Perancangan Kampanye Peduli Anak Terancam Putus Sekolah

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN KAMPANYE PEDULI ANAK

TERANCAM PUTUS SEKOLAH

DK 38315 Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh:

Keri Putra 51907217

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dari awal hingga dapat terselesaikan dengan baik. Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir berjudul “Perancangan Kampanye Peduli Anak Terancam Putus Sekolah” ini ditujukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Program Sarjana Strata I pada Universitas Komputer Indonesia.

Dalam penyusunan laporan pengantar proyek tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan sosialisasi yang ada pada penulis.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini. Dan dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membimbing dan menyumbangkan pemikiran, doa serta bantuannya baik secara moral maupun materil.

Bandung,14 Juli 2011


(3)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang dikarenakan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, namun segala kesulitan, hambatan dan rintangan yang penulis rasakan semuanya dapat teratasi dengan bimbingan, dorongan dan bantuan semua pihak.

Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Yully Ambarsih Ekawardhani, M.Sn selaku dosen pembimbing yang memberikan kepercayaaan tugas akhir kepada penulis, serta yang selalu memberikan pengarahan dan masukan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

2. Drs. Hary Lubis dan Dodi Nursaiman S.Sn selaku dosen penguji atas saran dan kritikan yang membangun kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

3. Pihak yang telah memberikan bantuan dan pengarahannya, yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas terselesaikannya penulisan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini.


(4)

iii Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap mudah-mudahan jasa baik yang penulis terima dari berbagai pihak akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Terakhir harapan penulis semoga tulisan laporan pengantar Proyek Tugas Akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.


(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat menyadari pentingnya pendidikan sebagai dasar pembangunan pola pikir. Pemerintah dan masyarakat pun memberi perhatian besar pada bidang pendidikan, seperti memberikan bantuan berupa dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang bertujuan meningkatkan pendidikan dan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang diperuntukkan kepada siswa-siswa miskin. BOS digunakan untuk memberi subsidi kepada siswa yang kurang mampu sehingga dapat mengurangi iuran yang dibebankan kepada orang tua, senilai dana BOS yang diterima sekolah.

Peran serta masyarakat dalam membentuk lembaga-lembaga sosial pun sudah banyak dengan menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan seperti Sekolah Rumah Mentari/ Komunitas Belajar Gratis yang berada di Cimenyan, Bandung Utara, Dompet Dhuafa dan lembaga-lembaga sosial lainnya yang berada di kota Bandung yang turut membantu dan peduli kepada orang yang membutuhkan terutama orang-orang miskin. Selain


(6)

2 itu, ada juga anak yang bersekolah dengan kondisi yang memprihatinkan dimana anak tersebut menggunakan perlengkapan sekolah yang sudah tidak layak pakai.

Meskipun sudah ada bantuan yang diberikan pemerintah dan peran serta dari masyarakat itu sendiri, tetapi masih terdapat anak-anak yang putus sekolah karena tidak adanya biaya untuk memenuhi kebutuhan atau perlengkapan sekolah bahkan untuk membiayai sekolah itu sendiri. Selain itu, bantuan yang diberikan pemerintah hanya berupa potongan biaya seperti biaya BP3, biaya ujian dan lain sebagainya, bukan memberikan bantuan berupa seragam, tas, buku serta perlengkapan lainnya. Padahal, keluarga yang tidak mampu tersebut sangat membutuhkan perlengkapan-perlengkapan sekolah untuk anaknya tetapi tidak mampu untuk memenuhinya. Keluarga yang status ekonominya tergolong miskin sulit untuk menyekolahkan anaknya, karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja masih mengalami kesulitan. Hal itu menyebabkan banyak anak-anak yang terancam berhenti sekolah.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terlihat bahwa masih terdapat jurang pemisah antara masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas


(7)

3 dengan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah dalam hal perolehan pendidikan. Walaupun adanya bantuan pemerintah belum mampu meratakan pendidikan, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, sehingga masih ada yang tidak sekolah dan putus sekolah hanya karena tidak bisa memenuhi perlengkapan sekolah. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, perlu ada bantuan dan kepedulian masyarakat terhadap keluarga-keluarga di sekitar mereka yang membutuhkan.

1.2 Identifikasi Masalah

- Realita pada saat ini masih banyak terdapat anak-anak yang putus sekolah karena kekurangan biaya dan karena bantuan pemerintah tidak seluruhnya kepada mereka.

- Masih ada kesulitan bagi keluarga yang tergolong miskin untuk melengkapi kebutuhan perlengkapan sekolah seperti seragam, tas, sepatu, buku dan lainnya, padahal hal tersebut tidak kalah pentingnya dengan iuran wajib sekolah.

- Masih banyak terdapat anak-anak yang tidak memakai perlengkapan sekolah yang layak, karena tidak ada kemampuan untuk memenuhinya.


(8)

4 - Adanya program dari pemerintah berupa dana BOS dan bantuan dari masyarakat dengan membentuk lembaga sosial rupanya belum sepenuhnya berhasil untuk mengurangi anak yang putus sekolah.

1.3 Fokus Masalah

Penanganan anak yang putus sekolah oleh pemerintah dan masyarakat belum sepenuhnya berhasil, terbukti dengan masih terdapatnya anak-anak yang putus sekolah karena tidak adanya biaya dan sulit untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah, serta bantuan pemerintah yang tidak tersebar secara merata.

Fokus permasalahan yang diangkat adalah bagaimana membuat solusi untuk membantu anak-anak yang terancam putus sekolah, khususnya anak-anak yang duduk di bangku sekolah dasar di kota Bandung dan menyelamatkan mereka agar tetap bersekolah dimulai dari hal yang kecil, sekaligus bagaimana mengajarkan kepada anak-anak dari orang tua yang tergolong mampu untuk peduli kepada sesama agar anak itu sendiri memiliki jiwa sosial yang tinggi.


(9)

5

1.4 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan kampanye sosial ini adalah untuk mengajak orang tua dengan status sosial ekonominya menengah ke atas untuk membantu anak-anak yang berada di sekitar mereka yang terancam putus sekolah agar dapat mencegah bertambahnya anak-anak yang putus sekolah sekaligus mengajak dan mengajarkan kepada anak dari orang tua yang mampu untuk membantu sesama agar tumbuh jiwa kepedulian sosial.


(10)

6

BAB II

MASALAH PENDIDIKAN DI KALANGAN MASYARAKAT MISKIN

2.1 Kemiskinan

Menurut Mohammad Saroni (2009), menjelaskan kondisi seseorang dikategorikan miskin ketika mereka tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, bahkan mereka yang masih dapat memenuhi tetapi masih mengalami kesulitan dapat dikategorikan sebagai keluarga miskin.

Gambar 2.1 Masyarakat tidak mampu.

Sumber :http://sarahtidaksendiri.files.wordpress.com/2008/10/miskin1.jpg

Gambar 2.2 Kondisi Pemukiman masyarakat kurang mampu. Sumber : http://2.bp.blogspot.com/_zPx14ClEBWw/TKMTnh_-qSI/AAAAAAAAAOs/vjQJzZTtbKI/s1600/20090506miskin.jpg


(11)

7 Kemiskinan yang terjadi sekarang ini bukan lagi hal yang sulit dicari di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya di kota Bandung, ditambah dengan banyaknya pengangguran yang ada di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Pemerintah berperan untuk menciptakan perluasan kesempatan bagi terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat miskin, seperti hak atas pekerjaan, hak atas pangan, hak atas pendidikan, dan hak atas kesehatan. Pemerintah tidak sepenuhnya bisa disalahkan, karena masalah ini merupakan masalah yang harus diselesaikan bersama dimana masyarakat juga harus ikut bekerjasama untuk mengatasi kemiskinan, rasa kepedulian dan rasa saling membantu harus ditanamkan agar seluruh masyarakat bisa mendapatkan haknya terutama dalam bidang pendidikan.

