pengkajian agribisnis sapi perah

(1)

LAPORAN AKHI R TAHUN 2014

PENGKAJI AN SI STEM USAHA AGRI BI SNI S

SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN

DI PROVI NSI BENGKULU

Zul Efendi, S.Pt

KEMENTERI AN PERTANI AN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun 2014 Kegiatan Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah Pada Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu dapat tersusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2014. Kegiatan fisik yang dilaksanakan meliputi: 1) Koordinasi dengan Dinas Peternakan Provinsi dan kabupaten; 2) FGD dan Survei usahatani sapi perah dan usaha lain yang mendukung pada dua kabupaten, 3) Sosialisasi pembuatan pakan tambahan di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong. Sampai bulan Desember 2014 realisasi keuangan sebesar 91,54% (Rp. 59.506.300,-) dari target anggaran sebesar Rp.

65.000.000,-Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pertanian kedepannya.

.

Bengkulu, Desember 2014 Penyusun,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RPTP/ RDHP/ RKTM : Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah pada Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu.

2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu

3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian KM, 6,5 Bengkulu 38119

4. Sumber dana : DI PA Tahun 2014

5. Status Penelitian (L/ B) : Lanjutan 6. Penanggung Jawab

a. Nama : Zul Efendi, S.Pt

b. Pangkat/ Golongan : Penata Muda TK I / I I I b

c. Jabatan : Peneliti Pertama

7. Lokasi : Kabupaten Rejang Lebong dan

Kepahiang.

8. Agroekosistem : Lahan Kering

9. Tahun mulai : 2012

10. Tahun Selesai : 2014

11. Output Tahunan : 1. Didapatkan potensi dan peluang

pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

2. Kelayakan finasial ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan peternak sapi perah.

4. Rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu

12 Output Akhir : Diperolehnya data dan informasi

mengenai potensi serta rekomendasi pengembangan usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu

13. Biaya : Rp. 65.000.000,- (Enam Puluh Lima Juta

Rupiah)


(4)

Koordinator Program,

I r. Wahyu Wibaw a, MP, Ph.D NI P. 19690427 199803 1 001

Penanggung Jawab ROPP

Zul Efendi, S.Pt

NI P.19690227 200701 1 001

Mengetahui :

Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,

Dr. I r. Abdul Basit, MS NI P. 19610929 198603 1 003

Kepala BPTP Bengkulu,

Dr. I r. Dedi Sugandi, MP NI P. 19590206 198603 1 002


(5)

DAFTAR I SI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

DAFTAR I SI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPI RAN ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

RI NGKASAN ... x

SUMMARY ... xii

I . PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Keluaran ... 3

I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 4

I I I . METODA ... 6

3.1 Lokasi dan Waktu ... 6

3.2 Metode pengkajian ... 6

3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 6

3.2 Metode Analisis Data ... 7

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 8

4.1. Karakteristik Wilayah ... 8

4.2. Karakteristik Peternak Sapi Perah ... 9

4.3. I dentifikasi Faktor Internal ... 10

4.4. I dentifikasi faktor Ekternal ... 10

4.5. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis sapi Perah di Provinsi Bengkulu... 17

4.6. Kelayakan Finansial Usaha Ternak sapi Perah di Prov. Bengkulu ... 19

4.7. Analisis Dampak Ekonomi Usaha Sapi Perah ... 21

4.8. Sosialisasi I novasi Teknologi Dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi Perah di Kabupaten Rejang Lebong ... 22

4.9. Sosialisasi Pembuatan Pakan Tambahan Untuk Ternak Sapi Perah ... 23


(6)

KENI RJA HASI L KEGI ATAN ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29

ANALI SI S RESI KO ... 31

JADUAL KERJA ... 32

RENCANA ANGGARAN BELANJA ... 33

REALI SASI ANGGARAN ... 34

PERSONALI A ... 35


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Peternak Sapi Perah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang sebagai Daerah Sentra Pengembangan Sapi Perah di

Bengkulu ... 9 2. Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi

Perah di Provinsi Bengkulu ... 10 3. Peluang dan Ancaman Pengembangan Sistem Usaha Asaha Agrbisnis

Sapi Perah di Provinsi Bengkulu ... 11 4. Matrik Faktor internal dan Eksternal Strategi Pengembangan Usaha

Ternak sapi Perah di Bengkulu ... 12 5. Analisis QSPM Untuk Pemilihan Alternatif Strategi Peluang Pengembang

an Sapi Perah di Bengkulu ... 13 6. Kepemilikan Sapi Laktasi dan Non Laktasi di Kabupaten Rejang Lebong

Dan Kepahiang ... 20 7. Analisis Usaha Tani Sapi Perah ... 21 8. Dampak Ekonomi Usaha sapi Perah Terhadap Pendapatan Peternak ... 22 9. Daftar Resiko Dalam Pelaksanaan Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis

Sapi Perah Pada Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu ... 31 10.Daftar Resiko dan Penanganannya dalam Pelaksanaan Pengkajian

Sistem Usaha Agribisnis sapi Perah Pada Sentra Pengembangan di


(8)

DAFTAR LAMPI RAN

Lampiran Halaman

1. Kuisioner Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah pada Sentra Pengembang

an di Provinsi Bengkulu ... 36 2. Kuisioner Survei Pakar Penilaian Faktor I nternal dan Faktor Ekternal ... 42 3. Kuisioner Analisis Dampak Ekonomi Usaha Ternak Sapi Perah Terhadap

Pendapatan Petani Peternak di Provinsi Bengkulu ... 45 4. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan ... 56


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pelaksanaan FGD dengan Pemangku Kebijakan ... 56 2. Pelaksanaan FGD dengan Peternak Sapi Perah ... 56 3. Kondisi Kandang Sapi Perah Milik Kelompok Karya bakti di Kabupaten

Rejang Lebong ... 57 4. Kondisi Kandang Sapi Perah Milik Gapoktan Sumber Mulya di

Kabupaten Kepahiang ... 57 5. Alat Pengolah Susu Segar Milik Gapoktan Sumber Mulya Kabupaten

Kepahiang... 58 6. Alat Penyimpan Susu MI lik Gapoktan Sumber Mulya Kabupaten

Kepahiang... 58 7. Pelaksanaan Survei di kelompok Tani “tani mulya” Kabupaten

Rejang Lebong ... 59 8. Hijauan Pakan Ternak Untuk Sapi Perah ... 59 9. Pembuatan Pakan Tambahan untuk Sapi Perah di Kabupaten

Kepahiang... 60 10. Penyerahan Pakan tambahan Untuk Kelompok Tani ... 60 11. Pembuatan Pakan Tambahan di kelompok Tani Sepakat I I di

Kabupaten Rejang Lebong... 61 12. Tempat Pemasaran Hasil Olahan Susu di Kabupaten Rejang


(10)

RI NGKASAN

1 Judul : Pengkajian Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah pada Sentra Pengembangan di Provinsi Bengkulu.

2 Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

3 Tujuan : 1. Mengkaji potensi dan peluang pengembangan

usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu 2. Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi

perah di Provinsi Bengkulu.

3. Menganalisis dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan petani/ peternak sapi perah

4. Membuat rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

4 Keluaran : 1. Didapatkannya potensi dan peluang

pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

2. Kelayakan finasial usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan petani/ peternak sapi perah. 4. Rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi

perah di Provinsi Bengkulu.

5 Prosedur : 1. Desk study

2. Pembuatan Kuisioner

3. Koordinasi dengan instansi terkait 4. Prasurvei

5. Survei

6. Tabulasi dan analisis data 7. Pelaporan

6 Capaian : 1. Fokus Group Diskusi untuk mengetahui potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

2. Survei pada peternak sapi perah yang meliputi Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang.


(11)

8 Dampak : 1. Kegiatan Agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu menjadi lebih berkembang.

2. Pendapatan peternak sapi perah akan semakin meningkat.

9 Jangka waktu : Januari – Desember 2014

10 Biaya : Rp. 65.000.000,- (Enam Puluh Lima Juta Rupiah) 11 Biaya setelah revisi: Rp. 65.000.000,- (Enam Puluh Lima Juta Rupiah)


(12)

SUMMARY

1 Title : Agribusiness System Assessment on Dairy Cattle

Development Center in Bengkulu Province

2 Work Unit : Assessment I nstitute for Agricultural Technology (BPTP) Bengkulu.

3 Destination : 1. Assessing potential business development

opportunities and dairy cattle in the province of Bengkulu

2. Analyze the financial feasibility of the dairy cattle business in the province of Bengkulu.

3. Analyze the economic impact of the dairy cattle business income of farmers / dairy farmers

4. Makes recommendations dairy cattle business development in the province of Bengkulu.

4 Output : 1. Obtainment of potential business development

opportunities and dairy cattle in the province of Bengkulu.

2. Eligibility financially dairy cattle business in the province of Bengkulu.

3. Economic impact of the dairy cattle business income of farmers / dairy farmers.

4. Recommendations business development dairy cattle in the province of Bengkulu.

5 Procedure : 1. Desk study

2. Creation Questionnaire

3. Coordination with relevant agencies 4. Prasurvei

5. Survey

6. Tabulation and analysis of data 7. Reporting

6 Achievement : 1. Focus Group discussions to identify potential business development opportunities and dairy cattle in the province of Bengkulu.

2. Survey on dairy farmers covering Rejang Lebong and Kepahiang.


(13)

8 I mpact : 1. Activity Agribusiness dairy cows in the province of Bengkulu becomes more developed.

2. Revenue dairy farmers will increase.

9 Period : January-December 2014


(14)

I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sapi perah merupakan salah satu komoditas unggulan peternakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani berupa susu. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2006) susu adalah hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya yang dapat dimakan atau dapat digunakan sebagai bahan makanan yang aman dan sehat serta tidak dikurangi komponen-komponen atau ditambah bahan-bahan lain. Dalam peringatan Hari Susu Nasional tahun 2010 di Lembang, Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Zaenal Bachrudin mengatakan bahwa produksi susu dalam negeri baru memenuhi 26% konsumsi nasional. Sebanyak 74% masih dipenuhi oleh susu impor. Karena itu untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut maka produksi dalam negeri harus ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitasnya.

Erwidodo (1998); Swastika dkk (2005) menyatakan bahwa peternakan sapi perah di I ndonesia umumnya merupakan usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh. Komposisi peternak sapi perah diperkirakan terdiri dari 80 persen peternak kecil dengan kepemilikan sapi perah kurang dari empat ekor, 17 persen peternak dengan kepemilikan sapi perah empat sampai tujuh ekor, dan tiga persen kepemilikan sapi perah lebih dari tujuh ekor.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang berpotensi menghasilkan susu di I ndonesia selain Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan daerah konsentrasi penghasil susu (Direktorat Jenderal I ndustri Agro dan Kimia, 2009). Jumlah populasi sapi perah di Provinsi Bengkulu sebanyak 783 ekor yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu Kabupaten Lebong sebanyak 9 ekor, Kabupaten Kepahiang 291 ekor serta Kabupaten Rejang Lebong sebanyak 483 ekor (BPS Bengkulu, 2011).


