57
Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
c mencari keuntungan untuk biaya perang.
Untuk melaksanakan tujuannya tersebut, VOC oleh pemerintah Belanda diberikan hak Octrooi hak paten sebagai berikut:
a hak monopoli perdagangan;
b hak memiliki angkatan perang, berperang;
c hak mengadakan perjanjian dengan raja-raja atau penguasa;
dan d
hak mencetak dan mengedarkan uang. Dengan hak-hak tersebut VOC berkembang pesat. Banyak orang
Belanda di Nusantara yang lupa diri. Akhirnya, korupsi dimana-mana. Orang-orang VOC lebih mencari keuntungan pribadi. Akhirnya, di
penghujung abad ke-18 VOC bangkrut dan pada 31 Desember 1799 resmi dibubarkan.
Ketika VOC mengalami kesulitan moneter, di Eropa terjadi Perang Koalisi 1792 - 1797 yang dimenangkan oleh Perancis. Sedangkan,
Belanda berada di pihak yang kalah. Atas kejadian ini, bukan saja negara Belanda yang diambil alih oleh Perancis, tetapi daerah-daerah jajahan
milik Belanda pun menjadi milik Perancis, termasuk Indonesia.
1. Masa Pemerintahan Daendels
Pada 19 Januari 1795, Perancis menduduki Belanda. Raja Willem V terpaksa melarikan diri ke Inggris. Setelah itu, pemerintahan Belanda
dipimpin oleh Louis Napoleon, adik dari Napoleon Bonaparte. Bentuk kerajaan Belanda diganti menjadi Republik Bataat, dan pada 1806,
Republik Bataat diganti dengan Kerajaan Belanda Koninrijk Holland. Sejak 1808 Louis Napoleon mengirimkan Herman Willem Daendels
sebagai gubernur jenderal di Indonesia. Tugas utamanya adalah untuk mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Beberapa tindakan
Daendels untuk menjalankan tugasnya, antara lain adalah: a
membagi Pulau Jawa menjadi sembilan perfektur keresidenan; b
bupat i diubah dari penguasa tradisional menjadi aparat pemerintahan;
c membangun pabrik senjata di Semarang dan Surabaya; d
membangun armada pangkalan tentara di Anyer dan Ujung Kulon; e
menarik orang-orang Indonesia untuk dijadikan tentara; dan f
membangun jalan raya Anyer sampai Panarukan. Untuk mendapatkan biaya dalam menjalankan tugasnya, ia
menempuh usaha sebagai berikut: a Contigenten, artinya pajak yang harus dibayar rakyat dengan
menyerahkan hasil bumi. b Verplichte leverente, artinya kewajiban menjual hasil bumi pada
pemerintah dengan harga yang telah ditentukan. c Preanger stelsel, artinya kewajiban yang dibebankan kepada rakyat
untuk menanam kopi.
Gambar 4.3 Napoleon Bonaparte
Gambar 4.2 Louis Napoleon
Sumber: image.g oogle.com
Sumber: image.g oogle.com
Di unduh dari : Bukupaket.com
58
Sudut Bumi - IPS Terpadu untuk SMPMTs Kelas VIII
Tindakan-tindakan tersebut makin menambah kesengsaraan rakyat. Karena rakyat yang menanam, sedangkan hasilnya harus
diserahkan kepada Belanda. Akibatnya, rakyat banyak yang meninggal karena kelaparan. Kesengsaraan rakyat yang diakibatkan oleh
kekejaman Daendels, akhirnya terdengar juga oleh pemerintah pusat di Belanda. Daensdels kemudian dipanggil kembali serta digantikan
oleh Jan Willem Jansen.
2. Masa Kolonialisme dan Imperialisme Inggris di Nusantara Masa Pemerintahan Raffles
Pada 3 Agustus 1811, Angkatan Laut Inggris dibawah pimpinan Lord Minto, berhasil merebut Batavia dan secara tegas meminta Jansen
untuk menyerahkan Pulau Jawa. Namun, Jansen menolak. Terjadilah pertempuran antara Inggris dan Belanda yang dimenangkan oleh pihak
Inggris. Pada 17 September 1811, Belanda menyerah di Tuntang Salatiga. Kemudian, diadakanlah perjanjian di tempat yang sama,
dalam perjanjian tersebut dinyatakan bahwa Pulau Jawa diserahkan kepada Inggris.
Lord Minto selaku Gubernur EIC East India Company yang berkedudukan di India mengangkat Thomas Stamford Raffles untuk
menjadi penguasa di wilayah pemerintahannya, Raffles menerapkan kebijakan berdasarkan pada asas-asas liberal. Tujuannya adalah
menciptakan sistem ekonomi Jawa yang lepas dari tekanan dan paksaan.
Pokok-pokok kebijaksanaan sistem pajak tanah pada masa Raffles adalah sebagai berikut:
a segala bentuk penyerahan wajib dan kerja paksa dihapuskan, rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman yang
akan ditanamnya; b
peranan para bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan dan sebagai gantinya mereka dijadikan aparat negara yang
bertanggung jawab kepada pemerintah; dan c
pemerintah Inggris adalah pemilik tanah. Setiap petani yang menggarap tanah dianggap sebagai penyewa tanah dan diwajibkan
untuk membayar pajak sebagai uang sewa.
Akan tetapi, kenyataannya tujuan baik tersebut tidak bisa dilaksanakan, karena sistem tanam pajak tanah Raffles tersebut
menemui kegagalan yang disebabkan oleh hal-hal berikut ini: a tidak adanya dukungan bupati yang telah dihapuskan hak-haknya
sebagai pemungut pajak; b rakyat
pedesaan belum mengenal sistem ekonomi uang; c
kesulitan untuk menentukan luas tanah dan tingkat kesuburannya; dan
Gambar 4.4 Thomas Stamford Raffles
Sumber: image.g oogle.com
Di unduh dari : Bukupaket.com
59
Bab 4 | Proses Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia
d kesulitan untuk menentukan besarnya pajak bagi setiap penyewa
tanah. Raffles kemudian berupaya untuk memperbaikinya. Namun, di
Eropa telah terjadi perubahan karena Perancis kembali kalah dalam Perang Koalisi. Akhirnya, Inggris dan Belanda mengadakan perjanjian
di London 1814. Isi dari perjanjian tersebut adalah Inggris memberikan kembali hak untuk mendapatkan kekuasaan atas Nusantara kepada
Belanda.
Sebenarnya, Raffles tidak setuju dengan kebijakan tersebut karena semasa Belanda berkuasa rakyat nusantara keadaannya sangat
menderita. Raffles meletakkan kekuasaannya sebelum kekuasaan diserahkan kepada Belanda. Penyerahan kepada Belanda dilakukan
oleh penggantinya, yaitu John Fendall.
Karya-karya Raffles untuk Nusantara, antara lain adalah: a
Buku History of Java. b
Perintisan pembuatan Kebun Raya Bogor. c
Penemuan bunga Rafflesia arnoldi.
3. Masa Penjajahan Hindia Belanda