2.2 Pendidikan

2.2.1 Definisi Pendidikan

Pendidikan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar


(12)

8 peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sedangkan menurut Mohammad Saroni (2009), menjelaskan pendidikan adalah salah satu pemutus tali kemiskinan. Pendapat itu secara faktual telah lama dimengerti dan dikenal. Akan tetapi, warga negara di negeri ini belum sepenuhnya mengenyam pendidikan hingga jenjang yang paling tinggi.

Salah satu contohnya yang terjadi di Bandung, masih banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan. Jangankan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, untuk bersekolah saja mereka masih mengalami kesulitan. Bantuan yang diberikan oleh pemerintah pun tidak terbagi secara merata, sehingga masih banyak dari anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah.


(13)

9

2.2.2 Dasar Hukum Pendidikan

Pendidikan mempunyai dasar hukum yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan dengan jelas bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Dengan demikian, orang miskin juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang diselenggarakan di negeri ini. Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara, tetapi pendidikan dasar merupakan kewajiban yang harus diikuti oleh setiap warga negara dan pemerintah wajib membiayai kegiatan tersebut. Lebih lanjut dalam Pasal 31 ayat (4) disebutkan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Berdasarkan dasar hukum pendidikan tersebut, jelas bahwa orang miskin juga mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak agar bisa meningkatkan kualitas hidupnya.


(14)

10 Oleh karena itu, diperlukan kepedulian dan kerjasama untuk membantunya agar mendapatkan pendidikan yang layak tersebut.

2.3 Dampak Kemiskinan Terhadap Pendidikan

Pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun sebagai gerakan nasional. Dan masyarakat sangat mendukung mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran hingga batas yang diwajibkan tetapi, ketika harus berhadapan dengan masalah pendanaan, masyarakat mengalami kesulitan.

Program tersebut sangat menyentuh masyarakat, bahkan pada lapisan terbawah di masyarakat. Tetapi, program tersebut masih belum terlaksana sebagaimana mestinya sebab masih banyak orang miskin yang kesulitan mengikuti program tersebut. Kesulitan utamanya mengenai biaya pendidikan.

Kemiskinan merupakan faktor utama penyebab masyarakat merasa kesulitan dalam melaksanakan program wajib belajar 9 tahun, sehingga banyak anak-anak yang tidak sekolah bahkan putus sekolah. Realita tersebut dapat dilihat masih banyak anak-anak jalanan yang mengamen dan meminta-minta di setiap lampu merah atau perempatan jalan di


(15)

11 kota-kota besar seperti di Bandung. Karena kesulitan dalam faktor ekonomi tersebut, banyak orang tua yang justru memberdayakan anak-anaknya untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Anak-anak yang sudah besar, bahkan yang masih kecil juga diajarkan secara langsung untuk mencari uang penutup kebutuhan hidup.

Gambar 2.3 Anak jalanan. Sumber :

http://3.bp.blogspot.com/bl_rQR9YZXA/TWYCYAaSaxI/AAAAAAAAACQ/AZZFfSSl36M/ s1600/anak-jalanan-jpg.gif

Gambar 2.4 Anak jalanan.

Sumber : http://aboxofmilk.files.wordpress.com/2010/08/bercengkrama-dgn-anak-jalanan1.jpg?w=600&h=399


(16)

12 Lebih tragisnya lagi tidak sedikit dari para orang tua tersebut yang memberdayakan anaknya dengan memerintahkan untuk menjadi pengemis atau pengamen di lampu merah atau persimpangan jalan. Mereka harus bertarung dengan kerasnya kehidupan dan ikut bertanggung jawab atas perekonomian keluarganya. Akibatnya, mereka pun kehilangan kesempatan untuk mengikuti proses pendidikan.

Beberapa contoh kasus menurut Denay Lesmana (2010) menjelaskan bahwa jumlah anak putus sekolah usia 7 hingga 15 tahun di Propinsi Jawa Barat tertinggi secara nasional karena orang tua siswa tidak mampu memenuhi kebutuhan pribadi siswa. Saat ini terdapat sebanyak 769.235 anak di Jawa Barat yang putus sekolah pada usia 7-15 tahun tersebut. Putus sekolahnya anak-anak di Jawa Barat itu disebabkan karena faktor kemiskinan, sehingga orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pribadi siswa, seperti pembelian seragam sekolah dan buku tulis, kebutuhan pribadi siswa itu berada di luar program BOS yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Pada harian Galamedia (2010) dijelaskan bahwa kemiskinan menjadi faktor utama tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Berdasarkan data terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),


(17)

13 saat ini terdapat 13.685.324 siswa putus sekolah usia 7-15 tahun. Dari jumlah itu, sebanyak 769.235 orang atau sekitar 6% berada di Jawa Barat. Komnas Perlindungan Anak mencatat, sejak tahun 2006 angka putus sekolah terus bertambah. Tahun 2006 tercatat 9,6 juta anak, saat ini naik menjadi 13,7 juta anak. Tentu saja angka ini mengkhawatirkan, apalagi data dari pusat menyebutkan pada akhir tahun 2009, angka kemiskinan di Indonesia mencapai 14%. Sementara data terbaru untuk kwartal pertama tahun 2010, turun hingga 13,33%, namun tetap saja tinggi.

Dari beberapa contoh kasus dan data anak-anak putus sekolah yang setiap tahunnya terus bertambah, banyak dari anak-anak yang putus sekolah disebabkan oleh tidak adanya biaya untuk memenuhi kebutuhan pribadi siswa seperti perlengkapan sekolah dan faktor kemiskinan itu sendiri.

2.4 Upaya-Upaya untuk Mengatasi Anak-Anak yang Putus Sekolah

Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengurangi anak yang putus sekolah, yaitu:


(18)

14

2.4.1 Upaya Pemerintah

Di dalam situs www.bappenas.go.id, pemerintah berupaya untuk mengatasi anak-anak yang putus sekolah yaitu dengan membuat program dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Program ini bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa lainnya agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Penerima Dana BOS

Dana BOS diutamakan bagi para siswa miskin, termasuk membantu siswa putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran/ pungutan yang dilakukan oleh sekolah. Jika kemudian hari masih ada sisa dana BOS, maka akan digunakan mensubsidi siswa lain. Bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa sehingga dapat mengurangi pungutan/ sumbangan/ iuran yang dibebankan kepada orang tua siswa, minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah. Dengan begitu, diharapkan tidak ada lagi tamatan SD/MI setara yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB karena mahalnya biaya masuk sekolah.


(19)

15 Penggunaan Dana BOS di dalam situs www.bappenas.go.id

 Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka Penerimaan Siswa Baru: biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang.

 Pembelian buku teks pelajaran (di luar buku yang telah dibeli dari dana BOS Buku) dan buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan.

 Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, dan sejenisnya.

 Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa.

 Pembelian bahan–bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan, koran, kopi, teh, dan gula untuk kebutuhan sehari– hari di sekolah.

 Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang menghadapi masalah biaya transport dari dan ke sekolah.  Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah keagamaan non

Islam, dana BOS dapat digunakan untuk biaya asrama/ pondokan dan membeli peralatan ibadah.