(15)

Kesehatan Hewan, 2010). Rendahnya produksi ini disebabkan karena peternak sapi perah di daerah sentra pengembangan kebanyakan banyak memelihara sapi perah non produktif dan tidak sebanding dengan jumlah pemeliharaan sapi perah laktasi. Sapi perah non produktif ini terdiri dari pedet, dara muda ataupun dara dewasa. Kemampuan sapi perah dalam menghasilkan susu ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, dan pemberian pakan. Faktor lingkungan yang mempengaruhi produksi susu antara lain umur, musim beranak, masa kering, masa kosong, besar sapi, manajemen pemeliharaan dan pakan. Sapi perah umur dua tahun akan menghasilkan susu sekitar 70 sampai 75 persen dari produksi susu tertinggi sapi yang bersangkutan. Pada umur tiga tahun akan menghasilkan susu 80 sampai 85 persen, sedangkan umur empat sampai lima tahun menghasilkan susu 92 sampai 98 persen (Schmidt dan Hutjuers, 1998 dalam Pradana 2010).

Pemasaran produksi peternak sapi perah di daerah sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu baru meliputi wilayah setempat. Peternak menjual hasil produksi mereka langsung ke industri rumah tangga dengan harga Rp 5.000,-per liter kemudian industri rumah tangga tersebut mengolah susu segar dari peternak menjadi susu pasteurisasi, kemudian hasil susu pasteurisasi tersebut langsung dijual kepada konsmen lokal dengan kemasan yang sangat sederhana dengan harga jual Rp 8.000,- per liternya. Kondisi inilah yang mengakibatkan pendapatan peternak menjadi rendah. Pendapatan yang mereka peroleh selama ini hanya cukup dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan keluarga padahal biaya produksi yang mereka keluarkan cukup tinggi dikarenakan peternak juga memelihara sap perah yang sudah tidak produktif. Sapi perah non produktif dipelihara untuk menggantikan sapi perah induk yang sudah tidak ekonomis lagi kalau dipelihara. Dalam pengelolaan, biaya pemeliharaan sapi perah non produktif tersebut menjadi beban dari sapi perah yang sedang produktif. Dengan demikian dalam perhitungan agribisnis, sapi perah laktasi disamping harus membiayai dirinya sendiri, harus pula menanggung biaya sapi-sapi perah non produktif.


(16)

kelembagaan ini belum bisa memberikan banyak kontribusi kepada peternak. Karena itu peningkatan produksi, pemasaran yang menguntungkan dan efisien serta perbaikan manajemen serta pembinaan kelembagaan peternak secara berkelanjutan menjadi suatu hal yang penting sehingga perlu dilakukan pengkajian untuk mendapatkan suatu sistem yang dapat diaplikasikan oleh peternak sapi perah untuk pengembangan agribisnis sapi perah mereka daerah sentra pengembangan baru di Provinsi Bengkulu.

1.2. Tujuan

1. Mengkaji potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi Bengkulu.

3. Menganalisis dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan petani/ peternak sapi perah.

4. Membuat rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

1.3. Keluaran yang diharapkan

1. Didapatkannya potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

2. Kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi Bengkulu.

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan petani/ peternak sapi perah.


(17)

I I . TI NJAUAN PUSTAKA

Agribisnis sapi perah dengan susu sebagai produk utama adalah salah satu usahatani di bidang peternakan, karena susu dikenal sebagai bahan pangan bergizi tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia terutama untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Namun produksi susu saat ini masih jauh dibawah kebutuhan dan hanya mampu memenuhi kebutuhan susu nasional berkisar pada angka 30% (Ditjennak, 2005). Persentase terbesar kapasitas produksi susu sapi perah dalam negeri hanya menghasilkan susu sekitar 10 liter/ ekor/ hr dan umumnya pada peternakan rakyat masih jauh dibawahnya (Talib dkk, 2001).

Produksi susu secara umum sampai saat ini belum dapat mencukupi permintaan konsumen, hal ini disebabkan jumlah dan populasi ternak sapi perah masih kurang, daya produksi susu/ ekor belum mencapai titik optimum serta kualitas susu yang dihasilkan masih rendah dan penyebab utamanya adalah pengelolaan pakan (kualitas dan kuantitas) yang belum optimum (Sudarwanto, 1999). Usaha peternakan sapi perah saat ini sebagian diarahkan untuk dikelola dalam bentuk usaha skala kecil berupa peternakan rakyat dengan struktur populasi masih tidak beraturan dan belum mempunyai sistem perbibitan yang terarah (Deptan, 2006). Bila produktivitas sapi perah dalam negeri dapat ditingkatkan hingga mapu berproduksi mencapai lebih dari 15 liter/ ekor/ hari tentu akan dapat memenuhi kebutuhan susu secara nasional sampai 70% .

Sesuai dengan arahan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan untuk melakukan pengembangan usaha sapi perah di luar Pulau Jawa serta untuk memenuhi kebutuhan susu di Provinsi Bengkulu, maka pada tahun 2002 usaha peternakan sapi perah telah dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong dan tahun 2007 di Kabupaten Kepahiang dengan total populasi sapi perah mencapai 688 ekor (Disnak Prov. Bengkulu, 2010).

Prospek pengembangan usaha sapi perah saat ini cukup besar mengingat permintaan susu yang terus meningkat seirama dengan pertumbuhan ekonomi (Yusdia, 2005). Salah satu faktor penting yang menentukan keberlanjutan


(18)

produksi dan swasembada pangan termasuk susu sapi. Aviliani (2008) menyampaikan bahwa usaha sapi perah merupakan kegiatan agribisnis yang mempunyai peranan cukup strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan penyediaan pangan nasional serta pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan dibidang pertanian. Kondisi ini juga menuntut adanya pengembangan inovasi teknologi secara terpadu dan terencana, guna mendapatkan nilai tambah setiap produk/ komoditi pertanian yang belum termanfaatkan.

Di I ndonesia sebagian besar susu dihasilkan oleh peternakan rakyat yang tersebar di beberapa sentra produksi. Sebagian besar susu disetor ke industri pengolahan susu yang akan mengolah menjadi susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, keju, mentega dan lain-lain. Hubungan kerjasama antara peternak dengan industri pengolahan susu umumnya melalui koperasi. Departemen Perindustrian (2009) menyatakan bahwa konsumsi produk susu dominan dalam bentuk susu bubuk (43,3% ) yang diikuti oleh susu kental manis (20,4% ). Penggunaan produk susu dalam produk lain seperti biskuit, ice cream, permen, coklat dan lain-lain juga cukup tinggi mencapai 27,5 persen.

Peningkatan permintaan susu yang semakin terus bertambah dan meningkatnya harga susu saat ini, merupakan peluang yang sangat baik untuk memberdayakan usaha agribisnis sapi perah berbabasis sumberdaya bahan pakan lokal, disamping itu juga diharapkan peranan peternak untuk dapat mengaplikasikan manajemen yang baik terkait dalam pemberian pakan yang dapat meningkatkan produksi susu secara optimal. Peluang meningkatkan produksi dan konsumsi susu segar perlu diimbangi dengan kondisi harga susu segar dalam negeri (SSDN) di tingkat peternak. Harga susu segar yang rendah berpotensi menghancurkan agribisnis sapi perah. Peternak tidak lagi termotivasi untuk mengusahakan sapi perah dan dapat mengalihkan usaha tersebut ke usaha lain seperti usaha sapi potong yang dipandang lebih menguntungkan.


(19)

I I I . METODA 3.1. Lokasi dan w aktu

Pengkajian sistem usaha agribisnis sapi perah di sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014 di daerah sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu. Lokasi pengkajian direncanakan di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong Provinsi Bengkulu yang merupakan daerah sentra pengembangan sapi perah di Povinsi Bengkulu. 3.2. Metode Pengkajian

Metode pengkajian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada waktu sekarang dengan jalan mengumpulkan data, menyusun, menganalisa dan kemudian menarik kesimpulan. Untuk pengumpulan data digunakan metode survei yang dipandu dengan kuisioner yang terstruktur dan Focus Group Discusion (FGD).

3.3. Jenis dan Teknik Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung dengan responden terkait informasi yang berhubungan dengan karakteristik lokasi pengkajian, identitas peternak, jenis dan jumlah dan komposisi ternak sapi perah, macam dan jumlah harga masukan yang digunakan serta macam, jumlah dan harga produk yang dihasilkan. Teknik wawancara dilakukan dengan panduan daftar pertanyaan/ kuesioner yang telah disiapkan. Responden yang diwawancarai meliputi peternak sapi perah, pedagang pengumpul dan dinas/ instansi terkait. Data sekunder diperoleh dari dinas/ instansi terkait pengkajian ini berupa dokumen-dokumen kebijakan dan publikasi-publikasi hasil penelitian sebagai referensi.

3.4. Metode analisis data

1. Untuk mendapatkan potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu dilakukan uji deskriptif.

2. Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi Bengkulu dilakukan analisis B/ C ratio.


(20)

3. Dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan peternak sapi perah didapatkan dari : nilai pendapatan usaha sapi perah

total pendapatan.

4. Untuk membuat rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu dilakukan analisis SWOT.


(21)

I V. HASI L DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Wilayah

Provinsi Bengkulu secara geografis terletak antara 20 16’ LU dan 30 31’ Lintang Selatan dan antara 101001’ - 030 41’ Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Sumatera Barat, sebelah timur berbatasan dengan Jambi dan Sumetera Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Samudera I ndonesia dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera I ndonesia dan Lampung.

Jumlah penduduk Provinsi Bengkulu sebanyak 1,7 juta jiwa, yang terdiri dari etnis Rejang (60,4% ), Jawa (22,3% ), Serawai (17,9% ), Lembak (4,9% ), Pasemah (4,4% ), Minang Kabau (4,3% ), Melayu (3,6% ), Sunda ( 3% ) dan Batak (2% ). Penduduk Provinsi Bengkulu mayoritas beragama I slam dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Rejang, Bengkulu dan I ndonesia.

Luas areal di Provinsi Bengkulu terbagi atas areal sawah, areal bukan sawah dan areal non pertanian. Areal bukan sawah adalah lahan kering yang difungsikan sebagai areal perkebunan, tanaman pangan, sayuran dan rumput pakan terkan dan lain-lain. Sedangkan areal non pertanian adalah areal kawasan hutan, pertambangan, perumahan dan lain-lain. Komoditi yang dihasilkan di Provinsi Bengkulu antara lain kelapa sawit, karet, kopi, padi, jagung dan kedelai, selain itu Provinsi juga menghasilkan berbagai jenis sayuran seperti bawang merah, cabe, kentang, kubis, wortel, petsay, bawang daun, tomat, terung, ketimun, kangkung dan bayam.

