Teori Keagenan Agency Theory

18 Teori stewardship dapat menjelaskan bahwa organ yang terdapat dalam perusahaan akan memaksimalkan kinerjanya agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Dengan demikian, organ-organ tersebut akan menerapkan good corporate governance dalam perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai Septiputri, 2013. Pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan menciptakan value added bagi perusahaan yang kemudian dapat mendorong kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan perusahaan yang baik menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban dalam membayar utang yang baik pula dan akan memberikan sinyal yang positif kepada pihak luar yang cenderung membuat investor ingin berinvestasi. Dalam hal ini kinerja perusahaan akan meningkat, sehingga penerapan GCG diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan pemakai laporan keuangan termasuk investor Gozali Nathalia 2012.

2.1.2 Teori Keagenan Agency Theory

Definisi teori keagenan menurut Jensen dan Meckling 1976, yaitu hubungan yang timbul dari adanya kontrak yang ditetapkan antara dua pihak, yaitu pihak principal sebagai pihak yang mendelegasikan pekerjaan dan agent sebagai pihak yang menerima pendelegasian pekerjaan, yang berarti terjadi pemisahan antara kepemilikan dan kontrol perusahaan. Konflik keagenan yang berhubungan dengan penerbitan obligasi dapat terjadi antara manajemen dengan kreditor. Manajemen yang perusahaannya menerbitkan obligasi berkepentingan agar obligasi yang diterbitkan dapat terjual seluruhnya. Para kreditur berkepentingan terhadap penjaminan kondisi perusahaan penerbit dalam keadaan 19 baik sehingga nantinya tidak mendatangkan kerugian. Untuk mengurangi konflik tersebut maka kreditur menggunakan jasa lembaga pemeringkat obligasi sehingga dalam hal ini dapat mengurangi biaya penjaminan bonding costs. Menurut Darmawati et al. 2005, inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan principalinvestor dan pengendalian agentmanajer. Kepemilikan diwakili oleh investor mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor mempunyai harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut, mereka akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor. Hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda. Pemilik modal menghendaki bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer. Dengan demikian muncullah konflik kepentingan antara pemilik investor dengan manajer agen. Pemilik lebih tertarik untuk memaksimumkan return dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya. Kontrak yang dibuat antara pemilik dengan manajer diharapkan dapat meminimumkan konflik antar kedua kepentingan tersebut. Teori keagenan dilandasi dengan tiga asumsi Eisenhardt, 1989, yaitu: asumsi sifat manusia human assumptions, asumsi keorganisasian organizational assumptions, dan asumsi informasi information assumptions. 20 Asumsi sifat manusia adalah asumsi yang diperoleh melalui hubungan pribadi atau pengalaman sosial secara nyata dan pada akhirnya memengaruhi perspektif dan tindakan individu terhadap sesamanya. Asumsi sifat manusia dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1 self-interest, yaitu sifat manusia untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri, 2 bounded-rationality, yaitu sifat manusia yang memiliki keterbatasan rasionalitas, dan 3 risk aversion, yaitu sifat manusia yang lebih memilih mengelak dari risiko. Asumsi keorganisasian yaitu asumsi yang secara khusus membahas perilaku manusia dalam lingkungan keorganisasian dan meneliti pengaruh organisasi terhadap individu dan pengaruh individu terhadap organisasi. Asumsi keorganisasian dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: 1 konflik sebagian tujuan antar partisipan, 2 efisiensi sebagai suatu kriteria efektivitas, dan 3 asimetri informasi antara pemilik dan agen. Asumsi informasi merupakan asumsi yang menyatakan bahwa informasi merupakan suatu komoditas yang dapat dibeli. Asumsi informasi diharapkan mampu membuat perbedaan dalam sebuah keputusan. Informasi itu mampu memengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik feed-back value, yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif predictive value yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Teori keagenan lebih menekankan pada penentuan pengaturan kontrak yang efisien dalam hubungan pemilik dengan agen. Kontrak yang efisien adalah 21 kontrak yang jelas untuk masing-masing pihak yang berisi tentang hak dan kewajiban, sehingga dapat meminimumkan konflik keagenan. Salah satu contoh penerapan teori keagenan dalam perusahaan yaitu dengan menerapkan konsep GCG. GCG merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep GCG diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agen manajemen dalam mengelola kekayaan pemilik investor, dan pemilik menjadi lebih yakin bahwa agen tidak akan melakukan suatu kecurangan untuk kesejahteraan agen.

2.1.3 Teori Sinyal Signal Theory