39 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.
2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
1. Pendidikan
a. Pada tahun 2013, APS usia 7-12 tahun mencapai 95,58 persen, berarti masih
ada 4,42 persen penduduk usia 7-12 tahun yang tidak mengenyam pendidikan atau telah putus sekolah. Dekimikan penduduk usia 13-15 dan
16-18 persen, terdapat 7,19 persen dan 27,96 persen pada kelompok umur tersebut yang tidak melanjutkan sekolahnya. Sementra pada penduduk usia
19-24 tahun hanya 24,00 persen saja yang melanjutkan sekolah.
b. Rasio SiswaGuru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswaguru pada tahun
2011 mencapai 22 siswa, pada tahun 2012 mencapai 20 siswa dan pada tahun 2013 mencapai 22 siswa.
c. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswaguru pada tahun 2011 mencapai
15 siswa, pada tahun 2012 mencapai 14 siswa dan pada tahun 2013 mencapai 16 siswa
d. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswaguru tetap pada tahun 2011
mencapai 13 siswa, pada tahun 2012 mencapai 12 siswa dan pada tahun 2013 terjadi penurunan menjadi 11 siswa.
e. Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswasekolah pada tahun 2011
mencapai 141 siswa per sekolah, tahun 2012 134 siswa per sekolah dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan mencapai 145 siswa per sekolah.
f. Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswasekolah pada tahun 2011
mencapai 209 siswa per sekolah, pada tahun 2012 terjadi penurunan menjadi 195 siswa per sekolah dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan
mencapai 197 siswa per sekolah.
g. Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswasekolah pada tahun 2011
mencapai 168 siswa per sekolah, pada tahun 2012 terjadi penurunan menjadi 160 siswa per sekolah dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan
mencapai 163 siswa per sekolah.
2. Kesehatan
a. Rumah Sakit,
Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang menyediakan berbagai pelayanan kesehatan. Distribusi penyebaran rumah sakit
diharapkan mampu
meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
Berdasarkan Gambar 2.11, ditunjukkan bahwa dari 13 kabupatenkota di Papua Barat pada tahun 2013, belum semua kabupaten memiliki fasilitas
rumah sakit, seperti di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.
40 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Gambar 2.11 Jumlah Rumah Sakit yang Telah Beroperasi dan Rasio Penduduk Rumah Sakit Papua Barat Tahun 2013
Sumber : Buku IPM Provinsi Papua Barat 2014
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat tahun 2013, ketersediaan rumah sakit milik pemerintah mengalami peningkatan jumlah
dari 4 unit rumah sakit di tahun 2007 menjadi 9 unit rumah sakit, sedangkan rumah sakit TNI mengalami penambahan dari 2 unit pada tahun 2007
menjadi 4 unit rumah sakit di tahun 2011. Rumah sakit swasta dari tahun 2007 hingga 2012 tidak mengalami perubahan dalam segi kuantitas.
Sedangakan pada tahun 2013, rumah sakit swasta menurun menjadi 3 unit.
Jika dibandingkan jumlah penduduk, maka pada tahun 2013 dapat dikatakan bahwa 16 rumah sakit di Papua Barat harus melayani 828.293 penduduk. Hal
ini juga berarti bahwa satu rumah sakit melayani sebanyak 51.768 penduduk. Lihat Gambar 2.12..
Gambar 2.12 Jumlah Rumah Sakit Menurut Jenisnya di Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2013
Sumber : Buku IPM Provinsi Papua Barat 2014
b. Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes dan Posyandu
Puskesmas di Papua Barat terdistribusi paling banyak di Kabupaten Manokwari, yaitu 24 puskesmas, sedangkan yang paling sedikit adalah
41 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Kabupaten Tambrauw, yaitu lima buah puskesmas. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang paling banyak ada di Kabupaten Manokwari dibandingkan
dengan daerah lain, yaitu terdapat 24 puskesmas, 53 Puskesmas Pembantu, 43 polindes, dan 250 posyandu. Mengingat Kabupaten Manokwari dan
kabupaten lainnya di Papua Barat memiliki kondisi geografis yang relatif sulit dengan infrastruktur angkutan darat yang belum seluruhnya terhubung
dengan baik, serta biaya transportasi yang mahal, maka salah satu pilihan yang tepat adalah dengan mobile clinic seperti yang diagendakan dalam
rencana aksi percepatan pembangunan Papua Barat.