Hewan ternak yang ada di Provinsi Bengkulu ada tiga kelompok yaitu ternak besar, ternak kecil dan unggas. Ternak yang masuk kategori besar adalah sapi perah, sapi potong, kerbau dan kuda. Ternak kambing, domba, babi merupakan ternak kecil, sedangkan ayam, itik angsa adalah golongan unggas. Populasi sapi, kerbau dan kuda masing-masing sebanyak 98.948 ekor, 19.971 ekor dan 22 ekor. Sedangkan populasi unggas sebanyak 9.571.153 ekor (BPS Provinsi Bengkulu, 2011).


(22)

4.2. Karateristik peternak sapi perah

Karakteristik peternak sapi perah di lokasi pengkajian relatif beragam, seirama dengan profil responden yang dicirikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik peternak sapi perah di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang sebagai daerah sentra pengembangan sapi perah di Bengkulu

No Uraian Keragaman Rerata

1 Umur (tahun) 23 - 63 43

2 Pendidikan (tingkat) 6 - 12 9

3 Tanggungan keluarga (orang) 2 - 6 4

4 Anggota keluarga terlibat usahatani (orang) 1 - 3 2

5 Pengalaman usaha sapi perah (tahun) 3 - 12 7

6 Penguasaan/ pemilikan sapi perah (ekor) 1 - 6 2 - 3

7 Penguasaan/ pemilikan lahan usahatani (ha) 0,5 – 3,5 1,43

Sumber : Data terolah 2014

Hasil pengkajian secara umum menggambarkan peternak sapi perah responden tergolong dalam usia produktif dengan rerata umur 43 tahun dan dapat diandalkan mengembangkan usaha dengan baik, usia produktif ini mempunyai peluang untuk dapat meningkatkan pengembangan usahatani dengan baik didukung latar belakang pendidikan formal mencapai rata-rata 9 tahun atau identik tamat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dengan usia pendidikan 9 tahun.

Jumlah tanggungan keluarga peternak sapi perah di Kecamatan Selupu Rejang berkisar 2 – 6 orang dan dominan berjumlah 4 orang, anggota keluarga merupakan sumber utama tenaga kerja pada usaha sapi perah dan umumnya tenaga kerja terlibat 2 orang dengan pengalaman dalam memelihara sapi perah rata-rata 6 tahun atau diatas 3 tahun serta penguasaan atau jumlah ternak sapi perah dipelihara hanya 2 – 3 ekor, masih jauh dari ketersediaan kapasitas kandang dan kemampuan pelihara setiap rumah tangga peternak yang paling


(23)

berbagai jenis sayuran, seperti wortel, kubis, cabai, tomat, buncis dan kol bunga serta tanaman pangan dan palawija yang diusahakan adalah jagung, padi dan ubi kayu.

4.3. I dentifikasi faktor I nternal

Berdasarkan hasil identifikasi faktor internal di peroleh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam pengembangan sistem usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu. Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah di Provinsi Bengkulu.

No Kekuatan No Kelemahan

1 Dukungan teknologi dan I PTEK 1 Rendahnya ketersediaan informasi pasar

2 Ketersediaan lahan peternakan sapi perah

2 Rendahnya produktivitas sapi perah.

3 Ketersediaan air yang cukup 3 Rendahnya posisi tawar peternak sapi perah

4 Pengalaman beternak sapi 4 Ketersediaan pakan konsentrat kurang.

5 I klim dan keadaan alam 5 Ketersediaan bibit berkualitas rendah.

Sumber : Data Primer 2014.

4.4. I dentifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal di perolah peluang dan ancaman yang dihadapi dalam usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu. Peluang dan ancaman yang di hadapi oleh peternak sapi perah di Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada tabel 3.


(24)

Tabel 3. Peluang dan Ancaman Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis Sapi Perah di Provinsi Bengkulu.

No Peluang No Ancaman

1 Perkembangan dan dukungan I PTEK

1 Rendahnya animo masyarakat pada usaha sapi perah

2 Stabilitas harga susu 2 Kurangnya perhatian pihak

perbankan

3 Tingginya daya beli masyarakat 3 Kurangnya minat investor terhadap produk susu 4 Daya tarik sektor lain diluar

peternak rendah

4 Perkembangan teknologi informasi belum mendukung pengembangan usaha sapi perah

5 Rendahnya persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu.

5 Rendahnya inovasi produk olahan susu

Sumber : Data Primer 2014.

Untuk mengetahui strategi peluang pengembangan sapi perah dirumuskan menggunakan analisis SWOT yang digambarkan dalam matrik (tabel 4.) bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, sehingga menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis. Selanjutnya untuk menentukan strategi prioritas dilakukan analisis dengan QSPM (Rangkuti, 2008).


(25)

Tabel 4. Matrik faktor internal dan eksternal strategi pengembangan usaha ternak sapi perah di Bengkulu

FAKTOR I NTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL

Kekuatan Strengths( S) :

1.Adanya dukungan teknologi dan I PTEK.

2.Adanya lahan untuk HMT

3.Ketersediaan sumber air bersih

4.Pengalaman budidaya ternak sapi

5.I klim dan keadaan alam

Kelemahan Weaknesses( W) :

1. Kurangnya akses dan informasi pasar 2. Rendahnya produktifitas sapi

perah.

3. Rendahnya posisi tawar peternak sapi perah

4. Pakan konsentrat kurang/ sulit.

5. Kesulitan bibit sapi yang berkualitas.

Peluang

Opportunities( O) : 1.Perkembangan I PTEK

2.Stabilitas harga susu

3.Tingginya daya beli masyarakat

4.Daya tarik sektor lain diluar peternakan rendah

5.Persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu sapi rendah

Strategi S-O:

1.Meningkatkan populasi sapi perah melalui pola kemitraan dengan pihak lain (S2, S3, S4, S5, O1, O2) 2. Optimalisasi pemanfaatan kebun

rumput dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara (S3, O1, O2, O3) 3. memperluas pasar (S1, O2, O3)

Strategi W-O: 1. Memproduksi bibit yang

berkualitas baik (W2, W5, O1,) 2. Meningkatkan pengolahan produk

sapi perah (W3, O1, O2) 3. Melakukan pengolahan pakan

tambahan (W4, O1) 4. Melakukan promosi penjualan

produk susu (W1, O1, O2) 5. Menciptakan keutuhan dan wadah

kelompok tani (W1, W3, O5). Ancaman

Threats( T) :

1. Rendahnya animo masyarakat pada usaha sapi perah.

2. Kurangnya perhatian pihak perbankan. 3. Kurangnya minat

investor terhadap produk susu.

4. Perkembangan teknologi informasi belum

mendukung

pengembangan usaha sapi perah.

5. Rendahnya inovasi produk olahan susu.

Strategi S-T:

1. Peningkatan Adopsi inovasi teknologi (S1, T1, T4, T5)

2. Pemberdayaan kredit usaha tani oleh peternak (S5, T2)

3. Pemberdayaan masyarakat sekitar usaha peternakan (S1, T1).

4. Meningkatkan daya saing produk (S5, T5)

5. Penerapan jaminan mutu dan keamanan pengolahan hasil ternak (S5, T4)

Strategi W-T:

1. Meningkatkan peran penyuluh peternakan W5, T1)

2. Mencari saluran distribusi produk susu (W1, T3).

Selanjutnya untuk menentukan prioritas pilihan strategi tersebut, dilakukan analisis menggunakan QSPM (Tabel 5).


(26)

Tabel 5. Analisis QSPM Untuk Pemilihan Alternatif Strategi Peluang Pengembangan Sapi Perah di Bengkulu

Faktor Berpengaruh

Alternatif strategi

S – O W- O S – T W– T

Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor Bobot Rating Skor

Faktor I nternal ( SW) Kekuatan ( S) :

S1. Adanya dukungan teknologi 0,07 3 0,21 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 2 0,28 S2. Adanya lahan untuk peternakan 0,17 2 0,14 0,17 2 0,34 0,17 1 0,17 0,17 0 -S3. Ketersediaan sumber air yang cukup 0,12 2 0,24 0,12 1 0,12 0,12 1 0,12 0,12 2 0,24 S4. Pengalaman beternak 0,09 2 0,18 0,09 1 0,09 0,09 1 0,09 0,09 3 0,27 S5. Iklim dan keadaan alam 0,12 1 0,12 0,12 - - 0,12 - - 0,12 2 0,24

Kelemahan ( W) :

W1. Rendahnya akses pasar 0,03 2 0,06 0,03 3 0,09 0,03 2 0,06 0,03 3 0,09 W2. Rendahnya produktivitas ternak. 0,05 - - 0,05 2 0,10 0,05 2 0,10 0,05 - -W3. Rendahnya posisi tawar peternak. 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 - - 0,07 1 0,07 W4. Pakan konsentrat kurang 0,12 3 0,36 0,12 - - 0,12 2 0,24 0,12 1 0,12 W5. Ketersediaan bibit berkualitas kurang. 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15 0,15 1 0,15

Jumlah Faktor Internal 1,00 1,60 1,00 1,17 1,00 1,07 1,00 1,46 Faktor Eksternal

Peluang ( O) :

O1. Perkembangan dan dukungan IPTEK 0,16 3 0,48 0,16 4 0,64 0,16 3 0,48 0,16 1 0,16 O2.Stabilitas harga susu 0,17 2 0,34 0,17 2 0348 0,17 4 0,68 0,17 1 0,17 O3. Tingginya daya beli masyarakat 0,04 3 0,12 0,04 2 0,08 0,04 2 0,08 0,04 2 0,08 O4. Daya tarik sektor lain diluar peternakan

rendah

0,10 1 0,10 0,10 2 0,20 0,10 1 0,10 0,10 1 0,10 O5. Persaingan antar daerah dalam

menghasilkan produk susu rendah.

0,02 2 0,04 0,02 3 0,06 0,02 3 0,06 0,02 3 0,06

Ancaman ( T) :

T1. Rendahnya animo masyarakatpada usaha sapi perah.

0,11 - - 0,11 1 0,11 0,11 - - 0,11 2 0,22 T2. Kurangnya perhatian perbankan. 0,15 1 0,15 0,15 - - 0,15 1 0,15 0,15 - -T3. Kurangnya minat investor 0,09 3 0,27 0,09 1 0,09 0,09 1 0,09 0,09 3 0,27 T4. Perkembangan teknologi belum mampu

mendukung usaha sapi perah.

0,07 - - 0,07 2 0,14 0,07 - - 0,07 1 0,07 T5. Rendahnya inovasi produk susu 0,07 1 0,07 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14 0,07 2 0,14

Jumlah Faktor Eksternal 1,00 1,57 1,00 1,80 1,00 1,78 1,00 1,27

Jumlah Skor Total 3,17 2,97 2,85 2,73

Keterangan: Nilai rating 1= tidak menarik 2= kurang menarik 3= menarik 4= sangat menarik

Dari tabel 2 menunjukkan kekuatan yang dimiliki untuk pengembangan sistem usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah ketersediaan dukungan teknis, pelatihan teknis dan manajemen. Program tersebut diperoleh dari Pemerintah Pusat, provinsi dan kabupaten melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu dan Dinas Peternakan kabupaten yang bersangkutan. Secara kontinyu pemerintah mempunyai progam diantaranya 1)


(27)

pengembangan ternak sapi perah dengan mengintroduksi sapi perah ke kelompok baru di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Pada Tahun 2012 ada dua kelompok yang mendapatkan bantuan ternak sapi perah sebanyak 14 ekor/ kelompok yaitu kelompok Karya Bakti di Desa Blitar Muka Kecamatan Sindang Kelingi Kabupaten Rejang Lebong dan Gapoktan Sumber Mulya Desa Sukasari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Dan pada tahun 2013 juga ada dua kelompok ternak yang mendapatkan bantuan sapi perah sebanyak 11 ekor/ kelompok yaitu kelompok Sepakat I I Desa Mojorejo Kecamatan Selupu Rejang dan kelompok Tani Mulya Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong.