(20)

16 Larangan BOS di dalam situs www.bappenas.go.id

 Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan. Dipinjamkan kepada pihak lain.

 Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, study tour (karya wisata) dan sejenisnya.

 Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid.

 Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat.  Membangun gedung/ruangan baru.

 Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran.

 Menanamkan saham.

 Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/guru bantu dan kelebihan jam mengajar.

Upaya ini belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak terdapat anak-anak yang putus sekolah. Hal ini disebabkan bantuannya tidak langsung diterima oleh masyarakat miskin dan putus sekolah, dan bantuan pun masih berupa potongan biaya


(21)

17 sekolah dan tidak berupa perlengkapan sekolah seperti seragam dan lainnya, seperti ketentuan yang telah dicantumkan di atas. Bantuan yang diberikan lebih fokus dengan kegiatan sekolah. Terdapat banyak contoh kasus yang menyalahgunakan bantuan tersebut, yaitu oleh oknum tertentu sehingga bantuan tersebut tidak sampai kepada orang yang membutuhkan.

Menurut Global Post (2011), menjelaskan ternyata bantuan dana BOS untuk Kabupaten Bandung bukan hanya tahun 2010 yang bermasalah. Tetapi, pada tahun 2009 Polda Jawa Barat sudah menyelidiki dugaan korupsi dana BOS di Kabupaten Bandung. Diungkapkan bahwa dalam kasus tersebut, penyidik dari Polda Jabar telah memintai keterangan sejumlah pejabat terkait, termasuk Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bandung, H. Juhana perihal penggunaan dana BOS yang diduga dipotong oleh oknum-oknum yang memanfaatkan dana BOS.


(22)

18

2.3.1 Upaya Masyarakat

Selain upaya dari pemerintah, ada juga beberapa upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengurangi anak-anak yang putus sekolah, seperti mendirikan yayasan untuk anak jalanan, Dompet Dhuafa, dan Sekolah Rumah Mentari.

Di dalam situs resmi SRM (Sekolah Rumah Mentari) www.alifmagz.com (2010), Sekolah Rumah Mentari ini adalah sanggar atau komunitas yang berlokasi di kawasan Ciburial, Cimenyan, Bandung Utara. Sanggar ini merupakan salah satu yang peduli terhadap nasib anak-anak yang putus sekolah dan tidak sekolah. SRM ini dibentuk karena merasa tergugah oleh beberapa anak yang putus sekolah dari sebuah lembaga pendidikan yang dinaungi sebuah yayasan. Anak-anak tersebut dididik oleh beberapa mahasiswa dan alumni perguruan ternama di Bandung, seperti dari Institut Teknologi Bandung [ITB], Universitas Padjadjaran [Unpad], Universitas Pendidikan Indonesia [UPI] dan Universitas Islam Negeri [UIN] Sunan Gunung Djati, Bandung. Merekalah yang bersedia menjadi relawan pendidik di SRM.


(23)

19 Selain untuk anak-anak putus sekolah, Sekolah Rumah Mentari pun melayani pendidikan bagi anak-anak sekolah yang kurang mampu mendapatkan bimbingan belajar di luar sekolah. Tak heran, apabila menjelang Ujian Nasional [UN], anak-anak tersebut mendapatkan bimbingan belajar ekstra secara intensif. Sekolah Rumah Mentari berupaya untuk membantu anak-anak untuk persiapan UN kelas 3 SMP dan SMA.

Selain pelajaran sekolah umum, juga mengadakan bimbingan belajar keterampilan dan keahlian, misalnya elektronik, tata boga, dan keterampilan rajut. Sama seperti kegiatan belajar lainnya, waktu bimbingan ini diterapkan secara fleksibel. Sekolah Rumah Mentari juga memperhatikan anak putus sekolah, maka para relawannya menyiapkan juga program belajar persiapan paket belajar, yakni Paket A, B, dan C. Siapa saja bisa belajar di sini, relawan membagi jadwal belajar setiap minggunya yang disesuaikan dengan ketersediaan waktu para relawan pendidik.


(24)

20

Gambar 2.5 Peserta didik SRM Sumber: http://alifmagz.com/wp/wp-content/uploads/2010/04/you_rummentari1_ed50.jpg

Gambar 2.6 Kegiatan belajar Sumber: http://alifmagz.com/wp/wp-content/uploads/2010/04/you_rummentari6_ed50.jpg

Keberadaan komunitas ini dapat mengurangi anak-anak yang putus sekolah. Kepedulian sosial seperti inilah yang sangat diharapkan oleh bangsa, saling membantu terhadap orang yang tidak mampu, bukan hanya memberikan bantuan berupa materi


(25)

21 tetapi juga memberikan bantuan berupa tenaga, ilmu, dorongan dan semangat agar anak-anak bisa terus tetap besekolah.

Ini merupakan program yang sangat diinginkan oleh masyarakat yang kekurangan karena rasa kepedulian yang tinggi dapat mengurangi anak-anak yang tidak sekolah dan putus sekolah. Ini sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat dan berharap masih banyak lagi orang-orang yang akan mendirikan yayasan seperti ini agar masyarakat mendapatkan pendidikan yang merata.

2.5 Studi Lapangan

Untuk menganalisis permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat, maka diadakan penelitian untuk memenuhi data primer dengan metode survey dengan keterangan sebagai berikut:

Tempat : Kabupaten Bandung (Wilayah Kopo) Tanggal : 25 Desember 2010 –12 Januari 2011 Jumlah responden : 50 orang

Tempat yang dijadikan survey penelitian adalah daerah Kabupaten Bandung bertempat di wilayah Kopo, hal ini karena ada sebagian masyarakat yang perekonomiannya rendah dan masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan pendidikan serta masih terdapat anak-anak


(26)

22 yang putus sekolah. Responden yang ditentukan adalah orangtua yang status sosial ekonominya rendah, Responden berusia 22 – 63 tahun, karena rata-rata orangtua yang sudah mempunyai anak dan sudah bisa sekolah.

Dari hasil analisis data yang didapat peneliti, dapat disimpulkan permasalahan pendidikan yang ada di masyarakat dari orang tua yang status ekonominya yang rendah berusia 22-63 tahun dengan latar belakang pendidikan SD sampai dengan SMA atau sederajat dan bertempat tinggal di daerah kabupaten Bandung tepatnya daerah Kopo, adalah sebagai berikut:

- Para orang tua masih kesulitan untuk mendapatkan bantuan pemerintah karena persyaratan tertentu yang menyulitkan mereka, karena harus mengurus ke RT, RW bahkan sampai ke Kecamatan. - Dari hasil questioner dapat disimpulkan bahwa bantuan yang

diberikan kepada masyarakat tidak merata, terbukti dengan masih adanya anak-anak mereka yang tidak sekolah dan putus sekolah karena tidak ada biaya.

- Responden sebagian besar masih banyak yang tempat tinggalnya masih mengontrak dan responden rata-rata memiliki banyak anak dengan status pekerjaan kebanyakan buruh yang berpenghasilan


(27)

23 kecil, hal ini menyebabkan responden mengalami kesulitan untuk membiayai atau menyekolahkan anaknya.

- Bantuan yang diberikan pemerintah hanya berupa potongan biaya sekolah seperti BP3 dan biaya kegiatan sekolah.

