Minimalisasi Limbah Laboratorium Yophie Turang Master Program of Environmental Science

32 demikian, hambatan ekonomi akan timbul bila kalangan usaha merasa tidak akan mendapat keuntungan dalam penerapan Produksi Bersih. Sekecil apapun penerapan Produksi Bersih, bila tidak menguntungkan bagi perusahaan maka akan sulit bagi manajemen untuk membuat keputusan tentang penerapan produksi bersih. Beberapa parameter yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan penerapan Konsep Produksi Bersih antara lain adalah: 1. Efisiensi pemakaian bahan baku produksi 2. Efisiensi penggunaan energi 3. Mengurangi dan mengganti penggunaan bahan berbahaya dan beracun B3 4. Mengurangi jumlah penggunaan air untuk produksi 5. Mengurangi terbentuknya limbah 6. Menggunakan bahan yang mudah dapat didaur ulang 7. Memaksimalkan penggunaan bahan dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui renewable resources. 8. Meningkatkan daya pakai produk. 9. Meningkatkan pelayanan kepada kostumer.

2.6 Minimalisasi Limbah Laboratorium

Laboratorium secara umum adalah tempat dimana proses percobaan atau analisis kimia dilakukan yang melibatkan sumber daya manusia, bahan kimia berbahaya B3 dan polusi sebagai hasil samping dari reaksi kimia yang terbentuk. Laboratorium dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan luasnya ruang lingkup atau jumlah pekerjaan yang dilakukan, maka dalam pembahasan ini adalah kategori yang akan dijadikan bahan acuan laboratorium dengan tipe kecil small laboratories dimana laboratorium merupakan bagian dari suatu organisasi. Laboratorium menjadi sangat unik karena semua bahan kimia yang berada didalamnya berupa bahan kimia berbahaya B3 walaupun dalam jumlah kecil namun mampu untuk menghasilkan limbah yang potensial terhadap ancaman 33 kerusakan lingkungan, oleh karena itu seorang pekerja laboratorium diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan pengelolaan yang benar terhadap operasional laboratorium agar tidak menjadi ancaman serius bagi diri sendiri. Limbah kimia adalah bahan kimia yang tidak dapat dipakai lagi atau yang sudah kadaluarsa berdasarkan tanggal produksi. Limbah berbahaya adalah bahan kimia yang dapat membahayakan manusia Enviromental Protection Agency, Chemicals waste dapat berupa padatan, cairan dan gas yang memiliki sifat dan karakteristik unik dimana dalam konsentrasi dan jumlah tertentu menjadi penyebab: 1. Secara signifikan berkontribusi menaikkan tingkat kematian, penyakit atau ketidakmampuan fisiologis manusia. 2. Potensi ancaman bagi kesehatan dan atau pencemaran lingkungan apabila tidak dikelola sesuai dengan ketentuan. Identifikasi limbah bahan kimia laboratorium masuk dalam kategori berbahaya atau tidak apabila bahan kimia tersebut memiliki salah satu sifat seperti dibawah ini : a. Mudah terbakar ignitability - Cairan yang memiliki titik nyala 60 o C - Bukan cairan yang dalam kondisi normal dapat terbakar sendiri - Gas yang mudah terbakar - Bahan kimia yang mudah teroksidasi oxidizer b. Korosif Corrosive - Larutan yang memiliki pH ≤ 2 atau ≥ 12.5 - Larutan yang dapat menjadi penyebab korosi besi dengan laju ≥ ¼ inch per tahun pada suhu 55 °C c. Reaktif reactivity - Dalam kondisi normal tidak stabil dan dapat berubah setiap saat tanpa ada pemicu. - Cepat bereaksi dengan air - Dapat meledak apabila bercampur dengan air 34 - Apabila bercampur dengan air menghasilkan gas beracun, uap yang dalam jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan manusia dan lingkungan. - Dapat membentuk sianida atau sulfida pada pH 2 – 12.5 dapat membentuk gas beracun, uap yang dalam jumlah tertentu dapat menjadi ancaman kesehatan manusia dan lingkungan. - Dapat menjadi bahan peledak apabila direaksikan dengan bahan kimia tertentu. d. Beracun toxicity - Semua limbah bahan kimia yang masuk didalam daftar EPA, D004-DO 43. Ada beberapa cara atau metode yang digunakan untuk mengurangi potensi limbah bahan kimia berbahaya di laboratorium, salah satunya adalah dengan mempergunakan manajemen limbah bertingkat The Waste Management Hierarchy seperti pada gambar 2.2 dibawah tentang manajemen limbah. Tingkatan manajemen limbah ini menunjukkan metode atau cara yang dapat ditempuh dan sesuai dengan pengelolaan limbah bahan kimia berbahaya di laboratorium. Pada tingkatan yang teratas merupakan pilihan yang sering dipakai oleh pengelola laboratorium yaitu dengan cara mengurangi jumlah bahan kimia yang berpotensi menjadi limbah sejak dari proses perencanaan pembelian dan pengadaan bahan tersebut, cara ini adalah yang paling diminati untuk mengurangi polusi akibat limbah bahan kimia. Namun tidak semua jenis bahan kimia dapat dikurangi jumlahnya sejak awal proses di laboratorium, oleh karena itu pada tingkatan yang berada dibawahnya diharapkan dapat menjadi pilihan bagi pengelola, demikian seterusnya sampai pada suatu kondisi dimana bahan kimia tersebut harus dibuang sebagai limbah melalui saluran pembuangan, landfill, insenerator atau ke udara atmosfir. Pada tingkatan paling bawah kurang disukai bagi pengelola laboratorium yang ingin tetap memelihara lingkungan. 