Ketersediaan lahan yang mendukung, sehingga menghasilkan pakan hijauan dan limbah pertanian pada basis peternakan sapi perah di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Kedua kabupaten tersebut merupakan daerah dataran tinggi dan memiliki sumber air yang melimpah dan berkualitas baik yang dapat mendukung pengembangan ternak sapi perah di kawasan tersebut.

Cakupan pemasaran produk susu yang luas sehingga dapat memasuki beberapa segmen pasar, seperti: 1) segmentasi geografis (wilayah desa, kecamatan, kabupaten bahkan provinsi Bengkulu), 2) segmen demografi (usia, keluarga, penduduk, pekerjaan), 3) segmentasi psikografi (berdasarkan kelas sosial, gaya hidup maupun pendidikan) dan 4) segmentasi behavioristik (perilaku berdasarkan pengetahuan, sikap dan tanggapan terhadap produk susu sapi perah. Produk susu apabila diolah dengan baik akan meningkatkan nilai tambah, dapat meingkatkan insentif tataniaga usahaha agribisnis ternak sapi perah. Hal ini dapat membuka atau menyerap tenaga kerja baik dalam kegiatan budidaya maupun dalam pengolahan dan pemasaran hasil.

Kelemahan dalam usaha agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah rendahnya ketersediaan akses informasi pasar. I nformasi pasar hanya diperoleh melalui pertemuan kelompok, antar peternak di wilayah tersebut ataupun dari masyarakat yang ingin mengkonsumsi susu. Seharusnya informasi pasar dapat diperoleh dari berbagai media baik media cetak maupun elektronik dan dengan


(28)

liter/ hari dan harga jual kepada pengolah susu Rp. 5.000,- per liter, maka penerimaan peternak dengan skala usaha 1 – 2 ekor per anggota kelompok jelas tidak mampu untuk membeli pakan tambahan.

Posisi tawar peternak sapi perah yang rendah merupakan kelemahan dalam usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu. Hal ini disebabkan lemahnya tingkat promosi, lemahnya kepercayaan konsumen terhadap produk, ketertarikan lembaga pemasaran untuk mendistribusikan produk akan berpengaruh terhadap proses memperoleh produk olahan susu.

Ketersediaan bibit yang berkualitas merupakan kelemahan usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu. Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor penghambat pengembangan usaha ternak sapi perah. Faktor bibit akan berpengaruh positif terhadap kuantitas dan produktifitas ternak sapi perah.

Ketersediaan pakan konsentrat merupakan kelemahan usaha ternak sapi perah. Pakan konsentrat tidak selalu diberikan kepada ternak. Pakan yang diberikan hanya pakan hijauan seperti rumput liar, rumput gajah , limbah jagung, wortel, kubis dan kacang-kacangan.

Tingkat pengolahan produk pada umumnya sudah mulai berkembang terutama di Gapoktan Sumber Mulya Desa Sumber Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang dan di Kelompok P4S Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong, sedangkan di kelompok Sepakat I I Desa Mojorejo Kecamatan Selupu Rejang dan di Kelompok Tani Karya Bakti belum melakukan pengolahan susu.

Ketersediaan wadah kelompok tani untuk kuantitas termasuk banyak tetapi dalam kualitas sangat rendah. Hal ini disebabkan pada saat pembentukan kelompok tani tidak berdasarkan kriteria kelompoktani/ ternak yaitu berdasarkan kesamaan kepentingan. Kelompok dibentuk disaat terdengarnya ada program bantuan pemerintah, hal ini menyebabkan keutuhan dan dinamika kelompok rendah yang mengakibatkan manajemen kelompok lemah, terutama keterbukaan


(29)

Terbatasnya pengolahan produk susu akan meningkatkan resiko dan biaya pemasaran. Pengolahan produk didaerah pengkajian dan sekitarnya terbatas pada pasteurisasi susu dengan kemasan yang sangat terbatas (agua gelas dan kemasan plastik), hal ini terdapat di tempat pengolahan susu Bapak Wondono di Kelompok P4S Desa Kali Padang Kecamatan Selupu Rejang Kebupaten Rejang Lebong dan di Gapoktan Sumber Mulya Desa Sumber Sari Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Susu Pateurisasi hanya mampu bertahan 6 – 7 jam diluar lemari pendingin, hal ini membuktikan bahwa tingkat resiko dan biaya pemasaran tinggi, merupakan kelemahan pengembangan agribisnis peternakan sapi perah di Provinsi Bengkulu.

Dari tabel 3 dapat dilihat berdasarkan hasil identifikasi faktor eksternal di peroleh peluang dan ancaman yang dihadapi usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.

Wilayah basis merupakan peluang untuk pengembangan agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu. Wilayah basis utama adalah Kabupaten Rejang Lebong dan kedua adalah Kabupaten Kepahiang. Perkembangan dan dukungan I lmu pengetahuan dan teknologi (I PTEK) merupakan peluang untuk pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu. I lmu pengetahuan dan Teknologi (I PTEK) tersebut di peroleh melalui pelatihan-pelatihan teknis, peran lembaga penelitian dan perguruan tinggi.

Stabilitas harga susu menjadi peluang usaha, dimana stabilitas harga susu akan memperluas keterbukaan pasar produk susu, merupakan daya tarik sektor lain diluar sektor peternakan. Tingginya daya beli masyarakat dan rendahnya persaingan antar daerah dalam menghasilkan produk susu sapi merupakan peluang untuk pengembangan sapi perah. Tingginya tingkat daya beli dan jumlah penawaran akan berpengaruh posistif terhadap tingkat permintaan, prospek pasar dan harga produk.

Rendahnya persaingan antar peternak merupakan peluang dalam pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu. Menurut Rangkuti (1999), dalam persaingan bisnis ada beberapa taktik bersaing yaitu: 1) Waktu (bergerak cepat mendahului pesaing dan bergerak belakang mengikuti dan memperhatikan


(30)

di semua segmen pasar pesaing, penyerangan bersifat memotong seperti melayani yang tidak terlayani oleh pesaing dalam produk sejenis, menyerang secara gerilya yaitu mencari titik kelemahan lawan/ pesaing). Hal ini tidak ditemui dalam usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu, baik persaingan waktu maupun persaingan tempat tersebut.

Ancaman pengembangan agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah rendahnya animo masyarakat terhadap usaha sapi perah. Hal ini di karenakan kesadaran masyarakatakan gizi masih rendah. Perhatian pihak perbankan merupakan ancaman bagi penguatan modal peternak sapi perah. Menurut Riyanto (1995) dalam dunia perbankan ada empat kriteria untuk pembiayaan/ penyaluran kredit kepada nasabah, yaitu capacity (keahlian dalam manajemen dan usaha), capital (kemampuan modal finansial, collateral (jaminan), condition ( kondisi baik penghasilan, pengeluaran maupun domisili).

Kurangnya minat invenstor terhadap produk susu dan kurangnya dukungan pemberlakuan era pasar bebas merupakan ancaman usaha. Hal ini perlu peran dan dukungan otonomi daerah untuk menarik investor dan peningkatan inovasi pengolahan produk berbasis susu untuk memanfaatkan pemberlakuan era pasar bebas untuk pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu.

4.5. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Sapi Perah di Provinsi

Bengkulu.

Alternatif strategi dirumuskan berdasarkan model analisis SWOT. Matrik ini memiliki keuntungan yaitu dapat dengan mudah memformulasikan strategi yang diperoleh berdasarkan gabungan faktor internal dan ekternal. Strategi yang disarankan adalah strategi S – O (strength – Opportunity), S – T (Strenght – Treaths), W – O (Weakness – Opportunity) dan W – T (Weakness – Treaths).

Berdasarkan matrik SWOT terbentuk empat strategi yaitu:

1. Strategi S – O (strength – opportunity) adalah strategi yang menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang dengan nilai.


(31)

sumber air yang berkualitas dan tersedianya pakan hijauan yang dapat mendukung pengembangan usaha sapi perah.

b. Optimalisasi pemanfaatan kebun rumput dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara (S3, O1, O2 dan O3). Strategi ini menekankan bahwa di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang masih banyak sumber hijauan dan makanan lainnya untuk ternak sapi tetapi belum dimanfaatkan secara baik, sehingga membuka peluang untuk penambahan populasi sapi perah di kedua kabupaten tersebut.

c. Memperluas pasar (S1, O2, O3). Strategi ini mendukung dikarenakan cakupan pemasaran produk susu yang luas, sehingga dapat memasuki beberapa segmentasi pasar, seperti: i) segmentasi geografis (wilayah, kota dan desa), ii) demografi (usia, jumlah penduduk, jumlah keluarga, pekerjaan dan pendapatan), iii) segmentasi psikografi (berdasarkan kelas sosial, gaya hidup) dan iv) segmentasi behavioristik (perilaku berdasarkan pengetahuan, sikap dan tanggapan terhadap produk).

2. Strategi W – O (weakness – opportunity) adalah strategi yang meminimal kan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, strategi W – O yang diperoleh: a. Memproduksi bibit yang berkualitas baik (W2, W5, O1,). Harga bibit sapi

perah sangat mahal merupakan kendala pengembangan sapi perah. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk memproduksi bibit yang berkualitas di daerah basis sapi perah di Provinsi Bengkulu.

b. Meningkatkan pengolahan produk sapi perah (W3, O1, O2). Selain olahan produk susu, limbah kotoran ternak sapi berupa feses dan urine dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan biourine juga merupakan produk tambahan bagi peternak sapi perah.

c. Melakukan pengolahan pakan tambahan (W4, O1). Pakan konsentrat (tambahan) sangat penting bagi ternak sapi perah. Di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang, pakan tambahan belum tersedia sehingga perlu dilakukan pengolahan pakan tambahan dengan memanfaatkan bahan baku limbah pertanian yang banyak terdapat di lokasi.


(32)

e. Menciptakan keutuhan dan wadah kelompok tani (W1, W3, O5). Kelompok tani dibentuk kadang-kadang hanya sebagai wadah untuk mendapatkan bantuan pemerintah, mengakibatkan rendahnya tingkat keutuhan kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan strategi bagaimana menciptakan keutuhan kelompok.