2.6 Solusi yang Ditawarkan

Mohammad Saroni (2009), menjelaskan bahwa:

Masyarakat dan pemerintah perlu meningkatkan kepedulian terhadap kondisi pemerataan pendidikan pada setiap lapisan masyarakat. Bahwa masyarakat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan satu terhadap yang lainnya. Setiap yang terjadi pada masyarakat akan menimbulkan dampak pada orang lain. Sejak dulu masyarakat Indonesia telah menganut konsep hidup dalam kebersamaan sehingga banyak kegiatan hidup yang lakukan secara bersama-sama untuk mencapai hasil maksimal. Konsep hidup kebersamaan ini mengajarkan bahwa perlunya persatuan. Jika bersatu dalam melakukan suatu kegiatan, kegiatan tersebut dapat terselesaikan dalam waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan jika kegiatan tersebut dikerjakan secara individu. Konsep hidup kebersamaan ini diwujudkan dalam pola kegotong royongan dalam hidup. Masyarakat harus menerapkan konsep hidup


(28)

24 dalam kebersamaan pada proses pendidikan dan pembelajaran. Harus saling membantu agar program peningkatan sumber daya manusia melalui dunia pendidikan benar-benar dapat terwujud sebagai gerakan kesadaran bersama (h. 54).

Dalam konteks ini, gerakan kesadaran bersama yang dimaksudkan adalah adanya saling mendukung dan membantu antar sesama, khususnya orang-orang kaya terhadap orang miskin. Jika terjadi proses seperti ini, orang-orang miskin mempunyai kesempatan mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran yang setara dengan para orang kaya. Dengan demikian, upaya peningkatan SDM dapat terwujud.

Dilihat dari hasil studi lapangan dan studi pustaka, banyaknya anak yang putus sekolah disebabkan oleh kekurangan biaya dan tidak adanya kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan pribadi siswa seperti kebutuhan perlengkapan sekolah, pemerintah telah membuat program dana BOS untuk mengurangi anak putus sekolah. Masyarakat juga ikut berupaya untuk mengurangi anak yang putus sekolah tersebut dengan mendirikan yayasan atau lembaga sosial.


(29)

25 Namun, upaya dari pemerintah dan masyarakat belum sepenuhnya berhasil. Oleh karena itu, solusi yang ditawarkan yaitu dengan mengajak orang tua dengan status sosial ekonominya menengah ke atas untuk membantu anak-anak yang berada di sekitar mereka yang terancam putus sekolah, agar dapat memberikan bantuan dalam bentuk perlengkapan sekolah, karena perlengkapan sekolah menjadi salah satu penyebab anak-anak putus sekolah. Upaya tersebut diharapkan dapat mencegah bertambahnya anak-anak yang putus sekolah sekaligus mengajak dan mengajarkan kepada anak dari orang tua yang mampu untuk membantu sesama agar tumbuh jiwa kepedulian sosial pada diri anak tersebut.

2.7 Studi Target Audiens

a. Demografis

Gender : Laki-laki dan Perempuan

Usia: 25 tahun ke atas.

Umur sekitar 25 tahun ke atas merupakan umur rata-rata orang sudah berumah tangga dan mempunyai anak karena tujuannya agar mereka bisa mengajarkan kepada anaknya untuk berbuat baik dalam membantu sesama.


(30)

26

Status Sosial: Kalangan menengah ke atas

b. Geografis

Di daerah Kota Bandung

Karena di daerah perkotaan banyak terdapat orang-orang yang kehidupannya kalangan menengah ke atas agar tergugah dan dapat membantu anak-anak yang membutuhkan yang berada di sekitar mereka khususnya daerah Bandung.

c. Psikografis

Pada umumnya, orang tua sangat ingin memberikan hal yang terbaik untuk anaknya dan memberikan contoh teladan yang baik untuk anaknya. Orang tua senantiasa mengajarkan hal-hal yang positif kepada anaknya. Oleh karena itu, apabila orangtuanya memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya dengan membantu orang-orang miskin yang membutuhkan, hal tersebut bisa menjadi contoh untuk mereka dan menjadikan anak-anak mereka mempunyai jiwa sosial yang tinggi di kemudian hari.


(31)

27  

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

Perancangan strategi komunikasi kampanye ini adalah untuk mengajak orang tua dengan status sosial ekonominya menengah ke atas agar dapat membantu anak-anak yang terancam putus sekolah dan membutuhkan bantuan dalam bentuk perlengkapan sekolah. Sekaligus mengajarkan anaknya untuk saling membantu agar mempunyai sikap peduli antar sesama. Dengan menggunakan bahasa bahasa visual dan verbal yang bisa dimengerti.

3.1.1 Pendekatan Visual

Pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan persuasif. Yaitu mengajak agar orang tua agar tergugah hatinya untuk membantu anak-anak yang terancam putus sekolah agar terselamatkan dari putus sekolah. Visualisasi yang digunakan yaitu menggunakan teknik fotografi, dengan mengambil gambaran kehidupan anak-anak yang tidak mampu dan sekolah dalam kondisi memprihatinkan agar lebih mudah untuk diterima dan dimengerti oleh masyarakat, terutama orang tua dengan


(32)

status sosialnya menengah ke atas agar terbuka hatinya untuk menolong orang yang membutuhkan di sekitar mereka.

Gambar 3.7 Anak Sekolah Dasar yang tidak mampu Sumber : 

http://stat.kompasiana.com/files/2010/07/dsc_2296-2.jpg

Gambar 3.8 Anak Sekolah Dasar yang tidak mampu

Sumber : http://salmanitb.com/wp-content/uploads/2010/12/Anak-SD.jpg

Gambar 3.9 Anak Sekolah Dasar yang tidak mampu

Sumber :  http://sinthagama.blog.ugm.ac.id/files/2010/06/anak-miskin-300x225.jpg

28  


(33)

29  

3.1.2 Pendekatan Verbal

Dalam penyampaian pesan, bahasa yang digunakan yaitu bahasa Indonesia yang mudah dimengerti dan dipahami serta bersifat mengajak masyarakat tergugah hatinya untuk membantu terutama kepada orang tua yang mampu. Tagline yang digunakan yaitu:

Key Word: Peduli Bantu Sesama

Tagline: “Tegakah Melihat Seperti Ini?”

Key Visual: Perlengkapan sekolah yang sudah tidak layak pakai dan kondisi memprihatinkan dari anak yang tidak mampu dibandingkan dengan anak-anak yang lain.

3.2 Strategi Kreatif

Suatu pesan atau sebuah informasi dapat tersampaikan kepada target jika pesan tersebut dibuat semenarik mungkin serta menggunakan bahasa visual dan verbal yang familiar dengan kehidupan mereka. Diperlukan suatu strategi kreatif agar dapat diterima oleh masyarakat terutama orang tua yang mampu, dengan status sosialnya menengah ke atas.


(34)

30  

Strategi kreatif yang dipakai yaitu dengan memberikan visualisasi dari anak-anak miskin yang membutuhkan bantuan dan dibuat agar orang yang melihat, tergugah jiwa empatinya sehingga melakukan tindakan yang nyata. Serta diperkuat dengan tagline dan headline agar pesan dapat diterima oleh target audiens.

Pesan yang akan disampaikan bersifat persuasif yaitu berupaya mengajak, membujuk agar menggugah hati para orang tua untuk membantu anak yang berada di sekitar mereka yang terancam putus sekolah dengan memberikan perlengkapan sekolah yang mereka butuhkan, karena hal tersebut merupakan salah satu penyebab mereka putus sekolah. Jenis visual yang digunakan adalah dengan teknik fotografi, Dengan Media yang akan digunakan adalah poster, billboard dan lainnya. Dan di tempatkan di tempat-tempat yang sering dikunjungi serta dilewati oleh target audiens, agar pesan dari kampanye dapat tersampaikan.

