permukaan anterior kornea tidak lagi berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior lensa kontaklah yang berperan
penting. 2. Cara operasi
Ada beberapa cara, yaitu: Friedman Kaiser, 2009 a.
Phakic intraocular lens b.
Radial keratotomy c.
Excimer photorefractive keratotomy d.
LASEK laser epithelial keratomileusis e.
LASIK laser in-situ keratomileusis
f. Intraocular lens IOL implantation
2.5 Hipermetropia 2.5.1 Definisi Hipermetropia
Hipermetropia atau farsightedness adalah keadaan gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang retina. Pada hipermetropia ini sinar sejajar difokuskan di belakang macula lutea Ilyas Yulianti, 2011.
Hipermetropia dapat disebabkan : a.
Hipermetropia aksial, merupakan kelainan refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek
b. Hipermetropia kurvatural, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina c.
Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada sistem optik mata.Ilyas, 2006
Gambar 2.7 gambaran refraksi hipermetropia
2.5.2 Klasifikasi hipermetropia
Hipermetropia dibagi berdasarkan beberapa karakteristik: Berdasarkan kemampuan akomodasi, hipermetropia dibagi sebagai berikut : Ilyas,
2006 1.
Hipermetropia laten, dimana kelainan hipermetropia tanpa sikloplegia atau dengan obat yang melemahkan akomodasi diimbangi seluruhnya dengan
akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat diukur bila diberikan sikloplegia. 2.
Hipermetropia manifes, dibagi a.
Hipermetropia manifes fakultatif : kelainan hipermetropik yang dapat dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya atau dengan lensa sferis positif
b. Hipermetropia manifes absolut : kelainan hipermetropik yang tidak dapat
dikoreksi dengan akomodasi sekuatnya 3.
Hipermetropia total: Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia
2.5.3 Gejala Hipermetropia
Oleh karena seseorang dengan hipermetropia harus terus berakomodasi untuk mendapatkan tajam penglihatan terbaik, maka padanya timbul keluhan-
keluhan lelah, pusing, sakit kepala. Keluhan ini disebut astenipia akomodatif Ilyas et al, 2010.
2.5.4 Diagnosis Hipermetropia
Tujuan pemeriksaan hipermetropia untuk memfokuskan bayangan dari jarak jauh tepat di retina dengan memasangkan lensa sferis plus dengan atau tanpa
lensa silinder. Ilyas, 2009 Antara alat yang digunakan adalah:
1. Kartu Snellen Gambar 2.5
2. Bingkai percobaan Gambar 2.6
3. Set lensa coba.Gambar 2.7
Teknik pemeriksaan adalah: Ilyas, 2009 1.
Penderita duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter. 2.
Pada mata dipasang bingkai percobaan dan satu mata ditutup. 3.
Penderita di suruh membaca kartu Snellen mulai huruf terbesar dan diteruskan sampai huruf terkecil yang masih dapat dibaca.
4. Lensa positif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila tajam penglihatan
menjadi lebih baik ditambahkan kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat di baca huruf pada baris terbawah.
5. Sampai terbaca baris 66.
6. Ditambah lensa positif + 0.25 lagi dan titanyakan apakah masih dapat melihat
huruf-huruf di atas. 7.
Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
2.5.5 Penatalaksanaan Hipermetropia
Tujuan penatalaksanaan hipermetropia adalah dengan mengusahakan sinar yang masuk ke mata dapat difokuskan tepat pada retina. Penatalaksanaan
hipermetropia dapat dilakukan dengan cara : 1.
Cara optic a.
Kacamata Pada pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kacamata sferis
positif terkuat atau lensa positif terbesar yang memberikan pengihatan maksimal. Bila pasien dengan +3.0 ataupun dengan +3.25 memberikan tajam penglihatan 66,
maka diberikan kacamata +3.25. Hal ini dilakukan untuk memberikan istirahat pada mata. Pada pasien dengan daya akomodasi masih sangat kuat atau pada
anak-anak, maka pemeriksaan sebaiknya dilakukan dengan memberikan sikloplegia atau melumpuhkan otot akomodasi. Dengan melumpuhkan otot
akomodasi maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamata pada saat mata tersebut beristirahat Ilyas, 2006.
b. Lensa kontak