3. Strategi S – T (strength – treaths) adalah strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi yang diperoleh adalah:

a. Peningkatan Adopsi inovasi teknologi (S1, T1, T4, dan T5). Strategi penerapan teknologi baru perlu dilakukan dengan tujuan untuk meyakini peternak dan masyarakat sekitar tentang keberhasilan usaha ternak sapi perah.

b. Pemberdayaan kredit usaha tani oleh peternak (S5, dan T2). c. Pemberdayaan masyarakat sekitar usaha peternakan (S1, dan T1). d. Meningkatkan daya saing produk (S5, dan T5).

e. Penerapan jaminan mutu dan keamanan pengolahan hasil ternak (S5, dan T4 ).

4. Strategi W – T (weakness – treaths), adalah strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi W – T yang diperoleh adalah:

a. Meningkatkan peran penyuluh peternakan (W5 dan T1). Jumlah penyuluh peternakan dalam lima tahun terakhir berkurang, disebabkan oleh usia pensiun dan beralih ke jabatan struktural serta minimnya spesifikasi di bidang ilmu peternakan. Para penyuluh saat ini juga memiliki tugas mencakup pertanian dalam arti luas, akhirnya memiliki kelemahan yaitu tidak menekuni bidang ilmu yang spesifik.

b. Mencari saluran distribusi produk susu (W1 dan T3). Kesulitan konsumen memperoleh produk susu sapi perah di Provinsi Bengkulu terkendala pada saluran distribusi. Saluran distribusi terdiri dari gudang penyimpanan untuk disalurkan ke agen besar, agen kecil, pengencer dan ke toko-toko,


(33)

Tabel 6. Kepemilikan Sapi Laktasi dan Non Laktasi di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang

No Uraian Jumlah

1 Jumlah ternak laktasi 25

2 Jumlah ternak non laktasi 74

Rasio sapi laktasi 25,25

Sumber : data primer yang diolah (2014)

Data di atas diketahui jumlah ternak laktasi sebanyak 25 ekor dan non laktasi sebanyak 74 ekor. Berdasarkan jumlah total tersebut berarti rata-rata kepemilikkan petani ternak perorang adalah sebanyak 5,69 ekor. Dimana 1,92 ekor (25,25% ) merupakan sapi laktasi. Kondisi semacam ini kurang menguntungkan, karena usaha peternakan sapi perah dapat menghasilkan keuntungan apabila jumlah sapi laktasi yang dimiliki lebih besar dari 60% . Menurut Prasetyo, dkk, 2005 bahwa komposisi ekonomis untuk suatu usaha peternakan adalah persentase sapi dalam kondisi laktasi perlu ditingkatkan menjadi 60% .

Analisis Usaha Tani Sapi Perah

Biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi perah meliputi biaya tetap dan biaya variable. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh peternak sapi perah dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Analisis Usaha Tani Sapi Perah

No Jenis Biaya Nilai (Rp/ bulan)

I Biaya Tetap

Penyusutan kandang

24.712,-Penyusutan alat

2.024,-I 2.024,-I Biaya Variabel

Rumput

6.692,-Konsentrat

184.186,-Tenaga Kerja

249.471,-Obat – obatan

2.671,-I B

17.307,-I 17.307,-I 17.307,-I Penerimaan

1.505.769,-I V Pendapatan

610.706,-V B/ C 0,73


(34)

satu ekor ternak sebesar Rp. 838.331,-/ bulan. Biaya yang terbesar dalam biaya produksi adalah rata-rata biaya tenaga kerja, konsentrat, I B, penyusutan kandang dan rumput. Berdasarkan penelitian Prasetyo dkk (2005) dalam Haloho Ruth Dameria dkk (2013) bahwa total biaya variable sebesar 77,94% dari total biaya produksi. Sedangkan dalam pengkajian ini biaya varibel, biaya tenaga kerja lebih besar dari biaya pakan. Hal ini mungkin disebabkan dari pakan konsentrat yang digunakan peternak hanya terdiri dari tiga jenis bahan baku dan rumput yang digunakan kebanyakan rumput alam.

B/ C diperoleh dari rata-rata total pendapatan dibagi rata-rata total biaya perbulan. Dari analisis B/ C di atas terlihat bahwa peternak sapi perah memperoleh B/ C kurang dari satu, yang artinya usaha tersebut belum menguntungkan karena kurang dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah produksi 9,37 liter/ ekor/ hari dimana jenis pakan dan masa laktasi dari responden berbeda-beda dan manajemen pemeliharaan sapi perah yang diiterapkan peternak dari hasil pengamatan masih belum begitu baik. Menurut Tomaszewska, dkk (1993) dalam Sundari, dkk (2010) menyatakan bahwa produksi dari suatu ternak adalah hasil interaksi antara genotipe dan faktor lingkungan seperti iklim, nutrisi, penyakit dan praktek manajemen. Keterbatasan produksi ditentukan oleh pakan yang buruk, ketidakseimbangan pakan dan interaksi diantara faktor-faktor tersebut.

4.7. Analisis Dampak Ekonomi Usaha Sapi Perah

Usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh para petani di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang menjadikan usaha tani sapi perah sebagai usaha sampingan disamping usaha tani lainnya, seperti bercocok tanam kopi, sayuran, dagang, ojek sayur dan lain-lain. Usaha tani sapi perah dilakukan belum menghasilkan secara baik, hal ini disebabkan masih banyak petani yang baru menjalankan usaha tani sapi perah dalam beberapa tahun terakhir. Dampak ekonomi usaha sapi perah terhadap pendapatan peternak di Kabupaten Rejang


(35)

Tabel 8. Dampak Ekonomi Usaha Sapi Perah terhadap pendapatan Peternak.

No Uraian Nilai

1 Rata-rata Pendapatan usaha sapi perah Rp.

610.706,-2 Rata-rata Total Pendapatan peternak Rp.

1.976.805,-Kontribusi pendapatan usaha sapi perah 30,89 %

Sumber : data primer yang diolah (2014).

Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar 30,89% terhadap total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak berasal dari penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki berbagai macam usaha tani. Kecilnya kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah terhadap total pendapatan dikarenakan hanya 30,77% yang menjadikan usaha sapi perah merupakan usaha utama.

4.8. Sosialisasi I novasi Teknologi Dalam Meningkatkan Produktivitas Ternak Sapi Perah di Kabupaten Kepahiang

Kabupaten Kepahiang merupakan salah satu kabupaten sebagai daerah sentra pengembangan ternak ternak terutama ternak sapi baik sapi potong mapun sapi perah. Hal ini didukung oleh potensi daerah berupa iklim dan temperatur serta potensi pakan yang tersedia di daerah ini cukup tersedia sepanjang tahun. Kendala yang ada selama ini adalah peternak sapi baik sapi potong maupun sapi perah belum memanfaatkan secara baik limbah pertanian yang tersedia di lapangan sebagai pakan tambahan ternak sapi potong, padahal pakan tambahan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh peternak apabila ternak sedang berproduksi dan dalam usaha penggemukan.

Untuk itu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu telah mengkaji alternatif penggunaan limbah pertanian sebagai pakan tambahan untuk ternak sapi potong maupun sapi perah, melalui pengkajian penggunaan kulit kopi yang sudah difermentasi sebagai pakan penggemukan sapi potong maupun sebagai pakan tambahan untuk ternak sapi perah yang sedang laktasi. Agar teknologi yang dikaji oleh BPTP tersebut sampai kepada pengguna terutama peternak di daerah, maka perlu disosialisasikan melalui apresiasi inovasi teknologi


(36)

Kabawetan Kabupaten Kepahiang pada tanggal 18 September 2014 yang dihadiri oleh 80 orang peserta.

Materi yang disampaikan dalam acara tersebut adalah:

1. Kebijakan Perencanaan pembangunan pertanian Kabupaten Kepahiang (BAPPEDA) Kabupaten Kepahiang.

2. Kebijakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang dalam pengembangan peternakan di Kabupaten Kepahiang (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang).

3. Peran BP4K dalam menunjang pengembangan peternakan (BP4K Kabupaten Kepahiang).

4. I novasi teknologi peternakan mendukung peningkatan produktivitas ternak sapi di Kabupaten Kepahiang (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu).

5. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (Bank Rakyat I ndonesia Cabang Curup).

Pada acara ini juga dilakukan penyerahan secara simbolis pakan tambahan ternak sapi berupa kulit kopi yang difermentasi dengan campuran dedak padi 40% , kulit kopi 60% ditambahkan dengan garam dapur sebanyak 0,25 % , mollases 0,25% dan bioaktivator 0,2% dari berat bahan dasar. Pakan tambahan ini adalah hasil kerjasama antara BPTP Bengkulu dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang. Penyerahan secara simbolis dilakukan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kepahiang didampingi oleh Kepala BPTP Bengkulu yang diterima langsung oleh Ketua Kelompok Tani Sido Mulyo sebanyak 1,2 ton pakan jadi. Hingga saat ini pakan fermentasi yang telah dibuat adalah sebanyak 20 ton yang telah dibagikan kepada 16 kelompok tani di Kabupaten Kepahiang.

4.9. Sosialisasi Pembuatan Pakan Tambahan Untuk Ternak Sapi Perah Acara sosialisasi pembuatan pakan tambahan dilaksanakan di Kelompok


(37)

Lebong adalah kesulitan dalam hal pengadaan pakan tambahan untuk ternaknya, padahal ternak sapi perah sangat membutuhkan pakan tambahan untuk memproduksi susu.

Alat yang digunakan sekop, terpal, ember, gembor, plastik dan koran bekas, sedangkan bahan yang digunakan kulit Kopi 300 kg, dedak padi 200 kg, gula merah/ mollases 2 kg, biodecomposer (starbio)/ urea 2 kg, garam dapur

2,5 kg dan air Tahap pembuatan :

• Bahan yang paling banyak yaitu kulit kopi dihamparkan diatas terpal dan didatarkan setinggi + 20 cm, selanjutnya diatasnya ditaburkan bahan selanjutnya yaitu dedak padi.

• Selanjutnya biodecomposer (starbio/ urea) dilarutkan bersama gula merah/ mollases serta garam dapur dengan air yang bersih.

• Larutan Starbio, gula merah dan garam dapur disiramkan pada tumpukan bahan tersebut dengan menggunakan gembor. Selanjutnya aduk hingga rata dan mencapai kelembaban sekitar 60% .

• Setelah selesai pengadukan, maka selanjutnya campuran tersebut dimasukkan kedalam plastik. Sebelum ditutup, bagian atasnya ditutup dengan koran bekas.

• Selanjutnya karung plastik yang sudah diisi disimpan ditempat yang aman dan terhindar dari cahaya matahari langsung.

• Simpan campuran ini hingga 4 – 5 hari. Setelah itu campuran siap diberikan pada ternak sapi, tapi sebelum diberikan pada ternak kulit kopi fermentasi ini harus diangin-anginkan terlebih dahulu.

• Pemberian untuk sapi perah yang sedang laktasi, sebaiknya dicampur dengan ampas tahu atau ubi kayu dengan perbandingan 2 : 1 atau 1: 1.