Tabel 2.21 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Polindes dan Posyandu di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
Sumber : Buku IPM Provinsi Papua Barat 2014
Lain halnya dengan Kabupaten Manokwari, Kota Sorong, sebagai kota besar di Papua Barat hanya memiliki 6 Puskesmas, 31 Puskesmas Pembantu, 5
polindes dan 89 posyandu. Dilihat dari jumlah penduduk, Kota Sorong memiliki penduduk sebanyak 211.840 penduduk di tahun 2013 yang tidak
jauh beda dengan Kabupaten Manokwari yang berjumlah 150.179 jiwa. Sedikitnya fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, Pustu, dan Posyandu tidak
terlalu bermasalah, hal ini dikarenakan Kota Sorong memiliki rumah sakit dalam jumlah yang memadai sebagai sarana kesehatan yang dipilih oleh
masyarakat untuk berobat. Disamping itu kondisi wilayah yang terkonsentrasi membuat penduduk akan dengan mudah menemukan
tempat-tempat pelayanan kesehatan baik berupa rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu maupun polindes.
c. Tenaga Kesehatan
Jumlah dokter dalam suatu wilayah tertentu menentukan tingkat pelayanan kesehatan. Rasio antara jumlah dokter yang tersedia dengan jumlah
penduduk yang membutuhkan layanan kesehatan idealnya proporsional. Semakin besar rasio penduduk terhadap dokter maka semakin banyak
penduduk yang harus dilayani. Implikasinya adalah semakin besar jumlah penduduk yang akan tidak terlayani atau semakin sulit masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dari dokter.
42 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Papua Barat tahun 2013 dan jumlah dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter
di Papua Barat adalah sebesar 7.599, atau mengandung makna bahwa satu dokter rata-rata melayani sekitar 7.599 orang. dapat dilihat pada tabel 2.19
Tabel 2.22 Jumlah Dokter Menurut KabupatenKota di Provinsi Papua Barat Tahun 2013
Sumber : Buku IPM Provinsi Papua Barat 2014
Jumlah dokter di Papua Barat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, distribusinya pun belum tersebar dengan alokasi yang baik.
Data sementara menunjukkan rasio penduduk terhadap jumlah dokter tahun 2013 meningkat menjadi 7.599 dibandingkan dengan 3.459 ditahun 2012,
jika dilihat periode beberapa tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan rasio. Artinya terjadi coverage yang lebih buruk dalam hal akan
tertanganinya penduduk dengan peningkatan jumlah dokter dimana jumlah penduduk juga mengalami peningkatan.
Rasio penduduk terhadap dokter tertinggi berada di Kabupaten Teluk Bintuni, dimana seorang dokter harus melayani sekitar 14.149 penduduk.
Besarnya rasio tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Fakfak yang memiliki rasio terkecil yaitu sebesar 4.431 penduduk per
seorang dokter. Kabupaten Raja Ampat juga memiliki rasio penduduk terhadap dokter tertinggi kedua. Coverage tanggungan seorang dokter di
Kabupaten Raja Ampat memang besar, ditambah dengan kondisi geografisnya yang merupakan wilayah kepulauan akan semakin menyulitkan
masyarakat untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Sedangkan hanya
Kabupaten Tambrauw dan Maybrat yang tidak memiliki dokter dan memiliki karakter wilayah terpencil dengan akses transportasi yang sulit pula sehingga
tidak seluruh wilayah tersebut dapat terjangkau pelayanan kesehatan. Dampaknya adalah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan oleh dokter
harus menuju kabupaten terdekat yang memiliki dokter yaitu Kabupaten Sorong. Terpenuhinya kebutuhan penduduk akan dokter dan tenaga
kesehatan lainnya tidak hanya masalah jumlah, namun juga distribusinya merata disetiap kabupaten sampai ke wilayah terpencil sekalipun.
