2.2.4. Badan Vitreous Badan Kaca
Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air lebih kurang 99, sedikit kolagen,
dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang mensintesis kolagen dan asam hialuronat Mescher, 2010.
Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.
Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi Ilyas Yulianti, 2011.
Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis Sherwood, 2010.
2.2.5. Panjang Bola Mata
Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar
oleh karena kornea mendatar atau cembung atau adanya perubahan panjang lebih panjang atau lebih pendek bola mata, maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma Ilyas Yulianti, 2011.
2.3. Kelainan Refraksi 2.3.1. Definisi kelainan refraksi
Kelainan refraksi sendiri adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina, dimana terjadi ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata
sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina atau tidak terletak pada satu
titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang sumbu bola mata
Ilyas, 2006.
2.3.2 Epidemiologi kelainan Refraksi
Sekitar 148 juta atau 51 penduduk di Amerika Serikat memakai alat pengkoreksi gangguan refraksi, dengan penggunaan lensa kontak mencapai 34
juta orang. Angka kejadian rabun jauh meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Jumlah penderita rabun jauh di Amerika Serikat berkisar 3 antara usia 5-7 tahun,
8 antara usia 8-10 tahun, 14 antara usia 11-12 tahun dan 25 antara usia 12- 17 tahun. Pada etnis tertentu, peningkatan angka kejadian juga terjadi walupun
persentase tiap usia berbeda. Etnis Cina memiliki insiden rabun jauh lebih tinggi pada seluruh usia. Studi nasional Taiwan menemukan prevalensi sebanyak 12
pada usia 6 tahun dan 84 pada usia 16-18 tahun. Angka yang sama juga
dijumpai di Singapura dan Jepang PERDAMI, 2010. 2.3.3 Klasifikasi kelainan refraksi
Klasifikasi kelainan refraksi adalah: Ilyas, 2009 1.
Miopia 2.
Hipermetropia 3.
Astigmatisme
2.4 Miopia 2.4.1 Definisi Miopia
Miopia atau nearsightedness terjadi bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi Riordan-Eva
Whitcher, 2007
Gambar 2.3 gambaran refraksi miopia
2.4.2 Klasifikasi miopia
Miopia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik: 1.
Menurut kelainannya Riordan-Eva Whitcher, 2007, a.
Miopia aksial, yaitu bila diameter antero-posterior dari bola mata lebih panjang dari normal.
b. Miopia kurvatura, yaitu apabila terdapat unsur-unsur pembiasan lebih
refraktif dibandingkan dengan rata-rata. Juga disebut miopia refraktif. 2.
Menurut perjalanan penyakit Ilyas, 2006, a.
Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa. b.
Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambahnya panjang bola mata
c. Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif, yang
mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan miopia permisiosa = miopia degeneraf.
3. Berdasarkan derajat beratnya Ilyas, 2006,
a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 3 dioptri
b. Miopia sedang, dimana miopia antara 3-6 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia antara 6-9 dioptri
d. Miopia sangat berat, dimana miopia lebih daripada 9 dioptri.
2.4.3 Gejala miopia
Antara gejala yang dapat ditemukan pada miopia adalah seperti berikut Ilyas, 2006:
1. Melihat jauh buram.
2. Juling saat melihat jauh.
3. Lebih jelas melihat dekat.
2.4.4 Diagnosis Miopia
Tujuan pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan sehingga penglihatan menjadi
normal atau tercapai tajam penglihatan terbaik Ilyas, 2009.
Antara alat yang digunakan adalah: 1.
Kartu Snellen
Gambar 2.4 Kartu Snellen 2.
Bingkai percobaan
Gambar 2.5 bingkai percobaan 3.
Set lensa coba.
Gambar 2.6 Set lensa coba
Teknik pemeriksaan: Ilyas, 2009, 1.
Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter. 2.
Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup. 3.
Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
4. Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan
menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat di baca huruf pada baris terbawah.
5. Sampai terbaca basis 66.
6. Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama
2.4.5 Penatalaksanaan Miopia
Tujuan penatalaksanaan miopia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk ke mata dapat difokuskan tepat pada retina. Penatalaksanaan miopia dapat
dilakukan dengan cara: 1.
Cara optik a.
Kacamata Lensa Konkaf Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan
menggunakan lensa konkaf cekungnegatif karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata
mempunyai daya bias terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis
konkaf di depan mata. Lensa cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata, dengan demikian fokus bayangan dapat
dimundurkan ke arah retina Guyton, 2006. b.
Lensa kontak Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan
kornea. Lensa ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus
dari lensa kontak adalah menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan anterior kornea, penyebabnya adalah air mata
mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan kornea sehingga
permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan
penting. 2. Cara operasi
Ada beberapa cara, yaitu: Friedman Kaiser, 2009 a.
Phakic intraocular lens b.
Radial keratotomy c.
Excimer photorefractive keratotomy d.
LASEK laser epithelial keratomileusis e.
LASIK laser in-situ keratomileusis
f. Intraocular lens IOL implantation
2.5 Hipermetropia 2.5.1 Definisi Hipermetropia