3.3 Strategi Media

1. Poster menjadi media utama dalam menginformasikan pesan yang akan disampaikan karena poster adalah media konvensional


(35)

31  

yang sering dijumpai dan merupakan media yang bersinggungan langsung dengan masyarakat. Dipasang di ATM dan Minimarket. 2. Billboard

Merupakan media informasi yang dapat menjangkau target audiens lebih luas karena ruang yang besar sehingga pesan dapat lebih cepat sampai kepada target audiens. Dipasang di persimpangan jalan, lampu merah Dago, Cihampelas dan Setiabudi sehingga target audiens dapat langsung melihat iklan kampanye tersebut dan bisa langsung tersampaikan.

3. Iklan Koran

Merupakan media yang terbit setiap hari, iklan kampanye sosial ini ditempatkan pada koran Seputar Indonesia karena merupakan koran yang sering dibeli oleh masyarakat golongan menengah keatas.

4. Iklan Tabloid

Merupakan media cetak dengan jangkauan luas, dan mempunyai kemungkinan besar orang-orang dengan status sosial menengah ke atas untuk melihat iklan tersebut. Tabloid yang dipakai sebagai media yaitu tabloid Nova yang sering dibaca oleh target audiens tersebut.


(36)

32  

5. Angkutan Kota

Angkutan kota (Angkot) sebagai sarana beriklan di jalan karena target audiens sering berada di jalan perkotaan, angkot bisa dimanfaatkan karena kondisi jalan di Bandung yang macet, target audiens bisa membaca iklan tersebut, karena iklan akan ditempatkan pada kaca belakang angkutan kota tersebut.

6. Rak Buku

Iklan yang digunakan kali ini yaitu Iklan di rak toko buku, Dipasang di rak penempatan buku anak-anak di Gramedia, karena target audiens pasti membelikan buku untuk anaknya dan bisa langsung tersampaikan pesan dari iklan tersebut.

7. Tempat Parkir

Tempat parkir dipasang mall BIP, BEC, dan Mall lainnya, iklan kampanye tersebut dan memiliki kemungkinan besar untuk target audiens melihatnya karena berhenti sejenak untuk membayar parkir.

8. Palang Jalan

Palang jalan juga dipakai untuk iklan kampanye ini karena sering terjadi kemacetan di daerah keramaian, sehingga target audiens bisa melihat iklan tersebut.


(37)

33  

9. Neon Box

Di tempatkan didekat perempatan lampu merah di Baraga dan Cihampelas agar target audiens dapat melihat iklan tersebut apabila berhenti di lampu merah.

10. Kalender

Merupakan media yang dapat disimpan dengan jangka waktu yang lama sehingga dapat mengingatkan kembali kepada orang-orang tua menengah ke atas sudahkah mereka membantu anak yang membutuhkan di sekitar mereka. Di titipkan di minimarket untuk diberikan kepada target audiens.

3.4 Tahapan Kampanye

Dalam perencanaan penyampaian pesan kampanye ini memiliki tiga tahapan yang mana pada tahapan-tahapan tersebut merupakan bagian dari keseluruhan proses kampanye:

1. Tahapan Mengenalkan (awareness)

Tahap awal dimana ditimbulkan rasa penasaran tentang kampanye ini. Teknis pelaksanaanya yaitu dengan menyebarkan media berupa poster ditempat yang strategis, di tempat yang sering di kunjungi target audiens yang ada di Kota Bandung. Fungsi poster adalah memberikan rasa penasaran kepada target audiens dan rasa ingin


(38)

34  

tahu yang tinggi. Dan beberapa media lainnya seperti koran, gerbang parkir, dan palang jalan.

2. Tahapan Mengajak (persuasive)

Yaitu dengan memberikan visualisasi dan diperkuat dengan tagline dan headline yang mengajak target audiens untuk membantu anak-anak yang terancam putus sekolah yang berada di sekitar mereka. Dengan media poster dan visualisasi berbeda dengan tahap sebelumnya, ditambah dengan media lain seperti, angkutan kota, dan rak buku.

3. Tahapan Pengingatan (reminder)

Tahap selanjutnya pemasangan media pengingat di tempat strategis, sarana umum dan tempat strategis lainnya. Sebagai reminder dari kegiatan kampanye dan menjadi pengingat apakah mereka sudah membantu orang yang berada di sekitar mereka yang membutuhkan bantuan.

Dengan media poster dan visualisasi berbeda dengan tahap sebelumnya, ditambah dengan media lain seperti neon box, tabloid, kalender, dan billboard.


(39)

35  

3.5 Jadwal Pelaksanaan Kampanye

Jadwal pelaksaan kampanye dilakukan selama tiga bulan yang dibagi kedalam beberapa tahapan. Waktu pelaksanaan kampanye yaitu dimulai pada saat sebelum tahun ajaran baru atau sebelum pendaftaran masuk sekolah.

3.6 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Pertimbangan dasar penyebaran media dilakukan tahap-tahap penyebarannya dari media utama sampai media-media pendukung, yang didasarkan pada kemampuan daya jangkauannya luas dan efektif penyebaran media di kategorikan pada beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Geografis

Wilayah penyebaran media dalam perancangan kampanye ini adalah khusus di daerah Kota Bandung, karena merupakan daerah sasaran utama dari khalayak sasaran kampanye.

b. Lokasi Penyebaran Media

Lokasi penyebaran media difokuskan di beberapa tempat di kota Bandung Seperti di jalan-jalan yang sering terjadi macet, perempatan, tempat keramaian dan lain-lain.


(40)

36  

3.7 Jadwal Penyebaran Media

Jadwal penyebaran media dilakukan dalam 3 (tiga) bulan, dengan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan khalaylak sasaran dan dibagi kedalam 3 tahap.

3.8 Strategi Distribusi

MEDIA

TAHAPAN MEDIA

PENEMPATAN MEDIA Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Tahap I (Awareness)

Poster Di Atm,

Minimarket.

Koran Koran Seputar

Indonesia.

Tempat Parkir Parkir Mall seperti

BIP, BSM, BEC dll.

Palang jalan Tempat yang

sering macet seperti di daerah Dago, rumah mode Setiabudi, Cihampelas dll.

Tahap II (Persuasive)

Poster Di Atm,

Minimarket


(41)

37  

Bandung

Rak Buku Di rak buku toko

buku seperti Gramedia dll.

Tahap III (Reminder)

Poster Di Atm,

Minimarket

Neon Box Sebelum Lampu

merah Braga, Cihampelas, Dago dll.

Kalender Di titipkan di Mini

market.

Tabloid Tabloid Nova .

Billboard Lampu merah,

Daerah keramaian yang sering macet seperti daerah Dago,

Cihampelas, dll.

Tabel 3.1 Tahapan Media

3.9 Konsep Visual

3.9.1 Format Desain

Poster merupakan media utama dalam informasi ini, maka format desain yang akan digunakan yaitu portrait agar jarak membaca lebih pendek sehingga tidak mudah lelah.


(42)

3.9.2 Tata Letak

Menurut Surianto Rustan, di daerah yang menggunakan tulisan latin umumnya orang membaca dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. Selain itu arah gerak mata juga dipengaruhi oleh warna, ukuran, style, font, dan lain-lain. Kebiasaan lainnya yaitu membaca sesuai dengan urutan tertentu. Tata letak yang akan digunakan yaitu dengan menempatkan visualisasi di tengah sebagai titik fokus. dan pesan yang akan d sampaikan terletak d bawahnya. Target akan membaca dari kiri ke kanan kemudian menyamping ke bawah dan pada bagian bawah membaca kembali dari kiri ke kanan.