3. Lingkungan Hidup
43 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Hasil Susenas 2013 menunjukkan bahwa sebesar 43,74 persen rumah tangga di Papua Barat memiliki fasilitas air minum sendiri; 27,65 persen milik bersama;
25,38 persen fasilitas umum; dan 3,23 persen tidak ada fasilitas air minum. Perkembangan kondisi penggunaan air bersih mengalami perbaikan kualitas, hal
ini terlihat dari persentase penggunaan fasilitas air sendiri yang masih jauh lebih tinggi dibandingkan persentase penggunaan fasilitas air minum milik umum dan
tidak memiliki fasilitas, meskipun fasilitas air minum milik sendiri sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya lihat Gambar 2.13.
Kabupaten Sorong menduduki posisi tertinggi jika dibandingkan dengan kabupatenkota di Papua Barat sebagai kabupaten yang rumah tangganya
memiliki fasilitas air minum sendiri 81,38. Sedangkan Kabupaten Maybrat adalah yang terendah diantara kabupatenkota lainnya yang rumah tangganya
memiliki fasilitas air minum sendiri yaitu sebesar 15,79 persen.
Gambar 2.13 Persentase Penggunaan Fasilitas Air Bersih Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2013
Sumber : Buku IPM Provinsi Papua Barat 2014
Rumah tangga di Kabupaten Teluk Wondama terbanyak memiliki fasilitas air minum bersama 46,57, sedangkan untuk kabkota yang rumah tangganya
memiliki fasilitas air minum umum terbesar yaitu Kabupaten Maybrat 77,11. Kondisi penggunaan fasilitas air minum memiliki karakteristik yang berbeda pada
beberapa kabupatenkota. Sebagian besar diantaranya telah memiliki kondisi yang lebih baik dengan menggunakan fasilitas air minum milik sendiri maupun
yang digunakan secara bersama. Namun di beberapa kabupaten seperti Maybrat, Raja Ampat, Tambrauw dan Sorong Selatan persentase penggunaan fasilitas air
minum milik umum dan bahkan tidak memiliki fasilitas umum masih relatif tinggi. Kondisi ini tentunya mempengaruhi kualitas kebersihan dan kesehatan
lingkungan dari masyarakat lihat Tabel 2.20.
44 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Tabel 2.23 Persentase Penggunaan Fasilitas Air Minum Menurut KabupatenKota Provinsi Barat Tahun 2012-2013
Sumber : Buku IPM Provinsi Papua Barat 2014
4. Sarana dan Prasarana Umum
a. Jaringan Jalan
Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi.
Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda transportasi
udara yang
menjangkau hampir
seluruh wilayah
kabupatenkota. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat.
Untuk wilayah laut, keberadaan pelabuhan sebagai simpul pengangkut orang maupun barang tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan
internasional wilayah Papua Barat terdapat di Kota Sorong, sedangkan dua pelabuhan utama lainnya merupakan pelabuhan nasonal di wilayah
Manokwari dan Kaimana. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci
pencapaian transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada
tahun 2006. Angka ini berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga
menunjukan angka perbandingan 1:0,101 pada tahun 2009.
45 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
Gambar 2.14 Sistem Transportasi Provinsi Papua Barat
Sumber: RTRW Provinsi Papua Barat
Gambar 2.15 Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat
Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2012
b. Jaringan Irigasi
i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua
Barat dan beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih. Persentase sumber air bersih berasal dari sungai
mencapai 34,3, mata air 15,7 dan sumber lainnya 50 Namun tetap saja hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk
sampai ke rumah tangga di daerah-daerah terpencil karena keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari sumber air. Adanya keterbatasan ini
menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain yang dapat dijadikan sebagai catchment areawaduk guna dapat menampung air sungai.
46 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi.