Setelah selesai pemaparan materi tentang pembuatan pakan tambahan untuk sapi perah, dilakukan diskusi dengan peserta.

1. Bapak Syofyan (Kelompok tani Tani Mulya)

Apakah kulit kopi yang sudah difermentasi ini dapat disimpan lama ?


(38)

2. Bapak Mursalim (kelompok tani Sepakat I I )

Berapa banyak pakan ini diberikan pada ternak sapi dan kapan pemberiannya.


(39)

V. KESI MPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

1. Kabupaten Rejang Lebong merupakan wilayah utama pengembangan usaha agibisnis pengembangan ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu dan Kebupetan kepahiang merupakan daerah pengembangan kedua dilihat dari potensi alam, jumlah kelompok tani sapi perah dan penguasaan lahan pertanian serta dukungan pemerintah daerah.

2. Dari analisis B/ C yang dilakukan peternak sapi perah memperoleh B/ C kurang dari satu, yang artinya usaha tersebut belum menguntungkan karena kurang dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah produksi 9,37 liter/ ekor/ hari dimana jenis pakan dan masa laktasi dari responden berbeda-beda dan manajemen pemeliharaan sapi perah yang diiterapkan peternak dari hasil pengamatan masih belum begitu baik.

3. Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar 30,89% terhadap total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak berasal dari penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki berbagai macam usaha tani. Kecilnya kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah terhadap total pendapatan dikarenakan hanya 30,77% yang menjadikan usaha sapi perah merupakan usaha utama.

4. Strategi yang sesuai untuk pengembangan agribisnis peternakan sapi perah disentra pengembangan (Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang) Provinsi Bengkulu adalah: 1). meningkatkan populasi sapi perah melalui pola kemitraan dengan pihak lain, 2). optimalisasi pemanfaatan kebun rumput dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara dan 3). memperluas pasar.

5.2. Saran

Untuk meningkatkan efektifitas strategi yang telah dirumuskan diperlukan intervensi dari pemerintah daerah terhadap stategi yang diprioritaskan. Disamping itu kelembagaan pengolahan untuk pengembangan sistem agribisnis peternakan sapi perah perlu diidentifikasi dan direkayasa dengan seksama agar


(40)

Pemberian pakan tambahan (konsentrat) sangat diperlukan dilakukan untuk sapi perah yang sedang laktasi untuk meningkatkan produksi susu, mempertahankan kondisi tubuh dan menjaga kesehatan induk sapi tersebut.


(41)

KI NERJA HASI L PENGKAJI AN

1. Koordinasi dilakukan dengan Dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Kepahiang, BP4K Kabupaten Kepahiang, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Rejang Lebong, BP4K kabupaten Rejang Lebong untuk mengetahui kondisi sapi perah di kedua kabupaten tersebut.

2. Fokus Group Diskusi dilakukan dengan mengundang Dinas Peternakan dan Perikanan, BP4K, BP3K, I nseminator, Penyuluh, Kepala Desa dan Ketua Gapoktan dan kelompok tani.

3. Survei dan wawancara langsung dilakukan pada anggota kelompok tani yang memelihara sapi perah meliputi Kabupaten Kepahiang sebanyak satu kelompok dan Kabupaten Rejang Lebong sebanyak tiga kelompok.

4. Dari analisis B/ C yang dilakukan peternak sapi perah memperoleh B/ C kurang dari satu, yang artinya usaha tersebut belum menguntungkan karena kurang dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah produksi 9,37 liter/ ekor/ hari dimana jenis pakan dan masa laktasi dari responden berbeda-beda dan manajemen pemeliharaan sapi perah yang diiterapkan peternak dari hasil pengamatan masih belum begitu baik.

5. Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar 30,89% terhadap total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak berasal dari penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki berbagai macam usaha tani. Kecilnya kontribusi pendapatan usaha ternak sapi perah terhadap total pendapatan dikarenakan hanya 30,77% yang menjadikan usaha sapi perah merupakan usaha utama.

6. Strategi yang sesuai untuk pengembangan agribisnis peternakan sapi perah disentra pengembangan (Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang) Provinsi Bengkulu adalah: 1). meningkatkan populasi sapi perah melalui pola kemitraan dengan pihak lain, 2). optimalisasi pemanfaatan kebun rumput dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara dan 3). memperluas pasar produk susu.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Antara, M. 2004. Pendekatan Agribisnis dalam Pengembangan Pertanian Lahan Kering. Makalah Seminar pengembangan pertanian di wilayah lahan kering. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Buleleng. Buleleng.

Aviliani. 2008. Dukungan Perbankan Terhadap Agribisnis Sapi Perah Menyongsong Perdagangan Bebas 2020. Bank Rakyat I ndonesia. Prosiding Prospek I ndustri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan Sekolah Tinggi I lmu Ekonomi dan Perbankan I ndonesia. Jakarta.

BPS Bengkulu. 2010. Bengkulu Dalam Angka 2010. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bengkulu dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Deptan. 2006. Pedoman Pembibitan SapiPerah yang Baik. Permentan Nomor 55

Tahun 2006. Departemen Pertanian. Jakarta.

Disnak Provinsi Bengkulu. 2010. Laporan Tahunan Dinas Peternakan Provinsi Bengkulu. Pemerintah Provinsi Bengkulu. Bengkulu.

Dirjen I ndustri Agro dan Kimia. 2009. Roadmap I ndustri Susu. Departemen Perindustrian. Jakarta

Dirjennak. 2005. Buku Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dirjennak.2011. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Departemen Pertanian.Jakarta

Direktorat Jenderal P2HP. 2007. Program Aksi Bantuan Peralatan Gapoknak.

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Haloho, R.D., S.I . Santoso., S.Marzuki. 2013. Analisis Profitabilitas Pada Usaha Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Semarang. Jurnal Pengembangan Humaniora Vol.13 No.1, April 2013

Harpini, B. 2008. Upaya Mendorong I ndustri Pengolahan dan Pemasaran susu Pada Peternakan Rakyat. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran


(43)

Pradana,M.N. 2010. Agribisnis Sapi Perah di I ndonesia (Tinjauan Umum).http/ www.iasa-pusat.org. Diakses 20 Juni 2012.

Prasetyo, E.,T.E dan Mukson. 2005. Kondisi dan Potensi Pengembangan Usahatani Sapi Perah di Kabupaten Semarang. J. I ndonesia Trop. Anim.

Agric. Vol 30, No 2. 110-117

Rangkuti, F. 1999. Analisis SWOT Teknis Membedah Kasus Bisnis. PT SUN. Jakarta.

Riyanto. B, 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta. BPFE. Sudarwanto, M. 1999. Usaha Peningkatan Produksi Susu Melalui Program

Pengendalian Mastitis Subklinis. Orasi I lmiah Fakultas Kedokteran Hewan. I PB. Bogor.

Sundari dan Katamso. 2010. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Perah Lokal dan Eks-I mpor Anggota Koperasi Warga Mulya Di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Caraka Tani XXV No.1 Maret 2010

Talib, C., A. Anggraeni, K. Diwyanto dan E. Kurniatin. 2001. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah dibawah manajemen Perusahaan Komersial. Jurnal I lmiah Pertanian Volume I V(2). Jakarta.

Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Agribisnis Sapi Perah di I ndonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 3, Nomor 3. Departemen Pertanian. Jakarta. Yusdja, Y dan N. I lham. 2006. Arah Kebijakan Pembangunan Peternakan Rakyat.

Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 4, Nomor 1. Departemen Pertanian. Jakarta


(44)

ANALI SI S RESI KO

Analisis resiko diperlukan untuk mengetahui berbagai resiko yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal resiko, penyebab dan dampaknya, maka akan dapat disusun strategi ataupun cara penanganan resiko baik secara antisipatif maupun rensponsif. Daftar Resiko dan Penanganan resiko dapat dilihat pada tabel 9 dan 10.

Tabel 9. Daftar resiko dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem usaha agribisnis sapi perah pada sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu.

No Resiko Penyebab Dampak

1 Tidak tersedia data yang valid pada tingkat peternak

Peternak tidak mempunyai catatan produksi sapi perah dengan baik

Kurangnya data pengkajian

2 Data primer yang diperoleh kurang valid

Usahatani yang beragam

Hasil analisis memiliki bias yang tinggi

Tabel 10. Daftar resiko dan penanganannya dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian sistem usaha agribisnis sapi perah pada sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu.

No Resiko Penyebab Penanganan

1 Tidak tersedia data yang valid pada tingkat peternak

Peternak tidak mempunyai catatan produksi sapi perah dengan baik

Menggunakan data skunder atau data yang ada pada petugas 2 Data primer yang

diperoleh kurang valid

Usahatani yang beragam

Studi literatur dengan kasus yang mirip.


(45)

JADWAL KERJA

No Uraian Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Penyusunan dan

Penyempurnaan proposal dan ROPP

2 Desk Study

3 Penyusunan Kuisioner 4 Coaching Kuisioner 5 Koordinasi

6 Persiapan dan pelaksanaan survey

7 Tabulasi dan analisis data 8 Penyusunan laporan tengah

dan akhir tahun 9 Seminar hasil


(46)

PEMBI AYAAN A. RENCANA ANGGARAN BI AYA ( RAB)

No Uraian Valume

Harga Satuan

( 000)

Jumlah Rp ( 000)

1 Belanja Bahan 17.150

• Bahan pengkajian dan pendukung lainnya 1 Tahun 8.532 8.532 • Penggandaan, penjilidan, laminasi, cetak,

bahan informasi

1 Tahun 900 900

• ATK dan Komputer suplies 1 Paket 3.968 3.968

• Konsumsi dalam rangka persiapan, pertemuan

75 OH 50 3.750

2 Honor Output Kegiatan 4.970

• UHL 142 OH 35 4.970

3 Belanja Jasa Profesi 6.000

• Narasumber, fasilitator, evaluator 4 OJ 500 2.000

• Entry data 160 OH 25 4.000

4 Belanja Perjalanan Biasa 20.000

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)

4 OP 5.000 5.000

5 Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

16.880 • Akomodasi dalam rangka pertemuan dan

FGD

66 OH 180 11.880

• Perjalanan keluar Provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan

1 OH 5.000 5.000


(47)

B. REALI SASI ANGGARAN

No Jenis Pengeluaran Realisasi

Anggaran ( Rp) Persentase Keuangan ( % ) Persentese Fisik ( % )

1 Belanja Bahan

• Bahan pengkajian dan pendukung lainnya

8.530.000 99,97 100,00

• Penggandaan,

penjilidan, laminasi, cetak, bahan informasi

895.000 99,44 100,00

• ATK dan komputer supplies

3.962.600 99,86 100,00

• Konsumsi dalam

rangka persiapan, pertemuan

3.750.000 100,00 100,00

2 Honor Output Kegiatan

• UHL 1.050.000 21,12 25,00

3 Belanja Jasa Profesi

• Narasumber,

fasilitator, evaluator

2.000.000 100,00 100,00

• Entry data 4.000.000 100,00 100,00

4 Belanja Perjalanan

Biasa

• Perjalanan dalam rangka pelaksanaan kegiatan (berkisar antara Rp. 365.000 s/ d Rp. 5.000.000)

19.652.400 98,26 100,00

5 Belanja Perjalanan

Dinas Paket Meeting Luar Kota

• Akomodasi dalam

rangka pertemuan dan FGD

11.865.000 99,98 100,00

• Perjalanan ke Luar Provinsi/ pusat dalam rangka pelaksanaan kegiatan.