Gambar 3.10 Susunan Layout Sumber: Dokumentasi pribadi

38  


(43)

3.9.3 Studi Tipografi

Tipografi yang digunakan adalah tipografi yang mempunyai tingkat keterbacaan yang tinggi karena target audiens adalah orang tua dengan status sosial ekonomi menengah keatas. Maka tipografi yang akan digunakan adalah tipografi yang mudah untuk dibaca dan memiliki ukuran font yang tidak terlalu kecil, agar pesan yang akan disampaikan lebih efektif. Font yang digunakan untuk tagline “Tegakah Melihat seperti ini” adalah Rez, font ini dapat terbaca dengan baik dan dapat mendukung gambaran fotografinya. Untuk headline menggunakan font Abadi MT Condensed Extra Bold, font yang di pilih ini font yang memiliki keterbacaan yang jelas.

Gambar 3.11 Font yang Digunakan Sumber: Dokumentasi pribadi

39  


(44)

3.9.4 Visualisasi

Visualisasi menggunakan teknik fotografi dengan foto yang menggambarkan situasi atau keadaan dari anak-anak orang miskin yang memprihatinkan, mereka menggunakan perlengkapan sekolah pakaian, sepatu, tas, serta buku yang sudah tidak layak dipakai. Hal ini bertujuan langsung agar para orang tua menengah ke atas tergugah dan dapat membantu orang-orang berada di sekitar mereka yang membutuhkan, mulai dari hal yang paling kecil, misalkan memberikan seragam yang layak pakai dan lain sebagainya.

Gambar 3.12 Visualisasi yang Digunakan Sumber: Dokumentasi pribadi

40  


(45)

3.9.5 Warna

Warna yang digunakan adalah warna-warna yang gelap dan kusam. Warna tersebut mendukung kesan dari anak-anak miskin yang bersekolah dengan memakai perlengkapan yang sudah tidak layak pakai dan memprihatinkan serta perlengkapan yang sudah sobek dan kusam.

 

Gambar 3.13 Warna yang Dominan Digunakan Sumber: Dokumentasi pribadi

3.10 Identitas Kampanye

Konsep yang ingin digunakan dalam Identitas Kampanye ini adalah “Kita Sama”. Yang dimaksud dengan kita sama tersebut adalah bahwa kita bangsa Indonesia memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan, jadi jangan orang dengan status sosial ekonominya dibawah (miskin) beda dari yang lain dalam mendapatkan hak untuk belajar, jangan biarkan mereka putus

41  


(46)

sekolah, bantu mereka untuk tetap bersekolah karena mereka juga generasi penerus bangsa. Dari konsep tersebut ide dari pembuatan logo dapat dari beberapa elemen yaitu elemen tangan yang saling membantu serta bentuk puzzle.

Gambar 3.14 Sketsa Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi

Beberapa alternatif untuk identitas kampanye yaitu sebagai berikut:

42  


(47)

   

Gambar 3.15 Alternatif Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi

Logo Akhir

 

Gambar 3.16 Logo Akhir Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi Bentuk

Dipilih icon puzzle, yaitu bentuk puzzle yang belum utuh/belum tergabung, ini menggambarkan bahwa kebersamaan itu

43  


(48)

sangatlah penting dalam hidup, apabila salah satu bagian tidak ada maka tidak akan menjadi satu kesatuan yang utuh. Karena mereka juga merupakan generasi penerus bangsa, yang akan membuat bangsa maju. Jadi intinya jangan biarkan mereka beda di antara anak-anak yang lain, bahwa “kita sama”.

Warna

Warna yang dipakai dalam logo kampanye ini adalah: Orange dan Putih, dan menurut Surianto Rustan dalam buku “mendesain logo” mengandung arti sebagai berikut:

Gambar 3.17 Warna Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi

ORANGE : Melambangkan kebahagiaan dan keseimbangan, apabila bersatu saling membantu akan mendapatkan kebahagiaan dan seimbang antara satu dengan yang lainnya dalam hal mendapatkan pendidikan, tidak ada perbedaan satu sama lain.

44  


(49)

PUTIH : Melambangkan harapan dan rendah hati, itu artinya harus bersikap saling membantu satu sama lain untuk menanamkan sifat kepedulian yang tinggi terhadap orang lain yang membutuhkan, hal itu bisa mewujudkan harapan-harapan dari orang yang tidak mampu dapat memperbaiki kualitas hidup dengan mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan.

Tipografi

Tipografi menggunakan font Rockwell Condensed

Gambar 3.18 Tipografi Logo Kampanye Sumber: Dokumentasi pribadi

45  


(50)

46  

BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

4.1 Pra Produksi

Sebelum memasuki pada tahap produksi pada media kampanye, tahap yang harus dilalui dalam pembuatan sebuah perancangan visual kampanye yaitu meliputi:

Sketsa

Karena visualisasi pada kampanye menggunakan fotografi, maka perlu di buat sketsa atau ide seperti apa konsep fhoto yang akan dimunculkan, mulai dari sudut pengambilan gambar, latar belakang foto dan lokasi dari visualisasi itu sendiri.

Pengolahan Gambar

Pengolahan gambar menggunakan photoshop CS3 kemudian dibuat sesuai dengan konsep visualisasi yang akan di sampaikan. Kemudian pengolahan gambar secara keseluruhan meliputi penempatan logo, headline, dan tagline dalam tampilan gambar kampanye.

Finising

Setelah mendapatkan tampilan visual yang diinginkan, maka mulai dengan proses cetak.


(51)

47  

4.2 Teknis Cetak

Teknis media dibuat berdasarkan pengelompokan tahapan perancangan media kampanye sebagai berikut:

4.2.1 Media

1. Poster

Poster merupakan media lini atas yang juga termasuk media luar ruang, poster dapat ditempatkan atau dipasang di tempat-tempat umum dan informasi yang akan disampaikan dapat cepat tersampaikan kepada khalayak sasaran, penggunaan poster sebagai media utama dalam kampanye ini karena:

• Visualisasi yang menarik • Tingkat keterbacaan tinggi

• Mempunyai jangkauan dan penempatan yang luas

• Berfungsi sebagai media pemberi informasi dan pengingat

Fungsi Poster I (Tahap awareness)

Fungsi poster I atau pada tahapan I adalah untuk memunculkan rasa penasaran dari target audiens serta mengenalkan isi kampanye pesan yang ingin disampaikan. Poster dipasang di tempat yang sering dikunjungi oleh target audiens kalangan menengah keatas, seperti ATM, Minimarket dan tempat lainnya.


(52)

Konsep dari iklan ini yaitu menggambarkan visualisasi seorang siswi SD (Sekolah Dasar) yang memakai sepatu yang sudah robek dan sudah tidak layak dipakai lagi, dari visualisasi tersebut anak tersebut terlihat bahwa anak tersebut sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu agar mereka bisa terus tetap bersekolah. Karena banyak dari anak-anak yang putus sekolah disebabkan tidak ada kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah anaknya.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : (A2) 42 cm x 59,4 cm Material : Luster Gliter Teknik produksi : Cetak Separasi

Gambar 4.19 Penempatan Poster Tahap I Sumber: Dokumentasi pribadi

48  


(53)

49  

Fungsi Poster II (Tahap Persuasive)

Fungsi poster II atau pada tahap II adalah untuk mengajak orang tua dengan status ekonomi sosial menengah keatas untuk membantu orang yang berada disekitar mereka yang terancam putus sekolah karena tidak sanggup memenuhi kebutuhan sekolah.