Sistem pompa dilakukan pada sumber pengambilan air water intake ke rumah pompa water treatment plant. Sedangkan dengan sistem gravitasi,
air cukup dialirkan dari sumber atau unit produksi ke unitblok distribusi reservoir. Untuk mengetahui rencana dan realisasi saluran irigasi Prrovinsi
Papua Barat pada Tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut,
iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi
pertanian terus diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran
irigasi seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target realisasi seluas 28.651 Ha
Tabel 2.24 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009 Lokasi
Rencana Ha
Realisasi Ha
Hambatan Produksi
tonHa
Kab. Manokwari 12,666
5,100 Pembebasan lahanketerbatasan dana
20.80 Kab. Teluk Bintuni
2,500 450
Pembebasan lahanketerbatasan dana 6.00
Kab. Sorong 9,104
2,413 Pembebasan lahanketerbatasan dana
44.85 Kab. Raja Ampat
250 155
Pembebasan lahanketerbatasan dana 8.60
Kab. Fakfak 1,431
1,431 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.25 Kab. Sorong Selatan
1,500 300
Pembebasan lahanketerbatasan dana 2.65
Kab. Teluk Wondama 1,200
80 Pembebasan lahanketerbatasan dana
6.00
Total 28,651
9,929 95.15
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009
c. Pada tahun 2012 di Provinsi Papua Barat terdapat 705 masjid, 2.307 gereja
protestan, 199 gereja katholik, 50 pura dan 14 vihara. Secara total terdapat 3.274 tempat peribadatan di Provinsi Papua Barat
5. Rumah Tinggal Bersanitasi
a. Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir
tinja, dan jenis kloset angsa selama tahun 2010-2012 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang memiiki jamban leher angsa mengalami peningkatan dari
66,35 pada tahun 2010 menjadi 75,56 pada tahun 2012. Rumah tangga yang memiliki jamban sendiri mengalami penurunan dari 18,72 pada tahun
2010 menjadi 11,16 pada tahun 2012. Rumah tangga yang memiliki pembuangan akhir tinja mengalami penurunan dari 12,44 pada tahun 2010
menjadi 10,62 pada tahun 2012.
b. Rumah tangga yang memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu
sebesar 66,35 pada tahun 2010 menjadi 75,56 pada tahun 2012. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB pada periode 2010-
2012 mengalami penurunan dari 2,49 menjadi 2,66.
6. Persampahan
Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat Pembuangan Akhir TPA hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya
di Distrik Makbon. Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi
pencemaran air tanah di pemukiman masyarakat pada saat musim hujan system open dumping. sedangkan di wilayah lainnya, pengelolaan sampah dilakukan
47 Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Papua Barat
secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi, biasanya dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga
saat ini memang dianggap belum menumbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara
terpadu.
7. Rumah Layak Huni
Rumah tangga di Papua Barat yang memiliki akses terhadap air minum layak sebesar 67,32 persen. Dimana, Kota Sorong memiliki akses paling tinggi, yaitu
88,43 persen. Sedangkan Kabupaten Teluk Wondama memiliki akses yang paling buruk, yaitu hanya 13,16 persen.
Akses sanitasi layak secara umum di Papua barat hanya dapat dicapai oleh lebih dari setengah terhadap total rumah tangga 51,83 persen, sedangkan
kecukupan luas lantai diatas 7,2 m2 kapita hanya sekitar tiga per empat dari total rumah tangga
79,41. Dari sisi daya tahan rumah hampir seluruh rumah di Papua Barat memiliki daya tahan yang baik 97,76, karena sebagian besar
telah menggunakan atap bukan ijukrumbialainnya 95,10, jenis dinding bukan dari bambulainnya 96,91, jenis lantai sebagian besar bukan dari
tanahlainnya 97,32 dengan minimal dua kriteria terpenuhi.
Tabel 2.25 Persentase Rumah Tangga menurut Pengkategorian Rumah Kumuh menurut KabupatenKota 2013
Kota Akses air
minum layak Akses
Sanitasi Layak
Sufficient Living Area 7,2 m2 org
Durability of Housing
Fakfak 87,15
34,46 83,67
99,82 Kaimana
67,25 53,13
83,45 100,00
Teluk Wondama 13,16
73,21 71,65
94,84 Teluk Bintuni
75,47 62,69
85,51 99,24
Manokwari 67,33
58,90 80,45
97,32 Sorong Selatan
45,46 30,56
64,83 86,03
Sorong 81,41
44,47 82,76
99,23 Raja Ampat
36,48 27,81
76,34 96,54
Tambrauw 27,38
43,82 75,68
76,34 Maybrat
25,48 22,77
80,86 99,69
Kota Sorong 88,43
68,41 75,95
100,00 Papua Barat
67,32 51,83
79,41 97,76
Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat 2014
2.1.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan