3
kelembagaan ini belum bisa memberikan banyak kontribusi kepada peternak. Karena itu peningkatan produksi, pemasaran yang menguntungkan dan efisien
serta perbaikan manajemen serta pembinaan kelembagaan peternak secara berkelanjutan menjadi suatu hal yang penting sehingga perlu dilakukan
pengkajian untuk mendapatkan suatu sistem yang dapat diaplikasikan oleh peternak sapi perah untuk pengembangan agribisnis sapi perah mereka daerah
sentra pengembangan baru di Provinsi Bengkulu.
1.2. Tujuan
1. Mengkaji potensi dan peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di
Provinsi Bengkulu. 2.
Menganalisis kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi Bengkulu.
3. Menganalisis dampak ekonomi usaha ternak sapi perah terhadap
pendapatan petani peternak sapi perah. 4.
Membuat rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.
1.3. Keluaran yang diharapkan
1. Didapatkannya potensi dan
peluang pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.
2. Kelayakan finansial usaha ternak sapi Perah di Provinsi Bengkulu.
3. Dampak ekonomi usaha ternak
sapi perah terhadap pendapatan petani peternak sapi perah.
4. Rekomendasi pengembangan usaha ternak sapi perah di Provinsi Bengkulu.
4
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
Agribisnis sapi perah dengan susu sebagai produk utama adalah salah satu usahatani di bidang peternakan, karena susu dikenal sebagai bahan pangan
bergizi tinggi yang sangat dibutuhkan oleh manusia terutama untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan. Namun produksi susu saat ini masih
jauh dibawah kebutuhan dan hanya mampu memenuhi kebutuhan susu nasional berkisar pada angka 30 Ditjennak, 2005. Persentase terbesar kapasitas
produksi susu sapi perah dalam negeri hanya menghasilkan susu sekitar 10 liter ekor hr dan umumnya pada peternakan rakyat masih jauh dibawahnya
Talib dkk, 2001. Produksi susu secara umum sampai saat ini belum dapat mencukupi
permintaan konsumen, hal ini disebabkan jumlah dan populasi ternak sapi perah masih kurang, daya produksi susu ekor belum mencapai titik optimum serta
kualitas susu yang dihasilkan masih rendah dan penyebab utamanya adalah pengelolaan pakan kualitas dan kuantitas yang belum optimum Sudarwanto,
1999. Usaha peternakan sapi perah saat ini sebagian diarahkan untuk dikelola dalam bentuk usaha skala kecil berupa peternakan rakyat dengan struktur
populasi masih tidak beraturan dan belum mempunyai sistem perbibitan yang terarah Deptan, 2006. Bila produktivitas sapi perah dalam negeri dapat
ditingkatkan hingga mapu berproduksi mencapai lebih dari 15 liter ekor hari tentu akan dapat memenuhi kebutuhan susu secara nasional sampai 70 .
Sesuai dengan arahan Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan untuk melakukan pengembangan usaha sapi perah di luar Pulau Jawa serta
untuk memenuhi kebutuhan susu di Provinsi Bengkulu, maka pada tahun 2002 usaha peternakan sapi perah telah dikembangkan di Kabupaten Rejang Lebong
dan tahun 2007 di Kabupaten Kepahiang dengan total populasi sapi perah mencapai 688 ekor Disnak Prov. Bengkulu, 2010.
Prospek pengembangan usaha sapi perah saat ini cukup besar mengingat permintaan susu yang terus meningkat seirama dengan pertumbuhan ekonomi
Yusdia, 2005. Salah satu faktor penting yang menentukan keberlanjutan pengembangan usaha peternakan sapi perah termasuk di Provinsi Bengkulu
dilakukan melalui pendekatan pengembangan agribisnis dan agroindustri, dimana sektor peternakan merupakan salah satu prioritas kebijakan dalam peningkatan
5
produksi dan swasembada pangan termasuk susu sapi. Aviliani 2008 menyampaikan bahwa usaha sapi perah merupakan kegiatan agribisnis yang
mempunyai peranan cukup strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan penyediaan pangan nasional serta pemerataan pembangunan dan hasil
pembangunan dibidang pertanian. Kondisi ini juga
menuntut adanya pengembangan
inovasi teknologi secara terpadu
dan terencana, guna
mendapatkan nilai tambah setiap produk komoditi pertanian yang belum termanfaatkan.
Di I ndonesia sebagian besar susu dihasilkan oleh peternakan rakyat yang tersebar di beberapa sentra produksi. Sebagian besar susu disetor ke industri
pengolahan susu yang akan mengolah menjadi susu bubuk, susu kental manis, susu pasteurisasi, keju, mentega dan lain-lain. Hubungan kerjasama antara
peternak dengan industri pengolahan susu umumnya melalui koperasi. Departemen Perindustrian 2009 menyatakan bahwa konsumsi produk susu
dominan dalam bentuk susu bubuk 43,3 yang diikuti oleh susu kental manis 20,4 . Penggunaan produk susu dalam produk lain seperti biskuit, ice cream,
permen, coklat dan lain-lain juga cukup tinggi mencapai 27,5 persen. Peningkatan permintaan susu yang semakin terus bertambah dan
meningkatnya harga susu saat ini, merupakan peluang yang sangat baik untuk memberdayakan usaha agribisnis sapi perah berbabasis sumberdaya bahan
pakan lokal, disamping itu juga diharapkan peranan peternak untuk dapat mengaplikasikan manajemen yang baik terkait dalam pemberian pakan yang
dapat meningkatkan produksi susu secara optimal. Peluang meningkatkan produksi dan konsumsi susu segar perlu diimbangi dengan kondisi harga susu
segar dalam negeri SSDN di tingkat peternak. Harga susu segar yang rendah berpotensi menghancurkan agribisnis sapi perah. Peternak tidak lagi termotivasi
untuk mengusahakan sapi perah dan dapat mengalihkan usaha tersebut ke usaha lain seperti usaha sapi potong yang dipandang lebih menguntungkan.
6
I I I . METODA 3.1. Lokasi dan w aktu
Pengkajian sistem usaha agribisnis sapi perah di sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember
2014 di daerah sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu. Lokasi pengkajian direncanakan di Kabupaten Kepahiang dan Rejang Lebong Provinsi Bengkulu
yang merupakan daerah sentra pengembangan sapi perah di Povinsi Bengkulu.
3.2. Metode Pengkajian