I dentifikasi faktor I nternal I dentifikasi Faktor Eksternal

10 berbagai jenis sayuran, seperti wortel, kubis, cabai, tomat, buncis dan kol bunga serta tanaman pangan dan palawija yang diusahakan adalah jagung, padi dan ubi kayu.

4.3. I dentifikasi faktor I nternal

Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal di peroleh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengembangan sistem usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu. Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah di Provinsi Bengkulu. No Kekuatan No Kelemahan 1 Dukungan teknologi dan I PTEK 1 Rendahnya ketersediaan informasi pasar 2 Ketersediaan lahan peternakan sapi perah 2 Rendahnya produktivitas sapi perah. 3 Ketersediaan air yang cukup 3 Rendahnya posisi tawar peternak sapi perah 4 Pengalaman beternak sapi 4 Ketersediaan pakan konsentrat kurang. 5 I klim dan keadaan alam 5 Ketersediaan bibit berkualitas rendah. Sumber : Data Primer 2014 .

4.4. I dentifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal di perolah peluang dan ancaman yang dihadapi dalam usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu. Peluang dan ancaman yang di hadapi oleh peternak sapi perah di Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel 3. 11 Tabel 3. Peluang dan Ancaman Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah di Provinsi Bengkulu. No Peluang No Ancaman 1 Perkembangan dan dukungan I PTEK 1 Rendahnya animo masyarakat pada usaha sapi perah 2 Stabilitas harga susu 2 Kurangnya perhatian pihak perbankan 3 Tingginya daya beli masyarakat 3 Kurangnya minat investor terhadap produk susu 4 Daya tarik sektor lain diluar peternak rendah 4 Perkembangan teknologi informasi belum mendukung pengembangan usaha sapi perah 5 Rendahnya persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu. 5 Rendahnya inovasi produk olahan susu Sumber : Data Primer 2014. Untuk mengetahui strategi peluang pengembangan sapi perah dirumuskan menggunakan analisis SWOT yang digambarkan dalam matrik tabel 4. bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM Rangkuti, 2008. 12 Tabel 4. Matrik faktor internal dan eksternal strategi pengembangan usaha ternak sapi perah di Bengkulu FAKTOR I NTERNAL FAKTOR EKSTERNAL Kekuatan Strengths S : 1. Adanya dukungan teknologi dan I PTEK. 2. Adanya lahan untuk HMT 3. Ketersediaan sumber air bersih 4. Pengalaman budidaya ternak sapi 5. I klim dan keadaan alam Kelemahan Weaknesses W : 1. Kurangnya akses dan informasi pasar 2. Rendahnya produktifitas sapi perah. 3. Rendahnya posisi tawar peternak sapi perah 4. Pakan konsentrat kurang sulit. 5. Kesulitan bibit sapi yang berkualitas. Peluang Opportunities O : 1. Perkembangan I PTEK 2. Stabilitas harga susu 3. Tingginya daya beli masyarakat 4. Daya tarik sektor lain diluar peternakan rendah 5. Persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu sapi rendah Strategi S-O: 1.Meningkatkan populasi sapi perah melalui pola kemitraan dengan pihak lain S2, S3, S4, S5, O1, O2 2. Optimalisasi pemanfaatan kebun rumput dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara S3, O1, O2, O3 3. memperluas pasar S1, O2, O3 Strategi W-O: 1. Memproduksi bibit yang berkualitas baik W2, W5, O1, 2. Meningkatkan pengolahan produk sapi perah W3, O1, O2 3. Melakukan pengolahan pakan tambahan W4, O1 4. Melakukan promosi penjualan produk susu W1, O1, O2 5. Menciptakan keutuhan dan wadah kelompok tani W1, W3, O5. Ancaman Threats T : 1. Rendahnya animo masyarakat pada usaha sapi perah. 2. Kurangnya perhatian pihak perbankan. 3. Kurangnya minat investor terhadap produk susu. 4. Perkembangan teknologi informasi belum mendukung pengembangan usaha sapi perah. 5. Rendahnya inovasi produk olahan susu. Strategi S-T: 1. Peningkatan Adopsi inovasi teknologi S1, T1, T4, T5 2. Pemberdayaan kredit usaha tani oleh peternak S5, T2 3. Pemberdayaan masyarakat sekitar usaha peternakan S1, T1. 