3.801.300 76,02 100,00


(48)

PERSONALI A

No Nama/ NI P

Jabatan Fungsional

/ Bidang keahlian Jabatan dalam Kegiatan Uraian Tugas Alokasi Waktu (Jam / minggu) 1 Zul Efendi,

S.Pt

Peneliti Pertama

Penanggu ng jawab

- Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan penelitian

- Menyusun dan

merencanakan

operasional kegiatan Mengkoordinir

anggota Tim - Menyusun Laporan - Melaksanakan

koordinasi dan

pelaksanaan kegiatan.

20

2. Wahyuni AW, M.Si

Peneliti Muda

Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data

konsumsi pakan

ternak sapi. - Membantu

pelaksanaan kegiatan.

10

3 Linda Harta, S.Pt

Penyuluh Pertama

Anggota - Membantu Analisis dan interpretasi data - Membantu

pelaksanaan kegiatan.

10

4 Sudarmansyah Adm Anggota - Membantu

Pelaksanaan Kegiatan - Membantu

Adminsitrasi Kegiatan


(49)

Lampiran 1. Kuisioner sistem usaha agribisnis sapi perah pada sentra pengembangan di provinsi Bengkulu.

PENGKAJI AN SI STEM USAHA AGRI BI SNI S SAPI PERAH PADA SENTRA PENGEMBANGAN PROVI NSI BENGKULU.

I . I DENTI FI KASI RESPONDEN

1. Nama : ……….………

2. Alamat : ……….………

3. Desa : ……….………

4. Kecamatan : ……….………

5. Kabupaten : ………….………

6. Provinsi : ………

Untuk mengidentifikasi faktor-faktor (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) mohon diberikan tanda (X) pada kolom A, B, C, D dan E pada masing-masing pernyataan sesuai dengan pendapat Bapak/ I buk. Dan apabila Bapak/ I buk memiliki pendapat yang belum tertulis pada format ini, maka Bapak / I buk dapat menulis pada format yang telah tersedia dan sekaligus memberikan tanda (X) pada kolom A, B, C, D dan E, dimana :

A : Sangat setuju B : Setuju

C : Cukup setuju D : Kurang setuju E : Tidak setuju

1. FAKTOR I NTERNAL (kekuatan dan kelemahan)

ASPEK Faktor I nternal

Subsistem Agribisnis hulu

• Tingkat ketersediaan pakan ternak-konsentrat, pakan dan limbah pertanian.

• Tingkat ketersediaan suplay peralatan kandang

• Tingkat ketesediaan obat-obatan

• Ketersediaan bibit

• ………..


(50)

Subsistem Budidaya

• Kesesuaian agroklimat untuk budidaya ternak sapi perah

• Ketersediaan tenaga kerja

• Ketersediaan lahan untuk penanaman rumput pakan ternak

• Ketersediaan air secara kuantitas dan kualitas

• Pengalaman dan penguasaan teknis beternak

• Tingkat kemanpuan manajerial kelembagaan petani

• Tingkat kemampuan finasial petani peternak

• Ketersediaan usaha tani ternak dengan usaha tani lainnya

• Potensi peningkatan skala usaha

• Orientasi usaha menuju agribisnis

• Tingkat keuntungan usaha peternakan sapi perah

• Tingkat produktivitas ternak sapi perah

• ………. • ………. • ………. Subsistem Pengolahan Hasil/ pasca panen

• Pengolahan produk oleh peternak atau pihak lain

• Tingkat penguasaan teknis pengolahan produk oleh peternak

• Ketepatan penggunaan teknologi dalam proses pasca panen

• Kualitas dan kuantitas bahan baku

• Potensi nilai tambah dari pengolahan produk/ pasca panen

• ………

• ………


(51)

pemasaran dan informasi pasar bagi peternak

• Tingkat segmentasi konsumen produk ternak

• Tingkat harga produk

• Pendistribusian produk

• Tingkat kualitas produk yang dihasilkan

• Posisi tawar peternak yang dihasilkan

• Tingkat promosi penjualan produk

• ………

• ………

• ……… Subsistem

penunjang

• Ketersediaan wadah kelompok tani sapi perah

• Ketersediaan dukungan program dari pemerintah

• Ketrsediaan dukungan teknis dari pemerintah/ tenaga ahli

• Ketersediaan dukungan finansial/ modal dari perbankan

• Ketersediaan akses finasial dari perbankan

• Ketersediaan dukungan teknis dari penyuluh

• Tingkat ketersediaan akses informasi pasar

• Ketersediaan koperasi yang melayani kebutuhan usaha ternak

• Ketersediaan pelatihan teknis dan manajemen bagi peternak

• Ketersediaan informasi teknologi terkini bagi peternak

• ………

• ………


(52)

2. FAKTOR PELUANG

ASPEK Faktor Peluang Ekonomi • Daya beli masyarakat

• Masih tersedia sumberdaya untuk pengembangan sapi perah

• Masih terbuka pasar produk peternakan

• Prospek pasar dan harga produksi ternak relative meningkat

• Permintaan produk sapi perah yang terus meningkat

• Adanya era globalisasi memperluas pemasaran sapi perah

• Ketertarikan dari investor

• ……….

• ……….

• ………. Politik/

hokum/ Pemerintan

• Perhatian dari pihak perbankan

• Otonomi daerah

• I nfrastruktur menunjang pengembangan produk peternakan

• Adanya lembaga pendukung seperti Poskeswan, Koperasi

• Adanya pembinaan/ pelatihan/ penyuluha bagi pelaku usaha dari pemerintah

• ……….

• ……….

• ………. Sosbud/

Demografi/ Lingkungan

• Wilayah basis sapi perah

• I klim dan kondisi alam yang mendukung

• Tingginya animo masyarakat dibidang usaha sapi perah


(53)

• Kesadaran akan gizi meningkata

• ………

• ………

• ……… Teknologi • Pengembanagn I PTEK

• Tingginya inovasi produk olahan

• Berkembangnya teknologi dan informasi yang semakin pesat

• ……….

• ……….

• ……….

3. FAKTOR ANCAMAN :

ASPEK Faktor Ancaman

Ekonomi • Ketidakstabilan harga ternak sapi perah

• Ketersediaan bibit ternak sapi perah

• Stabiltas penyediaan bibit/ layanan I B

• Resiko produk peternakan cukup tinggi

• Diberlakukan era pasar bebas

• Harga pakan mahal

• Fluktuasi harga sapordi dan sapi perah

• ……….

• ……….

• ………. Politik/

Hukum/ Pemerintahan

• Kekuatan hokum peruntukan dan penguasaan lahan belum jelas

• Kondisi politik, keamanan dan konflik internal

• Adanya kebijakan pemerintah mengimpor sapi perah


(54)

Sosbud/ Demografi/ Lingkungan

• Alih fungsi lahan pertanian

• Gangguan reproduksi dan kesehatan ternak

• Tingginya pemotongan ternak betina Produktif

• Varus/ penyakit yang menyeran secara mewabah dan mendadak

• Adanya wabah penyakit menular

• ………

• ………

• ……….. Teknologi

(sebutkan)

• ………

• ………

Persaingan • Persaingan sesame peternak sapi perah

• Persaingan antar daerah dalam menghasilkan sapi perah

• Persaingan penjualan produk susu lokal dengan produk susu impor

• Produktivitas yang belum stabil dan kalah dengan wilayah lain

• Daya tarik sektor lain diluar sektor peternakan

• Masuknya pesaing dari daerah lai

• ………

• ………...


(55)

Lampiran 2. Kuisioner survei pakar penilaian faktor internal dan faktor ekternal. Nomor

Responden

KUESI ONER SURVEI PAKAR Penilaian Faktor I nternal dan Eksternal Nama Nara Sumber

Jabatan dan I nstansi

No. Telepon

Penilaian Kondisi Faktor Dan Eksternal Untuk Menentukan Strategi

Pengembangan Sistem Usaha Agrabisnis Sapi Perah Di Sentra Pengembangan Di Provinsi Bengkulu

Pengantar

Bapak/ ibu dimohon untuk memberikan penilaian kondisi Faktor dalam konteks Pengembangan Sistem Usaha Agribisnis sapi perah di sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu dengan skor penilaian antara SANGAT LEMAH sampai SANGAT KUAT.

Berikan Tanda (√ ) pada kolom yang paling sesuai berdasarkan penilaian kondisi masing-masing faktor.

Tabel 1. Matrik isian kondisi Faktor pada faktor-faktor I nternal.

Faktor Sangat

lemah

Lemah Kuat Sangat kuat 1 Ketersediaan pakan konsentrat

2 Ketersediaan obat-obatan 3 Ketersediaan bibit

4 Ketersediaan tenaga kerja

5 Ketersediaan lahan untuk peternakan 6 Ketersediaan air (kuantitas dan kualitas) 7 Pengalaman dan penguasaan teknis


(56)

12 Cakupan pemasaran produk susu 13 Tingkat insentif tata niaga usaha susu 14 Tingkat penjualan produk susu

15 Tingkat resiko dan biaya pemasaran susu 16 Distribusi produk susu

17 Tingkat kualitas produk susu

18 Posisi tawar produk susu oleh peternak sapi perah

19 Tingkat promosi penjualan produk susu 20 Ketersediaan/ keutuhan/ dinamika/ wadah

kelompok tani

21 Ketersediaan dukungan program dari pemerintah

22 Ketersediaan dukungan teknis dari pemerintah

23 Ketersediaan dukungan teknis dari penyuluh

24 Ketersediaan akses informasi pasar 25 Ketersediaan koperasi

26 Ketersediaan pelatihan teknis dan manajemen

Tabel 2. Matrik isian kondisi Faktor pada faktor-faktor Eksternal.