Dengan konsep iklan yaitu menggambarkan visualisai murid SD yang mengenakan tas yang sudah robek dan sudah tidak layak pakai, dan beda dari anak-anak lainnya yang mampu, yang memakai tas bagus dan layak dipakai. Dari visualisasi tersebut anak dimaksudkan jangan biarkan mereka beda dari anak-anak yang lain. Mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu yang berada disekitar mereka.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : (A2) 42 cm x 59,4 cm Material : Luster Gliter

Teknik produksi : Cetak Separasi


(54)

  Gambar 4.20 Penempatan Poster Tahap II

Sumber: Dokumentasi pribadi Fungsi Poster III

Fungsi poster pada tahap 3 adalah untuk mengingatkan kembali dan memberikan informasi dengan diperkuat dengan visualisasi dan headline.

Konsep dari iklan ini yaitu menggambarkan visualisasi yang menunjukkan seorang murid SD yang mengenakan sepatu yang sudah robek dan sudah tidak layak pakai lagi, tetapi terlihat disana kaos kakinya yang baru, disana terlihat walaupun dia masih menggunakan sepatu yang sobek karena bantuan yang diberikan

50  


(55)

berupa kaos kakipun menjadi sangat berarti bagi mereka. Dan walaupun beda dari anak yang lain dia masih tetap semangat bersekolah, maka jangan biarkan keadaan mereka seperti ini, mereka membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu yang berada di sekitar mereka. Karena banyak dari anak-anak yang putus sekolah disebabkan tidak ada kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan sekolah anaknya.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : (A2) 42 cm x 59,4 cm Material : Luster Gliter Teknik produksi : Cetak Separasi

  Gambar 4.21 Penempatan Poster Tahap III

Sumber: Dokumentasi pribadi

51  


(56)

52  

2. Koran

Penggunaan iklan koran sama halnya dengan poster I iklan koran berfungsi untuk memunculkan rasa penasaran dari target audiens serta mengenalkan isi kampanye pesan yang ingin disampaikan. Di tempatkan di koran yang sering dibaca oleh target audiens, seperti koran Seputar Indonesia.

Konsep dari iklan ini yaitu masih sama seperti konsep pada poster tahap I yaitu menggambarkan visualisasi murid SD (Sekolah Dasar) yang memakai sepatu yang sudah sobek dan sudah tidak layak dipakai lagi, anak tersebut sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang yang mampu agar mereka bisa terus tetap bersekolah.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat Ukuran : 25,5 x 30,5 cm Material : Kertas Koran 60 gr Teknik produksi : Cetak Separasi


(57)

  Gambar 4.22 Penempatan Iklan Koran

Sumber: Dokumentasi pribadi 3. Tempat Parkir

Iklan ini dipasang di tempat parkir mall BIP, BEC, dan tempat yang sering di kunjungi target audiens, dan memiliki kemungkinan besar untuk target audiens untuk melihat iklan tersebut karena di tempatkan di gerbang parkir. Konsep desain masih seperti konsep pada poster pada tahap I.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi panjang

Ukuran : 1,2 x 1 m

Material : Stiker Outdoor Teknik produksi : Digital Printing

53  


(58)

  Gambar 4.23 Penempatan di Parkiran

Sumber: Dokumentasi pribadi 4. Palang Jalan

Iklan ini menggunakan media pembatas jalan, karena target audiens sering melewati jalan seperti Setiabudi, Braga, dan Dago maka ada kemungkinan besar untuk melihat iklan tersebut. Dan informasi dapat tersampaikan kepada target audiens. Dan Konsep iklannya sama seperti iklan pada poster Tahap I.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 60 x 160 cm

Material : Stiker Outdoor Teknik produksi : Digital Printing

54  


(59)

 

  Gambar 4.24 Penempatan di Palang Jalan

Sumber: Dokumentasi pribadi

5. Billboard

Pada tahap kedua menggunakan media Billboard, yang dipasang di jalan yang sering terjadi kemacetan dan perempatan jalan Dago, Cihampelas dan mempunyai kemungkinan besar untuk target audiens untuk melihat iklan tersebut.

Konsep dari iklan ini yaitu masih seperti konsep pada tahap 3, menggambarkan visualisasi yang menunjukkan seorang murid SD yang mengenakan sepatu yang sudah robek dan sudah tidak layak pakai lagi, tetapi terlihat disana kaos kakinya yang baru, disana terlihat walaupun dia masih menggunakan sepatu yang sobek

55  


(60)

karena bantuan yang diberikan berupa kaos kakipun menjadi sangat berarti bagi mereka.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 3 x 6 m

Material : Flexi Frontlite Outdoor Teknik produksi : Digital Printing

Gambar 4.25 Penempatan Iklan Billboard

56  


(61)

57  

6. Angkutan kota

Kemudian media lainnya pada tahap II adalah angkot, angkot yang digunakan adalah angkot yang melewati wilayah kota Bandung. Pemasangan media pada angkot bertujuan agar target audiens yang berada di jalan dapat melihat iklan tersebut dan dapat mengetahui informasi dari iklan yaitu mengajak membantu anak yang terancam putus sekolah. Dengan konsep iklan yaitu sama seperti konsep pada poster tahap ke persuasif.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi Panjang

Ukuran : 90 cm x 60 cm

Material : Stiker One Way Teknik produksi : Digital printing


(62)

  Gambar 4.26 Penempatan di Angkutan Kota

Sumber: Dokumentasi pribadi

7. Neon Box

Iklan ini dipasang sebelum perempatan jalan lampu merah, Braga, dan Dago tempat yang sering dilewati target audiens, dan memiliki kemungkinan besar untuk target audiens untuk melihat iklan tersebut. Konsep iklan masih sama pada poster tahap II.

58  


(63)

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 1 x 2 m

Material : Backlite Outdoor Teknik produksi : Digital printing

  Gambar 4.27 Penempatan di Neon Box

Sumber: Dokumentasi pribadi 8. Rak Buku

Iklan yang digunakan kali ini yaitu Iklan di rak toko buku, sebagai media pendukung pada tahap 2. Dipasang di rak penempatan

59  


(64)

buku anak-anak, karena target audiens pasti membelikan buku untuk anaknya dan bisa langsung tersampaikan pesan dari iklan tersebut. Konsep iklan yaitu visualisasi keadaan buku dari siswa yang kurang mampu, yang sudah lusuh dan kusam dan terlihat basah karena anak tersebut tidak mempunyai tas untuk meletakkan bukunya sehinga di saat hujan, buku mereka menjadi basah. Iklan tersebut dipasang di kawasan toko buku Gramedia karena dapat bersentuhan langsung dengan target audiens dan mereka dapat membaca informasinya.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 22 x 27 cm

Material : Art Paper 150 gr Teknik produksi : Cetak Offsite

  Gambar 4.28 Penempatan Iklan Rak Buku

Sumber: Dokumentasi pribadi

60  


(65)

9. Kalender

Iklan yang digunakan adalah kalender sebagai tahap pengingat kembali iklan kampanye tersebut. Sekaligus sebagai merchandise kampanye.