4. Meningkatkan daya saing produk S5, T5 5. Penerapan jaminan mutu dan keamanan pengolahan hasil ternak S5, T4 Strategi W-T: 1. Meningkatkan peran penyuluh peternakan W5, T1 2. Mencari saluran distribusi produk susu W1, T3. Selanjutnya untuk menentukan prioritas pilihan strategi tersebut, dilakukan analisis menggunakan QSPM Tabel 5. 13 Tabel 5. Analisis QSPM Untuk Pemilihan Alternatif Strategi Peluang Pengembangan Sapi Perah di Bengkulu Faktor Berpengaruh Alternatif strategi S – O W- O S – T W– T Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Faktor I nternal SW Kekuatan S : S1. Adanya dukungan teknologi 0,07 3 0,21 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 2 0,28 S2. Adanya lahan untuk peternakan 0,17 2 0,14 0,17 2 0,34 0,17 1 0,17 0,17 - S3. Ketersediaan sumber air yang cukup 0,12 2 0,24 0,12 1 0,12 0,12 1 0,12 0,12 2 0,24 S4. Pengalaman beternak 0,09 2 0,18 0,09 1 0,09 0,09 1 0,09 0,09 3 0,27 S5. Iklim dan keadaan alam 0,12 1 0,12 0,12 - - 0,12 - - 0,12 2 0,24 Kelemahan W : W1. Rendahnya akses pasar 0,03 2 0,06 0,03 3 0,09 0,03 2 0,06 0,03 3 0,09 W2. Rendahnya produktivitas ternak. 0,05 - - 0,05 2 0,10 0,05 2 0,10 0,05 - - W3. Rendahnya posisi tawar peternak. 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 - - 0,07 1 0,07 W4. Pakan konsentrat kurang 0,12 3 0,36 0,12 - - 0,12 2 0,24 0,12 1 0,12 W5. Ketersediaan bibit berkualitas kurang. 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 Jumlah Faktor Internal 1,00 1,60 1,00 1,17 1,00 1,07 1,00 1,46 Faktor Eksternal Peluang O : O1. Perkembangan dan dukungan IPTEK 0,16 3 0,48 0,16 4 0,64 0,16 3 0,48 0,16 1 0,16 O2 .Stabilitas harga susu 0,17 2 0,34 0,17 2 0348 0,17 4 0,68 0,17 1 0,17 O3. Tingginya daya beli masyarakat 0,04 3 0,12 0,04 2 0,08 0,04 2 0,08 0,04 2 0,08 O4. Daya tarik sektor lain diluar peternakan rendah 0,10 1 0,10 0,10 2 0,20 0,10 1 0,10 0,10 1 0,10 O5. Persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu rendah. 0,02 2 0,04 0,02 3 0,06 0,02 3 0,06 0,02 3 0,06 Ancaman T : T1. Rendahnya animo masyarakatpada usaha sapi perah. 0,11 - - 0,11 1 0,11 0,11 - - 0,11 2 0,22 T2. Kurangnya perhatian perbankan. 0,15 1 0,15 0,15 - - 0,15 1 0,15 0,15 - - T3. Kurangnya minat investor 0,09 3 0,27 0,09 1 0,09 0,09 1 0,09 0,09 3 0,27 T4. Perkembangan teknologi belum mampu mendukung usaha sapi perah. 0,07 - - 0,07 2 0,14 0,07 - - 0,07 1 0,07 T5. Rendahnya inovasi produk susu 0,07 1 0,07 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 Jumlah Faktor Eksternal 1,00 1,57 1,00 1,80 1,00 1,78 1,00 1,27 Jumlah Skor Total 3,17 2,97 2,85 2,73 Keterangan: Nilai rating 1= tidak menarik 2= kurang menarik 3= menarik 4= sangat menarik Dari tabel 2 menunjukkan kekuatan yang dimiliki untuk pengembangan sistem usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah ketersediaan dukungan teknis, pelatihan teknis dan manajemen. Program tersebut diperoleh dari Pemerintah Pusat, provinsi dan kabupaten melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan kabupaten yang bersangkutan. Secara kontinyu pemerintah mempunyai progam diantaranya 1 peningkatan penerapan teknologi peternakan dengan kegiatan pengadaan sarana dan prasarana teknologi teknologi peternakan tepat guna, 2 peningkatan produksi hasil peternakan. Program tersebut mendukung untuk ketersediaan obat-obatan, pengalaman dan penguasaan teknis dan manajemen peternakan yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah di daerah ini, 3 program 14 pengembangan ternak sapi perah dengan mengintroduksi sapi perah ke kelompok baru di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Pada Tahun 2012 ada dua kelompok yang mendapatkan bantuan ternak sapi perah sebanyak 14 ekor kelompok yaitu kelompok Karya Bakti di Desa Blitar Muka Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong dan Gapoktan Sumber Mulya Desa Sukasari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Dan pada tahun 2013 juga ada dua kelompok ternak