Dinamika dan Pewarisan Budaya dalam Rangka Integrasi Nasional
41
yang sudah kering. Setelah ladang dibuka, lahan tersebut ditanami dengan jenis tanaman yang tidak memerlukan pemeliharaan yang
rumit dan tidak memerlukan irigasi pengairan. Jenis tanaman yang biasanya ditanam di ladang adalah padi huma, ubi rambat, ubi
kayu, terong, nanas, cabe, tebu, pisang, labu, durian, dan cempedak. Setelah 2–3 kali masa panen, ladang tersebut ditinggalkan karena
tanahnya kurang subur. Kemudian, mereka mencari dan membuka lahan lain yang kosong. Mereka akan kembali ke ladang yang sudah
ditinggalkan selama 10–12 tahun karena pada masa itu lahan tersebut sudah kembali menjadi hutan.
Dalam sistem berladang, biasanya diperlukan orang banyak untuk membuka ladang. Tenaga satu keluarga biasanya tidak akan
cukup dan harus meminta bantuan kepada orang lain. Oleh karena itu, pada masyarakat ini biasanya berkembang sistem kerja sama
gotong royong berdasarkan hubungan tetangga dan persaha- batan. Pekerjaan membuka lahan biasanya dilakukan oleh laki-laki,
tetapi jika dalam satu kelompok kekurangan tenaga laki-laki maka membuka hutan pun bisa dilakukan oleh wanita.
d. Menangkap Ikan
Sistem mata pencarian ini termasuk mata pencarian tertua di dunia. Manusia purba yang tinggal di tepi laut, sungai besar, dan danau
telah memanfaatkan sumber alam ini untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ketika manusia sudah mengenal cara bercocok tanam,
menangkap ikan dijadikan sebagai mata pencarian tambahan. Namun, pada saat ini menangkap ikan dijadikan sebagai mata pencarian yang
utama, terutama bagi penduduk yang tinggal di tepi pantai.
Sumber:
Tempo, 22–28 Januari 2001
Gambar 2.9 Menangkap Ikan
Menangkap ikan termasuk mata pencarian tertua di dunia.
Para ahli antropologi mempelajari masyarakat ini dengan memusatkan perhatian pada sumber alam dan modal yang meliputi
hak layak terhadap daerah-daerah di sekitar sungai, danaupantai, hak tempat berlabuh perahu, dan hak milik atas alat-alat untuk
menangkap ikan. Cara bekerja dalam menangkap ikan ini meliputi gotong royong dalam menangkap ikan, mengerahkan awak kapal,
serta pembagian upah dan bagi hasil tangkapan. Teknologi produksi meliputi cara-cara menangkap ikan, cara memelihara alat-alat
perikanan, cara membuat dan memelihara perahu, serta upacara- upacara ketika akan menangkap ikan. Distribusi dan pemasaran
meliputi hal-hal yang ada hubungannya dengan cara pengawetan ikan dan organisasi penjualan serta distribusinya.
Gambar 2.8 Berladang
Sistem berladang biasanya memerlukan orang banyak untuk membuka ladang.
Sumber:
Tempo, 23 September 2001
Di unduh dari : Bukupaket.com
42
Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya untuk Kelas XI
e. Bercocok Tanam Menetap dengan Irigasi
Sistem mata pencarian ini pertama kali muncul di daerah-daerah yang dekat dengan sungai besar karena di sekitar daerah tersebut
tanahnya subur akibat luapan lumpur dari sungai. Daerah-daerah tersebut misalnya terdapat di Sungai Nil Mesir, Sungai Gangga
India, Sungai Eufrat dan Tigris sekarang daerah sekitar Irak, serta Sungai Kuning Cina. Pada masa sekarang, penduduk yang
bermatapencarian berladang sudah banyak yang beralih menjadi bercocok tanam menetap. Hal ini disebabkan jumlah manusia
sudah meningkat sehingga wilayah hutan banyak yang beralih fungsi menjadi pemukiman tetap. Penyebab lainnya adalah sudah
majunya ilmu cara menanam dan adanya irigasi sehingga kesuburan tanah bisa diusahakan dengan cara pemupukan dan pengolahan
tanah. Misalnya pencangkulan atau pengolahan dengan bajak. Jenis tanaman yang ditanam juga sudah lebih kompleks, seperti padi,
sayuran, buah-buahan, teh, dan kopi. Tanaman yang memerlukan pe melihara an rumit pun sudah mulai dibudidayakan.
Gambar 2.10 Bertani
Sebelum ditanam padi, tanah diolah menggunakan cangkul atau bajak.
Sumber:
Indonesian Heritage: Ancient History, 1996
4. Organisasi Sosial