Dengan konsep kalender yaitu dengan memasukkan semua tahap iklan kampanye ke dalam kalender tersebut, sebagai pengingat dan kalender berisi pesan-pesan pada setiap ilustrasinya.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 13 x 13 cm

Material : BW Paper

Teknik produksi : Cetak Offsite

  Gambar 4.29 Penempatan Iklan di Kalender

Sumber: Dokumentasi pribadi

61  


(66)

10. Tabloid

Iklan ini menggunakan media Tabloid, di tempatkan di tabloid yang sering dibaca oleh target audiens, seperti tabloid Nova. Dengan konsep iklan yang sama seperti iklan pada poster tahap 3.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 21 x 28 cm

Material : Kertas koran 80 gr Teknik produksi : Cetak Separasi

  Gambar 4.30 Penempatan Iklan di Tabloid

Sumber: Dokumentasi pribadi

62  


(67)

63  

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Andang. (2004). Glossary Photography. Bandung: Humanika Creative 

Publishing. 

 

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Studi Komunikasi Visual.Yogjakarta:Andi. 

 

Lubis, Nisrina(2010).  Miskin Tapi Sukses Sekolah/Kuliah. Yogjakarta: Diva 

Press. 

 

Rakyat demokrasi Wordpress. (2010). Tentang Bos Bantuan Operasional 

Sekolah. Diakses pada 26 November 2010. 

 

Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 

http://rakyatdemokrasi. wordpress.com.  

 

Saroni, Mohammad. (2010). Orang Miskin Harus Sekolah. Yogjakarta: Ar‐Ruzz 

Media. 

 

Saroni, Mohammad.  (2010).  Orang Miskin Bukan Orang Bodoh. Jogjakarta: 

Bahtera Buku. 

 

Supriyono, Rahmat. (2010). Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. 

Yogyakarta: Andi. 

 

Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama 

Media. 

 

www.alifmagz.com. (2010).  Sekolah Rumah Mentari, Komunitas Belajar Gratis

di Bandung Utara. Tersedia di: http://www.alifmagz.com/sekolah‐rumah‐ mentari‐komunitas‐belajar‐gratis‐di‐Bandung‐utara/ [24 Maret 2011] 

 

www.klik‐galamedia.com . (2010). Enam Persen Anak Putus Sekolah Berada di  Jawa Barat. Tersedia di: http://www.klik‐


(68)

64  

galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20101120124316&idkolom=tat arbandung [17 Mei 2011] 

 

www.elshinta.com . (2010). 769.235 Anak Putus Sekolah. Tersedia di: 

http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.htm?id=101967 [17 Mei 2011] 

                                                           


(69)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Keri Putra Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tgl lahir : Muara bungo 24 Juni 1987 Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Kopo Bihbul, Gg Mesjid No. 24/9 Desa Margahayu Tengah. Telepon : 085624432176

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1995 - 2001 SD Negeri 196 Ma.Bungo . Jambi 2001 - 2004 SMP Negeri 2 Ma. Bungo . Jambi 2004 - 2007 SMA negeri 1 Ma. Bungo . Jambi

2007- 2011 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

PENDIDIKAN NON FORMAL

Komunitas Rooltime (UNIKOM, Bandung (2007) Kerja Praktek di PT.Angkasa Putra, Bandung (2010)

Seminar Rooltime “Pembuatan Video Clip” (2008)

Seminar Audio Visual “ Pembuatan Film Dokumenter”(2010) Seminar “Road to successs of a Movie Maker” (2011)


(1)

buku anak-anak, karena target audiens pasti membelikan buku untuk anaknya dan bisa langsung tersampaikan pesan dari iklan tersebut. Konsep iklan yaitu visualisasi keadaan buku dari siswa yang kurang mampu, yang sudah lusuh dan kusam dan terlihat basah karena anak tersebut tidak mempunyai tas untuk meletakkan bukunya sehinga di saat hujan, buku mereka menjadi basah. Iklan tersebut dipasang di kawasan toko buku Gramedia karena dapat bersentuhan langsung dengan target audiens dan mereka dapat membaca informasinya.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 22 x 27 cm

Material : Art Paper 150 gr Teknik produksi : Cetak Offsite

  Gambar 4.28 Penempatan Iklan Rak Buku


(2)

9. Kalender

Iklan yang digunakan adalah kalender sebagai tahap pengingat kembali iklan kampanye tersebut. Sekaligus sebagai merchandise kampanye.

Dengan konsep kalender yaitu dengan memasukkan semua tahap iklan kampanye ke dalam kalender tersebut, sebagai pengingat dan kalender berisi pesan-pesan pada setiap ilustrasinya.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 13 x 13 cm

Material : BW Paper

Teknik produksi : Cetak Offsite

  Gambar 4.29 Penempatan Iklan di Kalender


(3)

10. Tabloid

Iklan ini menggunakan media Tabloid, di tempatkan di tabloid yang sering dibaca oleh target audiens, seperti tabloid Nova. Dengan konsep iklan yang sama seperti iklan pada poster tahap 3.

Spesifikasi Media

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 21 x 28 cm

Material : Kertas koran 80 gr Teknik produksi : Cetak Separasi

  Gambar 4.30 Penempatan Iklan di Tabloid


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, Andang. (2004). Glossary Photography. Bandung: Humanika Creative 

Publishing.   

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Studi Komunikasi Visual.Yogjakarta:Andi.   

Lubis, Nisrina(2010).  Miskin Tapi Sukses Sekolah/Kuliah. Yogjakarta: Diva  Press. 

 

Rakyat demokrasi Wordpress. (2010). Tentang Bos Bantuan Operasional 

Sekolah. Diakses pada 26 November 2010.   

Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 

http://rakyatdemokrasi. wordpress.com.  

 

Saroni, Mohammad. (2010). Orang Miskin Harus Sekolah. Yogjakarta: Ar‐Ruzz 

Media. 

 

Saroni, Mohammad.  (2010).  Orang Miskin Bukan Orang Bodoh. Jogjakarta:  Bahtera Buku. 

 

Supriyono, Rahmat. (2010). Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi.  Yogyakarta: Andi. 

 

Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama 

Media. 

 

www.alifmagz.com. (2010).  Sekolah Rumah Mentari, Komunitas Belajar Gratis

di Bandung Utara. Tersedia di: http://www.alifmagz.com/sekolah‐rumah‐

mentari‐komunitas‐belajar‐gratis‐di‐Bandung‐utara/ [24 Maret 2011]   

www.klik‐galamedia.com . (2010). Enam Persen Anak Putus Sekolah Berada di 


(5)

galamedia.com/indexnews.php?wartakode=20101120124316&idkolom=tat arbandung [17 Mei 2011] 

 

www.elshinta.com . (2010). 769.235 Anak Putus Sekolah. Tersedia di: 

http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.htm?id=101967 [17 Mei 2011] 

                                                           


(6)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Keri Putra Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tgl lahir : Muara bungo 24 Juni 1987 Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. Kopo Bihbul, Gg Mesjid No. 24/9 Desa Margahayu Tengah. Telepon : 085624432176

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1995 - 2001 SD Negeri 196 Ma.Bungo . Jambi 2001 - 2004 SMP Negeri 2 Ma. Bungo . Jambi 2004 - 2007 SMA negeri 1 Ma. Bungo . Jambi

2007- 2011 Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

PENDIDIKAN NON FORMAL

Komunitas Rooltime (UNIKOM, Bandung (2007) Kerja Praktek di PT.Angkasa Putra, Bandung (2010)

Seminar Rooltime “Pembuatan Video Clip” (2008)

Seminar Audio Visual “ Pembuatan Film Dokumenter”(2010) Seminar “Road to successs of a Movie Maker” (2011)