Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Sapi Perah di Provinsi

17 di semua segmen pasar pesaing, penyerangan bersifat memotong seperti melayani yang tidak terlayani oleh pesaing dalam produk sejenis, menyerang secara gerilya yaitu mencari titik kelemahan lawan pesaing. Hal ini tidak ditemui dalam usaha sapi perah di Provinsi Bengkulu, baik persaingan waktu maupun persaingan tempat tersebut. Ancaman pengembangan agribisnis sapi perah di Provinsi Bengkulu adalah rendahnya animo masyarakat terhadap usaha sapi perah. Hal ini di karenakan kesadaran masyarakatakan gizi masih rendah. Perhatian pihak perbankan merupakan ancaman bagi penguatan modal peternak sapi perah. Menurut Riyanto 1995 dalam dunia perbankan ada empat kriteria untuk pembiayaan penyaluran kredit kepada nasabah, yaitu capacity keahlian dalam manajemen dan usaha, capital kemampuan modal finansial, collateral jaminan, condition kondisi baik penghasilan, pengeluaran maupun domisili. Kurangnya minat invenstor terhadap produk susu dan kurangnya dukungan pemberlakuan era pasar bebas merupakan ancaman usaha. Hal ini perlu peran dan dukungan otonomi daerah untuk menarik investor dan peningkatan inovasi pengolahan produk berbasis susu untuk memanfaatkan pemberlakuan era pasar bebas untuk pengembangan sapi perah di Provinsi Bengkulu.

4.5. Strategi Pengembangan Sistem Agribisnis Sapi Perah di Provinsi

Bengkulu. Alternatif strategi dirumuskan berdasarkan model analisis SWOT. Matrik ini memiliki keuntungan yaitu dapat dengan mudah memformulasikan strategi yang diperoleh berdasarkan gabungan faktor internal dan ekternal. Strategi yang disarankan adalah strategi S – O strength – Opportunity, S – T Strenght – Treaths, W – O Weakness – Opportunity dan W – T Weakness – Treaths. Berdasarkan matrik SWOT terbentuk empat strategi yaitu: 1. Strategi S – O strength – opportunity adalah strategi yang menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang dengan nilai. a. Meningkatkan populasi sapi perah melalui pola kemitraan dengan pihak lain S2, S3, S4, O1 dan O2. Strategi ini didukung oleh wilayah basis sapi perah di Provinsi Bengkulu yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Kedua kabupaten tersebut merupakan daerah dataran tinggi dan memiliki 18 sumber air yang berkualitas dan tersedianya pakan hijauan yang dapat mendukung pengembangan usaha sapi perah. b. Optimalisasi pemanfaatan kebun rumput dan penanaman rumput unggul untuk menambah populasi sapi perah yang dipelihara S3, O1, O2 dan O3. Strategi ini menekankan bahwa di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang masih banyak sumber hijauan dan makanan lainnya untuk ternak sapi tetapi belum dimanfaatkan secara baik, sehingga membuka peluang untuk penambahan populasi sapi perah di kedua kabupaten tersebut. c. Memperluas pasar S1, O2, O3. Strategi ini mendukung dikarenakan cakupan pemasaran produk susu yang luas, sehingga dapat memasuki beberapa segmentasi pasar, seperti: i segmentasi geografis wilayah, kota dan desa, ii demografi usia, jumlah penduduk, jumlah keluarga, pekerjaan dan pendapatan, iii segmentasi psikografi berdasarkan kelas sosial, gaya hidup dan iv segmentasi behavioristik perilaku berdasarkan pengetahuan, sikap dan tanggapan terhadap produk. 2. Strategi W – O weakness – opportunity adalah strategi yang meminimal kan kelemahan untuk memanfaatkan peluang, strategi W – O yang diperoleh: a. Memproduksi bibit yang berkualitas baik W2, W5, O1,. Harga bibit sapi perah sangat mahal merupakan kendala pengembangan sapi perah. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk memproduksi bibit yang berkualitas di daerah basis sapi perah di Provinsi Bengkulu. b. Meningkatkan pengolahan produk sapi perah W3, O1, O2. Selain olahan produk susu, limbah kotoran ternak sapi berupa feses dan urine dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan biourine juga merupakan produk tambahan bagi peternak sapi perah. c. Melakukan pengolahan pakan tambahan W4, O1. Pakan konsentrat tambahan sangat penting bagi ternak sapi perah. Di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang, pakan tambahan belum tersedia sehingga perlu dilakukan pengolahan pakan tambahan dengan memanfaatkan bahan baku limbah pertanian yang banyak terdapat di lokasi. d. Melakukan promosi penjualan produk susu W1, O1, O2. Promosi perlu dilakukan untuk memberi tahu konsumen tentang produk sapi perah yang dihasilkan. 19 e. Menciptakan keutuhan dan wadah kelompok tani W1, W3, O5. Kelompok tani dibentuk kadang-kadang hanya sebagai wadah untuk mendapatkan bantuan pemerintah, mengakibatkan rendahnya tingkat keutuhan kelompok. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan strategi bagaimana menciptakan keutuhan kelompok. 3. Strategi S – T strength – treaths adalah strategi menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman, strategi yang diperoleh adalah: a. Peningkatan Adopsi inovasi teknologi S1, T1, T4, dan T5. Strategi penerapan teknologi baru perlu dilakukan dengan tujuan untuk meyakini peternak dan masyarakat sekitar tentang keberhasilan usaha ternak sapi perah. b. Pemberdayaan kredit usaha tani oleh peternak S5, dan T2. c. Pemberdayaan masyarakat sekitar usaha peternakan S1, dan T1. d. Meningkatkan daya saing produk S5, dan T5. e. Penerapan jaminan mutu dan keamanan pengolahan hasil ternak S5, dan T4 . 4. Strategi W – T weakness – treaths, adalah strategi meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi W – T yang diperoleh adalah: a. Meningkatkan peran penyuluh peternakan W5 dan T1. Jumlah penyuluh peternakan dalam lima tahun terakhir berkurang, disebabkan oleh usia pensiun dan beralih ke jabatan struktural serta minimnya spesifikasi di bidang ilmu peternakan. Para penyuluh saat ini juga memiliki tugas mencakup pertanian dalam arti luas, akhirnya memiliki kelemahan yaitu tidak menekuni bidang ilmu yang spesifik. b. Mencari saluran distribusi produk susu W1 dan T3. Kesulitan konsumen memperoleh produk susu sapi perah di Provinsi Bengkulu terkendala pada saluran distribusi. Saluran distribusi terdiri dari gudang penyimpanan untuk disalurkan ke agen besar, agen kecil, pengencer dan ke toko-toko, warung-warung terdekat oleh konsumen.

4.6. Kelayakan Finansial Usaha Ternak Sapi Perah Di Provinsi Bengkulu