yang mendapatkan bantuan sapi perah sebanyak 11 ekor kelompok yaitu kelompok Sepakat I I Desa Mojorejo Kecamatan Selupu Rejang dan kelompok Tani Mulya Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Ketersediaan lahan yang mendukung, sehingga menghasilkan pakan hijauan dan limbah pertanian pada basis peternakan sapi perah di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Kedua kabupaten tersebut merupakan daerah dataran tinggi dan memiliki sumber air yang melimpah dan berkualitas baik yang dapat mendukung pengembangan ternak sapi perah di kawasan tersebut. Cakupan pemasaran produk susu yang luas sehingga dapat memasuki beberapa segmen pasar, seperti: 1 segmentasi geografis wilayah desa, kecamatan, kabupaten bahkan provinsi Bengkulu, 2 segmen demografi usia, keluarga, penduduk, pekerjaan, 3 segmentasi psikografi berdasarkan kelas sosial, gaya hidup maupun pendidikan dan 4 segmentasi behavioristik perilaku berdasarkan pengetahuan, sikap dan tanggapan terhadap produk susu sapi perah. Produk susu apabila diolah dengan baik akan meningkatkan nilai tambah, dapat meingkatkan insentif tataniaga usahaha agribisnis ternak sapi perah. Hal ini dapat membuka atau menyerap tenaga kerja baik dalam kegiatan budidaya maupun dalam pengolahan dan pemasaran hasil. Kelemahan dalam usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah rendahnya ketersediaan akses informasi pasar. I nformasi pasar hanya diperoleh melalui pertemuan kelompok, antar peternak di wilayah tersebut ataupun dari masyarakat yang ingin mengkonsumsi susu. Seharusnya informasi pasar dapat diperoleh dari berbagai media baik media cetak maupun elektronik dan dengan peningkatan peran penyuluh lapang. Rendahnya tingkat penjualan produk merupakan kelemahan dalam usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu, dengan produksi rata-rata 5 – 8 15 liter hari dan harga jual kepada pengolah susu Rp. 5.000,- per liter, maka penerimaan peternak dengan skala usaha 1 – 2 ekor per anggota kelompok jelas tidak mampu untuk membeli pakan tambahan. Posisi tawar peternak sapi perah yang rendah merupakan kelemahan dalam usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu. Hal ini disebabkan lemahnya tingkat promosi, lemahnya kepercayaan konsumen terhadap produk, ketertarikan lembaga pemasaran untuk mendistribusikan produk akan berpengaruh terhadap proses memperoleh produk olahan susu. Ketersediaan bibit yang berkualitas merupakan kelemahan usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu. Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan usaha ternak sapi perah. Faktor bibit akan berpengaruh positif terhadap kuantitas dan produktifitas ternak sapi perah. Ketersediaan pakan konsentrat merupakan kelemahan usaha ternak sapi perah. Pakan konsentrat tidak selalu diberikan kepada ternak. Pakan yang diberikan hanya pakan hijauan seperti rumput liar, rumput gajah , limbah jagung, wortel, kubis dan kacang-kacangan. Tingkat pengolahan produk pada umumnya sudah mulai berkembang terutama di Gapoktan Sumber Mulya Desa Sumber Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang dan di Kelompok P4S Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong, sedangkan di kelompok Sepakat I I Desa Mojorejo Kecamatan Selupu Rejang dan di Kelompok Tani Karya Bakti belum melakukan pengolahan susu. Ketersediaan wadah kelompok tani untuk kuantitas termasuk banyak tetapi dalam kualitas sangat rendah. Hal ini disebabkan pada saat pembentukan kelompok tani tidak berdasarkan kriteria kelompoktani ternak yaitu berdasarkan kesamaan kepentingan. Kelompok dibentuk disaat terdengarnya ada program bantuan pemerintah, hal ini menyebabkan keutuhan dan dinamika kelompok rendah yang mengakibatkan manajemen kelompok lemah, terutama keterbukaan baik sesama anggota, pengurus dan anggota maupun kepada petugas dari pemerintah. Dukungan penyuluh sangat rendah, hal ini disebabkan oleh terpisahnya lembaga penyuluh dari masing-masing dinas dan membentuk lembaga badan sendiri. Mengakibatkan koordinasi antar lembaga lemah. Garis komando dari masing-masing dinas tidak berfungsi terhadap penyuluh. 