No Faktor Sangat

lemah

Lemah Kuat Sangat

kuat

Tingkat daya beli masyarakat terhadap produk susu

Keterbukaan pasar produk susu Prospek pasar dan harga produk susu

Tingkat permintaan produk susu Keterbukaan investor terhadap pengembangan sapi perah

Stabilitas harga susu

Dukungan pemberlakuan era pasar bebas

Perhatian pihak perbankan


(57)

perah

Animo masyarakat pada usaha sapi perah

Kesadaran akan nilai gizi susu Perkembangan I PTEK

I novasi produk olahan susu

Perkembangan teknologi informasi Persaingan peternak sapi perah Persaingan antar daerah dalam menghasilkan susu sapi

Daya tarik sektor lain diluar sektor peternakan


(58)

Lampiran 3. Kuesioner analisis dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap pendapatan petani peternak di Provinsi Bengkulu

KUESI ONER ANALI SI S DAMPAK EKONOMI USAHA TERNAK SAPI

PERAH TERHADAP PENDAPATAN PETANI PETERNAK

DI PROVI NSI BENGKULU

Nama Petani : _____________________________

Alamat : _____________________________

Desa : _____________________________

Kecamatan : _____________________________

Kabupaten : _____________________________

Provinsi : _____________________________

Nama Enumerator : _________________


(59)

I dentitas Responden

1 Umur : tahun

2 Pendidikan Formal : tahun

3 Tanggungan Keluarga < 15 th = Org

> 15 th = Org

4 Anggota keluarga yg ikut dalam usahatani = Org

5 Pengalaman usahatani / ternak = Tahun

6 Status dalam Kelompok tani / ternak: a. Ketua kelompok, sejak tahun ______ b. Pengurus, sejak tahun ______ c. Anggota, sejak tahun _______ 7. Pendidikan in formal

a. Berapa kali mengikuti pertemuan kelompok setiap bulan= kali

b. Pelatihan apa saja yang pernak diikuti

(1) ……….. (2) ……….. (3) ……….. (4) ………

I . Kondisi Ekonomi Responden

1. Mata Pencaharian Utama =

Sampingan =

2. Jarak lokasi usahatani ke : Tempat Tinggal = Km

Jalan Raya terdekat = Km

Toko Saprodi = Km

Penggilingan = Km

Sumber Modal = Km

BPP/ BP3K = Km

POSLUHDES = Km

Sumber limbah = Km


(60)

c. Sapi laktasi = ……….ekor, umur = ………tahun

d. Pedet = ……….ekor, umur = ………tahun

2. Dari mana saudara mendapatkan ternak sapi perah a. Bantuan langsung

b. Bagi hasil

c. Milik sendiri, yaitu dengan cara mendapat pinjaman modal

3. Kalao dari Dinas, system pengembaliannya seperti apa, tolong jelaskan………

4. Bakalan sapi perah yang saudara miliki diperoleh dari daerah mana……….

5. Berapa umur bakalan ternak sapi perah pada saat diterima

6. Pada umur berapa ternak sapi perah yang saudara pelihara menghasilkan susu pertama kali………

I I I . Budidaya

Kendala pengelolahan usaha tani

1. Jenis penyakit apa yang biasa menyerang ternak sapi perah saudara………..

2. Bagaimana cara mengatasinya……… 3. Cara apa yang dilakukan untuk mengembangkan sapi perah

a. Kawin alami b. Kawin suntik (I B)

4. Apa yang menjadi kendala perkawinan secara

alami………...


(61)

Sanitasi kandang dan ternak

1. Apa model kandang yang saudara miliki…….. a. Terbuka dan sebagian tertutup

b. Tertutup

2. Apakah kandang yang saudara miliki selalu dibersihkan

a. Ya b. tidak

3. Jika ya, berapa frekuensi pembersihan kandang dalam sehari………..

4. Apakah ternak sapi perah yang saudara miliki dimandikan ………….

a. Ya b. Tidak

5. Jika ya berapa kali dalam sehari dimandikan……….

I V. Sistem pemerahan

1. Apakah ternak sapi perah yang saudara miliki sebelum dilakukan pemerahan dibersihkan terlebih dahulu………

2. Berapa kali dalam sehari saudara melakukan pemerahan susu ………

3. Pada jam berapa saudara melakukan pemerahan susu………….

4. Berapa produksi susu yang dihasilkan setiap kali melakukan pemerahan susu………../ ekor/ hari

6. Sebelum melakukan pemerahan susu apakah wadah penampungan dan wadah penyimpanan dibersihkan terlebih dahulu

a. Ya b. Tidak

5. Apakah susu yang diperoleh langsung dijual atau di simpan……….

6. Jika disimpan wadah yang digunakan untuk menyimpan susu tersebut menggunakan apa………..

7. Apa kah susu yang disimpan tersebut diberi perlakuan

a. Ya b. tidak

8. Jika diberi perlakuan, jenis perlakuan yang seperti apa……….


(62)

V. Biaya dan penerimaan sapi perahSusu

1. Berapa harga susu segar setiap kali saudara

menjual………../ liter

2. Menurut saudara harga susu tersebut sudah layak atau belum

a. Ya b. Tidak

3. Jika belum layak, menurut saudara harga yang layak berapa Rp………./ liter,

alasannya……… ………..……… 4. Menurut saudara faktor-faktor yang mempengaruhi harga susu

adalah……….

limbah

1. Apakah saudara sudah mengelola limbah ternak anda?

a. Ya b. tidak

2. Jika iya diolah dalam bentuk apa a. kompos

b. pupuk cair

3. berapa jumlah llimbah yang dihasilkan setiap

minggu………..

4. Berapa banyak setiap kali melakukan pemgolahan lombah tersebut………..

5. Dari pengolahan limbah tersebut apakah di jual atau dipakai sendiri………

6. Berapa harga/ kg jika dijual………..

7. Konsumen yang biasa membeli hasil pengolahan limbah tersebut berasal dari mana saja……….


(63)

VI . Biaya dan penerimaan usaha lainnya 1. Tanaman tahunan

No. I nput I tem Unit Valume Nlai (Rupiah)

Jumlah (Rp.)

DK LK

P W P W

Persiapan Lahan

1 Nebas Tenaga Kerja HOK 2 Nyemprot Tenaga Kerja HOK 3 Pembuatan

lubang tanam

Tenaga Kerja HOK 4 Tanam Tenaga Kerja HOK 5 Bahan Herbisida Liter Bibit Batng

Setelah tanam

1. Pemupukan Urea Kg

SP-36 Kg

KCL Kg

NPK Kg

………..

Tenaga HOK 2. Penyiangan Bahan

……… Ltr Tenaga HOK 3. Pengendalian

hama/ penyakit

Bahan

……… Ltr ………

Tenaga HOK

4. Panen Tenaga HOK

Borongan Rp

5 Pasca panen Rp


(64)

2. Tanaman Sayuran

OUTPUT Unit Valume Nilai

Juml ah (Rp)

HASI L Kg/ ikat

I NPUT I tem Unit DK LK

P W P W

PERSEMAI AN Benih kg Tenaga HOK Borongan Rp PENYI APAN LAHAN Tenaga HOK

Borongan Rp

Mesin Rp

TANAM Tenaga HOK

Borongan Rp PENYI ANGAN Tenaga HOK

Borongan Rp HERBI SI DA Tenaga HOK

Bahan Rp

I NSEKTI SI DA Tenaga HOK

Bahan Rp

FUNGI SI DA Tenaga HOK

Bahan Rp

PUPUK Urea kg

SP-36 kg

KCl kg

NPK kg

…………. kg

Tenaga HOK PUPUK KANDANG Bahan kg

Tenaga HOK I RI GASI I uran Rp

Tenaga Rp

Borongan HOK

PANEN Tenaga HOK


(65)

3. Usahatani padi sawah

Output Unit Volume Nilai Jumlah (Rp) Hasil Gabah/ musim Kg

I nput

DK LK Persemaian Benih Kg

tenaga HOK Borongan Rp

Penyiapan Lahan Tenaga Kg Borongan HOK Mesin Rp

Tanam tenaga HOK

Borongan Rp Penyiangan Tenaga HOK

Borongan Rp Herbisida Tenaga HOK

Bahan Rp I nsektisida Tenaga HOK

Bahan Rp

Pupuk Urea Kg

Superphos Kg

KCl Kg

NPK Kg

ZA Kg

………

Tenaga HOK Pupuk Kandang Bahan Kg

Tenaga HOK I rigasi I uran Rp

Tenaga Rp Borongan HOK Panen Tenaga HOK


(66)

Borongan Rp Pembersihan Tenaga HOK Pengeringan Tenaga HOK I nput lainnya

Total Pengeluaran

Rp/ lahan

Keuntungan Bersih

Nilai = harga@ x jumlah

4. Lain-lain

No Uraian Usaha Pendapatan Pengeluaran Penerimaan

Biaya dan Penerimaan A. Biaya Tetap

- Penyusutan/ 5 th

No Alat/ kandang/ sapi Umur

ekonomis

Harga awal

Harga akhir

Penyusutan


(67)

B. Biaya tidak tetap

No I nput I tem Unit Valume Nilai/ jam (Rupiah)

Jumlah (Rp.) DK LK

P W P W 1 Pakan Tenaga Kerja Jam

Konsentrat 1. ………. 2. ……… 3. ………. 4. ………. 5. ……….

Kg

2 Obat Tenaga Kerja jam Bahan:

1. ………. 2. ….…………

Btol

3 I B Tenaga Kerja Bahan: 1……… 2……….. 3………..

4 Mengambil rumput Tenaga Kerja Jam/ krng Alat/ bahan

1……….. 2……….. 3……… 5 Membersihkan

kandang

1. Pagi Tenaga Kerja Jam 2. Sore Tenaga Kerja Jam 6 Memandikan ternak

Tenaga Kerja Jam 1. Pagi Tenaga Kerja Jam


(68)

7

8 1. Pagi

Tenaga Kerja Jam 2. Sore Tenaga Kerja Jam 9 Mengantarkan susu Tenaga Kerja

10 Biaya lain-lain

VI I . Produksi dan Penerimaan

1. Produksi susu :

2. Harga jual :

3. Bentuk penjualan : a. Segar b. Diolah 4. Dalam bentuk olahan

Bentuk olahan satuan Volume

susu

Volume kemasan

Produksi Harga jual Kerupuk

Permen Susu pasteurisasi

5. Anak sapi perah (pedet) dan limbah.

Uraian Satuan Volume Harga (Rp) Nilai (Rp)

1. Anak (kelamin/ umur) : 1. …………

2. ………… 3. ………… 4. …………

Limbah : 1. Padat (kg/ karung) 2. Cair (liter/ drigen)

6. Lokasi penjualan :

a. susu olahan :

b. susu segar :


(69)

Lampiran 4. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Gambar 1.

Pelaksanaan FGD dengan Pemangku Kebijakan

Gambar 2.


(1)

Lampiran 4. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan

Gambar 1.

Pelaksanaan FGD dengan Pemangku Kebijakan

Gambar 2.


(2)

Kondisi kandang Sapi Perah Milik Kelompok Karya Bakti di Kabupaten Rejang Lebong.


(3)

Alat Pengolah Susu Segar Milik Gapoktan Sumber Mulya Kabupaten Kepahiang

Gambar 6.

Alat Penyimpan Susu Segar Milik Gapoktan Sumber Mulya Kabupaten Kepahiang


(4)

Pelaksanaan Survei di Kelompok Tani “Tani Mulya” Kabupaten Rejang Lebong

Gambar 8.


(5)

Pembuatan Pakan Tambahan untuk sapi Perah di Kabupaten Kepahiang

Gambar 10.


(6)

Pembuatan Pakan Tambahan di Kelompok Tani Sepakat I I di Kabupaten Rejang Lebong.

Gambar 12.

Tempat Pemasaran Hasil Olahan Susu di Kabupaten Rejang Lebong