Perang Bali Perlawanan Pangeran Antasari

66 Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VIII Gambar 4.12 I Gusti Ketut Jelantik Sumber: image.g oogle.com Belanda yang tewas. Akibat Belanda sering mengalami kekalahan dan perang berlangsung lama, maka banyak memakan biaya perang. Untuk menghentikan peperangan tersebut, Belanda mengeluarkan siasat, yaitu: a Belanda mengembalikan Sultan Hamengkubuwono II Kakak Pangeran Diponegoro yang dibuang ke Penang oleh Raffles. Pangeran Diponegoro tetap melanjutkan peperangan. b Belanda akan memberikan hadian sebesar 50.000 Gulden kepada siapa saja yang bisa menangkap Pangeran Diponegoro. c Belanda menangkap Kencono Wungu Ibu Pangeran Diponegoro, tetapi juga tidak menyurutkan semangat perangnya, usaha itu juga tidak berhasil. Setelah peperangan berlangsung tiga tahun, Kyai Maja dan Sentot Alibasyah tertangkap. Akan tetapi, Pangeran Diponegoro tetap semangat melanjutkan peperangan untuk mengusir Belanda dari tanah Jawa. Dengan tipu daya, Belanda mengajak Pangeran Diponegoro berunding. Perundingan itu diadakan di Magelang di rumah seorang residen. Bila perundingan itu gagal, Pangeran Diponegoro boleh kembali ke tempatnya. Pada 18 Maret 1830 perundingan dimulai, Belanda dipimpin oleh Jenderal De Kock, panglima perang Belanda. Akan tetapi, Pangeran Diponegoro malah ditangkap dan dibuang ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makasar sampai wafatnya 8 Januari 1855.

4. Perang Bali

Pada 1844 dua buah kapal Belanda terdampar di Pantai Sangset Bali. Daerah tersebut merupakan wilayah kekuasaan Buleleng. Kerajaan Buleleng menganut hukum Tawan Karang, artinya hak menawan kapal-kapal yang terdampar di Pulau Bali. Belanda mengirim utusan agar kapal-kapal Belanda dilepaskan dan untuk menghapus hak Tawan Karang. Raja Buleleng serta patihnya yang bernama Gusti Ketut Jelantik tidak menghiraukan permintaan Belanda. Tahun 1864 Belanda menyerang Buleleng, Benteng Buleleng Jagaraga dan istana Buleleng dikuasai Belanda. Setelah Belanda menguasai kerajaan, Buleleng dimanfaatkan oleh raja-raja di Bali untuk merebut kembali kerajaan Buleleng dari tangan Belanda. Setelah terdengar berita bahwa istana Buleleng dikuasai oleh raja- raja Bali, Belanda mengirim pasukan dan menyerbu Benteng Jagaraga pada 1849. Dalam peperangan tersebut rakyat Bali dipimpin oleh Gusti Ketut Jelantik dan rakyat berperang habis-habisan. Peristiwa itu terkenal dengan nama Perang Puputan. Dalam perang tersebut, Belanda mengerahkan pasukan besar dengan jumlah 5000 pasukan dibawah Di unduh dari : Bukupaket.com 67 Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia pimpinan Mayjen A.V. Michiels. Sejak jatuhnya Buleleng, perjuangan rakyat makin lemah. Karang Asam dan Klungkungan masih melakukan perlawanan, tetapi Bedung, Bali, dan Jembrano sudah menyerah. Pada 1849 seluruh Bali dapat dikuasai Belanda.

5. Perlawanan Pangeran Antasari

Untuk menguasai satu daerah, Belanda selalu menggunakan politik adu domba. Begitu juga yang terjadi di Kerajaan Banjar Kalimantan. Pada 1859 Belanda mengangkat Sultan Tajmid yang tidak disukai oleh rakyat menjadi Sultan di Banjar. Padahal, ada yang lebih berhak menjadi sultan di Banjar, yaitu Pangeran Hamid. Pangeran Antasari membela Pangeran Hamid dengan melawan Belanda. Sultan Tajmid yang diangkat menjadi Sultan Banjar oleh Belanda mendapat perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Pangeran Antasari dibantu oleh kepala-kepala daerah. Mereka sepakat untuk mengusir Belanda dari Banjar. Pada 18 April 1959, pecahlah perang yang dikenal dengan nama Perang Banjar. Kekuatan Antasari yang semula 6000 orang makin lama makin bertambah sehingga Belanda mendapat kesulian. Pada Oktober 1862, Pangeran Antasari merencanakan serangan besar-besaran terhadap Belanda. Dalam keadaan pasukan yang siap tempur, tiba-tiba muncul wabah penyakit cacar melanda di daerahnya. Akibatnya, Pangeran Antasari terkena penyakit tersebut dan meninggal pada 11 Oktober 1862 di Bayan, Kalimantan Selatan. Beliau dimakamkan di Banjarmasin. Gelar beliau adalah Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin.

6. Perlawanan Tengku Cik Ditiro