16 Terbatasnya pengolahan produk susu akan meningkatkan resiko dan biaya pemasaran. Pengolahan produk didaerah pengkajian dan sekitarnya terbatas pada pasteurisasi susu dengan kemasan yang sangat terbatas agua gelas dan kemasan plastik, hal ini terdapat di tempat pengolahan susu Bapak Wondono di Kelompok P4S Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang Kebupaten Rejang Lebong dan di Gapoktan Sumber Mulya Desa Sumber Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Susu Pateurisasi hanya mampu bertahan 6 – 7 jam diluar lemari pendingin, hal ini membuktikan bahwa tingkat resiko dan biaya pemasaran tinggi, merupakan kelemahan pengembangan agribisnis peternakan sapi perah di Provinsi Bengkulu. Dari tabel 3 dapat dilihat berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal di peroleh peluang dan ancaman yang dihadapi usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu. Wilayah basis merupakan peluang untuk pengembangan agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu. Wilayah basis utama adalah Kabupaten Rejang Lebong dan kedua adalah Kabupaten Kepahiang. Perkembangan dan dukungan I lmu pengetahuan dan teknologi I PTEK merupakan peluang untuk pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu. I lmu pengetahuan dan Teknologi I PTEK tersebut di peroleh melalui pelatihan-pelatihan teknis, peran lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Stabilitas harga susu menjadi peluang usaha, dimana stabilitas harga susu akan memperluas keterbukaan pasar produk susu, merupakan daya tarik sektor lain diluar sektor peternakan. Tingginya daya beli masyarakat dan rendahnya persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu sapi merupakan peluang untuk pengembangan sapi perah. Tingginya tingkat daya beli dan jumlah penawaran akan berpengaruh posistif terhadap tingkat permintaan, prospek pasar dan harga produk. Rendahnya persaingan antar peternak merupakan peluang dalam pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu. Menurut Rangkuti 1999, dalam persaingan bisnis ada beberapa taktik bersaing yaitu: 1 Waktu bergerak cepat mendahului pesaing dan bergerak belakang mengikuti dan memperhatikan pesaing, 2 Taktik lokasi menyerang menyerang di semua lokasi segmen kelompok dan produk lini, mencari kelemahan pesaing, pengepungan dengan cara memperluas produk lini dan meningkatkan pelayanan 17 di semua segmen pasar pesaing, penyerangan bersifat memotong seperti melayani yang tidak terlayani oleh pesaing dalam produk sejenis, menyerang secara gerilya yaitu mencari titik kelemahan lawan pesaing. Hal ini tidak ditemui dalam usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu, baik persaingan waktu maupun persaingan tempat tersebut. Ancaman pengembangan agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah rendahnya animo masyarakat terhadap usaha sapi perah. Hal ini di karenakan kesadaran masyarakatakan gizi masih rendah. Perhatian pihak perbankan merupakan ancaman bagi penguatan modal peternak sapi perah. Menurut Riyanto 1995 dalam dunia perbankan ada empat kriteria untuk pembiayaan penyaluran kredit kepada nasabah, yaitu capacity keahlian dalam manajemen dan usaha, capital kemampuan modal finansial, collateral jaminan, condition kondisi baik penghasilan, pengeluaran maupun domisili. Kurangnya minat invenstor terhadap produk susu dan kurangnya dukungan pemberlakuan era pasar bebas merupakan ancaman usaha. Hal ini perlu peran dan dukungan otonomi daerah untuk menarik investor dan peningkatan inovasi pengolahan produk berbasis susu untuk memanfaatkan pemberlakuan era pasar bebas untuk pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu.

4.5. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Sapi Perah di Provinsi