidikan   sebesar   2,37   persen;   dan
Pertambangan  dan  Penggalian  sebesar  2,27. Kontraksi  dari  lapangan  usaha tersebut  mengakibatkan    ekonomi    Papua    Barat    mengalami  kontraksi  di
triwulan I-2015 sebesar 1,78 persen. Hal ini disebabkan oleh besarnya kontribusi lapangan usaha tersebut pada perekonomian di Papua Barat, terutama lapangan
usaha  Industri  Pengolahan  dan  Pertambangan  dan  Penggalian  karena  adanya komoditi minyak dan gas bumi didalamnya.
Provinsi  Papua  Barat    pada  bulan    April    2015    terjadi    inflasi    sebesar    0,08 persen,  atau  terjadi    kenaikan    IHK    dari  116,00    pada  bulan    Maret    2015
menjadi  116,10  pada  bulan  April  2015.  Tingkat  inflasi  tahun  kalender  April 2015  sebesar  0,80 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun April 2015
terhadap April 2014 sebesar 6,80 persen. Inflasi  di  Provinsi  Papua  Barat  terjadi  karena  adanya  kenaikan  harga  yang
ditunjukkan  oleh  kenaikan  indeks  pada  hampir  semua  kelompok  pengeluaran yakni  :  kelompok  transpor,  komunikasi,  dan    jasa  keuangan  0,79  persen;
kelompok  sandang  0,53  persen;  kelompok  makanan  jadi,  minuman, rokok, dan tembakau  0,33  persen;  kelompok perumahan,  air,  listrik,  gas,  dan  bahan
bakar    0,14    persen;    kelompok    kesehatan    0,13    persen;    serta    kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga  0,04  persen. Adapun kelompok pengeluaran
yang  mengalami  penurunan  indeks  yakni  kelompok  bahan  makanan  -0,69 persen.
Inflasi yang terjadi di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang signifikan  pada  beberapa  sub    kelompok,    yaitu:    sub    kelompok    bumbu-
bumbuan    8,11    persen;    sub    kelompok    buah-buahan    2,01    persen;    sub kelompok  kacang-kacangan  1,91    persen;    sub  kelompok  daging  dan  hasil-
hasilnya  1,70    persen;    serta  sub  kelompok  transpor    1,10    persen.    Sedangkan beberapa    sub  kelompok  yang    mengalami  deflasi    yaitu:    sub  kelompok    ikan
segar  -5,10    persen;  sub  kelompok  sayur-sayuran  -3,08    persen;  sub  kelompok ikan diawetkan  -1,84  persen;  sub kelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya -0,51
persen; serta sub kelompok lemak dan minyak -0,34 persen.
78 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah  Provinsi Papua Barat
BAB 3 RENCANA PROGRAM
DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH
DALAM PERUBAHAN RKPD TAHUN 2015
3.1 Rencana Perubahan Kebijakan Umum Anggaran
Rencana  Perubahan  Kebijakan  Umum  Anggaran  Tahun  2015  meliputi  perubahan terhadap komponen pendapatan, belanja dan pembiayaan.
3.1.1 Perubahan Kebijakan Pendapatan Daerah
Dengan  melihat  kondisi  aktual  kinerja  ekonomi  daerah  dan  nasional,  serta memperhatikan realisasi APBD Provinsi Papua Barat Tahun Anggaran 2015 dan evaluasi
kinerja bidang pendapatan sampai dengan bulan Juni 2015, maka kebijakan pendapatan perubahan APBD Provinsi Papua Barat diarahkan sebagai berikut:
1.  Pendapatan  Asli  Daerah  yang  dianggarkan  dalam  Perubahan  APBD  T.A  2015
mempertimbangkan: a.
Perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
b. Realisasi Pendapatan Asli Daerah sampai dengan semester I tahun 2015;
1.
Penyesuaian dana perimbangan yang bersumber dari Pemerintah Pusat dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
3.1.2 Perubahan Kebijakan Belanja Daerah
Sesuai hasil evaluasi pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2015 sampai dengan bulan Juni 2015  serta memperhatikan sinkronisasi kebijakan belanja dari pemerintah pusat, maka
kebijakan  belanja  perubahan  APBD  Provinsi  Papua  Barat  Tahun  Anggaran  2015 diarahkan sebagai berikut:
3.1.2.1 Belanja Tidak Langsung
Penganggaran belanja tidak langsung memperhatikan hal-hal sebagai     berikut : a. Belanja Pegawai
1 Besarnya  penganggaran  untuk  gaji  pokok  dan  tunjangan  PNSD  disesuaikan
dengan  ketentuan  peraturan  perundang-undangan  serta  memperhatikan perubahan peraturan penggajian PNS dengan berdasar pada realisasi pembayaran
gaji sampai bulan Juni 2014;
2 Tambahan  penghasilan  hanya  diberikan  kepada  PNSCPNSD  dan  direncanakan
sesuai ketentuan dalam Peraturan Gubernur Papua Barat  Nomor 25 Tahun 2014 tentang  Standar  Biaya  Perjalanan  Dinas,  Eksploitasi  Kendaraan,  Tambahan