35 Kurangi limbah dari sumbernya Reduce waste production at the source Rekoveri dan Pemakaian ulang Recover and reuse wastes on-site Daur ulang Recycle off-site Pengolahan limbah Treat wastes to reduce volume or toxicity Pemusnahan Dispose of wastes in a manner that protects air, water quality, land quality, and human health and safety Gambar 2.2 Tingkatan Manajemen Limbah Sumber : UIUC CHEMICAL WASTE MANAGEMENT GUIDE , 2006. Beberapa tahapan dari hirarki manajemen limbah yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi limbah laboratorium adalah sebagai berikut dikutip dari Pollution Prevention and Waste Minimization Universitas Wisconsin-Madison Safety Department,2002 a. Pengurangan polusi pada sumbernya Source Reduction Melalui proses modifikasi, penyempurnaan teknologi operasi atau mengganti bahan kimia substansi yang berpotensi B3 dengan yang ramah lingkungan. Proses ektraksi modern dengan memakai teknik supercritical fluida mampu untuk mengurangi jumlah pelarut organik yang dapat menyebabkan terjadinya polusi akibat limbah bahan kimia organik. b. Mempergunakan skala sampel mikro. Dengan skala mikro, jumlah sampel yang sedikit diikuti dengan pereaksi atau bahan kimia minimalis dapat menekan polusi dan produksi limbah. SANGAT DISUKAI KURANG DISUKAI 36 c. Konsep “ Less is better “ Dengan mempergunakan bahan kimia dalam jumlah sedikit memiliki pengaruh yang sangat besar,yaitu potensi polusi yang dihasilkan juga berkurang drastis. Dalam proses pengadaan bahan kimia diupayakan pembelian dalam jumlah yang sedikit dan secukupnya, hindari pembelian dalam partai besar sehingga menyita tempat atau gudang bahan kimia dan secara keseluruhan menjadi tidak efisien. Dalam penelitian, 30 dari jumlah bahan kimia yang dibeli tidak digunakan dan masuk kedalam kategori limbah. d. Pemakaian kembali bahan kimia yang berlebihan surplus chemicals Dengan melakukan kaji ulang kembali terhadap bahan kimia kadaluarsa namun masih dalam kemasan yang sempurna, pemakaian kembali dapat dilakukan asal bahan kimia tersebut belum mengalami proses degradasi. e. Pengendalian inventori bahan kimia Seberapa banyak bahan kimia yang tidak digunakan menunjukkan manajemen pengendalian inventori yang tidak berjalan normal. Beberapa kasus terjadi oleh karena label bahan kimia tidak bisa dipakai sebagai petunjuk identifikasi yang disebabkan oleh karena buruknya sistem penyimpanan bahan kimia. Upaya untuk mengurangi jumlah polusi ataupun pencegahan terjadinya limbah merupakan suatu rangkaian proses manajemen limbah laboratorium dimulai dari perencanaan pembelian bahan kimia sampai dengan identifikasi bahan kimia berbahaya hasil reaksi kimia Bishop, Paul, L 2000 yang sangat mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesehatan dan keselamatan kerja K3 di laboratorium. Apabila sudah ditetapkan suatu substansi masuk kedalam kategori limbah berbahaya laboratorium yang tidak bisa diolah lagi disposal, maka cara kemasan dan identifikasi tempat kemasan dari limbah dimaksud harus mendapat perhatian serius oleh karena pengelolaan yang salah terhadap limbah yang tidak bisa diolah, dapat menjadi ancaman gangguan kesehatan bagi pekerja dan kerusakan lingkungan. 37 Upaya yang dilakukan dalam rangka pembuangan limbah berbahaya tersebut adalah sebagai berikut : a. Identifikasi penamaan penampung limbah labelling of waste container Tempat penampung limbah mutlak harus diberi identifikasi “LIMBAH BERBAHAYA” untuk menghindari terjadinya salah pengelolaan. Pencantuman jenis dan karakteristik limbah sangat membantu pekerja didalam melakukan segregasi kemasan limbah berbahaya. b. Kemasan yang tepat proper container Tempat kemasanbotol penyimpanan limbah berbahaya diupayakan sejenis dengan asal limbah tersebut atau dapat dipakai botol yang memiliki kapasitas 4-5 liter dengan tutup yang masih berfungsi dengan sempurna. c. Penyimpanan berdasarkan karakteristik limbah berbahaya storage, compability safety untuk mencegah kontaminasi dengan substansi lain. Tidak dibenarkan untuk menyimpan kemasan limbah berbahaya berada dekat dengan saluran pembuangan atau meletakkannya berdampingan dengan limbah berbahaya lain dari substansi yang tidak sesuai imcompability untuk menghindari apabila terjadi kebocoran dan limbah tersebut dapat beraksi membentuk ledakan, nyala atau menghasilkan racun.

2.7 Penghasil limbah Waste Generator